Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Inovasi dan Kinerja Usaha pada Sentra Industri Kaos di Kota

Bandung

S. A. R. Jannah1, H. Mulyadi2 & G. Razati3


Universitas Pendidikan Indonesia
aliarj@student.upi.edu

Abstract: The present study aims to describe innovation and business performance of T-Shirt Industry
Center in Bandung. This study uses a descriptive approach with the explanatory survey method. The
unit of analysis for member of the association of T-Shirt Industry Center is 60 respondents. Data
collection using a questionnaire. Based on the results of the research using descriptive analysis, the
results obtained that innovation in the average category and business performance in the average
category. The difference in this study lies in the object of research, research time, measuring
instruments, literature used, theory used and research results.
Keywords: Innovation; Business Performance
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran inovasi dan kinerja usaha pada sentra
industri kaos di Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode
explanatory survey. Unit analisis pada penelitian ini yaitu anggota asosiasi sentra industri kaos di
Bandung sebanyak 60 orang. Teknik pengumpulan data yaitu studi lapangan dengan penyebaran
kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis deskriptif, didapatkan hasil inovasi
berkategori sedang dan kinerja usaha berkategori sedang. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada
objek penelitian, waktu penelitian, alat ukur, literatur yang digunakan, teori yang digunakan dan hasil
penelitian.
Kata Kunci: Inovasi; Kinerja Usaha

PENDAHULUAN
Era persaingan yang dihadapi saat ini dirasa dalam persaingan bisnis yang semakin ketat
semakin ketat sehingga berdampak pada (Franco-santos et al., 2007). Lingkungan bisnis
cepatnya perubahan yang terjadi dalam menuntut perusahaan untuk mampu
berbagai bidang kehidupan baik ekonomi, beradaptasi dengan perubahan yang ada agar
sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, tetap bertahan (Karel, Adam, & Radomír,
dan sebagainya. Perubahan tersebut tentunya 2013). Pelaku usaha dihadapkan pada pilihan
memberi konsekuensi pada semua bidang tenggelam dalam keterpurukan karena tidak
termasuk dalam dunia usaha (Mulyadi & mampu bersaing atau mengikuti arus
Marliana, 2010). ketatnya persaingan, dan hal perubahan dan melakukan perencanaan
itu menuntut agar para pelaku usaha dapat strategis untuk bertahan (Schiuma, 2012).
memenuhi kebutuhan konsumen yang Tanpa persaingan, bisnis tidak akan maju,
senantiasa berubah. Oleh karena itu para karena tidak ada pacuan untuk memberikan
pelaku usaha harus mampu mempertahankan yang terbaik kepada pelanggan atau konsumen
kelangsungan usahanya sekaligus (Miranda, 2009).
mengembangkan usahanya (Christian Tri Sektor usaha mikro, kecil dan menengah di
Widodo, 2013). Indonesia sangat potensial dikembangkan.
Persaingan dalam dunia bisnis tidak dapat (Agustiningsih, 2015). Dari UMKM banyak
dihindari melainkan harus dihadapi (Miranda, tercipta lapangan kerja baru sehingga dapat
2009). Banyak organisasi bisnis yang mendukung laba ekonomi rumah tangga.
mengalami musibah kalah bersaing, menderita Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
kerugian, bahkan menderita kebangkrutan secara mayoritas merupakan suatu usaha untuk
mencegah adanya persaingan usaha yang tidak potensi untuk menjadi pusat bisnis sekaligus
sehat (Koswara, 2014). tempat wisata industri (Agustiningsih, 2015).
Hal tersebut dapat didukung oleh
Tabel 1. Perkembangan Skala UMKM di meningkatnya hasil produksi sektor industri di
Indonesia Tahun 2013 – 2017 daerah Jawa Barat. Kota Bandung merupakan
(dalam unit usaha) salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki
Unit kontribusi cukup besar dalam pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017
Usaha ekonomi di Jawa Barat (Anjaina, 2013).
Usaha 55.856. 57.189. 58.521. 60.863. 62.106.
Mikro 176 393 987 578 900
Jumlah UMKM di Kota Bandung dari
Usaha 629.41 654.22 681.52 731.04 757.09 tahun 2013 sampai dengan 2017 selalu
Kecil 8 2 2 7 0 mengalami peningkatan, baik itu dalam skala
Usaha
Mene 48.997 52.106 59.263 56.551 58.627 mikro, kecil, dan menengah. Perekonomian
ngah Kota Bandung ditopang oleh UMKM.
Total
56.534. 57.895. 59.262. 61.651. 62.922. Pemerintah Kota Bandung menetapkan
591 721 772 176 617
kebijakan yang berkaitan dengan industri dan
Sumber: www.depkop.go.id
perdagangan dengan mengembangkan tujuh
Secara keseluruhan perkembangan unit kawasan sentra industri, yaitu:
usaha UMKM di Indonesia dari tahun 2013
terus meningkat sampai tahun 2017 dengan Tabel 3. Sentra Industri di Kota Bandung
pertumbuhan rata-rata 5%. Ini menunjukkan No Sentra Industri Alamat
bahwa peran UMKM dalam pembangunan Sentra Industri
Jl. Raya Cibaduyut,
ekonomi terus meningkat secara signifikan dan Sepatu dan
1 Kec. Bojongloa
menjadi penopang pembangunan karena Perdagangan
Kidul
Cibaduyut
besarnya pelaku bisnis di sektor ini.
Sentra Perdagangan Jl. Cihampelas,
Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, 2
Jeans Cihampelas Kec. Coblong
Kota Bandung dikenal sebagai salah satu Kota Sentra Industri Jl. Binong Jati,
Pusat Industri Kreatif yang membuka peluang 3
Rajut Binong Jati Kec. Batununggal
usaha dari perdagangan barang-barang industri Jl. Surapati dan Jl.
tersebut. Pada tahun 2013, Jawa Barat Sentra Industri Kaos PHH. Mustofa,
merupakan provinsi ketiga di pulau Jawa yang 4
Suci Kec. Cibeunying
memberikan sumbangan terbesar terhadap Kidul
perekonomian nasional, yaitu sebesar 14,05%. Sentra Indutri
Jl. Cigondewah,
Sumbangan tersebut salah satunya bersumber Tekstil dan Produk
5 Kec. Bandung
dari industri kreatif. Industri kreatif di Jawa Tekstil Kain
Kulon
Barat berkembang pesat di beberapa daerah, Cigondewah
terutama di Kota Bandung yang memiliki Jl. Babakan
Sentra Industri Tahu
6 Ciparay, Kec.
julukan Emerging Creative City. Branding Tempe Cibuntu
Bandung Kulon
tersebut ternyata mampu mengangkat karakter
Sentra Industri Jl. Sukamulya,
Kota Bandung sebagai daya Tarik dan 7
Boneka Sukamulya Kec. Sukajadi
penggerak ekonomi (Mulyadi & Irawan, Sumber: Diolah dari Disperindag
2016).
Sentra Industri Kaos Suci merupakan salah
Tabel 2. Jumlah Unit UMKM di Kota Bandung satu Sentra Industri di Kota Bandung yang
Tahun 2013 – 2017 memiliki jumlah ratusan pengrajin. Cikal bakal
Unit
2013 2014 2015 2016 2017 industri kaos sablon ini berawal dari aktivitas
Usaha
Usaha
sablon yang berada di pemukiman Suci,
4.115 4.301 4.578 4.689 4.882 namun dalam perkembangannya usaha sablon
Mikro
Usaha
357 372 392 395 398 ini meningkat dan meluas. Kawasan Sentra
Kecil
Usaha
Industri Kaos Suci sebenarnya telah berganti
Mene 274 276 281 281 283 nama menjadi Jalan Surapati. Kendati
ngah demikian orang lebih mengenal kawasan yang
Total 4.746 4.948 5.251 5.365 5.563
letaknya tidak jauh dari lapangan Gasibu
Sumber: www.diskopumkm.bandung.go.id
sebagai Jalan Suci. Selama ini kawasan Suci
Kota Bandung memiliki beberapa kawasan identik dengan Sentra Pengrajin Kaos.
industri dan perdagangan yang memiliki (Alamsyah, 2013).
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin 2017
banyaknya pengrajin kaos yang justru (dalam rupiah)
menimbulkan masalah baru. Terlebih ketika Tahun Keuntungan
pesanan mulai berkurang. Hal ini 2013 6.533.299.000
menyebabkan persaingan antar pengrajin 2014 5.826.639.200
semakin ketat. Persaingan ini mulai mengaruh 2015 5.261.311.400
2016 4.844.172.800
kepada perang harga yang dinilai tak wajar.
2017 3.975.338.000
Pengrajin tak segan-segan menurunkan harga
Sumber: Koperasi Sentra Kaos Suci Bandung
untuk memperoleh pesanan, akibatnya
pengrajin lainnya mengalami kerugian. Terlihat terdapat penurunan kinerja pada
Banyaknya pesaing-pesaing dari luar Sentra kawasan sentra industri kaos Suci. Setiap
Industri misalnya factory outlet dan distro tahunnya mengalami penurunan keuntungan
yang menawarkan produk lebih beragam usaha rata-rata sebesar 20%. Penurunan
menjadikan kinerja usaha beberapa anggota keuntungan usaha setiap tahun dalam jangka
koperasi kaos suci di kawasan tersebut waktu tahun 2013 – 2017 cukup signifikan,
mengalami penurunan. yaitu sekitar 700.000.000 – 1.000.000.000
Menurunnya kinerja usaha pada Sentra rupiah per tahunnya. Ini mengindikasikan
Industri kaos Suci ini dapat diukur dari bahwa ada masalah dalam usaha di sentra
pertumbuhan produksi dan pertumbuhan industri kaos Suci Bandung dilihat dari
keuntungan usaha. Setiap tahunnya jumlah pertumbuhan keuntungan usahanya.
produksi dan keuntungan usaha mengalami Sentra Industri kaos Suci menghadapi
penurunan. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh kesulitan karena produk-produk yang mereka
tabel pertumbuhan produksi dan pertumbuhan produksi tidak kompetitif. Koperasi Sentra
keuntungan usaha di bawah ini: Industri kaos Suci mengatakan hal itu bisa
terjadi karena daya saing yang dimiliki
Tabel 4. Pertumbuhan Produksi Sentra Industri memang rendah dan hal tersebut disebabkan
Kaos di Bandung Tahun 2013 – 2017 karena rendahnya inovasi yang mereka miliki.
(dalam potong produk) Oleh sebab itu, mereka tengah melakukan
Tahun Produksi beberapa inovasi, seperti inovasi pada desain
2013 36.695.975 sablon kaos dan peningkatan teknologi desain,
2014 34.356.780
yang diharapkan dapat membantu
2015 29.815.028
meningkatkan tingkat kinerja usaha pada
2016 23.438.412
Sentra Industri kaos Suci. Selain itu Koperasi
2017 15.625.888
Sumber: Koperasi Sentra Kaos Bandung Sentra Industri Kaos Suci juga terdaftar
sebagai Kampung UKM Digital, hal ini
Pada Tabel 4 dapat dilihat penurunan hasil membantu tingkat pemasaran di Sentra
produksi setiap tahun dalam jangka waktu Industri ini.
tahun 2013 – 2017 cukup signifikan, yaitu Kemajuan bisnis yang cepat dan tingginya
sekitar 2.000.000 – 7.000.000 potong produk tingkat persaingan menuntut inovasi terus
per tahunnya. Tahun 2013 sampai tahun 2014 menerus, yang pada akhirnya akan
mengalami penurunan sebanyak 2.339.195 meningkatkan kinerja bisnis (Hartini, 2012).
potong. Tahun 2014 sampai tahun 2015 Inovasi merupakan salah satu hal yang harus
mengalami penurunan sebanyak 4.541.752 selalu dilakukan untuk mengembangkan bisnis
potong. Sedangkan tahun 2015 sampai tahun menjadi lebih baik (Kravchenko et al., 2015).
2016 mengalami penurunan sebanyak Salah satu kunci meningkatkan daya saing
6.376.616 potong. Dan pada tahun 2016 dalam suatu perusahaan adalah mendorong
sampai tahun 2017 mengalami penurunan inovasi sebuah perusahaan agar bisa bersaing,
sebanyak 7.812.524 potong. Ini baik di tingkat lokal, nasional, dan lingkungan
mengindikasikan bahwa ada masalah dalam global (Hartini, 2012). Seorang wirausahawan
usaha di sentra industri kaos Suci Bandung yang sukses harus berinovasi, serta tidak
dilihat dari pertumbuhan produksinya. bergantung kepada orang lain dan memiliki
rasa optimis atas keberhasilan ide-ide yang
Tabel 5. Pertumbuhan Keuntungan Usaha diciptakan (Hyrsky & Tuunanen, 1999).
Sentra Industri Kaos di Bandung Tahun 2013 –
Kemajuan bisnis yang cepat dan tingginya
tingkat persaingan menuntut inovasi terus
menerus, yang pada akhirnya akan kewirausahaan meliputi enam komponen
meningkatkan kinerja bisnis (Hartini, 2012). penting, yaitu: percaya diri, berorientasi pada
Inovasi merupakan salah satu hal yang harus hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan,
selalu dilakukan untuk mengembangkan bisnis keorisinalitasan, dan berorientasi pada masa
menjadi lebih baik (Kravchenko et al., 2015). depan (Suryana, 2013). Karakter
Salah satu kunci meningkatkan daya saing kewirausahaan diartikan sebagai tabiat, watak,
dalam suatu perusahaan adalah mendorong sifat kejiawaan, akhlak, atau budi pekerti yang
inovasi sebuah perusahaan agar bisa bersaing, membedakan seseorang daripada yang lain
baik di tingkat lokal, nasional, dan lingkungan (Agustiningsih, 2015).
global (Hartini, 2012). Seorang wirausahawan Beberapa karakteristik khusus yang
yang sukses harus berinovasi, serta tidak membedakan mereka dapat ditinjau dari
bergantung kepada orang lain dan memiliki orientasi kewirausahaan. Orientasi
rasa optimis atas keberhasilan ide-ide yang kewirausahaan adalah kemampuan untuk
diciptakan (Hyrsky & Tuunanen, 1999). menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
Kemampuan inovasi merupakan faktor (ability to create the new and different thing).
terpenting dalam kinerja usaha, dalam sebuah Orientasi kewirausahaan merupakan sesuatu
usaha harus memiliki tingkat inovasi yang baik yang dapat meningkatkan inovasi agresif,
untuk mencapai keuntungan dalam persaingan memperbanyak proyek-proyek berisiko, dan
dengan para pesaing (Calantone, Cavusgil, & cenderung menjadikan perusahaan sebagai
Zhao, 2002). Inovasi dapat membantu pelopor inovasi yang dapat mencegah
perusahaan memperoleh atau mempertahankan terjadinya persaingan (Suryana, 2013)
pangsa pasar, serta meningkatkan perolehan Orientasi kewirausahaan adalah
laba pada segmen pasar tersebut, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
membangun keunggulan perusahaan melalui baru dan berbeda. Orientasi kewirausahaan
proses inovasi terhadap produk dan layanan adalah sebagai sesuatu yang mengarah kepada
organisasi menjadi hal yang tidak dapat proses, latihan, dan aktivitas dalam
dihindarkan lagi (Pertiwi, Katili, & Anggraeni, pengambilan keputusan untuk pengembangan
2013). Terdapat empat dimensi dalam inovasi produk baru (Lumpkin & Jerome A. Katz,
yaitu inovasi proses, inovasi produk, inovasi 2007). Orientasi kewirausahaan dapat
sumber daya, dan inovasi pasar (Lumpkin & diartikan sebagai strategi benefit perusahaan
Jerome A. Katz, 2007). untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif
Rumusan masalah dalam penelitian ini didalam market place yang sama (Hisrich et
adalah: (1) Bagaimana gambaran inovasi dan al., 2013).
kinerja usaha, dan (2) Bagaimana pengaruh Terdapat tiga indikator untuk mengukur
inovasi terhadap kinerja usaha. Tujuan orientasi kewirausahaan menurut (Lumpkin &
penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui Jerome A. Katz, 2007), yaitu: (1) Inovasi.
gambaran inovasi dan kinerja usaha, dan (2) Keinginan perusahaan untuk mendukung
Untuk mengetahui pengaruh inovasi terhadap kreativitas dalam upaya memperkenalkan
kinerja usaha. produk baru (2) Proaktif. Bertindak aktif
mendeteksi pesaing dan merespon permintan
KAJIAN PUSTAKA pasar pada masa mendatang (3) Pengambilan
Risiko. Upaya pencarian peluang-peluang
Kewirausahaan adalah proses penciptaan baru.
sesuatu yang berbeda untuk menciptakan nilai Inovasi dalam konteks perdagangan dan
dengan mencurahkan waktu dan usaha disertai industri pertama kali didefinisikan sebagai
dengan penggunaan keuangan, fisik, dan “The successful bringing to market ot new or
resiko yang kemudian memberikan hasil improved products, processes or services”
berupa uang serta kepuasan dan kebebasan (Scarborough & Cornwall, 2016). Inovasi
pribadi (Hisrich, Peters, & Shepherd, 2013). merupakan eksploitasi gagasan-gagasan baru
Kewirausahaan adalah sebuah kemampuan yang diupayakan agar berhasil meraih sukses.
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan Variabel dalam penelitian ini
berbeda (Drucker & Maciariello, 1994). dikembangkan dari inovasi yang telah diteliti
Ciri-ciri umum kewirausahaan dapat dilihat oleh (Lumpkin & Jerome A. Katz, 2007).
dari berbagai aspek kepribadian, seperti jiwa, Variabel ini diukur dengan empat dimensi
watak, sikap, dan perilaku seseorang. Ciri-ciri diantaranya Inovasi Proses, inovasi muncul
dari pikiran individu yang kreatif dan bekerja pesaing. Strategi pemasaran harus disesuaikan
di lingkungan yang menumbuhkan serta tidak hanya pada sasaran konsumen tetapi juga
mendorong inovasi. Pemimpin perlu pada para pesaing yang mengincar sasaran
memahami pentingnya inovasi saat ini dan konsumen yang sama.
bagaimana melakukan inovasi untuk Kinerja berasal dari kata job performance
organisasi dengan cara menarik dan atau actual performance yang berarti prestasi
mempertahankan proses yang inovatif, terus kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
meningkatkan keterampilan mereka dan oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi
menciptakan budaya inovasi. Hal ini akan kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
menciptakan keunggulan dan keunikan sendiri kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
bagi perusahaan. dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
Inovasi Produk, inovasi produk merupakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
suatu proses yang berusaha memberikan solusi Performance atau kinerja merupakan hasil
terhadap permasalahan yang ada. atau keluaran dari suatu proses (Evans, 2017).
Permasalahan yang sering terjadi di dalam Menurut pendekatan perilaku dalam
bisnis adalah produk yang bagus tetapi mahal manajemen, kinerja adalah kuantitas atau
atau produk yang murah tetapi tidak kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang
berkualitas. Sebagai pelaku usaha, kita harus diberikan oleh seseorang yang melakukan
peka terhadap keinginan client kita yang pekerjaan (Scarborough & Cornwall, 2016).
kadang sulit kita terima. Keinginan yang Kinerja pada dasarnya adalah apa yang
paling umum adalah client menginginkan dilakukan atau tidak dilakukan pegawai.
produk yang bagus dengan harga yang Manajemen kinerja adalah keseluruhan
murah.Untuk menciptakan produk yang kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
berkualitas dengan harga yang terjangkau kita kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk
harus jeli melihat berbagai peluang untuk kinerja masing-masing individu dan kelompok
mewujudkannya. kerja di perusahaan tersebut (Losonci &
Inovasi Sumber Daya, pengambilan Demeter, 2013).
keputusan dalam suatu organisasi sangat Kinerja usaha (business performance)
penting karena menyangkut masa depan adalah merujuk pada tingkat pencapaian atau
organisasi, apakah keputusan itu membawa prestasi dari badan usaha dalam periode waktu
keberhasilan ataukah kegagalan dikarenakan tertentu. Variabel dalam penelitian ini
kesalahan dalam mengambil keputusan. dikembangkan oleh (Evans, 2017) diukur
Kaitannya dengan inovasi, metode ataupun dengan dua dimensi diantaranya Pertumbuhan
cara yang dilakukan tidaklah sama dengan Produksi, mencerminkan keberhasilan
langkah-langkah pengambilan keputusan biasa investasi pada periode yang lalu dan dapat
dimana resiko sudah diketahui, maka dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa
perbedaannya disini adalah bahwa yang akan datang. Pertumbuhan atas produksi
pengambilan keputusan inovasi itu dimulai merupakan indikator penting penerimaan dasar
dengan adanya serba tak tentu (uncertainty). dari produk dana atau jasa perusahaan
Dalam organisasi, hal-hal atau faktor yang tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan
merangsang adanya inovasi ialah terjadinya dari produksi akan dapat digunakan untuk
performance gaps (kesenjangan penampilan) mengukur tingkat pertumbuhan produksi.
yaitu kondisi dimana adanya perbedaan antara Pertumbuhan Keuntungan Usaha,
apa yang ditampilkan dengan apa yang merupakan indikator penting dari penerimaan
seharusnya dilakukan ketika keputusan pasar dari produk dan jasa perusahaan
diambil. tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang
Inovasi Pasar, pertumbuhan ekonomi yang konsisten dan juga pertumbuhan keuntungan
kurang bergairah menciptakan persaingan dianggap penting bagi badan usaha yang dijual
yang sangat ketat. Perusahaan dan badan usaha ke publik.
secara khusus mendalami kelemahan pesaing- Kemampuan inovasi merupakan faktor
pesaingnya dan sering menyerang posisi terpenting dalam kinerja usaha. Didukung oleh
pesaingnya dengan mendadak. Makin lama berbagai kajian empirik, temuan mengenai
makin didasari perlunya inovasi dengan kepustakaan inovasi pun memperkuat hal ini.
strategi pemasaran yang didasarkan atas baik Dan menganjurkan bahwa sebuah usaha harus
kebutuhan konsumen maupun posisi para memiliki tingkatan inovasi yang baik untuk
mencapai keuntungan dalam persaingan sedang diteliti. Objek/unit analisis pada
dengan para pesaingnya (Calantone et al., penelitian ini yaitu anggota asosiasi sentra
2002). industry kaos di Bandung. Penelitian ini
Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu
sebuah paradigma penelitian pengaruh inovasi tahun, sehingga teknik pengumpulan data yang
terhadap kinerja usaha secara jelas digambarkan digunakan pada penelitian ini adalah cross-
dalam Gambar 1 sebagai berikut: sectional method.
Mengingat jumlah populasi kurang dari
100 unit usaha, maka dalam penelitian ini
menggunakan seluruh jumlah populasi.
Seluruh anggota koperasi Sentra Industri Kaos
Suci Bandung adalah sejumlah 60 unit usaha.
Gambar 1. Paradigma Penelitian Pengaruh Penelitian ini menggunakan beberapa teknik
Inovasi terhadap Kinerja Usaha untuk mengumpulkan data, diantaranya:
observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan
METODE PENELITIAN penyebaran kuesioner.
Teknik analisis data deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk menggunakan distribusi frekuensi. Secara
menganalisis inovasi dalam meningkatkan statistik hipotesis yang akan diuji dalam
kinerja usaha pada sentra industri kaos di pengambilan keputusan penerimaan atau
Bandung. Variabel bebas (independent penolakan hipotesis dirumuskan sebagai
variable) atau variabel eksogen yang terdapat berikut:
pada penelitian ini yaitu inovasi dengan 1. Ho : ρ ≤ 0 yang berarti bahwa tidak
dimensi inovasi proses, inovasi produk, terdapat pengaruh positif antara inovasi
inovasi sumber daya, dan inovasi pasar. terhadap kinerja usaha.
Sedangkan variabel terikat (dependent 2. Ha : ρ > 0 yang berarti bahwa terdapat
variable) atau variabel endogen pada pengaruh positif antara inovasi terhadap
penelitian ini yaitu kinerja usaha dengan kinerja usaha.
dimensi pertumbuhan produksi dan
pertumbuhan keuntungan usaha. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode explanatory survey. Explanatory  Gambaran Inovasi
survey adalah metode penelitian untuk Teori serta konsep inovasi yang digunkan
mendapatkan data dari tempat tertentu secara dalam penelitian ini mengadopsi dan
alami, tetapi peneliti melakukan perlakuan memodifikasi teori pemikiran tentang inovasi
dalam pengumpulan data dengan mengedarkan menurut G. Lumpkin, Jerome A. Katz (2007).
kuesioner (Sugiyono, 2017). Penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi
Jenis data yang digunakan dalam yang digunakan untuk mengukur inovasi,
penelitian ini yaitu data primer dan data yaitu: (1) inovasi proses (2) inovasi produk (2)
sekunder. Tujuan penggunaan data primer inovasi sumber daya (4) inovasi pasar. Selain
adalah untuk memperoleh gambaran yang real itu rumusan indikator merujuk kepada teori-
dari pihak yang memiliki data tentang teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli
penelitian ini. Data yang didapat dari sumber serta penelitian yang telah dilakukan
pertama baik dari individu seperti hasil sebelumnya.
pengisian kuesioner atau hasil wawancara Berdasarkan hasil pengolahan data yang
yang dilakukan oleh peneliti merupakan dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada
pengertian dari data primer. Sumber data anggota Asosiasi Sentra Industri Kaos Suci
sekunder adalah sumber data yang tidak (SKOCI) Bandung, inovasi dapat diukur
langsung memberikan data kepada pengumpul melalui perhitungan skor ideal dan total skor
data menurut Sugiono dalam (Hermawan, keseluruhan. Berikut adalah pemaparan
2006). rekapitulasi perhitungan skor:
Metode penelitian ini dilakukan melalui
kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian Tabel 6. Rekapitulasi Tanggapan Responden
populasi dengan tujuan untuk mengetahui Mengenai Inovasi
pendapat dari populasi terhadap objek yang
N Skor Total
Dimensi %
o Ideal Skor
1 Inovasi proses 1500 961 64,07
Inovasi
2 1800 1190 66,11
produk
Inovasi
3 1200 782 65,17 Gambar 2. Garis Kontinum Variabel Inovasi
sumber daya
4 Inovasi pasar 900 625 69.44
Total 5400 3558 65.89 Gambar 2 mengemukakan bahwa secara
Sumber: Hasil pengolahan data (2019) ideal skor yang diharapkan untuk jawaban
anggota SKOCI Bandung terhadap pernyataan
Tabel 6 menjelaskan mengenai rekapitulasi
nomor 1 sampai dengan 18 adalah 3558. Dari
skor dari dimensi-dimensi yang ada pada perhitungan di atas menunjukan persentase
inovasi. Besarnya skor yang dimiliki setiap
sebesar 65.89% dari skor ideal sejumlah 5400,
dimensi tersebut dapat menjelaskan bagaimana dengan demikian variabel inovasi berada pada
inovasi pada Sentra Industri Kaos Suci
kategori sedang. Hal ini menunjukkan
Bandung. Inovasi berdasarkan item pernyataan penerapan inovasi proses, inovasi produk,
(indikator) menunjukkan bahwa nilai tertinggi
inovasi sumber daya, dan inovasi pasar pada
berada pada dimensi inovasi pasar dengan Sentra Industri Kaos Suci di Kota Bandung
perolehan sebesar 625 (69.44%). Sedangkan
dapat dikatakan sedang dan masih perlu
untuk dimensi dengan nilai terendah yaitu ditingkatkan lagi.
dimensi inovasi proses dengan perolehan
 Gambaran Kinerja Usaha
sebesar 961 (64.07%).
Teori serta konsep kinerja usaha yang
Skor ideal variabel inovasi adalah senilai
digunkan dalam penelitian ini mengadopsi dan
5400 untuk 18 item pernyataan. Perolehan
memodifikasi teori pemikiran tentang kinerja
total skor berdasarkan hasil pengelolaan data
usaha menurut James Evans (2017). Penelitian
pada variabel inovasi adalah senilai 3558
ini menggunakan dimensi-dimensi yang
(65.89%). Sedangkan untuk mencari daerah
digunakan untuk mengukur kinerja usaha,
kontinum yang menunjukan wilayah ideal dari
yaitu: (1) pertumbuhan produksi (2)
tanggapan responden, dapat dihitung
pertumbuhan keuntungan usaha. Selain itu
berdasarkan rumus Sugiyono (2017) adalah
rumusan indikator merujuk kepada teori-teori
sebagai berikut :
yang dikemukakan oleh beberapa ahli serta
Skor maksimum = skor tertinggi x jumlah
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
butir item x jumlah responden
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
= 5 x 18 x 60
dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada
= 5400
anggota Asosiasi Sentra Industri Kaos Suci
Skor minimum = skor terendah x jumlah
(SKOCI) Bandung, kinerja usaha dapat diukur
butir item x jumlah responden
melalui perhitungan skor ideal dan total skor
= 1 x 18 x 60
keseluruhan. Berikut adalah pemaparan
= 1080
rekapitulasi perhitungan skor:
Panjang interval = (skor maksimum - skor
minimum) : banyak interval Tabel 7. Rekapitulasi Tanggapan Responden
= (5400 – 1080) ÷ 5 Mengenai Kinerja Usaha
= 864 N Skor Total
Persentase skor = (total skor : nilai Dimensi %
o Ideal Skor
maksimum) x 100% Pertumbuhan
1 4500 3102 68,93
= (3558 : 5400) x 100% produksi
= 65.89% Pertumbuhan
Perolehan total skor yang didasarkan hasil 2 keuntungan 4200 2621 62,40
pengolahan data dari responden pada variabel usaha
inovasi adalah 3558, skor tersebut secara Total 8700 5723 65,78
Sumber: Hasil pengolahan data (2019)
kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 7 menjelaskan mengenai rekapitulasi
skor dari dimensi-dimensi yang ada pada
kinerja usaha. Besarnya skor yang dimiliki
setiap dimensi tersebut dapat menjelaskan
bagaimana kinerja usaha pada Sentra Industri pertumbuhan produksi dan pertumbuhan
Kaos Suci Bandung. Kinerja usaha keuntungan usaha pada Sentra Industri Kaos
berdasarkan item pernyataan (indikator) Suci di Kota Bandung dapat dikatakan sedang
menunjukkan bahwa nilai tertinggi berada dan masih perlu ditingkatkan lagi.
pada dimensi pertumbuhan produksi dengan
perolehan sebesar sebesar 3102 (68.93%). KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan untuk dimensi dengan nilai
Berdasarkan hasil penelitian di pembahasan
terendah yaitu dimensi dengan perolehan
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
sebesar 2621 (62.40%).
Skor ideal variabel kinerja usaha adalah Gambaran mengenai inovasi dapat dilihat
senilai 8700 untuk 29 item pernyataan. dari dimensi-dimensinya yang terdiri dari
Perolehan total skor berdasarkan hasil inovasi proses, inovasi produk, inovasi sumber
pengelolaan data pada variabel kinerja usaha daya, dan inovasi pasar berada pada kategori
adalah senilai 5723 (65.78%). Sedangkan sedang. Dimensi yang memperoleh tanggapan
untuk mencari daerah kontinum yang yang paling tinggi yaitu dimensi inovasi pasar,
menunjukan wilayah ideal dari tanggapan sedangkan dimensi dengan perolehan
responden, dapat dihitung berdasarkan rumus tanggapan paling rendah yaitu dimensi inovasi
Sugiyono (2017) adalah sebagai berikut : proses.
Skor maksimum = skor tertinggi x jumlah Gambaran mengenai kinerja usaha dapat
butir item x jumlah responden dilihat dari dimensi-dimensinya yang terdiri
= 5 x 29 x 60 dari pertumbuhan produksi dan pertumbuhan
= 8700 keuntungan usaha berada pada kategori
Skor minimum = skor terendah x jumlah sedang. Dimensi yang memperoleh tanggapan
butir item x jumlah responden paling tinggi yaitu dimensi pertumbuhan
= 1 x 29 x 60 produksi, sedangkan dimensi dengan
= 1740 perolehan tanggapan paling rendah yaitu
Panjang interval = (skor maksimum - skor dimensi pertumbuhan keuntungan usaha.
minimum) : banyak interval Inovasi memiliki pengaruh yang positif
= (8700 – 1740) ÷ 5 terhadap kinerja usaha pada sentra industri
= 1392 kaos di Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa
Persentase skor = (total skor : nilai semakin tinggi inovasi yang dilakukan
maksimum) x 100% perusahaan, maka semakin tinggi pula kinerja
= (5723 : 8700) x 100% usaha yang akan dirasakan anggota asosiasi
= 65.78% sentra industri kaos di Bandung.
Perolehan total skor yang didasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian di
pengolahan data dari responden pada variabel pembahasan dikemukakan saran yang dapat
inovasi adalah 5723, skor tersebut secara meningkatkan kinerja usaha sentra industri
kontinum dapat digambarkan sebagai berikut: kaos sebagai berikut:
Dimensi dari inovasi yang paling rendah
yaitu inovasi proses. Strategi yang dapat
dilakukan seperti meningkatkan keterampilan
dalam penciptaan desain unik dan mengasah
kemampuan pada teknologi baru guna
mengembangkan produk.
Gambar 3. Garis Kontinum Variabel Dimensi dari kinerja usaha yang paling
Kinerja Usaha rendah yaitu pertumbuhan keuntungan usaha.
Strategi yang dapat dilakukan seperti
Gambar 3 mengemukakan bahwa secara memperbaiki pengelolaan dana usaha dan
ideal skor yang diharapkan untuk jawaban meningkatkan kemampuan penjualan dalam
anggota SKOCI Bandung terhadap pernyataan event bazar.
nomor 19 sampai dengan 47 adalah 5723. Dari Hasil penelitian menyatakan bahwa
perhitungan di atas menunjukan persentase inovasi berpengaruh secara positif terhadap
sebesar 65.78% dari skor ideal sejumlah 8700,
kinerja usaha, dengan demikian penulis
dengan demikian variabel kinerja usaha berada
menyarankan agar sentra industri kaos tetap
pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan
menjaga, mempertahankan, mengawasi dan Propensity: A Cross-Cultural Study of
meningkatkan kembali inovasi diantaranya Finnish and US Entrepreneurs and Small
inovasi proses, inovasi produk, inovasi sumber Business Owners. Journal of Business
daya, dan inovasi pasar guna menunjang and Management, 48(3), 238–256.
berkembangnya usaha dan meningkatnya Retrieved from
kinerja usaha. http://lta.hse.fi/1999/3/lta_1999_03_a2.p
df
DAFTAR PUSTAKA Karel, S., Adam, P., & Radomír, P. (2013).
Agustiningsih, D. (2015). Pengaruh Orientasi Strategic Planning and Business
Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha, Performance of Micro, Small and
2011, 1–11. Medium-Sized Enterprises. Journal of
Alamsyah, I. F. (2013). Pengaruh Inovasi Competitiveness, 5(4), 57–72.
Terhadap Keberhasilan Usaha pada https://doi.org/10.7441/joc.2013.04.04
Pengusaha Sentra Industri Kaos Suci Koswara, R. A. (2014). Studi Deskriptif
Bandung, 1–10. Keberhasilan Usaha Industri Rajut
Anjaina, A. (2013). Pengaruh Kekuatan Binong Jati, 1–6.
Pemasok terhadap Strategi Produk dan Kravchenko, N. A., Kuznetsova, S. A.,
Implikasinya pada Penjualan, 1–13. Yusupova, A., Jithendranathan, T.,
Calantone, R. J. ., Cavusgil, S. T. ., & Zhao, Y. Lundsten, L. L., & Shemyakin, A.
. (2002). Learning orientation, firm (2015). A Comparative Study of
innovation capability, and firm Regional Innovative Entrepreneurship in
performance. Industrial Marketing Russia and the United States. Journal of
Management, 31(6), 515–524. Small Business and Enterprise
https://doi.org/10.1016/S0019- Development, 22(1), 63–81.
8501(01)00203-6 Losonci, D., & Demeter, K. (2013). Lean
Christian Tri Widodo. (2013). Pengaruh production and business performance:
Kreativitas dan Inovasi terhadap Kinerja International empirical results.
Usaha (Survei pada Sentra UKM Industri International Business Journal, 23(3),
Kaos Sablon Suci Bandung), 1–34. 218–233.
Drucker, P. F., & Maciariello, J. A. (1994). https://doi.org/10.1108/10595421311319
KINERJA BISNIS, 1–34. 816
Evans, J. (2017). Business Analytics. Retrieved Lumpkin, G. T., & Jerome A. Katz. (2007).
from http://www.gartner.com/it- Entrepreneurial Strategic Process. JAI
glossary/business-analytics/ Press (Vol. 10).
Franco-santos, M., Kennerley, M., Micheli, P., https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
Martinez, V., Mason, S., Marr, B., … 324.004
Neely, A. (2007). Towards a definition of Miranda, E. (2009). Business Intelligence
a business performance measurement ( BI ), Business Performance
system. International Journal of Management ( BPM ) untuk
Operations & Production Management, mengendalikan dan meningkatkan
27(8), 784–801. Kinerja Perusahaan, I(9), 19–33.
https://doi.org/10.1108/01443570710763 Mulyadi, H., & Irawan, A. (2016). Pengaruh
778 Keterampilan Wirausaha terhadap
Hartini, S. (2012). Peran Inovasi: Keberhasilan Usaha. Journal of Business
Pengembangan Kualitas Produk dan Management and Entrepreneurship
Kinerja Bisnis. Jurnal Manajemen Dan Education, 1(1), 213–223.
Kewirausahaan, 14(1), 82–88. Mulyadi, H., & Marliana, N. (2010). Pengaruh
Hermawan, A. (2006). Penelitian Bisnis Motivasi dan Disiplin Kerja Karyawan
Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT terhadap Kinerja Karyawan pada
Gramedia Widiasarana Indonesia. Departemen Weaving PT. Adetex
Hisrich, R. D., Peters, M. P., & Shepherd, D. Cabang Banjaran Kab. Bandung.
A. (2013). Entrepreneurship. Pendidikan Manajemen Bisnis, 9, 40–51.
Hyrsky, K., & Tuunanen, M. (1999). Pertiwi, D., Katili, P. B., & Anggraeni, S. K.
Innovativeness and Risk-taking (2013). Analisa Hubungan Intellectual
Capital Terhadap Business Performance
pada Industri Manufaktur. Jurnal Teknik
Industri, 1(3), 265–271.
Scarborough, N. M., & Cornwall, J. R. (2016).
Essentials of Entrepreneurship and
Small Business Management.
Schiuma, G. (2012). Managing knowledge for
business performance improvement.
Journal of Knowledge Management,
16(4), 515–522.
https://doi.org/10.1108/13673271211246
103
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suryana. (2013). Kewirausahaan: Kiat dan
Proses Menuju Sukses (4th ed.). Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai