Anda di halaman 1dari 65

TEMBANG JAWA

Salam silaturrahim kami sampaikan, pada kesempatan kali ini penulis ingin
membagi file Silabus Muatan Lokal Bahasa Jawa Timur sesuia dengan Pergub
2014 yang mengacu pada kurikulum 2013, semoga file ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya yang mengajar di SD/MI di daerah Jawa Timur.

Sehingga pembaca tidak perlu repot - repot untuk kesana -kemari mencari
Silabus Bahasa Jawa, dan file ini kami sajikan dalam bentuk World sehingga
para pembaca dapat, mengedit atau meng-copy file dengan mudah. sebab
beberapa kali coba mencari tapi belum dapat-dapat, setelah mendapat file ini
langsung saja saya share dengan para pembaca, agar pembaca tidak
kesulitan seperti yang saya alam 

SILABUS BAHASA JAWA SD/MI


KURIKULUM 2013 : SD/MI : KI-KD : SBdP
 Abdul Hamid   12/29/2015   PBM   0

Assalaamu alaikum sahabat guruKATRO, 


Berikut guruKATRO share Salinan Lampiran I Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan Republik indonesia Nomor  57 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. (KI dan KD Mata Pelajaran Seni Budaya dan
Prakarya)

SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR  57 TAHUN 2014
TENTANG
KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH
KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM 
SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

lanjutan.....

7. Kompetensi Dasar Seni Budaya dan Prakarya

KELAS I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.  Menerima dan menjalankan ajaran1.1   Merasakan keindahan alam sebagai salah satu tanda-
agama yang dianutnya tanda kekuasaan Tuhan

2.  Memiliki perilaku jujur, disiplin, 2.1   Menunjukkan rasa percaya diri untuk berlatih
tanggung jawab, santun, peduli, mengekspresikan diri dalam mengolah karya seni
dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru2.2   Menunjukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di
lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam berkarya
seni

2.3   Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung jawab dan


kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal cara dan hasil karya seni ekspresi
dengan cara mengamati
3.2   Mengenal  pola irama lagu bervariasi menggunakan alat
[mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin musik ritmis
tahu tentang dirinya, makhluk 3.3   Mengenal unsur-unsur gerak, bagian-bagian gerak
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, anggota tubuh dan level gerak dalam menari
dan benda-benda yang dijumpainya
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

di rumah dan di sekolah 3.4   Mengamati berbagai bahan, alat serta fungsinya dalam
membuat prakarya

3.5   Mengenal karya seni budaya benda dan bahasa daerah


setempat

4.  Menyajikan pengetahuan faktual 4.1   Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna


dalam bahasa yang jelas dan logis, dan bentuk berdasarkan hasil pengamatan di
dalam karya yang estetis, dalam lingkungan sekitar
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang 4.2   Membuat karya seni ekspresi dengan memanfaatkan
mencerminkan perilaku anak berbagai teknik cetak sederhana menggunakan bahan
beriman dan berakhlak mulia alam

4.3   Menggambar dengan memanfaatkan beragam media


kering

4.4   Membentuk karya seni ekspresi dari bahan lunak

4.5   Menyanyikan lagu anak-anak dan memperagakan tepuk


birama dengan gerak

4.6   Memainkan pola irama lagu bertanda birama dua


dengan tepuk dan gerak

   Menyanyikan lagu anak-anak dan berlatih memahami


isi lagu

   Memainkanpola irama lagu bertanda birama dua dan


tiga dengan alat musik ritmis

   Melakukan
gerak kepala, tangan, kaki, dan badan
berdasarkan pengamatan alam di lingkungan sekitar

4.10    Menirukan gerak alam di lingkungan sekitar melalui


gerak kepala, tangan, kaki, dan badan berdasarkan
rangsangan bunyi

4.11    Menirukan gerak alam di lingkungan sekitar dengan


menggunakan level tinggi, sedang, dan rendah

4.12    Melakukan gerak alam di lingkungan sekitar dengan


menggunakan level tinggi, sedang, dan rendah dengan
iringan

4.13    Membuat karya kerajinan bahan alam di lingkungan


sekitar melalui kegiatan menempel
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4.14    Membuat karya kerajinan dari bahan alam hasil limbah


di lingkungan rumah melalui kegiatan melipat,
menggunting, dan menempel

4.15    Membentuk karya kerajinan fungsi hias dari bahan


lunak alam

4.16    Membuat karya rekayasa yang digerakkan dengan air

4.17    Menceritakan karya seni budaya benda dan bahasa


daerah setempat

KELAS II
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.  Menerima dan menjalankan ajaran1.1   Menikmati keindahan alam dan karya seni sebagai
agama yang dianutnya salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan

2.  Menunjukkan perilaku jujur, 2.1   Menunjukkan rasa percaya diri untuk berlatih


disiplin, tanggung jawab, santun, mengekspresikan diri dalam mengolah karya seni
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, 2.2   Menunjukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di
teman, dan guru lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam berkarya
seni

2.3   Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung jawab dan


kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam
dengan cara mengamati membuat karya seni rupa
[mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin 3.2   Mengenal pola irama lagu bertanda birama tiga, pola
tahu tentang dirinya, makhluk bervariasi dan pola irama rata dengan alat musik ritmis
ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya
3.3   Memahami gerak sehari-hari dengan memperhatikan
di rumah dan di sekolah tempo gerak

3.4   Mengetahui cara mengolah bahan alam yang dapat


dimanfaatkan sebagai karya kreatif dan olahan
makanan

3.5   Memahami budaya dan bahasa daerah di tempat


tinggalnya

4.  Menyajikan pengetahuan faktual    Menggambarekspresi dengan mengolah garis, warna,


dalam bahasa yang jelas dan logis, bentuk dan tekstur berdasarkan hasil pengamatan di
dalam karya yang estetis, dalam lingkungan sekitar
gerakan yang mencerminkan anak
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

sehat, dan dalam tindakan yang    Membuat


karya seni mozaik sederhana dengan dengan
mencerminkan perilaku anak menggunakan bahan alam
beriman dan berakhlak mulia 
   Menggambar imajinatif dengan memanfaatkan beragam
media

   Membentukkarya relif dari bahan yang ada di


lingkungan sekitar

   Menyanyikan lagu anak-anak dengan pola irama yang


bervariasi

   Memainkan pola irama bervariasi lagu bertanda birama


empat

   Menyanyikan
lagu anak-anak sederhana dengan
membuat kata-kata sendiri yang bermakna

   Memainkan pola irama bervariasi lagu bertanda birama


tiga

   Menirukangerak binatang dengan mengamati secara


langsung atau dengan media rekam

4.10    Menirukan gerak binatang dengan mengamati secara


langsung atau media rekam menggunakan tempo
lambat, sedang, dan cepat

4.11    Menirukan gerak bermain, berkebun, bekerja melalui


gerak kepala, tangan, kaki, dan badan dengan
mengamati secara langsung atau dengan media rekam

4.12    Menirukan gerak bermain, berkebun, bekerja melalui


gerak kepala, tangan, kaki, dan badan menggunakan
tempo lambat, sedang, dan cepat sesuai dinamika
gerak

4.13    Membuat karya kerajinan sebagai penghias benda


dengan menggunakan bahan alam di lingkungan
sekitar melalui kegiatan melipat, menggunting dan
menempel

4.14    Membuat karya kerajinan bahan alam melalui kegiatan


melipat, menggunting, dan menempel dengan
membentuk pola sederhana

4.15    Membentuk karya kerajinan fungsi pakai dari bahan


alam

4.16    Menyajikan makanan dari buah dan sayuran di


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

lingkungan sekitar dengan olahan sederhana

4.17    Menceritakan karya seni budaya tak benda dan bahasa


daerah setempat

KELAS III
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.  Menerima dan menjalankan ajaran1.1   Memuji keunikan kemampuan manusia dalam berkarya


agama yang dianutnya seni dan berkreativitas sebagai anugrah Tuhan

2.  Menunjukkan perilaku jujur, 2.1   Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam


disiplin, tanggung jawab, santun, berkarya seni.
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, 2.2   Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati alam di
teman, guru dan tatangganya lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam
berkarya seni

2.3   Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung jawab dan


kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal karya seni gaya dekoratif


dengan cara mengamati
3.2   Membedakan pola irama rata dan bervariasi lagu
[mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin bertanda birama enam
tahu tentang dirinya, makhluk 3.3   Memahami gerak kuat dan lemah dalam tari dengan
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, menggunakan musik sebagai iringan
dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah dan di sekolah 3.4   Mengetahui cara mengolah bahan alam dan buatan
untuk membuat prakarya

3.5   Memahami makna karya seni budaya dengan bahasa


daerah setempat

4.  Menyajikan pengetahuan faktual    Menggambar dekoratif dengan mengolah perpaduan

dalam bahasa yang jelas, sistematis garis, warna, bentuk dan tekstur berdasarkan hasil
dan logis, dalam karya yang estetis, pengamatan di lingkungan sekitar
dalam gerakan yang mencerminkan
   Membuat karya seni montase dari berbagai media
anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak    Menghias benda gaya dekoratif dengan media yang ada
beriman dan berakhlak mulia di lingkungan sekitar

   Membentuk karya dekoratif dari bahan lunak

   Menyanyi lagu wajib dan lagu permainan dari daerah


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

sesuai dengan isi lagu

   Memainkan alat musik ritmis pola irama bervariasi


sambil bernyanyi

   Menyanyikanlagu anak-anak bertanda birama enam


sesuai dengan isi lagu.

   Memainkanpola irama bertanda birama 6 dengan


perubahan tempo dan dinamika

   Mengembangkan gerak berdasarkan hasil pengamatan


alam sekitar ke dalam bentuk tari bertema

4.10    Mengembangkan gerak alam sekitar ke dalam bentuk


tari bertema mengacu pada gaya tari daerah
berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak

4.11    Memperagakan gerak alam sekitar ke dalam bentuk tari


bertema berdasarkan level, tempo dan dinamika

4.12    Menampilkan gerak ke dalam bentuk tari bertema


berdasarkan level dan tempo gerak dengan iringan
musik

4.13    Membuat karya kerajinan anyaman dengan bahan alam


atau buatan  dari lingkungan

4.14    Membuat karya kerajinan teknik meronce dengan


memanfaatkan bahan alam dan buatan dari
lingkungan

4.15    Membuat karya kerajinan fungsi pakai dari barang


bekas dengan teknik dan alur sederhana

4.16    Menanam tanaman sayuran di lingkungan sekitar

4.17    Menceritakan makna karya seni budaya dengan bahasa


daerah setempat

KELAS IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.    Menerima, menjalankan, dan 1.1   Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya
menghargai ajaran agama yang kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah tuhan
dianutnya
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2.    Menunjukkan perilaku jujur, 2.1   Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam


disiplin, tanggung jawab, santun, berkarya seni
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, 2.2   Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati alam di
teman, guru, dan tetangganya lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam
berkarya seni

2.3   Menunjukkan perilaku Mengenal sikap disiplin,


tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam sekitar
melalui berkarya seni

3.    Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan
dengan cara mengamati dan  pengamatan
menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk 3.2   Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, nada dengan gerak tangan
dan benda-benda yang dijumpainya3.3   Mengenal tari-tari daerah dan keunikan geraknya
di rumah, di sekolah dan tempat
bermain 3.4   Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media
karya kreatif

3.5   Memahami cerita terkait situs-situs budaya baik benda


maupun tak benda di Indonesia dengan menggunakan
bahasa daerah

4.    Menyajikan pengetahuan faktual    Menggambar berdasarkan tema

dalam bahasa yang jelas, sistematis


dan logis, dalam karya yang estetis,    Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan di
dalam gerakan yang mencerminkan lingkungan sekitar
anak sehat, dan dalam tindakan    Menggambar model benda kesukaan berdasarkan
yang mencerminkan perilaku anak pengamatan langsung
beriman dan berakhlak mulia
   Membentuk karya seni tiga dimensi dari bahan alam

   Menyanyikanlagu dengan gerak tangan dan badan


sesuai dengan tinggi rendah nada

   Memainkan
pola irama lagu bertanda birama empat dan
menunjukkan perbedaan panjang pendek bunyi

   Menyanyikansolmisasi lagu wajib dan lagu daerah yang


harus dikenal

   Memainkan alat musik melodis lagu yang telah dikenal


sesuai dengan isi lagu

   Menunjukkan makna gerak ke dalam bentuk tari


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah

    Memperagakanmakna gerak ke dalam bentuk tari


bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah
berdasarkan ruang gerak

    Mengembangkanmakna gerak ke dalam bentuk tari


bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah
berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

    Memperagakanmakna gerak ke dalam bentuk tari


bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah
berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

    Membuatkarya kerajinan ikat celup dengan berbagai


teknik buatan

    Membuat
karya kerajinan asesoris dengan berbagai
bahan dan teknik

    Membuatkarya rekayasa sederhana yang dapat


digerakkan dengan angin

    Membuat
karya rekayasa sederhana dengan
memanfaatkan tali sebagai tenaga penggerak

    Menceritakan
cerita terkait situs-situs budaya baik
benda maupun tak benda di Indonesia dengan
menggunakan bahasa daerah

KELAS V
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.  Menerima, menjalankan, dan 1.1   Menerima kekayaan dan keragaman karya seni daerah
menghargai ajaran agama yang sebagai anugerah Tuhan
dianutnya.

2.  Menunjukkan perilaku jujur, 2.1   Menunjukkan rasa percaya diri dalam mengolah karya
disiplin, tanggung jawab, santun, seni
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, 2.2   Menghargai alam dan lingkungan sekitar sebagai
teman, guru, dan tetangganya serta sumber ide dalam berkarya seni
cinta tanah air. 2.3   Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung jawab dan
kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2.4   Menunjukkan kemampuan bekerjasama dan


berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah di
rumah dan sekolah

3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal prinsip seni dalam berkarya seni rupa
dan konseptual dengan cara
mengamati,  menanya dan mencoba3.2   Mengenal harmoni musik dan lagu daerah
berdasarkan rasa ingin tentang 3.3   Memahami fungsi properti yang dapat digunakan dalam
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan tari
dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya  di rumah, di 3.4   Memahami prosedur dan langkah kerja dalam  
sekolah dan tempat bermain berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah

3.5   Memahami unsur-unsur budaya daerah dalam bahasa


daerah

4.  Menyajikan pengetahuan faktual    Menggambar ilustrasi dengan menerapkan proporsi dan


dan konseptual dalam bahasa yang komposisi
jelas, sistematis, logis dan kritis,
   Menggambar
dekoratif berdasarkan motif hias
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak nusantara dengan menerapkan irama dan
sehat, dan dalam tindakan yang keseimbangan
mencerminkan perilaku anak    Menggambarkomik dengan menerapkan proporsi,
beriman dan berakhlak mulia komposisi, dan unsur penceritaan berdasarkan hasil
pengamatan

   Membuat
topeng dari berbagai media dengan
menerapkan proporsi dan keseimbangan

   Menyanyikan
secara berkelompok lagu anak-anak
dengan iringan musik vokal sesuai dengan asal
daerahnya

   Memainkanalat musik ritmis secara berkelompok


dengan iringan vokal lagu anak-anak dua suara

   Menyanyikan lagu kanon & lagu wajib dua suara

   Memainkanalat musik campuran antara melodis dan


ritmis dengan partitur lagu

   Menemukangerak tari bertema berdasarkan gagasan


dan imajinasi

4.10    Merangkaikan gerak tari bertema berdasarkan gagasan


dan imajinasi dengan menggunakan properti

4.11    Merangkaikan gerak tari bertema berdasarkan gagasan


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

dan imajinasi dengan menggunakan properti dan


iringan

4.12    Memperagakan gerak tari bertema berdasarkan gagasan


dan imajinasi dengan menggunakan properti dan
iringan

4.13    Membuat karya kerajinan dari bahan tali temali

4.14    Membentuk karya kerajinan dari bahan keras

4.15    Merawat hewan peliharaan

4.16    Membuat apotik hidup

4.17    Menceritakan secara lisan dan tulisan unsur-unsur


budaya daerah menggunakan bahasa daerah

KELAS VI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.  Menerima, menjalankan, dan 1.1   Mengapresiasi karya seni sebagai anugerah Tuhan dan
menghargai ajaran agama yang memiliki rasa bangga terhadap tanah air
dianutnya.

2.  Menunjukkan perilaku jujur, 2.1   Menunjukkan rasa percaya diri dalam mengolah karya
disiplin, tanggung jawab, santun, seni
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, 2.2   Menghargai alam dan lingkungan sekitar sebagai
teman, guru, dan tetangganya serta sumber ide dalam berkarya seni
cinta tanah air. 2.3   Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung jawab dan
kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

2.4   Menunjukkan kemampuan bekerjasama dan


berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah di
lingkungan sekitar

3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan
dan konseptual dengan cara prinsip seni dan karya seni rupa nusantara
mengamati,  menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu 3.2   Mengenal harmoni dan simbol teks lagu sederhana
tentang dirinya, makhluk ciptaan 3.3   Mengenal estetika gerak dan komposisi kelompok dalam
Tuhan dan kegiatannya, dan benda- tari
benda yang dijumpainya di rumah,
di sekolah dan tempat bermain 3.4   Menyajikan berbagai karya kreatif dalam kegiatan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

pameran dan pertunjukkan

3.5   Memahami nilai-nilai yang melekat dalam unsur-unsur


budaya daerah dalam bahasa daerah

4.  Menyajikan pengetahuan faktual    Menggambarperspektif sederhana dengan menerapkan


dan konseptual dalam bahasa yang proporsi dan komposisi berdasarkan hasil pengamatan
jelas, sistematis, logis dan kritis,
   Menggambar di atas kain dengan teknik merintang
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak warna
sehat, dan dalam tindakan yang    Menggambar poster dengan menerapkan tata letak
mencerminkan perilaku anak sesuai prinsip seni
beriman dan berakhlak mulia
   Membentuk
karya patung sederhana dari berbagai
media berdasarkan karya patung nusantara

   Membuat
pola irama sederhana untuk iringan lagu
dengan simbol panjang pendek bunyi dan
mengembangkan pola iringan

   Menyanyikan lagu daerah dua suara dengan iringan

   Memainkan
ansambel alat musik campuran dengan
membaca partitur sederhana

   Menampilkan musik nusantara dengan alat musik


sederhana

   Menemukan
gerak tari bertema berdasarkan
pengembangan gagasan dan imajinasi

4.10    Merangkaikan tari bertema berdasarkan gagasan dan


imajinasi dengan iringan musik

4.11    Memperagakan tari bertema sesuai dengan busana


pokok gaya tari daerah

4.12    Menyajikan tari bertema sesuai dengan rias dan busana


gaya tari daerah dengan iringan

4.13    Membuat karya kerajinan batik berdasarkan motif hias


daerah

4.14    Membuat karya kerajinan teknik jahit dan aplikasi


dengan tangan

4.15    Membuat produk olahan bahan makanan umbi-umbian


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

dengan berbagai olahan sederhana

4.16    Membuat produk olahan sampah organik atau sampah


anorganik di lingkungan sekitar

4.17    Memamerkan dan mempertunjukan karya seni.

Selanjutnya......
8. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
silakan BUKA DARI SINI

B.     Seni Musik


a.  Definisi Seni Musik
o          Sudarsono (1992:1) Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep
pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme dan
harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri atau manusia lain
dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya.
o          Rien (1999:1) Suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan
struktur lagu, dan ekspresi.
o          JMamalus (1991:1) Suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur  musik, yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau komposisi musik baru
itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan suara (nyanyian) atau dengan
alat-alat music.
o          Pendidikan seni musik merupakan suatu proses pendidikan yang membantu pengungkapan
ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari gejala lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur
musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa keindahan.
b.   Hakekat Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar
            Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan
pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Pengajaran musik ialah pengajaran tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari
unsur-unsur musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid
melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik.
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan
mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-
sikap atau emosional yang seimbang.
 c.  Tujuan Pembelajaran Seni Musik
Salah satu tujuan pengajaran musik di SD dapat dibuat sebagai berikut :
1.  Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat
pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
2.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melodi melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi
sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
3.  Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana
dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
4.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk/struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan
musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
5.   Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan
musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu
dengan tingkat ekspresi yang tinggi.
d.  Sifat Pembelajaran Seni Musik
1.  Pendekatan “Belajar dengan Seni”
Proses pemerolehan dan pemahaman  pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni musik misalnya
siswa belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka dengan mempelajari lagu tersebut siswa dapat
mengetahui dan memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa seharusnya tahu tentang apa yang
diceritakan lagu, dan dari pengetahuan tersebut mereka bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu
Indonesia Raya menginginkan terwujudnya sikap cinta tanah air, kebanggaan terhadap tanah air, dan
sikap mempertahankan tanah air, serta menanamkan jiwa patriotis.
2.  Pendekatan “Belajar Melalui Seni”
Proses pemahaman emosional yang tercermin ke dalam penanaman nilai-nilai atau sikap yang terbentuk
melalui kegiatan berkesenian. Seperti dalam menyanyikan sebuah lagu, dituntut untuk membuat
keteraturan tempo/ketukan. Apabila kita tidak bisa mengikuti tempo tersebut, maka lagu yang dibawakan
menjadi kacau atau tidak teratur. Jadi melalui bernyanyi akan tertanam sikap disiplin yang tinggi untuk
membuat keteraturan.
3.  Pendekatan “Belajar tentang Seni”
Proses penekanan pada pembelajaran tentang penguasaan materi seni musik yang tergambar pada unsur-
unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi, tangga nada, bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo,
dinamik, dan warna).
e.  Fungsi Pembelajaran Seni Musik
1.         Pendidikan seni musik sebagai sarana/media ekspresi
            Ekspresi merupakan ungkapan atau pernyataan seseorang. Perasaan dapat berupa sedih, gembira,
risau, marah, menyeramkan atau sesuai dengan masalah yang dihadapi. Fungsi ini memungkinkan untuk
mengeksplorasi ekpresi siswa dalam memunculkan karya-karya baru.
2.    Pendidikan seni musik sebagai media komunikasi
            Ekspresi yang dieksplorasikan akan dikomunikasikan kepada orang lain. Artinya karya-karya seni
musik yang dialami siswa dikomunikasikan sehingga pesan yang terdapat dalam karya tersebut bisa
tersampaikan pada orang lain.
3.    Pendidikan seni musik sebagai sarana bermain
            Bermain merupakan dunia anak-anak. Anak-anak memerlukan kegiatan yang bersifat rekreatif
yang menyenangkan bagi pertumbuhan jiwanya. Bermain sekaligus memberikan kegiatan penyeimbang
dan penyelaras atas perkembangan individu anak secara fisik dan psikis.
4.    Pendidikan seni sebagai media pengembangan bakat.
            Setiap siswa memiliki potensi di bidang seni musik yang luar biasa. Pendidikan seni musik di
tekankan untuk memberikan pemupukan yang terus menerus sehingga diperlukan upaya efektif untuk
menumbuhkan bakat siswa.
5.     Pendidikan seni sebagai media kreativitas
            Kreatif merupakan sifat yang dilekatkan pada diri manusia yang dikaitkan dengan kemampuan
atau daya untuk menciptakan. Sifat kreativitas ini senantiasa diperlukan untuk mengiringi tingkah laku
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

C. SENI MUSIK KURIKULUM 2013


Ketika kita mendengar kata musik maka alat musik yang terbayang oleh kita biasanya adalah gitar, piano,
drum dan berbagai musik modern. Padahal negara kita memiliki beragam musik tradisional. Musik
tradisional ini asalnya adalah dari kegiatan-kegiatan masyarakat. Ciri-ciri umum dari music tradisional
adalah musik harus dimainkan bersama-sama. Contoh musik tradisional adalah angklung,
gamelan(karawitan), kulintang dan masih banyak lagi. Ada juga musik Indonesia yang merupakan
serapan dari Arab tapi cukup terkenal di Indonesia yaitu kasidahan.
Posisi musik tradisional di kurikulum 2013 :
-           Kelas VI yaitu menampilkan musik nusantara dengan alat musik sederhana.
-           Kelas V  yaitu menyanyikan secara berkelompok lagu anak-anak dengan iringan musik vokal
sesuai dengan asal daerahnya.
-           Kelas IV yaitu  menyanyikan lagu daerah yang harus dikenal.
-           Kelas III yaitu menyanyi lagu permainan dari daerah.
-           Kelas II yaitu
-           Kelas I yaitu siswa dikenalkan dengan lagu anak-anak.
Beberapa tema untuk siswa kelas I dengan menggunakan lagu anak-anak:        
         Diriku : Kepala, Pundak, Lutut, Kaki; Dua Mata Saya (ciptaan Pak Kasur), Siapa Namamu (ciptaan
AT Mahmud)
         Kegemaranku : Basri Jago Kasti (ciptaan Bu Kasur), Cing Gemerincing (ciptaan AT Mahmud)
         Kegiatanku : Bangun Tidur (ciptaan Pak Kasur)
         Keluargaku : Sayang Semuanya (ciptaan Pak Kasur)
         Pengalamanku : Naik Delman (ciptaan Pak Kasur); Hai Becak (ciptaan Ibu Sud)
         Lingkungan bersih, sehat dan asri : Sebelum Kita Makan (ciptaan Pak Kasur)
         Benda, binatang dan tanaman di sekitarku : Melati, kenanga ; Cit Cit Cuit (dipopulerkan Joshua
Suherman); Lihat Kebunku (ciptaan Ibu Sud); Desaku (ciptaan Ibu Sud)
         Peristiwa alam : Pelangi (ciptaan AT Mahmud); Bintang Kecil (ciptaan Daljono); Naik Naik ke
Puncak Gunung (ciptaan Ibu Sud); Tik Tik Bunyi Hujan(ciptaan Ibu Sud)

urikulum Basa, Sastra, dan Budaya Jawa SD 2010


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bangsa


Indonesia juga memiliki bahasa daerah yang sangat banyak jumlahnya. Hampir
setiap daerah memiliki bahasa daerah yang berfungsi sebagai alat komunikasi
antaranggota masyarakat dan ciri khas daerah tersebut..

Masyarakat Jawa memilki bahasa Jawa sebagai salah sastu ciri kas kearifan lokal
(local wisdom) dan sarana berkomunikasi antaranggota masyarakat Jawa.
Bahasa Jawa sarat nilai-nilai tatakrama yang memberikan sumbangan terhadap
pembentukan kepribadian bangsa.

 
Bahasa Jawa telah berusia lebih dari 1.205 tahun jika dihitung dari prasasti Sukabumi, 25 Maret 804
(Teuw, 1983). Bahkan hampir 2.000 tahun jika dihitung dari 1 Saka atau 78 Masehi (Hamengku Buwono
X, 2001).  Sampai sekarang, bahasa Jawa  masih dipakai tidak kurang dari 63 juta penutur.

Pembelajaran muatan lokal Bahasa, Sastra dan Budaya Jawadiarahkan agar peserta didik


memiliki kemampuan berkomunikasimenggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karyasastra dan budaya Jawa.

B.     Fungsi dan Tujuan

1.      Fungsi

Sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa sebagai (1)
lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, maka fungsi mata
pelajaran Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa adalah sebagai (1) sarana membina
rasa bangga terhadap bahasa Jawa; (2) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya Jawa; (3)
sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) sarana
penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang baik dan benar untuk berbagai
keperluan dan menyangkut berbagai masalah; dan (5) sarana pemahaman
budaya Jawa melalui kesusasteraan Jawa.

2.      Tujuan

Muatan lokal Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa bertujuan agar peserta didik


memiliki kemampuan sebagai berikut.

a.       Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan unggah-


ungguh yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

b.      Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana


berkomunikasi dan sebagai lambang kebanggaan serta identitas daerah.
c.       Memahami bahasa Jawa dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan

d.      Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan  intelektual, serta


kematangan emosional dan sosial.

e.       Menikmati dan memanfaatkan karya sastra dab budaya Jawa untuk


memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.

f.        Menghargai dan membanggakan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan


intelektual manusia Indonesia.

C.    Ruang Lingkup

Ruang lingkup muatan lokal Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa mencakup


komponen kemampuan berbahasa, kemampuan bersastra, kemampuan
berbudaya yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.

D.    Pengertian

Standar kompetensi muatan lokal Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawamerupakan kualifikasi kemampuan


minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilanyang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada muatan lokal Bahasa, Sastra, dan
Budaya Jawa. Kompetensi dasar muatan lokal Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa adalah sejumlah
kemampuan bahasa, sastra, dan budaya Jawa yang harus dikuasai peserta didik sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran.

BAB II

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR


 
Kelas  I
Semester Gasal
Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami dongeng hewan yang dibacakan atau
dalam kerangka budaya Jawa. melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Memperkenalkan diri sendiri dan keluarganya


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa. dengan unggah-ungguh yang tepat.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Melagukan tembang dolanan.


dalam kerangka budaya Jawa.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis kata dan kalimat  sekolah dengan huruf
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa. lepas.
Kelas  I
Semester Genap

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan   kasih sayang yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan tokoh wayang punakawan.


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1 Memahami wacana tulis kesehatan.
dalam kerangka budaya Jawa.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi
8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis kata atau kalimat permainan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa. tradisional dengan huruf sambung.

 
 
 
 
Kelas  II
Semester Gasal

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami dongeng yang dibacakan atau melalui
dalam kerangka budaya Jawa. berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Mengucapkan dan menjawab salam sesuai
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa. unggah-ungguh bahasa yang tepat.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Memahami dan melagukan tembang dolanan.
dalam kerangka budaya Jawa.
Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis kalimat    tumbuhandengan ejaan yang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa benar.

 
 
 
 
Kelas  II
Semester Genap
 
Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan  binatang yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan tokoh wayang Pandhawa Lima.
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa

Membaca
. Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1 Memahami wacana tulis  permainan tradisional.
dalam kerangka budaya Jawa.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis wacana   kebersihandengan ejaan yang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa benar.

 
 
 
 
Kelas  III
Semester Gasal

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami wacana dialog yang
dalam kerangka budaya Jawa. memuat cangkriman yang dibacakan atau melalui
berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi
2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Menyampaikan permintaan dan terima kasih
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa kepada orang laindengan unggah-ungguh yang
tepat.

 Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Membaca wacana tulis   pekerjaan.
dalam kerangka budaya Jawa.
3.2 Melagukan tembang macapat Pocung.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis karangan   kegiatan sehari-hari dengan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa ejaan yang benar.

 
 
 
Kelas  III
Semester Genap

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan   transportasi yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan tokoh wayang (anak-anak


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa. Pandhawa Lima).

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1 Membaca wacana tulis budi pekerti
dalam kerangka budaya Jawa.
 7.2 Membaca geguritan budi pekerti.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis karangan   hiburandengan ejaan yang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa benar.
 
 
 
 
 
Kelas  IV
Semester Gasal

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami wacana lisan yang
dalam kerangka budaya Jawa. memuat paribasan dan tembung entar yang
dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Menjawab dan mengajukan pertanyaan dengan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa bahasa krama.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Membaca wacana tulis   peristiwa.
dalam kerangka budaya Jawa.
3.2 Melagukan tembang macapat Gambuh.

Membaca kata dan kalimat beraksara


Jawa nglegena.
3.3

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis karangan   pengalamandengan ejaan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa yang benar.

Menulis kata dan kalimat beraksara


4.2
Jawa nglegena.

Kelas  IV

Semester Genap

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan peternakan yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan silsilah tokoh wayang.


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa
Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1  Membaca wacana tulis  lingkungan.
dalam kerangka budaya Jawa.
7.2  Membaca geguritan   lingkungan.

7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa yang


menggunakan sandhangan swara dan panyigeg.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis karangan makanan tradisional dengan


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa ejaan yang benar.

Menulis kata dan kalimat beraksara Jawa yang


menggunakan sandhangan swara dan panyigeg.
8.2

Kelas  V

Semester Gasal

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami wacana lisan tentang gamelan yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Menyampaikan ajakan kepada orang lain dengan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa unggah-ungguh basa yang tepat.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Membaca wacana tulis kepahlawanan
dalam kerangka budaya Jawa.
Melagukan tembang macapat Kinanthi.

3.2 Membaca kata beraksara Jawa yang


menggunakan pasangan.

3.3

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis karangan   kegemarandengan ejaan yang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa benar.

Menulis kata beraksara Jawa yang


4.2
menggunakan pasangan.

Kelas  V

Semester Genap

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan   gotong royong  yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan watak tokoh wayang.


dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1 Membaca wacana tulis   pendidikan.
dalam kerangka budaya Jawa.
7.2 Membaca dan memahami geguritan   pendidikan.

Membaca kalimat beraksara Jawa yang


7.3 menggunakan pasangan.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis karangan   kegiatan sosial dengan ejaan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa yang benar.

Menulis kalimat beraksara Jawa yang


8.2
menggunakan pasangan.

Kelas  VI
Semester Gasal

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

1. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 1.1 Memahami wacana lisan yang
dalam kerangka budaya Jawa. memuat parikan yang dibacakan atau melalui
berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi
2. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 2.1 Melakukan praktik bertamu dengan unggah-
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa ungguh yang tepat.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

3. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 3.1 Membaca wacana tulis   pertanian
dalam kerangka budaya Jawa.
 3.2  Melagukan tembang macapat Mijil.

3.3 Membaca kata beraksara Jawa yang


menggunakan sandhangan wyanjana.

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

4. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 4.1 Menulis karangan   adat istiadatdengan ejaan
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa yang benar.

Menulis kata beraksara Jawa yang


 4.2
menggunakan sandhangan wyanjana.

Kelas  VI

Semester Genap

Menyimak
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi
5. Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra 5.1 Memahami wacana lisan pesahabatan  yang
dalam kerangka budaya Jawa. dibacakan atau melalui berbagai media.

Berbicara
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

6. Mengungkapkan   gagasan wacana lisan sastra 6.1 Menceritakan salah satu tokoh wayang perang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa Baratayuda.

Membaca
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra 7.1 Membaca wacana tulis   teknologi.
dalam kerangka budaya Jawa.
 7.2 Membaca dan memahami geguritan teknologi.

Membaca kalimat  beraksara Jawa yang


menggunakan sandhangan wyanjana.
7.3

Menulis
. Standar Kompetensi
Dasar
Kompetensi

8. Mengungkapkan   gagasan wacana tulis sastra 8.1 Menulis karangan   ekonomidengan ejaan yang
dan nonsastra dalam kerangka  budaya Jawa benar.

Menulis kalimat beraksara Jawa yang


8.2
menggunakan sandhangan wyanjana.
BAB III

Pathet merupakan pengaturan nada gamelan atau musik tradisional


Jawa. Pathetberlaku dalam laras gamelan pelog maupun
slendro. Pathet memberikan keindahan dan harmonisasi pukulan gamelan.
Setiap pathet memiliki urutan nada tersendiri yang berbeda satu dengan
yang lain.

1. Laras Pelog Pathet Nem ( mempunyai titilaras dasar 2 )susunannya : 2


- 3 - 5 - 6 - 1 - 2 ( ro lu ma nem ji ro )Disajikan pada pukul 08.00 - 12.00
siang dan 20.00 - 00.00 malam2.
2. Laras Pelog Pathet Lima ( mempunyai titilaras dasar 5 )susunannya : 5
- 6 - 1 - 2 - 4 - 5 ( ma nem ji ro pat ma )Disajikan pada pukul 12.00 -
15.00 siang dan 0.00 - 03.00 pagi.3.
3. Laras Pelog Pathet Barang ( mempunyai titilaras dasar
6 )susunannya : 6 - 7 - 2 - 3 - 5 - 6 (nem pi ro lu ma nem )Disajikan
pada pukul 15.00 - 17.00 siang dan 03.00 - 05.00 pagi
TEMBANG MACAPAT

Tegese Tembang Macapat


Tembang macapat uga diarani tembang cilik yaiku tembang kang duwe paugeran guru
gatra(cacahing larik), guru wilangan (cacahing wanda = suku kata), lan guru lagu (tibaning
swara saben pungkasaning gatra (larik) tembang utawa dong ding.
Jenis Tembang Macapat
1. Maskumambang
2. Mijil
3. Kinanthi
4. Sinom
5. Asmaradana
6. Gambuh
7. Dhandhanggula
8. Durma
9. Pangkur
10. Megatruh
11. Pocung

Paugeran / Aturan Tembang Macapat


Guru Gatra, yaiku cacahing gatra/larik saben sapada.
Guru Wilangan, yaiku cacahing wanda (suku kata) saben sagatra.
Guru Lagu, yaiku tibaning swara ing saben pungkasaning gatra.

Guru Gatra, Lagu lan Wilangan Tembang Macapat


Pocung                    (4 gatra)        12u, 6a, 8i, 12a
Maskumambang      (4 gatra)        12i, 6a, 8i, 8a
Gambuh                  (5 gatra)        7u, 10u, 12i, 8u, 8o
Megatruh                (5 gatra)        12u, 8i, 8u, 8i, 8o
Kinanthi                  (6 gatra)        8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i
Mijil                         (6 gatra)        10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u
Durma                     (7 gatra)        2a,7i, 6a, 7a, 8a, 5a, 7i
Pangkur                   (7 gatra)        8a, 11i,8u, 7a, 12u, 8a, 8i
Asmaradana            (7 gatra)        8i, 8a, 8e/o, 8a, 8a, 8u, 8a
Sinom                      (9 gatra)        8a, 8i,8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a
Dhandhanggula       (10 gatra)      10i,10a,8e,7u,9i,7a,6u,8a,12i,7a

Wataking Tembang Macapat


Maskumambang : Nelangsa, kanggo nggambarake rasa sedhih keranta-ranta
Mijil : Prihatin, kanggo crita kang ngemu rasa kesedhihan. Suka pitutur kang melasasih/ kanggo
gandrung.
Kinanthi : Seneng, tresna, kanggo nggambarake rasa katresnan.
Dhandhanggula : Luwes, kanggo nggambarake rasa apa bae.
Sinom : Canthas, kanggo aweh pitutur/ kanggo gandrung.
Asmaradana : sedhih, prihatin ing asmara. Kanggo crita kang sedhih lan asmara
Gambuh : Sumanak, Sumadulur kanggo aweh pitutur.
Durma : Nepsu, kanggo medharake rasaning ati kang gregeden utawa crita perang.
Pangkur : Nepsu, kanggo suka pitutur, carita perang, bebukaning crita
Megatruh : Trenyuh, memelas, kanggo carita kang ngemu rasa susah
Pocung : Gregeden, kendho, kanggo carita kang sakapenake.

Falsafah Tembang Macapat


Wong Jawa kuwe uripe seneng nggunakna pasemon (perumpamaan), saben tetembungan
digothak-gathukake uripe manungsa. Tembang macapat nggambarake uriping manungsa
(sekang lair tumekaning pati).
Maskumambang
Nggambarake “jabang bayi” kang isih ana kandhutane ibu, durung bisa mangerteni bayi kuwe
lanang utawa wadon. ‘kumambang’ tegese kang durung mesthi, dadi uripe isih ngambang ing
padharane Ibu.
Mijil
Nggambarake wektu laire jabang bayi, wis katon bayi kuwe lanang utawa wadon.
Kinanthi
Sekang tembung kanthi utawa tuntunan sing tegese dituntun supaya bisa mlaku ing panguripan
alam donya.
Sinom
Ateges ‘kanoman’ , mujudake wektu longgar nalika isih enom kanggo ngelmu saakeh-akehe.
Asmaradana
Wis mulai nduweni rasa katresnan marang lawan jenis.mulai kasmaran dening wong liya.
Gambuh
Nduweni teges jumbuh/sarujuk/cocok, kang ateges wis cocok antarane lanang lan wadon kang
wis nduweni rasa tresna.
Dhandhanggula
Nggambarake seneng-senenge, apa kang dikarepna bisa kasembadan, bisa nduweni jodho,
kulawarga, lan urip sarwa kecukupan. Gula kuwe manis, lambange manise panguripaning
manungsa.
Durma
Durma sekang tembung darma/weweh, menawa wong urip kuwe wis rumangsa cukup, mula
banjur tuwuh rasa welas asih marang sapadha-padha
Pangkur
Pangkur sekang tembung mungkur/ mundur, kang ateges wis mungkur sekang hawa nepsu
kadonyan.
Megatruh
Sekang tembung ‘megat-roh’, roh utawa nyawa kang wis oncat sekang badane/ragane. Ateges
wis puput yuswa/seda
Pocung
Nggambarake layon dipocong, bali menyang Gusti kang Murbeng Dumadi.

Kumpulan Contoh Tembang Macapat Lengkap dengan Penjelasannya


 PENDIDIKAN  1 Komentar
Tembang Macapat – Macapat merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait
tembang macapat memiliki baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatramemiliki
sejumlah guru wilangan (suku kata) tertentu, dan diakhiri dengan bunyi sajak akhir yang
disebut guru lagu.
Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu
maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti,
karena pada prakteknya tidak semua tembang macapat bisa dinyanyikan empat-empat suku
kata.
Kapan munculnya pertama kali macapat, sampai saat ini belum ada penemuan yang
meyakinkan. Ada yang menyampaikan bahwa Macapat diperkirakan muncul pada akhir
Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, namun hal ini hanya bisa dikatakan untuk
situasi di Jawa Tengah. Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum
datangnya Islam.
Contents [hide]
 Sejarah Tembang Macapat
 Struktur Aturan Tembang Macapat
o 1. Tembang Maskumambang
o 2. Tembang Mijil
o 3. Tembang Kinanthi
o 4. Tembang Sinom
o 5. Tembang Asmaradana
o 6. Tembang Gambuh
o 7. Tembang Dhandhanggula
o 8. Tembang Durma
o 9. Tembang Pangkur
o 10. Tembang Megatruh
o 11. Tembang Pocung
Sejarah Tembang Macapat
Secara umum diperkirakan bahwa macapat muncul pada akhir masa Majapahit dan dimulainya
pengaruh Walisanga, namun hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah.
Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh
ada sebuah teks dari Bali atau Jawa Timur yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawé
dikatakan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi.
Namun di sisi lain, tarikh ini disangsikan karena karya ini hanya dikenal versinya yang lebih
mutakhir dan semua naskah yang memuat teks ini berasal dari Bali. Sementara itu mengenai
usia macapat, terutama hubungannya dengan kakawin, mana yang lebih tua, terdapat dua
pendapat yang berbeda.
Prijohoetomo berpendapat bahwa macapat merupakan turunan kakawin dengan
tembang gedhé sebagai perantara. Pendapat ini disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder.
Menurut kedua pakar ini macapat sebagai metrum puisi asli Jawa lebih tua usianya
daripada kakawin. Maka macapat baru muncul setelah pengaruh India semakin pudar.
Struktur Aturan Tembang Macapat
Sebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, sementara setiap
pupuh dibagi menjadi beberapa pada. Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama. Metrum
ini biasanya tergantung kepada watak isi teks yang diceritakan.
Jumlah pada per pupuh berbeda-beda, tergantung terhadap jumlah teks yang digunakan.
Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra. Sementara setiap larik atau gatra ini
dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda. Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata yang
tetap dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula.
 
Sponsored Content

Manhattan Saw Influx of Luxury Rentals in OctoberMansion Global


‘Ring of steel’: is seizure of Hong Kong ship sign of US moves for an oil blockade

on North Korea? | This Week In AsiaSouth China Morning Post



Say Goodbye to Botox. Grandma's Rp495 ribu Trick Erases WrinklesHealth News

Online
Recommended by
Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi nama guru wilangan. Sementara
aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini adalah tabel tembang macapat berdasarkan metrumnya.

tembang macapat berdasarkan metrum


Jadi, ringkasnya:
• Guru Gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait.
• Guru Lagu merupakan persamaan bunyi sajak di akhir kata dalam setiap larik (baris).
• Guru Wilangan merupakan banyaknya jumlah wanda (suku kata) dalam setiap larik (baris).
Terdapat 11 macam tembang macapat. Beberapa “tutur" dari orang tua menjelaskan bahwa,
kesebelas tembang macapat tersebut sebenarnya menggambarkan tahap-tahap kehidupan
manusia dari mulai alam ruh sampai dengan meninggalnya. Ad apun penjelasan makna
kesebelas tembang macapat tersebut adalah:
1. Tembang Maskumambang
tembang maskumambang panduanibu.com
Arti Tembang Maskumambang
Maskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas atau emas berarti sesuatu yg
sangat berharga, yang bermakna bahwa Anak meskipun masih dalam kandungan merupakan
harta yang tak ternilai harganya.
Mambang atau kemambang artinya mengambang. Maskumambang menggambarkan Bayi yang
hidup mengambang dalam rahim ibunya. Selama 9 bulan tumbuh dan hidup dalam dunianya
yaitu rahim ibunda.
Kata ‘mas’ artinya masih belum diketahui laki-laki atau perempuannya, dan kata ‘kumambang’
artinya hidup yang masih mengambang atau bergantung di alam kandungan sang ibu.
Watak Tembang Maskumambang
Tembang macapat maskumambang juga memiliki watak atau sifat rasa atau karakter yang
menggambarkan kesedihan, belas kasihan (welas asih), kesusahan. Tembang maskumambang
biasanya digunakan untuk lagu-lagu yang isinya tentang suatu kedukaan yang kasih.
Aturan Tembang Maskumambang
 Memiliki Guru Gatra: 4 baris setiap bait (Artinya tembang Maskumambang ini memiliki 4 larik
atau baris kalimat).
 Memiliki Guru Wilangan: 12, 6, 8, 8 (Artinya kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat
kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah
8 suku kata).
 Memiliki Guru Lagu: i, a, i, o (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua
berakhir vokal a, dan seterusnya).
Contoh Tembang Maskumambang
Tembang Maskumambang memiliki kaidah/ Wewaton: 12i – 6a – 8i – 8o
Seperti contoh berikut ini :
Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi (12i)
Enggal tulungana (6a)
Awakku kecemplung warih (8i)
Gulagepan wus meh pejah (8o)
Pengertian isi tembang maskumambang dari lirik di atas adalah tentang seorang yang benar-
benar sedang membutuhkan pertolongan karena terhanyut di sungai dan sudah hampir mati
tenggelam.
Dhuh anak mas sira wajib angurmati
Marang yayah rena
Aja pisan kumawani
Anyenyamah gawe susah
Pengertian isi tembang maskumambang dari lirik di atas adalah pesan kepada anak-anak yang
seharusnya dapat menghormati orang tua. Jangan sampai seorang anak berani menentang
atau membantah orang tua karena bisa berakibat buruk pada dirinya sendiri.
Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang
Pengertian isi tembang maskumambang dari lirik di atas adalah menggambarkan tentang akibat
dari seseorang yang tidak patuh terhadap orang tua. Seorang anak yang durhaka tentu akan
mendapatkan kesengsaraan, baik di dunia hingga akhir nanti.
Video Tembang Maskumambang

2. Tembang Mijil
tembang mijil pixabay.com
Arti Tembang Mijil
Awal hadirnya manusia di dunia ini digambarkan dalam tembang Mijil yang berarti seorang anak
terlahir dari gua garba Ibu. Kata lain dari mijil dalam bahasa jawa adalah wijil, wiyos, raras,
medal, sulastri yang berarti keluar.
Macapat Mijil menjadi tembang kedua setelah Maskumambang, tembang macapat
maskumambang memiliki makna janin atau jabang bayi yang masih dalam kandungan ibunya.
Kelahiran merupakan proses dimana seorang ibu memperjuangkan dua nyawa sekaligus,
dirinya sendiri dan anaknya. Seberat apapun proses itu, didalamnya terdapat cinta dan harapan
dari seluruh anggota keluarga, harap-harap cemas namun bahagia dalam menanti kelahiran
buah hati.
Jabang bayi yang mijil dari rahim ibunya adalah suci, dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa,
misalpun terlahir dari hubungan “tidak sah", bayi tetaplah suci, ibarat kertas ia masih bersih
putih tanpa coretan. Ketika bayi lahir saat itulah ia mengenal dunia pertama kalinya, ia diberi
wewenang untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Ia dihadirkan untuk bisa menjadi “manusia"
hingga suatu saat bisa kembali kepada-Nya dengan damai.
Watak Tembang Mijil
Sifat tembang macapat mijil adalah welas asih, pengharapan, laku perihatin dan tentang cinta.
Tembang macapat Mijil banyak digunakan sebagai media untuk memberi nasihat, cerita cinta,
dan ajaran kepada manusia untuk selalu kuat dan tabah dalam menjalani kehidupan. Gambaran
tentang perasaan kesedihan maupun kebahagiaan tercermin dari tembang-tembang macapat
Mijil.
Aturan Tembang Mijil
 Memiliki Guru Gatra: 6 baris setiap bait (Artinya tembang Mijil ini memiliki 6 larik atau baris
kalimat)
 Memiliki Guru Wilangan: 10, 6, 10, 10, 6, 6 (Artinya baris pertama terdiri dari 10 suku kata, baris
kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: i, o, e, i, i,u (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua
berakhir vokal o, dan seterusnya)
Contoh Tembang Mijil
Tembang Mijil memiliki kaidah/ Wewaton: 10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o
Seperti contoh berikut ini :
Poma kaki dipun eling (10i)
Ing pitutur ingong (6o)
Sira uga satriya arane (10e)
Kudu anteng jatmika ing budi (10i)
Ruruh sarta wasis (6i)
Samubarangipun (6o)
Tembang Mijil ini memang dalam beberapa referensi digunakan sebagai metode dakwah Islam,
beberapa referensi menyebutkan Mijil adalah karya dari Ja’far Shodiq atau sunan kudus,
sedangkan referensi lainnya mengatakan Mijil digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk
berdakwah.
Sedikit memberikan gambaran, bahwa menurut para ahli tafsir sastra Jawa, tembang Macapat
itu merupakan urutan sebuah perjalanan seseorang dari lahir sampai mati. “Mijil" adalah yang
pertama. Secara harfiah berarti muncul atau tampil, ditafsirkan sebagai sebuah kelahiran.
Ada yang menjelaskan bahwa itu merupakan kelahiran fisik bayi lahir dari kandungan ibunya,
ada juga yang menafsirkan sebuah kelahiran ketika orang mulai muncul keinginan untuk
menjadi baik, dikatakan sebagai kelahiran kembali.
Menurut narasumber yang sama, bapak Susianto, Tembang Mijil ini memiliki seperangkat tata
nilai dan etika yang digunakan dalam konteks masyarakat Jawa. Dan salah satu syair Mijil yang
terkenal adalah sebagai berikut,
Dedalane guno lawan sekti
kudu andhap asor
Wani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipun dukani
Bapang den simpangi
ono catur mungkur
Makna moral yang disampaikan dalam bait lagu tersebut, menurut narasumber adalah sebagai
berikut, sebagai studi karakteristik Jawa, adalah sebagai berikut,
1. Dedalane guno lawan sekti. Dibuka dengan sebuah kalimat yang mengabarkan tentang jalan
agar seseorang bisa menjadi bermanfaat dan sakti. Pemaknaan tersebut adalah sebuah
pengingat kita sebagai manusia, bahwa tujuan hidup bisa dilihat dari dua perspektif yaitu
mempersiapkan bekal setelah mati (karena manusia pasti mati), dan melakukan sesuatu agar
kesempatan kita hidup di dunia ini, menjadi sebuah kehidupan yang bermakna dan memberi
manfaat bagi kehidupan.
Sakti bisa ditafsirkan tentang gambaran sebuah pengetahuan dan ketrampilan seseorang. Bait
ini bisa diterjemahkan secara jalan agar kita bermanfaat di dunia ini dengan memiliki kapasitas
yang kita miliki. Seorang islam harus memiliki ilmu sebagai bagian dari ibadah kepada Allah
SWT. Karena kalau iman saja, kemudian tanpa ilmu, maka itu tidak berguna. Maka harus
berilmu dulu, beriman, lalu yang selanjutnya adalah aplikasi dalam bentuk amal.
2. Kudu andhap asor. Yang berarti harus bisa menempatkan diri sehingga kita bisa selalu
menghargai orang lain. Andhap asor artinya ‘dibawah’. Bukan dilihat sebagai kita berada
dibawah, tapi dilihat sebagai kita menempatkan orang lain selalu lebih tinggi dari kita, selalu kita
hargai, selalu kita hormati, tidak peduli apakah dia pejabat atau bukan pejabat, orang pandai
atau tidak, kita tetap harus menghargainya sebagai sesama manusia.
Dan menariknya, kalimat ini menjadi bait kedua setelah kalimat pembuka. Seolah memberi
penekanan mengenai awal pertama kali seseorang harus mampu untuk ‘tahu diri’, sehingga
bisa ‘menempatkan diri’. Untuk kemudian mampu ‘membawa diri’ kita pada tujuan kita sebagai
manusia. Ini adalah tata nilai dalam islam, memiliki akhlak yang baik, atau disebut dengan
akhlaqul karimah.
3. Wani ngalah dhuwur wekasane. Adalah bait ketiga, mmeiliki makna ketika kita diminta untuk
mengalah justru membutuhkan keberanian. Biasanya orang berbicara agar seseorang harus
berani agar menang. Tapi ini tidak, justru kita harus berani mengalah.
Dalam islam sendiri kita sangat paham bahwa musuh paling besar seorang manusia adalah
dirinya sendiri, egonya sendiri. ‘Mengalah’ bukan berarti kita kalah terhadap orang lain,
‘mengalah’ adalah ketika kita bisa menang atas diri kita sendiri. Sehingga benar juga kata
orang-orang itu, bahwa untuk menang harus berani.
Tapi yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah menang terhadap diri kita sendiri, kita
memiliki kendali terhadap diri kita sendiri. Kita mampu memimpin diri kita sendiri. Itulah arti
‘mengalah’, dan hal tersebut memang butuh keberanian. Meiliki sikap mengalah akan
meningkatkan derajat kita sebagai seorang muslim dimata Allah Ta’ala.
4. Tumungkula yen dipun dukani. Secara harfiah bait ini berarti ‘jangan membantah bila kita
dimarahi’. Kita melihat ‘dimarahi’ bisa berarti oleh orang lain, tapi juga bisa oleh ‘kehidupan’,
oleh ‘alam’, dan diujung perenungan itu bisa ‘oleh’ Sang Pencipta. Sebuah bencana, kecil atau
besar, menimpa diri pribadi atau suatu umat, adalah juga saat kita ‘dimarahi’.
Kita menemui kegagalan. Dan ‘tumungkul’ berarti ‘jangan membantah’. Yang bisa diartikan
bahwa saat ‘dimarahi’ sebaiknya ‘tidak membantah’, tidak melawan, tidak putus asa, pantang
menyerah, dan juga tidak saling menyalahkan. ‘Tidak membantah’ juga diartikan sebagai diam,
mau untuk merenung, mau untuk belajar. Sebagai seorang muslim, menjadi generasi
pembelajar sejati ini menjadi satu hal yang wajib dilakukan. Bahasa kerennya adalah ‘Tarbiyah
madal hayah’.
5. Bapang den simpangi. Bapang adalah nama sebuah gubahan tarian yang bisa dikonotasikan
sebagai bentuk ‘hura-hura’. Bait ini bisa diartikan agar orang sebaiknya menghindari hal-hal
yang berifat ‘hura-hura’. Lebih jauh lagi dimaknai sebagai hal-hal yang hanya ada dipermukaan.
Karena konotasi ‘bapang’ bisa diperluas kepada hal-hal yang hanya tampak indah dipermukaan
tapi dalamnya rapuh. Mungkin ini bisa dijabarkan kepada sikap-sikap pargmatis, yang
menuhankan eksistensi dan pencitraan diri semata, sifat suka dipuji, senang kalau orang lain
mengagung-agungkan kita. Hal itulah yang sebaiknya dihindari. Nah, inilah yang dalam Islam
disebutkan dengan memiliki sikap qonaah, sederhana, dan tidak berlebih – lebihan.
6. Ono catur mungkur. Bait terakhir ini memiliki makna hafiah untuk mengindari pergunjingan.
Pergunjingan biasanya selalu berawal dari prasangka buruk. Kalimat ini adalah sebuah
inspirasi, alih-alih kita terlalu menanggapi prasangka buruk terhadap kita, sebaiknya justru kita
lebih fokus pada apa yang baik kita kerjaan, dalam rangka memberi manfaat tadi.
Terus berkarya dengan apa yang kita miliki, dengan apa yang kita punya. Mungkin ini adalah
seri otokritik untuk Indonesia saat ini. Pertengkaran yang memang sebaiknya dihindari. Dalam
islam, bahkan hukumnya bergunjing, ghibah, itu diharamkan.
***
Ada beberapa hal yang bisa diambil dari filosofi tembang mijil dalam masyarakat Jawa, yaitu
tentang etika, jelas tercermin dalam semua baitnya, baik bait pertama sampai terakhir.
Kemudian yang kedua adalah nilai dakwah islam yang ada di setiap baitnya.
Selain tentunya karya ini dibuat oleh orang islam, nilai – nilai yang terkandung sangat Islami,
yang menjelaskan didalamnya tentang makna persaudaraan, makna kesederhanaan hidup,
makna kesantunan sikap, makna anti perpecahan, simbol tentang kekuatan yang harus dimiliki
agar menebar manfaat dalam kehidupan, dan masih banyak lagi nilai dakwah di tembang
Macapat Mijil ini.
3. Tembang Kinanthi
tembang kinanthi bersamadakwah.net
Arti Tembang Kinanthi
Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun. Seorang anak yang tumbuh dan berkembang
membutuhkan tuntunan dari orang dewasa. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Ketidakmampuannya dalam segala hal perlu bantuan orang tua.
Pendapat John Locke tentang teori Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong)
berpandangan bahwa seorang manusia lahir seperti kertas “putih" kosong tanpa isi mental
bawaan. Pembentuk kepribadian, perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan diperoleh
sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar
dirinya.
Merujuk dari teori tersebut (meskipun tidak semuanya benar), maka seorang anak yang sedang
tumbuh membutuhkan bimbingan agar kelak menjadi manusia dewasa yang bisa dibanggakan.
Anak-anak harus mendapatkan pendidikan agar memiliki kecerdasan dan pengetahuan.
Anak-anak harus diberi latihan agar kelak memiliki ketrampilan sehingga menjadi kreatif dan
mandiri. Dan sangat penting, anak-anak harus diajarkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Semua itu harus melalui bimbingan dari (kinanthi) orang dewasa.
Watak Tembang Kinanthi
Kinanthi juga memiliki makna yang sama dengan kata kanthi, gandheng, dan kanthil dalam
bahasa Jawa. Dimana dalam segi karakter atau sifat atau wataknya, Kinanthi ini cenderung
untuk mengungkapkan sebuah nuansa yang membahagiakan, kecintaan dan kasih sayanng,
juga keteladanan hidup.
Jadi, tembang Kinanthi ini pun pas dan bisa digunakan untuk lirik-lirik tembang yang bertujuan
untuk menyampaikan suatu nasehat hidup dan juga kisah tentang kasih sayang.
Aturan Tembang Kinanthi
 Memiliki Guru Gatra: 6 baris setiap bait (Artinya tembang Kinanthi ini memiliki 6 larik atau baris
kalimat).
 Memiliki Guru Wilangan: 8, 8, 8, 8, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris
kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya).
 Memiliki Guru Lagu: u, i, a, i, a, i (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua
berakhir vokal i, dan seterusnya).
Contoh Tembang Kinanthi
Tembang Kinanthi memiliki kaidah/ Wewaton: 8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i
Seperti contoh berikut ini:
Anoman malumpat sampun (8u)
Prapteng witing nagasari (8i)
Mulat mangandhap katingal (8a)
Wanodya yu kuru aking (8i)
Gelung rusak wor lan kisma (8a)
Kang iga-iga kaeksi (8i)
***
Kagyat risang kapirangu
Rinangkul kinempi-kempit
Duh sang retnaning bawana
Ya ki tukang walang ati
Ya ki tukang ngenes ing tyas
Ya ki tukang kudu gering
4. Tembang Sinom

tembang sinom https://rejekinomplok.net/


Arti Tembang Sinom
Kata Sinom berarti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi. Tembang Sinom ini secara filosofi
menggambarkan seorang manusia yang tengah beranjak dewasa, dan telah menjadi seorang
pemuda/ remaja yang sedang bersemi.
Ketika menjadi seorang remaja, maka tugas mereka adalah untuk menuntut ilmu sebaik dan
setinggi mungkin agar bisa menjadi bekal kehidupannya kelak.
Sinom mengisahkan tahapan manusia pada masa pubertas. Masa ini adalah masa ketika
seorang anak akan mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan dari fungsi-fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga
sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.
Itulah yang dimaksud dengan pengertian puber atau pun pengertian pubertas. Dari segi
perubahan psikologis anak pada masa puber berusaha mencari identitas diri dan rasa ingin
tahu yang sangat besar. Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang
kemapanan karena dirasa membelenggu kebebasannya. Mereka tidak mau dikatakan sebagai
anak-anak lagi.
Hal lainnya yang umum ditemui tatkala memasuki masa pubertas adalah ketertarikan terhadap
lawan jenis. Hubungan dengan lawan jenis pada masa ini biasa disebut dengan “cinta monyet",
yaitu hubungan asmara yang tidak bisa bertahan lama, bersifat sementara dan akan cepat
hilang.
Watak Tembang Sinom
Watak atau karakter yang dimiliki tembang Sinom adalah tentang kesabaran dan juga
keramahtamahan. Tembang ini juga bisa digunakan untuk menceritakan nasehat yang baik
yang mengandung rasa persahabatan.
Aturan Tembang Sinom
 Memiliki Guru gatra: 9 baris setiap bait (Artinya tembang Sinom ini memiliki 9 larik atau baris
kalimat).
 Memiliki Guru Wilangan: 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata,
baris kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya).
 Memiliki Guru Lagu: a, i, a, i, i, u, a, i, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris
kedua berakhir vokal i, dan seterusnya).
Contoh Tembang Sinom
Tembang Sinom memiliki kaidah/ Wewaton: 8a – 8i – 8a – 8i – 7i – 8u – 7a – 8i – 12a
Seperti contoh berikut ini:
Sinom Gadhung Melati (karya KGPAA Mangkunegoro ke IV)
Nulada laku utama
(Mencontohlah perilaku yang utama)
Tumrape wong tanah Jawi
(Bagi orang di tanah Jawa)
Wong agung ing Ngeksiganda
(Orang besar dari Ngeksiganda/Mataram)
Panembahan Senopati
(Panembahan Senopati)
Kepati amarsudi
(Sangat tekun berusaha)
Sudane hawa lan nepsu
(Mengurangi hawa nafsu)
Pinepsu tapa brata
(Dengan cara laku prihatin/bertapa)
Tanapi ing siyang ratri
(yang dilakukan siang dan malam)
Amamangun karyenak tyasing sesami
(Berkarya membangun ketenteraman hati sesama)
5. Tembang Asmaradana

tembang asmaradana
Arti Tembang Asmaradana
Asmaradana memiliki makna asmara dan dahana yang berarti api asmara. Tembang ini
menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan
kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati, meminjam istilahnya kang Ebiet
G.Ade dalam lagunya: “Cinta yang kuberi setulus hatiku entah apa yang kuterima aku tak
peduli".
Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari tanda-tanda ke Agungan-
Nya. “…Waja’alna Bainakum Mawwaddah Wa Rahmah, Inna Fi Dzaalika La’aayatil Liqoumi
Yatafakkaruun". Artinya “…Dan Kujadikan diantara kalian Cinta dan Kasih Sayang,
sesungguhnya didalamnya merupakan tanda-tanda(Ke-Agungan-Ku) bagi kaum yang berfikir".
Watak Tembang Asmaradana
Tembang asmaradana memiliki watak atau karakter yang menggambarkan cinta kasih, asmara
dan juga rasa pilu atau sedih.
Aturan Tembang Asmaradana
 Memiliki Guru Gatra: 7 baris setiap bait (Artinya tembang Asmaradana ini memiliki 9 larik atau
baris kalimat).
 Memiliki Guru Wilangan: 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris
kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: a, i, e , a, a, u, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris
kedua berakhir vokal i, dan seterusnya).
Contoh Tembang Asmaradana
Tembang Asmaradana memiliki kaidah/ Wewaton: 8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a
Seperti contoh berikut ini:
Gegaraning wong akrami
(penguat dalam pernikahan)
Dudu bandha dudu rupa
(bukan harta atau fisik)
Amung ati pawitané
(tetapi hatilah modal utamanya)
Luput pisan kena pisan
(sekali jadi, jadi selamanya)
Lamun gampang luwih gampang
(jika mudah, semakin gampang)
Lamun angèl, angèl kalangkung
(jika sulit, sulitnya bukan main)
Tan kena tinumbas arta
(tak bisa ditebus dengan harta)
***
Aja turu soré kaki
(jangan tidur terlalu awal)
Ana Déwa nganglang jagad
(ada dewa yang mengelilingi alam raya)
Nyangking bokor kencanané
(menenteng bokor emasnya)
Isine donga tetulak
(yang berisi doa penolak bala)
Sandhang kelawan pangan
(sandang dan pangan)
Yaiku bagéyanipun
(yaitu bagian untuk)
wong melek sabar narima
(orang yang suka tirakat malam, sabar dan menerima)
Video Tembang Asmaradana

6. Tembang Gambuh
tembang gambuh pixabay.com
Arti Tembang Gambuh
Awal kata gambuh adalah jumbuh/ bersatu yang artinya komitmen untuk menyatukan cinta
dalam satu biduk rumah tangga. Dan inti dari kehidupan berumah tangga itu yaitu: “Hunna Li
Baasulakum, Wa Antum Libaasu Lahun", artinya “Istri-istrimu itu merupakan pakaian bagimu,
dan kamu adalah merupakan pakaian baginya".
Lumrahnya fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat, untuk melindungi dari panas dan
dingin. Dalam berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu
sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
Tembang macapat Gambuh merupakan salah satu tembang yang berisi tentang berbagai
ajaran kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara
manusia satu dengan yang lainnya.
Watak Tembang Gambuh
Watak atau karakter tembang gambuh adalah tentang keramahtamahan dan persahabatan.
Tembang gambuh juga biasa digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita kehidupan.
Beberapa kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham
dan sikap bijaksana. Sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sesuai porsinya, dan mampu bersikap adil.
Nasihat-nasihat mengenai pentingnya membangun rasa persaudaraan, toleransi dan
kebersamaan sebagai makhluk sosial banyak tergambar dari tembang-tembang macapat
Gambuh. Salah satunya terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh III karya Sri Susuhunan
Pakubuwana IV, Raja Surakarta.
Aturan Tembang Gambuh
 Memiliki Guru Gatra: 5 baris setiap bait (Artinya tembang Gambuh ini memiliki 5 larik atau baris
kalimat).
 Memiliki Guru wilangan: 7, 10, 12, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris
kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru lagu: u, u, i, u, o (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua
berakhir vokal u, dan seterusnya).
Contoh Tembang Gambuh
Tembang Gambuh memiliki kaidah/ Wewaton: 7u – 10u – 12i – 8u – 8o
Seperti contoh berikut ini:
Sekar gambuh ping catur,
(Tembang gambuh keempat)
Kang cinatur polah kang kalantur,
(Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan)
Tanpa tutur katula-tula katali,
(Tanpa nasihat terjerat penderitaan)
Kadaluwarsa kapatuh,
(Terlanjur menjadi kebiasaan)
Kapatuh pan dadi awon.
(Kebiasaan bisa berakibat buruk)
***
Aja nganti kabanjur,
(Jangan sampai terlanjur)
Barang polah ingkang nora jujur,
(Bertingkah polah yang tidak jujur)
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
(Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak baik)
Becik ngupayaa iku,
(Lebih baik berusahalah)
Pitutur ingkang sayektos.
([menngikuti] ajaran yang sejati)
***
Tutur bener puniku,
(Ucapan yang benar itu)
Sayektine apantes tiniru,
(Sejatnya pantas untuk diikuti)
Nadyan metu saking wong sudra papeki,
(Meskipun keluar dari orang yang rendah derajatnya)
Lamun becik nggone muruk,
(Jika baik dalam mengajarkan)
Iku pantes sira anggo.
(Itu pantas kau pakai)
***
Ana pocapanipun,
(Ada sebuah ungkapan)
Adiguna adigang adigung,
(Adiguna, adigang, adigung)
Pan adigang kidang adigung pan esthi,
(Seperti Adigang-nya kijang, adigung-nya gajah)
Adiguna ula iku,
(Adiguna-nya ular)
Telu pisan mati sampyoh.
(Ketiganya mati bersama dengan sia-sia)
***
Si kidang ambegipun,
(Si kijang memiliki watak)
Angandelaken kebat lumpatipun,
(Menyombongkan kecepatannya melompat/berlari)
Pan si gajah angandelken gung ainggil
(Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar)
Ula ngandelaken iku,
(Ular menyombongkan)
Mandine kalamun nyakot.
(Keampuhannya dengan menggigit)
***
Iku upamanipun,
(Itu sebuah perumpamaan)
Aja ngandelaken sira iku,
(Jangan menyombongkan diri)
Suteng nata iya sapa kumawani,
(Seorang raja siapa yang berani)
Iku ambeke wong digang,
(Itu perilaku yang adigang)
Ing wasana dadi asor.
(Yang akhirnya bisa merendahkan)
***
Adiguna puniku,
(Watak adiguna adalah)
Ngandelaken kapinteranipun,
(Menyombongakan kepandaiannya)
Samubarang kabisan dipundheweki,
(Seolah semua bisa dilakukan sendiri)
Sapa bisa kaya ingsun,
(Siapa yang bisa seperti aku)
Togging prana nora enjoh.
(ujung-ujungnya tak bisa apa-apa)
***
Ambek adigung iku,
(Watak orang adigung adalah)
Angungasaken ing kasuranipun,
(Menyombongkan keperkasaannya)
Para tantang candhala anyenyampahi,
(Semua ditantang berkelahi dan disepelekan)
Tinemenan nora pecus,
(Jika benar dihadapi, ia tak berdaya)
Satemah dadi geguyon.
(Akhirnya hanya jadi bahan tertawaan)
***
Ing wong urip puniku
(Dalam kehidupan manusia)
Aja nganggo ambek kang tetelu,
(Jangan sampai memiliki watak ketiga tadi)
Anganggowa rereh ririh ngati-ati,
(Milikilah sifat sabar, cermat, dan berhati-hati)
Den kawangwang barang laku,
(Selalu introspeksi pada tingkah laku)
Kang waskitha solahing wong.
(Pandailah membaca perilaku orang lain)
7. Tembang Dhandhanggula
tembang dhandhanggula ladova.net
Arti Tembang Dhandhanggula
Tembang macapat Dandanggula memiliki makna harapan yang indah, kata dandanggula sendiri
dipercaya berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita, angan-angan atau harapan, dan
dari kata gula yang berarti manis, indah ataupun bahagia.
Selain mempunyai arti harapan yang indah, beberapa kalangan juga ada yang menafsirkan
Dandanggula berasal dari kata dhandang yang berarti burung gagak yang melambangkan duka,
dan dari kata gula yang terasa manis sebagai lambang suka.
Kebahagiaan dapat dicapai setelah sebuah pasangan dapat melampaui proses suka-duka
dalam berumah tangga sehingga akan tercapai cita-citanya, cukup sandang, papan dan
pangan. Seseorang yang sedang menemukan kebahagiaan dapat diibaratkan lagunya
dandanggula.
Watak Tembang Dhandhanggula
Watak atau karakter dari tembang dhandanggula ini bersifat lebih universal atau luwes dan
merasuk hati. Jadi, tembang dhandanggula ini bisa digunakan untuk menuturkan kisah dalam
berbagai hal dan dalam kondisi apa pun.
Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah
tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang).
Kurangi keinginan agar terjauh dari hutang, sebab kata Iwan Fals: “Keinginan adalah sumber
penderitaan". Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki
yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita.
Aturan Tembang Dhandhanggula
 Memiliki Guru Gatra: 10 baris setiap bait (Artinya tembang Dhandhanggula ini memiliki 10 larik
atau baris kalimat).
 Memiliki Guru Wilangan: 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7 (Artinya baris pertama terdiri dari 10 suku
kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: i, a, e, u, i, a , u, a, i, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris
kedua berakhir vokal a, dan seterusnya).
Contoh Tembang Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula memiliki kaidah/ Wewaton: 10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a –
12i – 7a
Seperti contoh berikut ini:
Lamun sira ameguru kaki
(Jika engkau meminta nasehat dariku)
Amiliha manungsa sanyata
(Pilihlah manusia sejati)
Ingkang becik martabate
(Yang baik martabatnya)
Sarta weruh ing ukum
(Serta mengenal hukum)
Kang ibadah lan kang wirangi
(Yang taat beribadah dan menjalankan ajaran agama)
Sukur oleh wong tapa ingkang wus amungkul
(Apalagi mendapat orang suka perihatin yang sudah mumpuni)
Tan gumantung liyan
(Yang tak tergantung orang lain)
Iku wajib guronana kaki
(Kepadanyalah engkau wajib berguru)
Sartane kawruhanana
(Serta belajar padanya)
Video Tembang Dhandhanggula

8. Tembang Durma

tembang durma pondokecil.com


Arti Tembang Durma
Sifat-sifat buruk digambarkan tembang macapat Durma. Durma bagi beberapa kalangan
diartikan sebagai munduring tata krama (mundurnya etika), namun ada juga yang berpendapat
berasal dari kata Derma yang berarti suka berbagi rejeki pada orang lain.
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma
berasal dari kata darma (sedekah) berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan
empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi
kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi
masyarakat disekitar kita.
“Barangsiapa mau meringankan beban penderitaan saudaranya sewaktu didunia, maka Allah
akan meringankan bebannya sewaktu di Akirat kelak".
Watak Tembang Durma
Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah,
berontak, dan juga semangat perang. Ia menggambarkan keadaan manusia yang cenderung
berbuat buruk, egois dan ingin menang sendiri.
Aturan Tembang Durma
 Memiliki Guru Gatra: 7 baris setiap bait (Artinya tembang Durma ini memiliki 7 larik atau baris
kalimat)
 Memiliki Guru Wilangan: 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7 (Artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris
kedua berisi 7 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: a, i, a, a, i, a, i (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua
berakhir vokal i, dan seterusnya)
Contoh Tembang Durma
Tembang Durma memiliki kaidah/ Wewaton: 12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i
Seperti contoh berikut ini:
Lamon dika epasrae panggabayan
Ampon mare apeker
Terang ka’eko’na
Ad janji maranta’a
Pon pon brinto tarongguwi
Anggap tanggungan
Ma’ ta’ malo da’ oreng
(Asmoro, 1950 ; 19)
Artinya:
(Jika kamu mendapat beban pekerjaan, sudah selesai dipikir, tentang seluk-beluknya kerja,
usaha untuk menyelesaikan, jika demikian haruslah serius, bekerja dengan penuh tanggung
jawab, agar tidak mengecewakan orang).
***
Mundur kang dadi tata krama
(Mundur (menjauhi) dari etika)
Dur iku duratmoko duroko dursila
(Dur, itu pencuri, penjahat tak beretika)
Dur iku durmogati dursosono duryudono
(Dur, seperti Durmogati, Dursasana, Duryudana)
Dur udur tan mampu nimbang rasa
(Dur, mau menang sendiri, tak menimbang rasa)
Dur udur paribasan pari kena
(Dur, perumpamaan sekenanya)
Maknane nglaras rasa jroning durma
(Itu perumpamaan Durma)
Sinom dhandanggula kang sinedya
(Remaja dalam mimpi-mimpi indah)
Lali purwaduksina kelon asmaradana
(Lupa segalanya berpeluk asmara)
Lali wangsiting ibu lan rama
(Lupa pesan Ibu Bapaknya)
Mangkono werdine gambuh durma
(Seperti perumpamaan Gambuh dan Durma)
Amelet wong enom ing ngarcapada
(Yang selalu memikat semua kaum remaja dalam kehidupan di muka bumi)
Pan mangkono
(Seperti itu)
Jarwane paribasan parikena
(Maksud pengertian sekenanya)
Video Tembang Durma

9. Tembang Pangkur
tembang pangkur egyptianstreets.com
Arti Tembang Pangkur
Pangkur yang juga berarti mungkur (mundur/ mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa
manusia mempunyai fase dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan menuju
kehidupan jiwa atau spiritualnya. Pangkur atau mungkur dapat diartikan juga menyingkirkan
hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita.
Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah/ upaya yang sungguh-
sungguh, dan khususnya pada bulan Ramadhan, saat itulah kita gembleng hati kita agar bisa
meminimalisasi serta mereduksi nafsu-nafsu angkara yang telah mengotori dinding-dinding
kalbu kita.
Watak Tembang Pangkur
Tembang macapat pangkur banyak digunakan pada tembang-tembang yang bernuansa Pitutur
(nasihat), pertemanan, dan cinta. Baik rasa cinta kepada anak, pendamping hidup, Tuhan dan
alam semesta.
Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang berbicara
tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau
mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak tembang-tembang
macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda.
Aturan Tembang Pangkur
 Memiliki Guru Gatra: 8 baris setiap bait (Artinya tembang Pangkur ini memiliki 8 larik atau baris
kalimat)
 Memiliki Guru Wilangan: 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris
kedua berisi 11 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: a, i, u, a, u, a, i (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua
berakhir vokal i, dan seterusnya)
Contoh Tembang Pangkur
Tembang Pangkur memiliki kaidah/ Wewaton: 8a – 11i – 8u – 7a – 12u – 8a – 8i
Seperti contoh berikut ini:
Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya KGPAA
Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama, pupuh I, yakni :
Mingkar-mingkuring ukara
(Membolak-balikkan kata)
Akarana karenan mardi siwi
(Karena hendak mendidik anak)
Sinawung resmining kidung
(Tersirat dalam indahnya tembang)
Sinuba sinukarta
(Dihias penuh warna )
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
(Agar menjiwai hakekat ilmu luhur)
Kang tumrap ing tanah Jawa
(Yang ada di tanah Jawa/nusantara)
Agama ageming aji.
(Agama “pakaian" diri)
Dari tembang macapat pangkur diatas dapat ditafsirkan bahwa, perlu memilih dan
menggunakan kata-kata yang bijak dalam mendidik anak. Dari cara bertutur orang tua harus
bisa menjadi contoh yang baik, karena dengan kata-kata yang baik tentu akan lebih nyaman
untuk didengarkan.
Mendidik bisa melalui tembang yang dirangkai indah agar menarik, sehingga semua nasihat-
nasihat tentang ilmu luhur yang ada di tanah jawa dapat dihayati, dan agama bisa menjadi
salah satu ajaran dalam kehidupan diri.
Dalam serat Wedhatama pupuh I ini, KGPAA Mangkunegoro IV memberi sebuah gambaran
akan pentingnya manusia untuk selalu belajar agar dapat menguasai ilmu luhur. Yang dimaksut
dengan ilmu luhur dalam konteks kekinian tentu cerdas secara intelektual (IQ), cerdas secara
emosi dan spiritual (ESQ).
Cerdas secara intelektual berarti dia pandai dalam menggunakan logika-logika, sedangkan
cerdas secara emosi dan spiritual berarti ia mampu mengelola emosi, sikap, mampu membawa
diri, dan memiliki kesadaran tinggi atas dirinya dengan lingkungan dan Tuhannya.
Tembang macapat pangkur di atas hanya merupakan tembang pembuka dalam serat
Wedhatama Pupuh I Pangkur. Dalam bait-bait tembang berikutnya KGPAA Mangkunegoro IV
dengan jelas juga memberi gambaran tentang perbedaan orang-orang yang berilmu luhur
dengan orang yang kurang ilmu.
Jinejer ing Wedhatama
(Tersaji dalam serat Wedhatama)
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
(Agar jangan miskin budi pekerti)
Mangka nadyan tuwa pikun
(Padahal meskipun tua dan pikun)
Yen tan mikani rasa
(bila tak memahami rasa)
Yekti sepi sepa lir sepah asamun
(Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan)
Samasane pakumpulan
(Ketika dalam pergaulan)
Gonyak-ganyuk nglelingsemi.
(Terlihat bodoh memalukan)
***
Nggugu karsane priyangga,
(Menuruti kemauan sendiri)
Nora nganggo peparah lamun angling,
(Tanpa tujuan jika berbicara)
Lumuh ingaran balilu
(Tak mau dikatakan bodoh)
Uger guru aleman,
(Seolah pandai agar dipuji)
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
(Namun manusia yang telah mengetahui akan gelagatnya)
Sinamun samudana,
(Malah merendahkan diri)
Sesadoning adu manis.
(Menanggapi semuanya dengan baik)
***
Si pengung nora nglegewa,
(Si bodoh tak menyadari)
Sangsayarda denira cacariwis,
(Semakin menjadi dalam membual)
Ngandhar-andhar angendukur,
(bicaranya ngelantur kesana-kemari)
Kandhane nora kaprah,
(Ucapannya salah kaprah)
Saya elok alangka longkangipun,
(Semakin sombong bicara tanpa jeda)
Si wasis waskitha ngalah,
(Si bijak mengalah)
Ngalingi marang sipingging.
(Menutupi ulah si bodoh)
***
Mangkono ilmu kang nyata,
(Begitulah ilmu yang benar)
Sanyatane mung we reseping ati,
(Sejatinya hanya untuk menentramkan hati)
Bungah ingaran cubluk,
(Senang jika dianggap bodoh)
Sukeng tyas yen den ina,
(Bahagia dihati bila dihina)
Nora kaya si punggung anggung gumunggung,
(Tak seperti Si bodoh yang haus pujian)
Ugungan sadina dina,
(Ingin dipuji tiap hari)
Aja mangkono wong urip.
(Jangan seperti itu manusia hidup)
***
Uripe sapisan rusak,
(Hidup sekali rusak)
Nora mulur nalare ting saluwir,
(Tidak berkembang akalnya berantakan)
Kadi ta guwa kang sirung,
(Seperti gua gelap yang angker)
Sinerang ing maruta,
(Diterjang angin)
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
(Bergemuruh bergema tanpa makna)
Pindha padhane si mudha,
(Seperti itulah anak muda kurang ilmu)
Prandene paksa kumaki.
(Namun sangat angkuh)
10. Tembang Megatruh
ilustrasi roh keluar dari jasad
Arti Tembang Megatruh
Megatruh atau megat/ pegat (berpisah) dan ruh berarti terpisahnya nyawa dari jasad kita,
terlepasnya Ruh/ Nyawa menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah di Surga, atau
keabadian yang Celaka yaitu di Neraka).
“Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut", artinya “Setiap Jiwa Pasti Akan Mati".
“Kullu Man Alaiha Faan", artinya “Setiap Manusia Pasti Binasa".
Akankah kita akan menjumpai kematian yang indah (Husnul Khotimah) ataukah sebaliknya?
Seperti kematian Pujangga kita WS Rendra, disaat bulan sedang bundar-bundarnya (bulan
Purnama) ditengah malam bulan Sya’ban tepat pada tanggal 6 Agustus atau tanggal 15
Sya’ban (Nisfu Sya’ban).
Diatas ranjang kematiannya, menjelang saat-saat Sakratul Mautnya dia bersyair:
“Aku ingin kembali pada jalan alam"
“Aku ingin meningkatkan pengabdian pada Allah"
“Tuhan aku cinta pada-Mu"
Watak Tembang Megatruh
Watak atau karakter tembang megatruh adalah tentang kesedihan dan kedukaan. Dimana biasa
untuk menggambarkan rasa putus asa dan kehilangan harapan.
Aturan Tembang Megatruh
 Memiliki Guru Gatra: 5 baris setiap bait (Artinya tembang Pangkur ini memiliki 5 larik atau baris
kalimat)
 Memiliki Guru Wilangan: 12, 8, 8, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris
kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: u, i, u, i, o (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua
berakhir vokal i, dan seterusnya)
Contoh Tembang Megatruh
Tembang Megatruh memiliki kaidah/ Wewaton: 12u – 8i – 8u – 8i – 8o
Seperti contoh berikut ini:
Kabeh iku mung manungsa kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong
***
Sigra milir kang gèthèk sinangga bajul
Kawan dasa kang njagèni
Ing ngarsa miwah ing pungkur
Tanapi ing kanan kéring
Kang gèthèk lampahnya alon
(Babad Tanah Jawi, Yasadipura)
11. Tembang Pocung

tembang pocung id.islamkingdom.com


Arti Tembang Pocung
Kata Pocung atau Pucung berasal dari kata ‘pocong’ yang menunjukkan kondisi ketika
seseorang sudah meninggal maka ia akan dibungkus dengan kain putih atau dipocong sebelum
dikebumikan. Filosofi dari tembang pocong ini menunjukkan adanya sebuah ritual untuk
melepaskan kepergian seseorang.
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan/ mori
putih, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang
lahat, rumah terakhir kita didunia.
“Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna", artinya “Sesungguhnya kamu itu akan mati dan
mereka juga akan mati".
Watak Tembang Pocung
Watak atau karakter tembang pocung ini bisa dikatakan tentang kebebasan, dan juga tindakan
sesuka hati. Dimana tembang pocung ini sering digunakan untuk menceritakan lelucon dan
berbagai nasehat.
Aturan Tembang Pocung
 Memiliki Guru Gatra: 4 (Artinya tembang Pocung ini memiliki 5 larik atau baris kalimat)
 Memiliki Guru Wilangan: 12, 6, 8, 12 (Artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris
kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya)
 Memiliki Guru Lagu: u, a, i, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua
berakhir vokal a, dan seterusnya)
Contoh Tembang Pocung
Tembang Pocung memiliki kaidah/ Wewaton: 12u – 6a – 8i – 12a
Seperti contoh berikut ini:
Ngelmu iku kalakone kanthi laku
(Ilmu itu hanya dapat diraih dengan cara dilakukan dalam perbuatan)
Lekase lawan kas
(Dimulai dengan kemauan)
Tegese kas nyantosani
(Artinya kemauan yang menguatkan)
Setya budaya pangekese dur angkara
(Ketulusan budi dan usaha adalah penakluk kejahatan)
***
Angkara gung neng angga anggung gumulung
(Kejahatan besar di dalam tubuh kuat menggelora)
Gegolonganira
(Menyatu dengan diri sendiri)
Triloka lekeri kongsi
(Menjangkau hingga tiga dunia)
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.
(Jika dibiarkan akan berkembang menjadi bencana)
***
Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun
(Tetapi berbeda dengan yang sudah suka menyepi)
Semune ngaksama
(Tampak sifat pemaaf)
Sasamane bangsa sisip
(Antar manusia yang penuh salah)
Sarwa sareh saking mardi martatama
(Selalu sabar dengan jalan mengutamakan sikap rendah hati)
***
Taman limut durgameng tyas kang weh limput
(Dalam kabut kegelapan, angkara dihati yang selalu menghalangi)
Karem ing karamat
(Larut dalam kesakralan hidup)
Karana karoban ing sih
(Karena temggelam dalam kasih sayang)
Sihing sukma ngrebda saardi pengira
(Kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang sebesar gunung)
***
Yeku patut tinulat tulat tinurut
(Sebenarnya itulah yang pantas dilihat, dicontoh dan patut diikuti)
Sapituduhira
(Sebagai nasehatku)
Aja kaya jaman mangkin
(Jangan seperti zaman nanti)
Keh pra mudha mundhi diri Rapal makna
(Banyak anak muda menyombongkan diri dengan hafalan arti)
***
Durung becus kesusu selak besus
(Belum mumpuni tergesa-gesa untuk berceramah)
Amaknani rapal
(Mengartikan hafalan)
Kaya sayid weton mesir
(Seperti sayid dari Mesir)
Pendhak pendhak angendhak Gunaning jalma
(Setiap saat meremehkan kemampuan orang lain)
Thanks to:
kesolo.com| |senibudayapacitan.wordpress.com| |pelajaran.click| |rikejokanan.com

Anda mungkin juga menyukai