Skripsi Nitrosamin
Skripsi Nitrosamin
0305050051
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
2009
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP PEMBENTUKAN
Oleh:
0305050051
DEPOK
2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
Natrium Nitrit dan Dimetilamin ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
2. Ibu Santi Purna Sari, M.Si selaku pembimbing II atas bimbingan dan
i
ii
3. Ibu Dr. Amarila Malik, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
FMIPA UI,
4. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, doa,
FMIPA UI.
6. Sahabat terkasih penulis: Gina, Niken, Annis, Hasma, Muthia, dan Itine.
Terima kasih atas kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian yang
Farmasi: Achil, Isabel, Nur, Fileas, Galih, Vania, Wahyu, Dessy, Bocah,
8. Semua pihak lain yang belum disebutkan, baik secara langsung maupun
jauh dari sempurna. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat
Penulis
2009
ABSTRAK
reaksi nitrosasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kromatografi gas detektor ionisasi nyala, dengan suhu injektor, detektor dan
kolom berturut-turut 200°C, 220°C dan 130°C. Kadar NDMA yang terbentuk
pada kelompok kontrol positif adalah 2,325 ppm. Sedangkan pada kelompok
iii
iv
ABSTRACT
classified NDMA in group 2A, means that this compound have possibility
For that, we make this research to know the effective amount of ascorbic acid
control positive group is 2,325 ppm. While NDMA was not detectable in the
Nitrosodimethylamine.
Bibliography : 33 (1975-2006)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
ABSTRAK.......................................................................................................iii
ABSTRACT....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................1
B. TUJUAN PENELITIAN........................................................3
C. HIPOTESIS.........................................................................4
A. NITROSAMIN.....................................................................5
B. VITAMIN C..........................................................................10
C. KROMATOGRAFI GAS......................................................18
A. BAHAN................................................................................33
B. ALAT…................................................................................34
v
vi
C. CARA KERJA…………………………………………….. . 34
A. HASIL………………………………………………………. 41
B. PEMBAHASAN……………………………………………. 43
A. KESIMPULAN……………………………………………... 53
B. SARAN…………………………………………………….. 54
DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 55
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
positif......................................................................................................65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
daging ikan dan hewan lain dapat bereaksi dengan nitrit membentuk
nitrosamin. Sisa nitrit yang tidak bereaksi tidak dapat dicerna dan dapat
1
2
saluran pencernaan dan saluran kandung kemih. Selain itu, juga dapat
menghambat reaksi nitrosasi di dalam makanan (in vitro) dan in vivo (2, 6).
maupun in vivo.
(NDMA) pada mencit, dimana akan dilihat jumlah vitamin C yang cukup untuk
ini adalah kromatografi gas. Metode ini merupakan metode yang paling
oleh tingkat keberhasilan yang tinggi, waktu analisis yang cepat, sensitivitas
yang tinggi pada sistem detektor, efisiensi pemisahan yang baik, mampu
yang diperlukan untuk analisis relatif sedikit dimana sampel yang dianalisis
B. TUJUAN PENELITIAN
darah mencit.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
dan semakin besar dosis vitamin C yang diberikan semakin kecil jumlah
TINJAUAN PUSTAKA
A. NITROSAMIN
dimana R1 dan R2 adalah gugus alkil atau aril. Nitrosamin diabsorpsi melalui
kulit, udara dan saluran cerna. Ada bukti yang menunjukkan bahwa senyawa
nitroso mungkin terbentuk secara in vivo dari nitrit atau nitrat dan amin
primer, sekunder dan tersier dalam organ manusia yang tidak terpapar
volatil dan non-volatil. Nitrosamin volatil adalah grup nitrosamin yang relatif
non-volatil adalah grup nitrosamin yang bersifat polar dan mempunyai berat
5
6
nitrosating agent (N2O3) dapat dibentuk dari nitrit (NO 2-), nitrat (NO 3-), atau
senyawa nitro (-C-NO 2 -). Pada senyawa amin, kation nitrosonium (NO +)
N-Nitrosodimetilamin
Ion hidronium
amin, adanya katalisator atau inhibitor (1, 8). Makin tinggi konsentrasi nitrit
kondisi asam (pH rendah), pemanasan pada suhu tinggi atau makin lama
reaksi nitrosasi. Menurut penelitian di Denmark, risiko nitrat dalam air minum
inhibitor nitrosasi yang kuat. Pada konsumen teh atau kopi, terdapat senyawa
perokok, nitrosasi endogen tidak ditentukan oleh masukan nitrat saja, karena
tetapi pada saat yang sama masukan nitrat mengurangi flow of recirculated
Amin aromatik dan alifatik primer pada pH dan suhu rendah tidak
dapat membentuk senyawa nitroso, dan reaksi dengan nitrit dijalankan oleh
tersebut. Amin alifatik tersier tidak bereaksi dengan N 2O3 pada pH asam kuat,
hati terdapat enzim yang berperan dalam reaksi biotransformasi fase satu
dan kedua dari senyawa nitroso. Tujuan dari biotransformasi ini adalah untuk
biotransformasi fase satu dari nitrosamin, reaksi utama yang terjadi adalah
reaksi hidroksilasi dan dealkilasi. Pada fase kedua, produk dari fase satu
asam amino atau glutation. Enzim untuk fase satu dan kedua dari proses
nitroso telah diuji, dan 80% merupakan zat karsinogenik (7). Potensi
menimbukan keganasan hanya setelah satu dosis, bahkan ada yang dapat
N-Nitrosodimetilamin (NDMA)
menguap, mudah terbakar dan mudah terurai bila terkena cahaya, terutama
sinar UV. NDMA mempunyai rumus molekul C 2H6N2O dan berat molekul
karsinogenik kuat (7). Menurut Lu, nitrosamin tertentu misalnya NDMA dan
NDEA, dalam jumlah sedikit dan dengan dosis rendah, telah dapat
percobaan rodensia. Dan menurut Sen (1974), dikutip dari Fardias, 50 ppm
B. VITAMIN C
hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau, bersifat asam, dan mempunyai
rasa asam. Rumus empirik vitamin C adalah C 6H8O6 dengan berat molekul
176,13 (11). Sedangkan rumus struktur dari vitamin C adalah sebagai berikut:
dalam alkohol dan gliserol, dan praktis tidak larut dalam zat pelarut organik
nonpolar seperti eter, benzen, kloroform dan lain-lain (11). Di dalam larutan,
Vitamin C dalam bentuk kristal kering lebih stabil. Di dalam larutan yang
bersifat asam, relatif lebih stabil daripada di dalam larutan netral atau basa
(12). Vitamin C juga mudah rusak pada penyimpanan dan pemasakan serta
reaksi reversibel, dan kedua zat tersebut membentuk suatu sistem reduksi-
mikrosom sel hati. Vitamin C juga berperan dalam berbagai proses biokimia
perdarahan, absorpsi besi, dan sistem imun tubuh. Pada tingkat molekuler,
infeksi bakteri dan virus. Hal ini menunjukkan peran vitamin C dalam imunitas
mg atau 3-4% cadangan dipakai setiap hari. Jika cadangan tubuh jenuh,
12
melalui urin. Ambang ginjal untuk vitamin C 1,5 mg/dL. Dalam keadaan ini
konsentrasi asam askorbat serum 1,5 mg/dL (16). Status vitamin C dinilai
dalam serum (plasma), leukosit, darah total atau urin. Status nutrisi vitamin ini
Konsentrasi vitamin C plasma lebih dari 0,4 mg/dL atau 22,71 umol/L
Konsentrasi ini bisa dicapai dengan masukan 150 mg vitamin C per hari (3).
dan adiksi obat (14). Sumber vitamin C yang penting di dalam makanan
90%), selanjutnya melalui vena porta menuju hati. Absorpsi dapat dihambat
agent (asam nitrit). Unsur yang dapat bereaksi secara cepat dengan
secara fisiologis penting untuk ini antara lain adalah vitamin C. Vitamin ini
dan in vivo (2, 6). Asam askorbat bekerja lebih efisien pada pH 3-5, namun
bereaksi dengan nitrit 230 kali lebih lambat daripada anion askorbat (7). Pada
100 mg per hari setelah makan dapat mencegah nitrosasi endogen (6, 17).
vitamin C lebih atau sama dengan 70 mg per hari dapat mencegah kanker
14
nitrosasi in vivo, yaitu tes nitrosoprolin (6, 18). Pada penelitian ini disimpulkan
dimetilamin dengan nitrogen trioksida (N2O3) yang berasal dari asam nitrit.
Dengan adanya asam askorbat, maka asam nitrit akan bereaksi dengan
askorbat mengkatalisis reaksi nitrosasi. (6, 18). Hal ini dapat diatasi dengan
pemberian vitamin C dengan rasio lebih besar daripada kadar nitrit yang ada.
15
adalah 2-4 kali reaksi antara nitrogen oksida dengan senyawa amin (14, 16).
- Reaksi nitrosasi pada fase non-akua (misalnya fase lipid), karena di sini
derivat vitamin C yang larut dalam pelarut organik seperti ester palmitat
asam askorbat,
0,53 mm. Suhu awal kolom 100°C kemudian diatur dengan program
BPX5 dengan panjang 25 m dan diameter dalam 0,32 mm. Suhu awal
menit, lalu kembali lagi dengan 60% solven B selama 0,1 menit. Laju
alir yang digunakan adalah 6 µL/menit dan volume injeksi sebesar 1,2
µL (24).
C. KROMATOGRAFI GAS
1. Teori (25)
dengan meneruskan arus gas melalui fase diam. Bila fase diam berupa zat
padat, maka cara itu disebut sebagai kromatografi gas-padat (KGP). Ini
cuplikan, terutama cuplikan gas. Kemasan kolom yang biasa dipakai adalah
Bila fase diam berupa zat cair, cara tadi disebut kromatografi gas-cair
(KGC). Fase cair disapukan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam
dan pemisahan didasarkan pada partisi cuplikan yang masuk ke dan keluar
dari lapisan zat cair ini. Banyaknya macam fase cair yang dapat digunakan
gas yang paling serba guna dan selektif. KGC digunakan untuk menganalisis
Pada KGC, komponen yang akan dipisahkan dibawa oleh gas lembam
pembawa dan pelarut (fase diam) yang terdapat pada zat padat dengan
terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen
ini meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan dicatat sebagai
1. Kecepatan
kesetimbangan antara fase gerak dan fase diam, dan dapat digunakan
Misalnya puncak C18, C18:1, dan C18:2 yang menyatakan ester metil
asam stearat, oleat, dan linoleat. Pemisahan ketiga senyawa ini dengan cara
lain sangat sukar atau tidak mungkin, perbedaan titik didihnya kecil sekali,
yang selektif, KGC dapat memisahkan ketiganya; suatu hal yang tidak
3. Analisis kualitatif
puncak. Sifat ini merupakan ciri khas cuplikan dan fase cair pada suhu
waktu retensi dapat terulang dalam batas 1% dan dapat digunakan untuk
retensi yang sama atau berdekatan, tetapi tiap senyawa hanya mempunyai
satu waktu retensi saja. Waktu retensi ini tidak terpengaruh oleh adanya
komponen lain.
4. Analisis kuantitatif
tepat dari setiap komponen. Ketelitian yang dapat dicapai oleh KGC
5. Kepekaan
yang paling sederhana dapat mendeteksi sampai 0,01% (100 bpj = bagian
per juta). Detektor pengionan nyala dapat mendeteksi dengan mudah bagian
per juta, detektor tangkap elektron dan detektor fosfor dapat mengukur pada
skala pikogram (10-12 g). Keuntungan tambahan dari kepekaan yang tinggi ini
6. Kesederhanaan
data yang diperoleh biasanya cepat dan langsung, serta mudah. Bila
murah.
2. Instrumentasi
dengan gas pembawa (carrier gas), pengukur tekanan dan pengontrol flow
rate, tempat injeksi sampel (injection port), kolom, detektor dan amplifier,
3. Sistem Kromatografi
aliran gas yang tetap. Gas yang biasa dipakai adalah hidrogen,
helium, dan nitrogen. Gas pembawa harus memiliki sifat: inert, untuk
cuplikan. Bila salah satu dari kedua faktor ini memperbesar jumlah
pelat teori, artinya cara mencuplik tidak baik. Cuplikan gas biasanya
cara baku untuk memasukkan gas dan zat cair adalah dengan
semprit.
23
c. Kolom
dipasang dalam ruang kolom yang terbatas. Kolom lurus lebih efisien,
tetapi dapat menjadi tidak praktis, terutama bila alat bekerja pada suhu
tinggi (25).
diam cair atau padat (26). Kolom ini mudah dibuat, tidak begitu
kapiler.
- fase diam harus mempunyai tekanan uap yang dapat diabaikan pada
suhu kerja.
e. Suhu (25)
- Suhu Kolom
sederhana yang dilakukan oleh Giddings, waktu retensi naik dua kali
terdiri atas senyawa yang rentangan titik didihnya lebar. Untuk itu
- Suhu Detektor
7. Detektor (26)
10-11 g/ml.
10-12 g/ml.
g/ml.
8. Rekorder/Perekam (26)
contoh terhadap zat baku melalui metode baku luar atau baku dalam.
a. Kecermatan (accuracy)
28
(low), sedang (medium), dan tinggi (high). Untuk matriks biologis, nilai
rata-rata yang diperoleh tidak boleh menyimpang lebih dari +15% dan -
15%, kecuali nilai pada LLOQ, dimana nilai rata-rata yang diperoleh tidak
boleh menyimpang lebih dari +20% dan -20%. Persen perolehan kembali
29
analit tidak harus 100%, tetapi tingkat perolehan kembali analit harus
b. Keseksamaan (precision)
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari
berulangkali oleh analis yang sama pada kondisi yang sama dan dalam
rentang kadar (rendah, sedang, dan tinggi). Untuk matrik biologis, presisi
yang ditentukan pada setiap kadar harus memiliki nilai koefisien variasi
(KV) tidak lebih dari 15% kecuali untuk LLOQ, dimana nilai KV tidak boleh
dalam satu proses analisis sekali jalan, dan inter-batch, yang mengukur
c. Selektivitas (spesifisitas)
yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.
ditambahkan (31).
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat
dan seksama. Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik
A. BAHAN
1. Hewan Uji
Mencit jantan dari galur DDY, berumur kurang lebih 3-4 bulan dengan
2. Bahan Uji
(Kalbe Farma)
3. Bahan Kimia
(Merck); Heparin; Gas Helium UHP; Gas Hidsrogen HP; Gas Nitrogen HP.
33
34
B. ALAT
ionisasi nyala (FID), kolom kapiler dengan panjang 50 meter dan diameter
dalam 0,32 mm, dengan fase diam CBP-10; data processor Class GC
C. CARA KERJA
adalah suhu kolom dan kecepatan alir gas pembawa (Helium). Pertama-tama
elusi dilakukan dengan variasi kecepatan alir gas pembawa yaitu 0,50 dan
1,00 ml/menit pada suhu kolom 130°C. Kemudian dilakukan variasi suhu
35
kolom yaitu pada suhu 130°C, 150°C dan 170°C. Untuk semua elusi, suhu
injektor 200°C dan suhu detektor 220°C dan menggunakan larutan induk
sedang, tinggi) yaitu 1,0; 4,0 dan 10,0 µg/ml sebanyak 5,0 µl disuntikkan ke
konsentrasi diulang sebanyak lima kali. Dari luas puncak yang diperoleh,
standar
Larutan standar NDMA dengan konsentrasi 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; dan
pada kondisi analisis terpilih. Luas puncak yang diperoleh dicatat dan diolah
korelasinya.
36
mencit mengandung NDMA dengan konsentrasi 1,0; 4,0; dan 10,0 µg/ml
diulang prosedur yang sama sebanyak tiga kali. Luas puncak NDMA dicatat,
dalam mencit. Pertama dilakukan orientasi dosis NaNO 2 (LD50 220 mg/kg bb)
Tabel 1
Tabel 2
yang digunakan adalah hewan yang sehat dengan ciri-ciri mata bersinar, bulu
tidak berdiri, dan tingkah laku normal (aktif). Hewan yang sakit tidak
c. Pemberian perlakuan
Tabel 3
sentrifugasi diambil.
KG pada kondisi analisis terpilih. Luas puncak yang diperoleh dicatat dan
40
kalibrasi NDMA.
6. Analisis Data
Data diolah secara statistik dengan metode uji distribusi normal (Uji
Saphiro-Wilk), uji homogenitas (uji Lavene), dan uji Anava satu arah. Bila
data yang dihasilkan berbeda secara bermakna dilanjutkan dengan uji Beda
A. HASIL
adalah elusi dengan program suhu kolom sebesar 130°C dan laju alir gas
pembawa (He) sebesar 1,00 ml/menit. Kondisi ini dipilih karena paling
optimum, yaitu mempunyai harga plat teoritis (N) tertinggi dan HETP terkecil.
Waktu retensi NDMA yaitu pada menit ke 5. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
41
42
sedang, tinggi) yaitu 1,07; 4,26; dan 10,7 ppm digunakan untuk uji presisi.
turut 1,24%; 2,15%; dan 3,10%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 7.
titik konsentrasi berbeda yaitu 1,07; 2,13; 4,26; 6,39; 8,53; dan 10,7 ppm.
regresi linier kurva kalibrasi standar NDMA, diperoleh batas deteksi (LOD)
sebesar 0,316 ppm dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 1,053 ppm. Data
konsentrasi berbeda dari NDMA yaitu 1,004; 4,016 dan 10,04 ppm,
maksimum dalam darah mencit yaitu pada pemberian NaNO 2 dengan dosis
0,5 x 220 mg/kg bb dan dimetilamin sejumlah seperlima bagian dari NaNO 2,
diberikan secara oral, dimana darah diambil 4 jam setelah perlakuan. Kadar
B. PEMBAHASAN
untuk penetapan kadar NDMA, lalu melakukan validasi metode analisis untuk
berasal dari larutan induk standar NDMA 1066 ppm. Pada penelitian ini
suhu tetap/isotermal, dengan variasi suhu kolom yaitu 130°C, 150°C dan
170°C dan variasi laju alir gas pembawa yaitu 0,5 ml/menit dan 1 ml/menit.
Untuk semua elusi, suhu injektor dan suhu detektor diatur pada suhu 200°C
dan 220°C.
45
tinggi suhu awal kolom semakin cepat waktu retensi NDMA, semakin kecil
nilai N dan semakin besar nilai HETP. Pada percobaan variasi laju alir gas
pembawa dapat terlihat bahwa semakin tinggi laju alir gas pembawa semakin
cepat pula waktu retensi NDMA, semakin kecil nilai N dan semakin besar nilai
HETP.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
suhu kolom dan laju alir gas pembawa maka komponen sampel tersebut
hanya sebentar berada di dalam fase diam, karena langsung menguap dan
terbawa oleh gas pembawa sehingga pemisahan yang terjadi kurang baik.
dan laju alir gas pembawa didapatkan bahwa kondisi yang memberikan nilai
N paling besar dan nilai HETP paling kecil adalah metode elusi dengan suhu
kolom
dan laju alir gas pembawa 1,0 ml/menit. Waktu retensi NDMA yaitu pada
menit ke-5. jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum untuk analisis
NDMA adalah dengan suhu kolom 130°C dan laja alir gas pembawa 1,0
ml/menit.
46
untuk uji presisi yaitu 1,07; 4,26 dan 10,7 ppm. Masing-masing
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan
yaitu menghitung kadar zat dalam sampel. Kurva kalibrasi dibuat dengan
regresi linier dari kurva kalibrasi NDMA yang diperoleh adalah y = 796,572
yang dihasilkan.
dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon yang
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat
dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung secara
48
batas deteksi NDMA sebesar 0,316 ppm dan batas kuantitasi NDMA
(rendah, sedang, tinggi) dalam 1 ml blanko darah, yaitu 1,004; 4,016 dan
Pada penelitian ini, hewan uji yang digunakan adalah mencit putih
jantan dari galur DDY berusia 3-4 bulan dengan berat badan sekitar 30 – 35
gram. Pemilihan usia 3-4 bulan karena rentang umur tersebut mewakili usia
terjadi pada mencit betina yang dapat mempengaruhi hasil. Hewan yang
memotong ujung ekor, dari sinus orbitalis, dekapitasi lalu darah dikumpulkan,
dari jantung, dan dari vena jugularis. Pada penelitian ini dipilih pengambilan
darah dari sinus orbitalis (Gambar 6) karena jumlah darah yang didapat
banyak, lebih mudah, lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan dengan
dilakukan orientasi untuk menentukan dosis dari larutan uji yang akan
Penentuan dosis dari NaNO 2 didasarkan pada nilai LD50 dari NaNO 2 yaitu
sebesar 220 mg/kg bb mencit. Dari hasil orientasi didapatkan dosis dari
NaNO2 yang diberikan kepada mencit adalah sebesar 0,5 x 220 mg/kg bb.
Untuk dosis dimetilamin adalah sebesar seperlima dari jumlah NaNO 2 yang
Untuk kelompok uji, yaitu kelompok II, III dan IV, selain diberikan
dosis vitamin C ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar dosis vitamin
terkecil yaitu pada perbandingan molar 1:1 dengan NaNO 2 sudah dapat
NDMA dalam darah mencit pada semua kelompok uji yang diberikan vitamin
dalam tubuh mencit. Namun, tidak terdeteksinya NDMA pada kelompok uji
tidak terdeteksi pada cairan supernatan hasil ekstraksi. Selain itu juga dapat
A. KESIMPULAN
130°C dan laju alir gas pembawa (He) 1,0 mL/menit. Suhu injektor dan
detektor diatur pada suhu 200°C dan 220°C. Waktu retensi NDMA
Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdeteksinya NDMA pada hewan uji.
53
54
B. SARAN
55
56
8. Moller, H., Landt, J., Pedersen, E., Jensen, P., Antrup, H., Jensen, OM.
Endogenous Nitrosation in Relation to Nitrate Exposure from
Drinking Water and Diet in a Danish Rural Population. Cancer Res.
1989. 49(11): 3117-3121.
12. Garard, I.D. Introductory Food Chemistry. Connecticut: AVI. 1976. 86-
105, 289-305.
13. Bellaart, A.C. Ikhtisar Ringkas Vitamin dan Hormon Terpenting cetakan
4. (Terjemahan oleh Muliawan M). Jakarta: Djambatan. 1983. 29-
32.
14. Soerjodibroto, W.S. Vitamin C Dipandang dari Sudut Gizi. Dalam buku:
Tjokronegoro A ed. Vitamin C dan Penggunaannya Dewasa Ini.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 1985.
15. Setio Kartono, T.H. Pro dan Kontra Penggunaan Vitamin C Dosis Mega.
Dalam buku: Tjokronegoro A ed. Vitamin C dan Penggunaannya
Dewasa Ini. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 1-5.
16. Hodges, R.E. Ascorbic Acid. In: Goodhart RS, Shils ME, eds. Modern
Nutrition in Health and Disease 6th ed. Philadelphia: Lea & Febiger.
1980. 259-273.
23. Dalling, J.W., D.M.F.A Pachen, A.H.P Lousberg, J.A.M van Geel, G.M.P
Houben, R.W. Stockbrügger. J.M.S van Maanen, J.C,S Kleinjans.
Volatile N-Nitrosamines in Gastric Juice of Patients with Various
Conditions of Gastrointestinal Tract Determined by Gas
Chromatograph-Mass Spectrometry and Related to Intragastric pH
and Nitrate and Nitrite Levels. Cancer Letters. 1998. 124: 119-125.
25. McNair, H.M. & Bonelli, E.J. Dasar Kromatografi Gas terbitan ke-5,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
1988. 1-14
58
27. Anwar, Nur M., Hendra Adijuwana. Teknik Separasi dalam Analisis
Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas IPB. 1988. 60-62.
Keterangan:
A = Unit Utama
B = Sistem Kontrol
62
Kondisi:
70000
Luas Puncak (uV/s)
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)
Keterangan:
Persamaan regresi linier kurva kalibrasi standar NDMA:
y = 796,5729969 + 5295,996433 x
dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9996809845
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
65
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
69
Tabel 4
Pemilihan kondisi optimum untuk analisis NDMA dalam diklormetan
dengan variasi suhu kolom dan kecepatan alir gas pembawa
Kecepatan
Suhu alir gas Jumlah
kolom pembawa lempeng
(°C) (mL/menit) tr teoritis (N) HETP Resolusi
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; volume penyuntikan 5,0 μL.
70
Tabel 5
Data kurva kalibrasi standar NDMA
1,07 6439
2,13 11888
4,26 23449
6,39 35338
8,53 45161
10,7 57694
Keterangan:
Persamaan regresi linier kurva kalibrasi NDMA :
y = 796,572 + 5295,9964 x dengan koefisien korelasi r = 0,9996
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
71
Tabel 6
Data linearitas, batas deteksi dan kuantitasi NDMA
Luas Puncak
Konsentrasi Luas Puncak berdasarkan
(ppm) NDMA (µV/s) persamaan regresi (y1) (y-y1)2
1,07 6439 6463,29 590,0041
2,13 11888 12077,05 35739,9025
4,26 23449 23357,52 8368,5904
6,39 35338 34637,99 490014,0001
8,53 45161 45971,42 656780,5764
10,7 57694 57463,73 53204,2729
∑= 1244697,346
S (y/x) = 557,8300247
b = 5295,9964
x rerata = 5,51333
Sxo = 0,10533051327
Vxo = 0,01910469964
LOD = 0,31 ppm
LOQ = 1,05 ppm
72
Tabel 7
Data uji presisi NDMA
Konsentrasi Koefisien
pengukuran Konsentrasi Simpangan variasi
Konsentrasi Luas (xi) rata-rata baku (KV)
(ppm) Puncak (ppm) (ppm) (SD) (%)
6621 1,0998
6439 1,0654
1,07 6552 1,0867 1,0836 0,0134 1,24
6573 1,0907
6492 1,0754
22265 4,0537
21475 3,9045
4,62 22717 4,1390 4,0845 0,0879 2,15
23585 4,3029
22100 4,0225
56950 10,6029
57435 10,6946
10,7 55037 10,2418 10,4824 0,3252 3,10
58122 10,8243
54010 10,0479
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
73
Tabel 8
Data Uji Perolehan Kembali NDMA
Konsentrasi
Terukur
(setelah
Konsentrasi Luas dikalikan faktor
dalam darah Puncak pengenceran) upk rata-
(ppm) (µV/s) (ppm) upk (%) rata (%)
1,004 3677 1,088 108,34
3845 1,152 114,66 113,39
3912 1,176 117,18
4,016 11445 4,022 100,13
11890 4,190 104,32 105,66
12762 4,518 112,52
10,04 24975 9,130 90,94
26215 9,598 95,61 93,94
26125 9,566 95,27
Keterangan:
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
74
Tabel 9
Data penetapan kadar NDMA pada tiap-tiap kelompok mencit
IV (kelompok uji 3) - TD
V (kontrol negatif) - TD
Keterangan:
TD = Tidak terdeteksi
Kadar NDMA ditentukan dari 1,0 mL darah dari tiap ekor mencit, diekstraksi
dengan 2,0 mL diklormetan.
Kondisi:
Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang kolom 50 m; suhu injektor 200°C;
suhu detektor 220°C; suhu kolom 130°C; laju alir gas pembawa (He) 1,0
mL/menit; volume penyuntikan 5,0 μL.
77
Lampiran 1
Cara memperoleh persamaan regresi linier
Persamaan garis y = a + bx
Untuk memperoleh nilai a dan b digunakan metode kuadrat terkecil (least
square)
N ( x.y) ( x)( y)
r =
(N ( x2 ) ( x)2 (N ( y2) ( y)2)
78
Lampiran 2
Cara perhitungan uji presisi
Rata-rata :x =
x
n
(xi x) 2
Simpangan baku : SD = i1
n1
SD
Koefisien variasi : KV = 100%
x
Contoh:
Hasil pengukuran standar NDMA untuk data presisi konsentrasi rendah :
Konsentrasi rata-rata ( x ) = 1,0836 ppm
0,0134
KV = 100% 1,24%
1,0836
79
Lampiran 3
Cara perhitungan uji perolehan kembali
konsentrasidiperoleh
Persen Perolehan Kembali: % UPK = 100%
konsentrasisebenarnya
Contoh:
Persamaan kurva kalibrasi NDMA : y = 796,5729969 + 5295,996433 x
y = luas puncak NDMA (µV/s)
x = konsentrasi NDMA (ppm)
Misalnya pada konsentrasi 1,004 ppm, diperoleh luas puncak sebesar 3677
µV/s (y)
y = 796,5729969 + 5295,996433 x
3677 = 796,5729969 + 5295,996433 x
x = 0,54388 ppm x faktor pengenceran
= 0,54388 ppm x 2
= 1,0878 ppm
1,0878
% UPK = 100% 108,34%
1,004
80
Lampiran 4
Cara perhitungan batas deteksi, batas kuantitasi dan linearitas
Lampiran 5
Cara perhitungan kadar NDMA dalam sampel
Lampiran 6
Sertifikat analisis standar NDMA
83
Lampiran 7
Sertifikat analisis vitamin C