Anda di halaman 1dari 3

KATA SULIT

1. Alloanamnesis

Anamnesis dibagi menjadi dua jenis, yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah
wawancara medis yang dilakukan secara langsung antara dokter dan pasien itu sendiri, sedangkan
alloanamnesis merupakan wawancara yang dilakukan oleh dokter dengan keluarga pasien yang
membawa pasien tersebut ke dokter.

PERTANYAAN:

1. Apa diagnosis pada skenario? ichak ▶️Afina

2. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis? Adit

3. Apakah ada hubungan antara kondisi gigi pasien dengan lesi gingiva yg ada diskenario? Cicik

4. Bagaimana tatalaksana kasus pada skenario? Afina

Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun dengan tindakan
bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat.

a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus


Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada
tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
b. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk
hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian
bahan-bahan topikal seperti larutan NaC 10,9%, larutan H202 3%, larutan plasma dan
larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
Pranarka (2001) menyatakan bahwa pada dekubitus Stadium I, kulit yang tertekan dan
kemerahan harus dibersihkan menggunakan air hangat dan sabun, lalu diberi lotion dan
dipijat 2-3 x/hari untuk memperlancar sirkulasi sehingga iskemia jaringan dapat dihindari.
c. Mengangkat jaringan nekrotik
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang
terinfeksi dan menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan ulkus.
Terdapat 3 metode untuk mengangkat jaringan nekrotik yang dapat dilakukan antara lain:
Sharp debridement (dengan pisau,gunting dan lain-lain), enzymatic debridement (dengan
enzim proteolitik, kolageno-litik, dan fibrinolitik), mechanical debridement (dengan teknik
pencucian, pembilasan, kompres dan hidroterapi)
d. Mengatasi infeksi
Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus
yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti
larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama
UVB) mempunyai efek bakterisidal.
e. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Dengan diberi bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2% dan oksigen hiperbarik;
selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga mempunyai efek
proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular.
f. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV dan
karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap.

Sumber: Mahmuda, I. N. N. 2019. PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA GERIATRI.


Surakarta: Jurnal Biomedika Vol. 11 No. 1.

5. Apa penyebab munculnya lesi pada gingiva anterior dan mukosa anterior rahang atas pada
pasien? daffa ▶️cicik

1. Faktor Tekanan
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.
2. Faktor Kelembaban
Kelembaban dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan
yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear).
3. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
4. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai
faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus decubitus.
5. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga
dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan menjadi
iskemia. Studi yang dilakukan menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik
yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
Sumber: Mahmuda, I. N. N. 2019. PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA
GERIATRI. Surakarta: Jurnal Biomedika Vol. 11 No. 1.
Ulser yang terjadi pada rongga mulut dapat merupakan manifestasi dari penyakit sistemik,
infeksi atau faktor lokal. Faktor lokal tersebut antara lain adalah ulser yang disebabkan oleh
trauma yang dikenal dengan ulser traumatik. Terdapat bermacam–macam trauma yang
menyebabkan ulcer yaitu mekanik, termal, dan kimiawi.
1. Ulser traumatik mekanik dapat terjadi akibat kontak dengan makanan tajam, tergigit
pada saat makan, berbicara atau tidur.
2. Ulser traumatik termal terjadi akibat konsumsi makanan panas atau penggunaan bahan
cetak thermoplastik.
3. Ulserasi traumatik bahan kimia dapat terjadi karena prosedur dental, antara lain
penggunaan etsa, bonding, formokresol, dan paraformaldehid. Ulserasi dapat juga
terjadi akibat penggunaan clorheksidine dan aspirin bubuk yang digunakan sendiri oleh
pasien dengan cara mengaplikasikan obat tersebut ke dalam kavitas gigi.

Sumber: Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus Ulserasi
Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol. 31 No. 2.

6. Apa saja macam lesi gingiva? danty ▶️zaid

7.Bagaimana gambaran gingiiva normal? ▶️adit

8. Sebutkan diagnosis banding dari kasus di skenario? Zaid ▶️

1. Stomatitis Aftosa Rekuren(SAR).

Stomatitis aftosa rekuren merupakan ulser berbentuk bulat atau oval permukaannya ditutupi
jaringan nekrotik yang disebut dengan pseudomembran, dan tampak cekung, margin ulser reguler
berwarna erite, secara klinis SAR dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran lesi menjadi tiga tipe
yaitu minor yang berdiameter kurang dari 10 mm, mayor lebih dari 1 cm dan herpetiform kurang
dari 1 mm.

2. Oral Squamous Carsinoma (OSC)


3. Ulser Infeksius

Sumber: Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus Ulserasi Rongga
Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol. 31 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai