JUDUL PENELITIAN :
“PRODUKSI GARAM SEHAT RENDAH NATRIUM DENGAN
PENCAMPURAN METODE KERING”
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan hasil penelitian dengan judul “Produksi Garam Sehat Rendah Natrium
dengan Pencampuran Metode Kering”. Shalawat salam tetap tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta orang-orang yang
selalu istiqomah di jalan-Nya.
Penyusun menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari semua
pihak baik moril maupun materiil, penyusunan makalah ini tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan baik. Penyusun sampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Redjeki, MT selaku Dosen Pembimbing
2. Ibu Ir. Nana Dyah Siswati, MKes selaku Dosen Penguji
3. Ibu Ir. Isni Utami, MT selaku Dosen Penguji
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan hasil penelitian ini masih banyak
terdapat kekurangan – kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun
akan penulis terima dengan lapang dada.
Akhir kata, semoga laporan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan, dan Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
berat garam magnesium. Penemuan ini dikhususkan untuk diet dalam bentuk garam
rendah natrium yang berguna sebagai suplemen pada tekanan darah tinggi ringan
atau sedang (Derrien,2004). c. “Low-Natrium Salt Substitute” yaitu pembuatan
garam dengan komposisi yang terdiri dari 40-50% berat natrium klorida, 25-35%
berat kalium klorida, 15-25% berat garam magnesium yang termasuk magnesium
sulfat atau magnesium klorida. Karena sifat garam yang relatif kering dan
berukuran kristal maka pencampuran dapat dilakukan dengan metode kering yakni
menghaluskan bahan hingga didapatkan ukuran yang seragam dan sesuai.
Kemudian semua bahan tersebut dicampur dalam keadaan kering, atau mungkin
disatukan didalam alat penggilingan (Rood,1982).
Dari beberapa peneliltian terdahulu, didapatkan bahwa pencampuran antara
natrium klorida dan kalium klorida dapat dilakukan dengan metode kering yang
nantinya akan dapat menurunkan kadar natrium dalam garam. Dan penelitian ini
adalah untuk meneliti pembuatan garam rendah natrium dengan penambahan
kalium klorida yang sesuai dengan SNI garam diet Penentuan pembuatan ini
ditinjau dari segi kadar natrium klorida terhadap perbandingan bahan pada berbagai
kondisi ukuran partikel yang digunakan selama penelitian.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian adalah:
Mencari pengaruh ukuran partikel dan perbandingan massa bahan dalam
pembuatan garam sehat rendah natrium dengan metode kering
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat atau karakteristik
higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan)
sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC. Garam natrium klorida
untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan
menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal berwarna putih, berasa asin,
tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan
alamiah dengan tekstur yang kasar. Selain itu, garam rakyat mengandung yodium
dalam jumlah yang masih sedikit.
Kalium klorida adalah senyawa garam alkali tanah dengan halida yang
terbentuk dari unsur kalium dan klor. Wujud umumnya adalah garam kristal
berwarna putih atau tak berwarna. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air dan
terasa asin di lidah, serupa garam dapur. Kegunaannya yang paling luas adalah
untuk pupuk kimia, sebagai infus dalam pengobatan, reaktan dalam laboratorum,
pengolahan makanan, dan sebagai salah satu dari tiga senyawa untuk eksekusi mati
menggunakan injeksi. Di alam, kalium klorida terkandung dalam mineral silvit dan
silvinit (Anonim,2017."Kalium Klorida"). Kalium klorida tersusun dari unsur
kalium dan klorida. Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang K dan nomor atom 19 dengan konfigurasi elektron yakni 2.8.8.1
dan elektronegativitas skala pauling yakni 0,82 (Anonim,2018."Kalium").
Sifat fisika dan kimia kalium klorida atau KCl diantaranya memiliki massa
molar yakni 74,56 gmol-1 serta penampilannya tidak berwarna berbentuk kirstal
padat kubik. Selain itu, kalium klorida memiliki titik lebu 790oC (Perry,1976).
2. Kristal Ionik
Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang
rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya kristal ionik terdisosiasi
menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Biasanya diasumsikan bahwa
terbentuk ikatan antara kation dan anion.
3. Kristal Molekular
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van
der Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini
tersusun atas suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion.
4. Kristal Kovalen
Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer.
Dalam kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara
berulang saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan
yang dihasilkan nampak dengan mata telanjang (Wardhani,2011).
Kisi kristal natrium klorida termasuk kristal ionik yang berbentuk kubus
berpusat muka (Face Centered Cubic) dan kalium klorida memiliki struktur kristal
yang sama seperti NaCl. Susunan kristal NaCl yang terbentuk diakibatkan susunan
ion-ion Na+ dan ion-ion Cl- yang saling mengelilingi. Setiap ion Na+ keseluruhan
permukaannya di kelilingi oleh Cl- demikian pula sebaliknya seluruh permukaan
ion Cl- di kelilingi oleh ion Na+. Ion-ion yang saling mengelilingi itu terjejal rapat,
sehingga ion Na+ di kelilingi 6 ion Cl- dan sebaliknya. Jadi dalam kristal ion Na+ :
ion Cl- = 6:6 = 1:1. Karena bentuk kristal yang dimiliki oleh KCl sama dengan
bentuk kristal NaCl maka prinsip susunan kristalnya pun sama (Tiara, 2017).
II.6 Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi
yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor
yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok,
pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi
(BSN,2016).
Setelah penelitian ini, menunjukkan jelas bahwa penggantian garam meja biasa
(natrium klorida) dengan garam yang mengandung 41% natrium klorida, 41%
kalium klorida, 17% garam magnesium dan 1% mineral dalam jumlah sedikit dapat
menyebabkan penurunan tekanan sistolik 7,6 mmHg dan 3,3 mm Hg pada tekanan
diastolic (Derrien,2004).
terlarut berkurang sehingga memisah membentuk kristal. Proses ini juga biasanya
digunakan untuk pembuatan kristal garam dapur (Rood,1982).
Metode Powder mixing adalah sebuah metode pencampuran dua atau beberapa
partikel dalam keadaan padat dan kering yang tersebar. Campuran serbuk dapat
terbagi menjadi dua jenis campuran, diantaranya random mixing dan ordered
mixing atau campuran interaktif. Campuran interaktif adalah campuran yang
sedemikian homogen yang dimana dua komponen menempel satu sama lain untuk
membentuk suatu unit atau granul baru. Campuran interaktif terdiri dari partikel
pembawa dan partikel terbawanya yang merupakan partikel bahan aktif yang
berukuran micronized.
Sebuah partikel micronized dalam campuran interaktif adalah unit terkecil
sampel dari campuran serbuk dan memiliki komposisi hampir identik dengan
semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif
dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang kasar dengan
komponen obat baik untuk waktu yang relative lama sehingga partikel-partikel
halus obat dapat menempel permukaan partikel pembawa. Campuran interaktif
dapat dibuat dengan pencampuran kering, triboelectrification, adhesi, coating dan
proses fluidisasi. Perbedaan utama antara metode ini adalah tingkat kekuatan
melekatnya bahan aktif dari setiap jenis partikel campuran interaktif bersama-sama.
Campuran interaktif mempunyai keuntungan karena ukuran partikel pembawanya
tidak harus sama dan banyaknya partikel yang melekat pada partikel pembawa
berbeda-beda satu dengan lainnya. Campuran interaktif juga memiliki beberapa
keuntungan yang lainnya yaitu untuk menghasilkan campuran serbuk yang
homogen , meningkatkan laju disolusi obat yang kelarutannya rendah di dalam air
dan untuk meningkatkan sifat permukaan obat atau bahan pembawanya (Duanti,
2014).
II.9 Hipotesis
Dalam pembuatan garam sehat rendah natrium maka garam konsumsi perlu
ditambahkan kalium klorida sebagai bahan pengganti natrium klorida. Ukuran
partikel dan perbandingan antara kalium klorida dengan natrium klorida yang tepat
diharapkan dapat menghasilkan garam sehat rendah natrium yang sesuai untuk
penderita hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Motor
E-1
Statif
Pengaduk
text
Beaker Glass
Propeler
III.3 Peubah
III.3.1 Peubah yang ditetapkan
1. Total massa kedua bahan : 100 gram
2. Waktu Pencampuran : 15 menit
3. Kecepatan putaran : 24 rpm
Penghalusan Penghalusan
natrium klorida kalium klorida
(garam
konsumsi)
Pencampuran bahan
dengan perbandingan :
1:1 ; 1:2 ; ;1:3 ; 2:1 ; 3:1
Analisa Kadar
NaCl dan KCl
c. Pengaturan peralatan
Lengkapi SSA dengan lampu katoda kalium untuk pengukuran K. Atur arus lampu,
celah, dan aliran udara atau nitrogen sesuai dengan instruksi manual instrumen.
Atur panjang gelombang pada maksimum emisi lampu sekitar 766,5 nm atau 769,9
nm untuk K.
d. Pengukuran spektrofotometri
Tentukan absorbansi deret larutan kalibrasi, larutan blanko, dan larutan contoh;
e. Kurva kalibrasi
Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi kalium (K) dalam miligram per Liter pada
absis dan absorbansi pada ordinat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian produksi garam sehat rendah natrium dengan metode kering,
pertama-tama kami melakukan uji terhadap bahan baku kalium klorida dan garam
ber-SNI dengan hasil sebagai berikut:
IV.1 Hasil Analisa Bahan Baku
Tabel IV.1.1 Hasil Analisa Kalium Klorida
Parameter Uji Satuan Hasil Uji
Kalium Klorida % 63,03
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Surabaya (2018)
Tabel IV.2.2 Hasil Analisa NaCl dan KCl pada ukuran partikel 40 mesh
No. Perbandingan massa bahan ( NaCl : KCl ) NaCl (%) KCl (%)
1 (1:3) 54,4087 40,3263
2 (1:2) 63,7152 30,2018
3 (1:1) 84,5632 6,4636
4 (2:1) 80,9311 16,3402
5 (3:1) 80,0715 16,4928
Tabel IV.2.3 Hasil Analisa NaCl dan KCl pada ukuran partikel 50 mesh
No. Perbandingan massa bahan ( NaCl : KCl ) NaCl (%) KCl (%)
1 (1:3) 64,1098 31,8416
2 (1:2) 67,9575 23,9479
3 (1:1) 77,9176 15,1200
4 (2:1) 80,7019 18,4185
5 (3:1) 87,8109 7,3979
Tabel IV.2.4 Hasil Analisa NaCl dan KCl pada ukuran partikel 60 mesh
No. Perbandingan massa bahan ( NaCl : KCl ) NaCl (%) KCl (%)
1 (1:3) 64,7340 24,4627
2 (1:2) 66,1185 24,2911
3 (1:1) 61,5484 31,3458
4 (2:1) 89,7315 9,3999
5 (3:1) 83,3548 14,1285
40
30 Mesh (NaCl)
30
30 Mesh (KCl)
20
10
0
1:3 1:2 1:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.1 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:3 , 1:2 , 1:1 pada
ukuran partikel 30 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 30 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa bahannya
yakni 1:3 , 1:2 , 1:1 berturut-turut sebesar 62,6381%; 47,7148% dan 66,7006%.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin besar
perbandingan massa bahan NaCl maka semakin besar pula kadar yang
didapatkan dari hasil pencampuran kering. Sedangkan pada hasil analisa kadar
KCl mengalami penurunan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa
bahannya yakni 1:3 , 1:2 , 1:1 berturut-turut sebesar 36,5511%; 46,0463%;
26,827%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin
kecil perbandingan massa bahan KCl maka semakin kecil pula kadar yang
didapatkan dari hasil pencampuran kering. Kedua hal tersebut dikarenakan
berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya seperti pencampuran kedua
bahan yang belum homogen. Sehingga kedua kurva menunjukkan bentuk
kurva kuadratik.
50
40 40 Mesh (NaCl)
30 40 Mesh (KCl)
20
10
0
1:3 1:2 1:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.2 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:3 , 1:2 , 1:1 pada
ukuran partikel 40 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 40 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami penurunan yang sesuai dengan perbandingan massa bahannya
yakni 1:3 , 1:2 , 1:1 berturut-turut sebesar 54,4087%; 63,7152% dan 84,5632%.
Hasil ini sesuai dengan hipotesa yaitu semakin besar perbandingan massa
bahan NaCl semakin besar pula kadar yang didapatkan dari hasil pencampuran
kering. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl mengalami penurunan yang
sesuai sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:3, 1:2, 1:1
berturut-turut sebesar 40,3263%; 30,2018% dan 6,4636%. Hasil ini sesuai
dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin kecil perbandingan massa
bahan KCl maka semakin kecil pula kadar yang didapatkan dari hasil
pencampuran kering. Sehingga kurva KCl dan NaCl menunjukkan bentuk
kurva linier.
50
40 50 Mesh (NaCl)
30 50 Mesh (KCl)
20
10
0
1:3 1:2 1:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.3 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:3 , 1:2 , 1:1 pada
ukuran partikel 50 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 50 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:3,
1:2, 1:1 berturut-turut sebesar 64,1098%; 67,9575% dan 77,9176%. Sedangkan
pada hasil analisa kadar KCl mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak
sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:3, 1:2, 1:1 berturut-turut
sebesar 31,8416%; 23,9479% dan 15,12%. Kedua hasil ini sesuai dengan
hipotesa maupun literature yaitu semakin kecil perbandingan massa bahan
maka semakin kecil pula kadar yang didapatkan dari hasil pencampuran kering.
Sehingga kurva kadar NaCl dan KCl menunjukkan bentuk kurva linier
60
50
Kadar (%)
40
30 60 Mesh (NaCl)
20 60 Mesh (KCl)
10
0
1:3 1:2 1:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.4 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:3 , 1:2 , 1:1 pada
ukuran partikel 60 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 60 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak sesuai dengan perbandingan
massa bahannya yakni 1:3, 1:2, 1:1 berturut-turut sebesar 64,734%; 66,1185%
dan 61,5484%. Begitu juga halnya pada hasil analisa kadar KCl mengalami
penurunan dan kenaikan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa
bahannya yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 24,4627%; 24,2911% dan
31,3458%. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu
semakin kecil perbandingan massa bahan maka semakin kecil pula kadar yang
didapatkan dari hasil pencampuran kering. Kedua hal tersebut dikarenakan
berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya seperti pencampuran kedua
bahan yang belum homogen. Sehingga kedua kurva menunjukkan bentuk
kurva kuadratik.
Pada keempat grafik menunjukkan hasil analisa kadar NaCl pada
perbandingan massa 1:3 , 1:2 , 1:1 dengan ukuran partikel 30,40, 50 dan 60
mesh yang beberapa diantaranya memenuhi standar SNI garam diet yakni
kadar NaCl dibawah 60%. Namun pada perbandingan massa bahan 1:3 dengan
ukuran partikel 40 mesh dan 1:2 dengan ukuran partikel 30 mesh didapatkan
hasil yang memenuhi SNI garam diet, yakni sebesar 54,4087% dan 46,0463%.
Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl pada perbandingan massa 1:1, 2:1, 3:1
dengan ukuran partikel 30,40, 50 dan 60 mesh hampir semuanya berhasil
memenuhi standar SNI garam diet yakni kadar KCl dibawah 40% kecuali pada
perbandingan massa 1:3 dengan ukuran partikel 40 mesh yang hampir
mendekati standar SNI garam diet yakni sebesar 40,3263%.
Dari ketiga perbandingan massa bahan tersebut terdapat salah satu yang
mendekati dengan standar SNI garam diet yakni pada perbandingan massa 1:3
dengan ukuran partikel 40 mesh. Perbandingan massa 1:3 menggunakan massa
NaCl yakni 25% dari total massa bahan, hal tersebut mendekati komposisi yang
digunakan penelitian terdahulu (Derrien,2004) dengan 40-50% berat kalium
klorida, 15-25% berat natrium klorida, 15-25% berat garam kalsium, 8-15%
berat garam magnesium yang juga menggunakan metode kering.
Jika berdasarkan nilai elektronegativitasnya natrium memiliki nilai
sebesar 0,93 dan kalium memiliki nilai sebesar 0,82, hal tersebut menunjukkan
bahwa keelektronegatifan kalium lebih kecil dibandingkan dengan natrium.
Semakin kecil keelektronegatifan suatu atom maka kekuatan gaya tarik inti
semakin melemah dan cenderung melepaskan elektron. Sehingga kalium
memiliki kecenderungan melepas elektron yang lebih besar dibandingkan
dengan natrium. Sedangkan klorida merupakan unsur ketiga terbesar
elektronegativitas, sehingga kemungkinan kekuatan menarik elektronnya
sangat besar. Dan dapat disimpulkan bahwa seharusnya klorida lebih
cenderung menarik elekron dari kalium dibandingkan natrium yang dapat
menyebabkan pengikatan senyawa KCl lebih maksimal dibandingkan senyawa
NaCl.
Dari perbandingan (1:3),(1:2) dan (1:1), kadar kalium yang paling
terbesar yakni 46,0463% dari perbandingan (1:2) pada 30 mesh. Hal tersebut
tidak sesuai karena jika dilihat dari jumlah kaliumnya maka perbandingan (1:3)
seharusnya mampu menghasilkan kadar KCl terbesar. Berdasarkan jumlah KCl
yang digunakan serta kadar KCl dalam bahan maka kadar maksimal yang dapat
dihasilkan yakni 47,2875% pada perbandingan (1:3).
50
40 30 Mesh (NaCl)
30 30 Mesh (KCl)
20
10
0
1:1 2:1 3:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.5 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:1, 2:1, 3:1 pada
ukuran partikel 30 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 30 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:1 ,
2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 66,7006%; 77,8794%; 82,9941%. Hal ini sesuai
dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin besar perbandingan massa
bahan NaCl semakin besar pula kadar yang didapatkan dari hasil pencampuran
kering. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl mengalami penurunan sesuai
dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut
sebesar 26,8270%; 13,9569%; 10,3151%. Hal ini sesuai dengan hipotesa
maupun literature yaitu semakin kecil perbandingan massa bahan KCl semakin
kecil pula kadar yang didapatkan dari hasil pencampuran kering. Sehingga
kedua kurva menunjukkan bentuk kurva linier.
50
40 40 Mesh (NaCl)
30 40 Mesh (KCl)
20
10
0
1:1 2:1 3:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.6 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:1, 2:1, 3:1 pada
ukuran partikel 40 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 40 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami penurunan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa bahannya
yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 84,5632%; 80,9311%; 80,0715%.
Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin besar
perbandingan massa bahan NaCl semakin besar pula kadar yang didapatkan
dari hasil pencampuran kering. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl
mengalami kenaikan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa bahannya
yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 6,4636%; 16,3402%; 16,4928%.
Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin kecil
perbandingan massa bahan KCl semakin kecil pula kadar yang didapatkan dari
hasil pencampuran kering. Kedua hal tersebut dikarenakan berbagai faktor
yang mempengaruhi salah satunya seperti pencampuran kedua bahan yang
belum homogen. Sehingga kedua kurva menunjukkan bentuk kurva linier.
60
50
50 Mesh (NaCl)
40
30 50 Mesh (KCl)
20
10
0
1:1 2:1 3:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.7 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:1, 2:1, 3:1 pada
ukuran partikel 50 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 50 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:1 ,
2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 77,9176%; 80,7019%; 87,8109%. Hal ini sesuai
dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin besar perbandingan massa
bahan NaCl semakin besar pula kadar yang didapatkan dari hasil pencampuran
kering. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa bahannya yakni 1:1 ,
2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 15,12%; 18,4185%; 7,3979%. Hasil ini tidak
sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu semakin kecil perbandingan
massa bahan KCl semakin kecil pula kadar yang didapatkan dari hasil
pencampuran kering. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi
seperti salah satunya pencampuran kedua bahan yang belum homogen.
Sehingga kurva kadar NaCl menunjukkan bentuk kurva linier , sedangkan pada
kurva KCl menunjukkan bentuk kurva kuadratik.
60
50
60 Mesh (NaCl)
40
30 60 Mesh (KCl)
20
10
0
1:1 2:1 3:1
Perbandingan Massa Bahan
Gambar IV.8 Hubungan antara perbandingan massa bahan 1:1, 2:1, 3:1 pada
ukuran partikel 60 mesh terhadap kadar NaCl dan KCl yang
dihasilkan setelah proses pencampuran.
Pada ukuran partikel 60 mesh didapatkan hasil analisa kadar NaCl yang
mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak sesuai dengan perbandingan
massa bahannya yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 61,5484%;
89,7315%; 83,3548%. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl mengalami
penurunan dan kenaikan yang tidak sesuai dengan perbandingan massa
bahannya yakni 1:1 , 2:1, 3:1 berturut-turut sebesar 31,3458%; 9,3999%;
14,1285%. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa maupun literature yaitu
semakin kecil perbandingan massa bahan KCl semakin kecil pula kadar yang
didapatkan dari hasil pencampuran kering. Kedua hal tersebut dikarenakan
berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya seperti pencampuran kedua
bahan yang belum homogen. Sehingga kedua kurva menunjukkan bentuk
kurva kuadratik.
Pada Kempat grafik menunjukkan hasil analisa kadar NaCl pada
perbandingan massa 1:1 , 2:1 , 3:1 dengan ukuran partikel 30,40, 50 dan 60
mesh yang belum memenuhi standar SNI garam diet yakni kadar NaCl dibawah
60%. Namun pada perbandingan massa bahan 1:1 dengan ukuran partikel 60
mesh di dapatkan hasil yang paling mendekati SNI garam diet, yakni sebesar
61,5184%. Sedangkan pada hasil analisa kadar KCl pada perbandingan massa
1:1, 2:1, 3:1 dengan ukuran partikel 30,40, 50 dan 60 mesh sudah berhasil
memenuhi standar SNI garam diet yakni kadar KCl dibawah 40%.
Dari ketiga perbandingan massa bahan tersebut masih belum ada yang
memenuhi SNI garam diet yang maksimal mengandung 60% kadar NaCl dan
40% kadar KCl. Ketiga perbandingan massa ini yakni 1:1, 2:1, 3:1 jauh berbeda
komposisi NaCl dan KCl yang digunakan jika dibandingkan dengan penelitian
terdahulu (Derrien,2004) yang menggunakan komposisi bahan 40-50% berat
kalium klorida, 15-25% berat natrium klorida, 15-25% berat garam kalsium, 8-
15% berat garam magnesium yang juga menggunakan metode kering.
Jika berdasarkan nilai elektronegativitasnya natrium memiliki nilai
sebesar 0,93 dan kalium memiliki nilai sebesar 0,82, hal tersebut menunjukkan
bahwa keelektronegatifan kalium lebih kecil dibandingkan dengan natrium.
Semakin kecil keelektronegatifan suatu atom maka kekuatan gaya tarik inti
semakin melemah dan cenderung melepaskan elektron. Sehingga kalium
memiliki kecenderungan melepas elektron yang lebih besar dibandingkan
dengan natrium. Sedangkan klorida merupakan unsur ketiga terbesar
elektronegativitas, sehingga kemungkinan kekuatan menarik elektronnya
sangat besar. Dan dapat disimpulkan bahwa seharusnya klorida lebih
cenderung menarik elekron dari kalium dibandingkan natrium yang dapat
menyebabkan pengikatan senyawa KCl lebih maksimal dibandingkan senyawa
NaCl.
Dari perbandingan (1:1),(2:1) dan (3:1) kadar kalium yang paling
terbesar yakni 31,3458% dari perbandingan (1:1) pada 60 mesh. Hal tersebut
sesuai karena berdasarkan dari jumlah kaliumnya maka perbandingan (1:1)
memang seharusnya mampu menghasilkan kadar KCl terbesar, namun kadar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini yang paling mendekati SNI Garam Diet 2016 yakni pada
ukuran partikel 40 mesh dengan perbandingan massa 1:3 dihasilkan kadar
NaCl 54,4087% dan kadar KCl nya 40,3263%.
2. Kadar KCl sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar NaCl, semakin tinggi
kemurnian kadar KCl yang ditambahkan dalam NaCl maka hasil yang
didapatkan akan sesuai dengan perbandingan massa bahan.
3. Semakin kecil keelektronegatifan suatu atom maka kekuatan gaya tarik inti
semakin melemah dan cenderung melepaskan electron.
4. Pemilihan ukuran partikel sangat penting dalam pencampuran metode kering
ini karena sifat salah satu bahan yaitu NaCl mempunyai sifat fisik higroskopis.
5. Ukuran partikel tidak begitu berpengaruh pada hasil kadar KCl dan NaCl yang
didapatkan setelah proses pencampuran.
V.2 Saran
1. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan bahan pensubstitusi lain yang dapat
bermanfaat bagi tubuh manusia.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan alat yang sesuai dengan metode
pencampuran kering atau dapat menggunakan metode yang berbeda yakni
metode basah.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan dalam pemilihan ukuran
partikel (mesh) khususnya untuk NaCl, karena sifat fisik dari NaCl yang
higroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Andrea, G.Y. 2014. “Korelasi Derajat Hipertensi Dengan Stadium Penyakit Ginjal
Kronik Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 2008-2012”.( http:// eprints.
undip. ac.id/ 43896/3/ Gilang_YA_G2A009181_ Bab2KTI.pdf). Diakses
pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 17.00 WIB.
Anonim. 2017. “Kalium klorida”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kalium_klorida).
Diakses pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 17.00 WIB.
Anonim. 2017. “Natrium klorida”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_
klorida). Diakses pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 17.00 WIB.
Anonim. 2018. "Kalium". (https://id.wikipedia.org/wiki/Kalium). Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2018. "Klorida". (https://id.wikipedia.org/wiki/Klorida). Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2018. "Natrium". (https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium). Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB.
Astuti, R.F. 2014. "Diet Rendah Garam Untuk Mengontrol Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi" (lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391005-
PR-Rini%20Fauzia%20Astuti.pdf). Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018
pukul 11.18 WIB.
Bender, D.A.2014. “Kamus Pangan Dan Gizi”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
BSN.2010. “Garam Konsumsi Beryodium-BPOM”. (http://registrasipangan.pom.
go.id/assets/uploads/files/referensi/2ee62-sni-3556-2010-garam-konsumsi-
beryodium.pdf). Diakses pada tanggal 22 April 2018 pukul 17.00 WIB.
BSN.2016. “Garam Diet”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Derrien, Marcel dan Anne-Marie Fontvieille. 2004. “ Dietetic composition in the
form of a salt substitute for table salt”. (https://patents.google. com/patent
/US20040224076). Diakses pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 17.00 WIB.
Rood, R.P. dan Sarko M. Tilkian. 1982. “Low-sodium salt substitute”. (https://
patents.google.com/patent/US4473595). Diakses pada tanggal 6 Maret 2018
pukul 17.00 WIB.
Tiara, S. 2017. “Struktur Kristal NaCl”. (http://scribd.com/doc/316953731
/struktur-kristal-nacl). Diakses pada tanggal 4 April 2018 pukul 17.00 WIB.
Wardhani, K. 2011. “Struktur dan Bentuk Kristal”. (http://webcache.
googleusercontent.com/search?q=cache:http://masudahkusuma.blogspot.co
m/2011/10/struktur-dan-bentuk-kristal.html). Diakses pada tanggal 26 Maret
2018 pukul 17.00 WIB.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Kadar KCl
Kadar Kalium (AAS) = 24,15%
Berat Molekul KCl = 74,555 gram/mol
Berat Molekul K = 39,102 gram/mol
Berat Molekul KCL
Kadar KCl = Berat Molekul Kalium × Kadar Kalium (AAS)
74,555
Kadar KCl = 39,102 × 24,15%