NIM : 042233691
PRODI : MANAJEMEN
1. A. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S Al-‘Ankabut/29:45 yaitu bahwa
hukum syariat yang berisi hukum dan aturan dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
merupakan panduan yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada harus
mengikuti aturan yang ada dalam kitab Al-Quran dan aturan islam. Contohnya adalah
perintah membaca kitab Al-Quran dan perintah untuk melaksanakan sholat untuk
mencegah dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, keji, dan mungkar yang dilarang
oleh agama karena saat kita sholat berarti kita mengingat Allah dan diharapkan kita
memerhatikan apa yang kita lakukan karena Allah melihat kita.
b. Wajib.
Suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang mengerjakannya
akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa.
Sunnah.
Perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala
apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalan tersebut tidak mendapat siksa.
Haram.
Segala perbuatan yang apabila itu ditinggalkan mendapat pahala sementara apabila
dikerjakan maka orang tersebut mendapat siksa.
Makruh.
Apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat
pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat siksa.
Mubah.
Suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
d. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Yang
dimaksud dengan “kembali kepada Allah dan Rasul” menurut mayoritas muasfir adalah
mengembalikan segala urusan kepada tununan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Erlihat
dalam ayat tersebut bahwa orang beriman juga wajib taat kepada ulil amri, namun dalam
ayat tersebut tidak disertakan kata athi’u/taatlah, seperti terhadap Allah dan Rasul. Hal
ini mengandung arti bahwa ketaatan kepada ulil amri adalah bersyarat, yaitu sepanjang
penguasa tersebut juga taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. a. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar kita mengajak manusia kepada kebenaran
itu dangan cara hikmah. Termasuk ke dalam makna hikmah adalah cara penyampaian
yang tidak menyakitkan orang yang didakwahinya dengan cara bertahap disesuaikan
dengan kemampuan objek dakwah dan dilakukan tidak sekaligus.
b. Ayat ini memerintahkan kepada kita agar mencontoh Rasuullah dalam segala hal
karena dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik. Hal yang juga mendukung
sunah sebagai sumber akhlak adalah risalah kenabian Muhammad. Nabi Muhammad
diutus oleh Allah di muka bumi ini, tidak lain adalah untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.
3. Pertama, menurut saya terkai masalah pergaulan social sekarang ini (dalam konteks hal
negatif) diawali dari kurangnya pemahaman terkait agama, anggapan agama sebagai hal
kuno dan tidak releate sama yang terjadi di masa modern ini, padahal agama islam
sudah menjelaskan bahwa Al-Qur’an sendiri tidak akan tergantikan sampai kapan pun,
dan bakal buat Rahmatan Lil Alamin.
Kedua, dampak dari lingkungan yang bisa jadi menjerumuskan ke dalam hal yang
negatif seperti merusak moral, akhlak, perilaku manusia. Karena kita lambat laun pasti
terbawa dengan pengaruh lingkungan yang negatif tersebut kalau kita tidak segera sadar
untuk menjauhinya
Ketiga, bisa jadi juga karena anggapan masyarakat yang memahami hal konotasi negatif
dalam agama itu dianggap hal yang biasa-biasa saja.
Contoh :
Seorang anak yang membentak orang tuanya karena tidak memiliki ilmu pengetahuan
agama
Banyak anak muda yang tidak mau peduli dengan ajaran agama yang cenderung
terjerumus dengan pergaulan bebas dan perbuatan kriminal