PEMBAHASAN
4.1. Etiologi
Pada sapi yang diperiksa, sapi memiliki bulu coklat keemasan, berjenis
kelamin betina dengan umur kurang lebih 3 tahundan memiliki tanduk yang pendek
berwarna coklat.
4.3. Anamnesa
Dimana terlihat gizi sapi itu normal karena diperoleh BCS sapi adalah 3,
kemudian teramati temperature sapi adalah jinak serta habitus sapi adalah
lordosis.Didapat juga frekuensi nafas dari sapi 32 kali/menit, didapat juga suhu tubuh
sapi 38,3 derjat celcius masih dalam rentang yang normal karena masih berada
diantara 37,8-39,2 derjat celcius. Untuk kulit dan bulunya bersih mengkilap tidak
terjadi allopesia pada sapi, dan untuk turgornya didapat 1 detik. Untuk selaput
lendirnya pada bagian mulut di dapat serous, konjungtiva mata agak anemis. Untuk
kelenjar limfa tidak terjadi pembengkakakan, dan aalat pernafasannya juga didapat
normal karena tidak terjadi kelainan, untuk CTR didapat 2 berarti masih dalam
kondisi normal karena masih dalam rentang normal 2-3 detik, dan juga suara jantung
lup-dup. Untuk alat pencernaan tidak ada karies, ulser dan juga pada anusnya tidak
ada lesi, untuk konsistensi fasesnya yaitu 3 berarti tidak keras atau lembe. Untuk alat
perkencingan dan kelaminnya didapat normal karena tidak ada kelainan ataupun lesi.
Sedangkan untuk reflex saraf baik karena reflex mata, telinga berjalan dengan baik,
serta untuk anggota geraknya baik karena koordinasinya juga baik.
4.5. Gejala Klinis
Gejala klinis dari anaplasmosis tidak spesifik,sehingga diagnosis infeksi
tergantung dari konfirmasi laboratorium. Pengujian dengan metode konvensional
kurang sensitif untuk mendiagnosis infeksi A. marginale karena bentuk ricketsia yang
sangat kecil disamping juga jumlah sedikit pada kasus kronis akan menghambat
diagnosisnya. Setelah sembuh dari infeksi pertama ternak akan menjadi karier secara
persisten dalam jangka waktu yang panjang atau bahkan seumur hidup. Deteksi pada
hewan karier sangat penting untuk epidemiologi penyakit karena berperan sebagai
reservoir bagi caplak dan berpotensi menyebarkan pada lokasi baru. Infeksi persisten
ditandai dengan siklus ricketsemia berulang dengan eritrosit terinfeksi antara 102,5-
107eritrosit/ml dapat terjadi setelah sembuh dari anaplasmosis akut.Periode kejadian
penyakit dibagi 4 tahap, meliputi tahap inkubasi, perkembangan, penyembuhan, dan
carrier. Masa inkubasi anaplasmosis adalah 6-38 hari dan tahap perkembangan terjadi
15-45 hari. Penyakit ini dapat bersifat per-akut, akut, sub-akut, dan kronis bergantung
pada umur dan imunitasnya.
a. Per- akut
b.Akut
4.6. Patogenesis
4.9. Pengobatan
Pengobatan untuk hewan terserang penyakit anaplasmosis dilakukan dengan
menggunakan
diminazen aceturat. Pemberian diminazen aceturat dilakukan secara IM dengan dosis
5-10 mg/kg. Imidocarb 1-3 mg/kg secara IM juga dapat digunakan untuk obatan
babesiosis sapi. Pengobatan anaplasmosis akut dapat dilakukan dengan menggunakan
tetrasiklin 5-10 mg/kg secara IM atau IV, chlortetrasiklin 1,5 mg/kg secara PO, dan
juga imidocarb propionate dengan dosis 1,2-2,4 mg/kg secara SC). Selain itu
pemberian terramicin juga dapat digunaka untuk pengobatan hewan yang terserang
penyakit anapl. Efektiftas pengobatan sangat tergantung pada deteksi dini penyakit
ini.
4.10. Pencegahan
3. Pisahkan sapi atau ternak yang terinfeksi karena penyebaran akan pada
suatu kawasan yang manajemen pemeliharaannya tidak dipisah antara
hewan positif anaplasmosis dengan hewan sehat lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan