Anda di halaman 1dari 9

“Syariat dan Adat Mattampung Ritual Pasca

Pemakaman di Soppeng”
Dosen Mata Kuliah : M.Rais,S.S.M.Si

Disusun oleh:
Arni Raihanah Rahman
H071221055
Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Hasanuddin
Tahun Ajaran 2022/2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang telah menganugerahkan banyak
nikmat sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan yang berjudul “Syariat dan Adat
Mattampung“ dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Laporan ini berisi tentang adat Mattampung ritual pasca pemakaman di Soppeng. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.Rais,S.S.M.Si sebagai pembimbing saya dalam
kegiatan pembelajaran ini, dan terima kasih pula kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan dan mendukung penulisan laporan ini sehingga selesai tepat pada
waktunya.
Meski demikian, saya menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan didalam
penulisan laporan ini. Besar harapan saya laporan ini dapat menjadi sarana membantu pembaca
dalam lebih memahami topik yang akan dibahas nantinya. Demikian apa yang dapat saya
sampaikan, semoga laporan atau laporan ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca
sekalian.

Makassar,25 September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia dengan keragaman budayanya memiliki daya tarik dan
keunikan tersendiri. Keberagaman ini semakin rumit ketika ada tradisi yang satu dengan
tradisi yang lainnya.Budaya menjadi penilaian kreativitas dan produktivitas seseorang
dalam kehidupannya.Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena kebudayan
merupakan hakikat kehidupan.Tujuan pembangunan kebudayaan adalah untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia, jati diri dan kepribadian bangsa,
meningkatkan rasa harga diri dan kebanggaan bangsa, serta memperkokoh semangat
persatuan dan kesatuan bangsa sebagai cerminan pembangunan kebudayaan yang
mencerdaskan kehidupan manusia.
Salah satu kekayaan dan daya tarik nusantara adalah keanekaragaman budaya.
Beragamnya corak dan makna pesan yang diekspresikan dalam bentuk tradisi lokal yang
tersebar hingga ke pelosok desa.Nusantara tentu menjadi sumber utama kekayaan budaya
bangsa. Pengembangan budaya tidak hanya mempelajari seluruh nilai budaya lokal yang
tumbuh di masyarakat dan dinamikanya dalam konteks kekinian, tetapi kemampuan
mengadopsi dan menghargai budaya asing harus ditumbuh kembangkan agar tidak
kompetitif dalam menghadapi persaingan yang berbeda.Keadaan pertempuran budaya
yang dapat memperkaya pengetahuan tentang ide-ide budaya yang berbeda.
Keanekaragaman pulau-pulau Indonesia, yang meliputi kemajemukan suku bangsa,
agama, bahasa, tradisi dan adat istiadat, sehingga dapat saling mengenal suku dan bangsa
yang berbeda.
Budaya lokal di Sulawesi Selatan yang masih bertahan hingga kini merupakan
warisan turun temurun yang harus dilestarikan sebagai bentuk pengakuan terhadap warisan
leluhur. Warisan leluhur biasanya berupa tradisi. Tradisi lebih berorientasi pada
kepercayaan dan kegiatan ritual yang terbentuk dan mengakar dalam masyarakat.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai makna suatu masyarakat dalam dunianya. Berkat
budaya, warga masyarakat dapat melihat lingkungan mereka dengan cara yang bermakna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tradisi Mattampung?
2. Bagaimana proses pelaksaan tradisi Mattampung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari tradisi mattampung
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan tradisi Mattampung
D. Manfaat
1. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan dan
teknologi dalam mengetahui gambaran tentang Tradisi Mattampung.
2. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data penelitian selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mattampung
Pada masyarakat Bugis yang mayoritas menganut agama Islam sebagai ajaran atau
pedoman dalam kehidupannya juga dipengaruhi oleh komponen-komponen religi
ditambah lagi dengan adanya kepercayaan-kepercayaan yang masih dipertahankan.
Misalnya sistem keyakinan yang dianut masyarakat menjadi pemicu untu kmelakukan
ritual atau upacara keagamaan seperti tradisi mattampung. Tradisi Mattampung merupakan
tradisi sebagai bentuk pengiriman doa kepada orang yang telah meninggal dunia agar diberi
tempat yang layak disisi-Nya.
Mattampung adalah upacara penanaman batu nisan, yang ditanam setelah jenazah
dimakamkan. Tradisi mattampung merupakan tradisi dimana mendoakan orang mati yang
usia kematiannya tiga, tujuh, empat puluh dan seratus hari.Orang-orang percaya pada diri
mereka sendiri ketika mereka melakukan Mattampung bahwa ada harapan bahwa pahala
akan mencapai roh yang bertemu Sang Pencipta. Tradisi memperingati hari kematian
seseorang merupakan salah satu dari ritual yang dilakukan khusus untuk berkumpul untuk
memohon kepada Allah SWT untuk berdoa.Hal ini juga sangat berkaitan dengan kearifan
lokal yang ada.Prof.Ansar Arifin(2018),juga menyinggung bahwa “Masyarakat Bugis di
Kota Palu juga mengedepankan kearifan lokal mereka sebagai implikasi persatuan dan
kesatuan yaitu ‘Ma’bulo Sipeppa”.Menurut Kulle & Tika (2008: 27) bahwa a’bulo sibatang
bermakna persatuan yang mengental,dan merupakan simbol kekuatan dalam
persatuan.Bagi masyarakat Bugis dan Makassar, prinsip hidup yang mempersatukan
mereka secara Ma’bulo Sipeppa untuk mencapai tujuan bersama adalah siri’ na pacce
(bahasa Makassar)”.Begitu pula dengan masyarakat Soppeng,mereka pun mengimplikasi
persatuan dan kesatuan melalui adat dan tradisi mattampung.
Dalam pelaksanaan tradisi Matampung, ada tradisi yang harus diikuti untuk
menghormati tradisi atau peninggalan leluhur yang tidak dapat dibuang oleh generasi atau
keluarga berikutnya karena sudah terbiasa dan menganggapnya sebagai leluhur yang perlu.
telah melakukan Tujuan dari tradisi ini adalah tanggung jawab utama keluarga terhadap
jenazah.
B. Proses terjadinya tradisi Mattampung
Tradisi Mattampung merupakan tradisi yang diyakini oleh masyarakat Soppeng
dan sangat penting untuk mengirim doa-doa dengan membacakan ayat suci al-Qur’an
sampai khatam dan tahlilan. Tahlilan berarti berzikir dengan mengucap kalimat tauhid “
Laa ilaha illallah”. Cara pelaksanaannya yaitu dengan berkumpul membacakan ayat suci
alQur’an sampai khatam. Setelah itu diikuti dengan tahlilan. Tradisi ini dilakukan dengan
harapan semua doa dari masyarakat akan sampai kepada orang meninggal agar diberkahi
dan diberikan tempat yang tenang disisi-Nya.Mengirimkan doa merupakan bentuk
penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal dunia.
Namun ada beberapa masyarakat yang berbeda dari masyarakat pada umumnya.
Mereka lebih kepada pemotongan hewan seperti sapi, atau kambing pada hari tertentu
setelah kematian seseorang.Adanya suatu tradisi yang berkembang dalam masyarakat
sehingga muncul beberapa pandangan yang berbeda-beda, tergantung bagaimana mereka
menanggapinya.
Secara garis besar hanya ada dua perbedaan pendapat dalam suatu tradisi yaitu
masyarakat yang masih melaksanakan tradisi Mattampung dan masyarakat yang tidak
melaksanakan tradisi Mattampung. Tradisi Mattampung juga sering kali menjadi
perdebatan dalam masyarakat antara kelompok yang anti dengan tradisi Mattampung
dengan kelompok yang masih mempertahankan tradisi Mattampung. Seperti masyarakat
di Soppeng memiliki pandangan yang berbeda,ada yang mensakralkan tradisi Mattampung
dan ada pula yang melaksanakan hanya karena suatu kebiasaan dari leluhur yang turun
temurun.
Tradisi Mattampung berasal dari bahasa Bugis, yaitu kata (Melo’) yang berarti mau,
sedangkan (Mattampung) yang memiliki arti mengganti atau memperbaiki. Adapun objek
yang diperbaiki ialah kuburan keluarga yang telah meninggal sehingga tampak lebih baik
daripada sebelumnya.Hal tersebut dilakukan dilakukan dengan maksud usaha untuk
mengirimkan doa-doa keselamatan atau mendoakan untuk seseorang yang telah meninggal
dunia agar doa tersebut sampai kepada mayat tersebut bisa menjadi
“Pallomo”(mempermudah) kehidupan di alam kubur.
Tradisi Mattampung merupakan tradisi masyarakat Bugis Kecamatan Mendahara
yang dilakukan dengan maksud usaha untuk mengirimkan doa-doa keselamatan atau
mendoakan untuk seseorang yang telah meninggal dunia agar bisa menjadi
“Pallomo”(mempermudah) kehidupan di alam kubur. Sebelum mengenal Islam
masyarakat Bugis memang sudah melaksanakan tradisi Mattampung. Namun, menurut
Bapak Amiruddin Ambo Tassaka seorang sesepuh Kecamatan Mendahara mengatakan
bahwa dulunya tradisi Mattampung adalah memperbaiki kuburan keluarga yang meninggal
dengan memberikan jirat pada nisan dan memasang perigi.Kata Mattampung berasal dari
bahasa bugis yang berarti mengganti atau memperbaiki kuburan orang yang awalnya hanya
merupakan batu biasa dan yang kemudian diganti dengan semen atau nisan.Prosesi tradisi
dimulai dari adanya keluarga yang ingin melakukan acara Mattampung yang dilakukan
pada hari ketiga setelah meninggal dilakukan pemotongan ayam kampung yang berumur
tiga tahun.
Sebelum melaksanakan prosesi Mattampung ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan makanan seperti manisa, leppe-leppe yang berarti melepaskan hari-hari buruk
setelah kematian,dan beberapa macam lauk pauk seperti kari kambing atau sapi, kerbau,
ayam, dan telur. Beras ketan yang lengket sebagai harapan dapat lebih mempererat
hubungan keluarga. Tahapan Mattampung yang dilaksankan masyarakat Kelurahan
Mendahara Ilir tidak langsung dilaksanakan, tetapi melalui beberapa tahapan. Tahapan
dalam acara Mattampung mulai tahap perencanaan, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan yaitu, ahap musyawarah dengan keluarga untuk penetapan waktu
pelaksanaan Mattampung, seperti hari dan tanggal.
b. Tahap persiapan
Tahap persiapan yaitu, mempersiapkan perlengkapan untuk acara Mattampung, seperti
nisan, kayu, beras, kelapa, sapi dan keperluan lainnya.
c. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini merupakan kegiatan dari seluruh rangkaian acara Mattampung
mulai pada hari pertama berlangsungnya acara sampai selesai. Acara Mattampung atau
perbaikan kubur biasanya dilakukan oleh beberapa orang, biasanya sepuluh orang atau
lebih untuk menyelesaikannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mattampung adalah upacara penanaman batu nisan, yang ditanam setelah jenazah
dimakamkan..Oleh karena itu, tradisi ini digunakan hingga saat ini sebagai semacam
penghormatan terhadap tradisi para leluhur yang terdapat kepercayaan dan sebagai
perantara menyampaikan doa kepada Sang Pencipta. Dengan ini, masyarakat setempat
ingin melestarikan tradisi Mattampung ini untuk mendapatkan kemudahan bagi Si Jenazah.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Raudhatul Jannah(2020), Makna Tradisi Mattampung Masyarakat Bugis Di Kelurahan


Mendahara Ilir,Di akses pada tanggal 25 September 2022,Pada
http://repository.uinjambi.ac.id/7996/1/Skripsi%20Raudha.pdf

Ayu Ariska(2019), PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI MATTAMPUNG DI DESA BULUE


KECAMATAN MARIORIAWA KABUPATEN SOPPENG, Di akses pada tanggal 25 September
2022,Pada http://repository.iainpare.ac.id/976/1/15.1400.026.pdf

Ilham Darwis(2019), Syariat dan Adat Mattampung: Ritual Pasca Pemakaman di Kelurahan
Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng,Di akses pada tanggal 25 September
2022,Pada
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/4996/2/19_E51114303(FILEminimizer)..ok%201-
2.pdf

Iin Parninsih(2021),Eksplorasi Tradisi Mattampung Masyarakat Bugis dalam Kajian Living


Qur’an: Studi Desa Barugae Kabupaten Bone Sulawesi Selatan,Di akses pada tanggal 25
September 2022,Pada
file:///C:/Users/HP/Downloads/05.+Iin+Parninsih%3B+EKSPLORASI+TRADISI+MATT
AMPUNG+MASYARAKAT+BUGIS%3B+63-84.pdf

Ansar Arifin,Dahlan Hasan,Harifuddin Halim,Rasyidah Zainuddin,Andi Burchanuddin, Haslinda


B. Anriani, Abdul Malik Iskandar,Nurlina Subair,Nila Sastrawati,Syamsu Kamaruddin,
Muhammad Masdar, Arfenti Amir,Kearifan Lokal dan Kohesi Sosial dalam masyarakat
multietnik,Diakses pada tanggal 25 September pada
https://www.researchgate.net/profile/Mondry-
Mondry/publication/332736141_KEMANDIRIAN_PANGAN_BERBASIS_KEBHINEKA
AN_STUDI_ATAS_FUNGSI_DAN_PERAN_MEDIA_MASSA_DI_KOTA_MALANG_
ASTRIDA_FITRI_NURYANI_1_MONDRY_2/links/5fd17daa45851568d150972f/KEMA
NDIRIAN-PANGAN-BERBASIS-KEBHINEKAAN-STUDI-ATAS-FUNGSI-DAN-
PERAN-MEDIA-MASSA-DI-KOTA-MALANG-ASTRIDA-FITRI-NURYANI-1-
MONDRY-2.pdf#page=49

Anda mungkin juga menyukai