Makalah Hukum Munakahat
Makalah Hukum Munakahat
AKAD NIKAH
Dosen Pembimbing:
Fatimah, M.A
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nadhiro 0204183172
JURUSAN MUAMALAH
Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Penguasa
alam semesta Tuhan yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, serta Maha Kuasa. Semua
yang terjadi di dunia ini, tidak lain atas izin-Nya Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Beserta para sahabat dan seluruh kerabat
beliau hingga yaumil kiyamah. Limpahan rahmat dan barakah yang senantiasa mengalir
kepada beliau semoga juga dirasakan oleh kita semua sebagai umat beliau.
Dengan segala keagungan-Nya Allah Swt telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah kelompok ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kuliah HUKUM MUNAKAHAT, yang berjudul ”AKAD
NIKAH”
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, keritik dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................................
2. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
Iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam adalah satu-satunya agama yang tidak hanya mengatur hubungan antara
manusia dengan tuhan saja (Ibadah) melainkan juga mengatur hubungan antar manusia
dengan manusia (Muamalah).
Pernikahan adalah suatu ikatan yang dapat menyatukan dua insan antara laki-laki dan
wanita untuk hidup bersama. Tetapi untuk melaksanakan pernikahan, ada rukun dan syarat
yang harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama
yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata
tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang
harusdiadakan.
Dalam suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak boleh
tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Dalam
hal hukum perkawinan, dalam menempatkan mana yang rukun dan mana yang syarat terdapat
perbedaan, tetapi perbedaan di antara pendapat tersebut disebabkan oleh karena berbeda
dalam melihat fokus perkawinan itu. Tetapi semua ulama sependapat dalam hal-hal yang
terlibat dan yang harus ada dalam suatu perkawinan salah satunya yaitu akad nikah atau
perkawinan.
Pada kesempatan kali ini kami pemakalah diberikan kepercayaan untuk sedikit
mengulas tentang rukun pernikahan dalam hal ini adalah akad nikah. Kami akan membahas
tentang definisi, lafadz yang boleh digunakan dalam akad nikah dan dalam hal ini para ulama
banyak mengeluarkan pendapat tentang hal tersebut dan hal-hal lain yang terkait dengan akad
nikah.
2. Rumusan Masalah
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara etimologi akad (al aqdu) berarti perikatan, perjanjian, dan pemufakatan (al ittifaq) 1
dikatakan ikatan karena memiliki maksud menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali
dan mengikatkan tali salah satunya pada ujung yang lain hingga keduanya bersambung dan
menjadi seutas tali yang satu. Sedangkan al ahdu secara etimologis berarti masa, pesan,
penyempurnaan, dan janji atau perjanjian.
Pengertian akad secara terminologi, yang dalam hal ini dikemukakan oleh ulama fiqih,
ditinjau dari dua segi yaitu:
a. Pengertian umum
Pengertian akad dalam arti umum hampir sama dengan pengertian secara bahasa,
yang dikemukakan oleh ulama syafi’iyah, malikiyah dan hanabilah yaitu segala
sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginan sendiri, seperti wakaf,
talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua
orang seperti jual beli, perkawinan, dan gadai
b. Pengertian khusus
Pengertian khusus yang dikemukakan ulama fiqih, yaitu perikatan yang ditetapkan
dengan ijab kabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya
Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang berarti kawin.
dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang menimbulkan akibat hukum dan
hak serta kewajiban bagi suami isteri.2 Dalam buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau
perkawinan adalah Sunnatullah pada hamba-hamba-Nya. Dengan perkawinan Allah
menghendaki agar mereka mengemudikan bahtera kehidupan.
Sunnatullah yang berupa perkawinan ini tidak hanya berlaku dikalangan manusia saja,
tapi juga didunia binatang. Allah Ta’ala berfirman:
ََو ِمنْ ُك ِّل ش َْي ٍء َخلَ ْقنَا ز َْو َج ْي ِن لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْون
1 Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan oleh Mariam
Darus Badrul Zaman, et al, eet. 1 ( Bandung: Citra Aditya Bakhti,2001), 247
2 Na’im,Abdul Haris. Fiqih Munakahat. Kudus:Stain Kudus. Hal 17
2
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebersamaan Allah.”
ِ 0ُ ف0 َأ ْن0ن0ْ 0 ِم0 َو0ض
0 َن0 و0 ُم0َ ل0 ْع0َ اَل ي0 ا0 َّم0 ِم0و0َ 0 ْم0 ِه0س 0ُ 0ر0ْ َأْل0 ا0ت 0َ 0 ا0و0َ 0ز0ْ َأْل0 ا0ق
0ُ 0ِ ب0 ْن0ُ ت0 ا0 َّم0 ِم0 ا0 َه0َّ ل0 ُك0ج َ 0َ ل0خ0َ 0 ي0 ِذ0َّل0 ا0ن0َ 0 ا0ح0َ 0 ْب0س
ُ
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
(Q.S. Yasin: 36)
Para sarjana Ilmu Alam mengatakan bahwa segala sesuatu kebanyakan terdiri dari dua
pasangan. Misalnya air yang kita minum (terdiri dari oxigen dan hidrogen), listrik, ada positif
dan negatifnya, dan sebagainya. Para sarjana Ilmu Alam itu berpegang dengan ayat-ayat
diatas dan ayat lainnya.
Namun demikian, Allah SWT tidak menghendaki perkembangan dunia berjalan
sekehendaknya.Oleh sebab itu diatur-Nya lah naluri apapun yang ada pada manusia dan
dibuatkan untuknya prinsip-prinsip dan undang-undang, sehingga kemanusiaan manusia tetap
utuh, bahkan semakin baik, suci dan bersih.Demikianlah, bahwa segala sesuatu yang ada
pada jiwa manusia sebenarnya tak pernah terlepasdari didikan Allah.
Menurut pengertian sebagian fukaha, perkawinan ialah aqad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafadz nikah atau ziwaj atau semakna
keduanya. Pengertian ini dibuat hanya melihat dari satu segi saja ialah kebolehan hukum,
dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang semula dilarang menjadi
dibolehkan.
Perkawinan mengandung aspek akibat hukum melangsungkan perkawinan ialah saling
mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi
tolong-menolong. Karena perkawinan termasuk pelaksanaan agama, maka di dalamnya
terkandung adanya tujuan/maksud mengharapkan keridhaan Allah SWT. Perkawinan ialah
suatu aqad atau perikatan untuk menghasilkan hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup berkeluarga yang meliputi rasa
ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT.3
Manusia adalah makhluk yang lebih dimuliakan dan diutamakan Allah dibandingkan
dengan makhluk makhluk lainnya. Allah telah menetapkan adanyan aturan tentang
perkawinan bagi manusia dengan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Orang tidak boleh
berbuat semaunya. Allah tidak membiarkan manausia berbuat semaunya seperti binatang,
3
kumpul dengan lawan jenis hanya menurut seleranya, atau seperti tumbuh-tumbuhan yang
kawin dengan perantara angin, sebagaimana firman Allah:
َ 0ر0ْ َأ0َو
0َ 0 ا0َ ي0 ِّر0ل0 ا0 ا0َ ن0 ْل0س
0 ح0ِق0 ا0و0َ 0َ ل0ح
... dan kami hembuskan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan.( al- Hijr: 22)
Allah telah memberikan batas dengan peraturan-peraturanNya, yaitu dengan syariat yang
terdapat dalam Qur’an dan Sunnah RasulNya dengan hukum-hukum perkawinan. Misalnya
mengenai meminang sebagai pendahuluan perkawinan, tentang mahar atau maskawin, yaitu
pemberian seorang suami kepada istrinya sewaktu akad nikah atau sesudahnya.
Jadi, akad nikah adalah perjanjian antara wali dari mempelai wanita dengan mempelai
laki-laki dengan paling sedikit dua orang saksi yang mencukupi syarat menurut syariah
agama. Melalui akad nikah, maka hubungan antara dua insan yang saling bersepakat untuk
berumah tangga diresmikan di hadapan manusia dan Tuhan.
4
d. Wali, wali adalah pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah atau
orangyang melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki.4
Beragama Islam.
Terang prianya (bukan banci).
Tidak dipaksa.
Tidak beristri empat orang.
Bukan Mahram bakal istri.
Tidak mempunyai istri dalam yang haram dimadu dengan bakal isteri.
Mengetahui bakal istri tidak haram dinikahinya.
Tidak sedang dalam ihram atau umrah.
“Yang sedang berihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dantidak
boleh mengkhitbah.” (HR. Muslim)
Syarat-syarat wali
Seorang calon suami yang akan menikah harus memenuhi syarat:
Beragama Islam.
Baligh.
4 Ibid, hal. 69
5
Berakal.
Tidak dipaksa.
Terang lelakinya.
Adil ( bukan fasik ).
Tidak sedang ihram haji atau umrah.
Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya oleh pemerintah(mahjur
bissafah).
Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.
Syarat-syarat saksi
Syarat menjadi saksi dalam pernikahan adalah:
Beragama Islam.
Laki-laki.
Baligh.
Berakal.
Adil.
Mendengar {tidak tuli}.
Melihat (tidak buta).
Bisa bercakap-cakap (tidak bisu).
Tidak pelupa ( mughhaffal)
Menjaga harga diri ( menjaga muru'ah).
Mengerti maksud ijab dan qobul.
Tidak merangkap menjadi wali
Akad ada yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu atau untuk waktu
tertentu, akad semacam ini tidak sah. Penje;asannya sebagai berikut:
1. Shigat yang terikat dengan syarat tertentu
Shighat yang isinya digantungkan kepada sesuatu atau kelausul tertentu, misalnya pihak
laki-laki berkata:”kalau saya sudh lulus sekolah saya nikahi anak perempuan bapak”.
Kemudian pihak wali menjawab:” baik, saya terima”. Perkawinan dengana sighat ( ucapan)
semacam itu tidak berlaku, karena sighat ini bergantung pada syarat yang mungkin terjadi
dan mungkin pula tidak. Lain halnya apabila digantungkan dengan syarat yang pasti akan
terjadi, perkawinannya dapat berlaku. Misalnya bila sipeminang berkata kepada wali
siperempuan:” kalau anak perempuan bapak sudah berusian 20 tahun saya kawini”, kemudian
walinya menjawab: “ ya, saya terima”. Akad ini akan berlaku apabila sianak perempuan
sudah berusia 20 tahun. Demikan pula apabila si perempuan berkata kepada laki-laki yang
meminangnya: “ bila ayah saya ridha, maka saya menikah dengan mu”. Kemudian laki-laki
itu menjawab: “ ya, saya terima”, dan pada saat itu serta ditempat itu pula ayahnya
menyahuy: “ ya, saya ridha”. Maka akad nikahnya berlaku.
8
4. Syarat yang dilarang oleh agama
Diantara syarat yang dilarang agama yaitu syarat yang diajukan oleh seorang perempuan
agar istri tua suaminya diceraikan
9
3. Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan itu asalnya mubah, tetapi dapat berubah menurut Ahkamul
Khamsah( hukum yang lima), menurut perubahaan keadaan:
a. Nikah Wajib
Nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu, yang akan menambah takwa dan bila
dikhawatirkan akan berbuat zina. Karena menjaga jiwa dan menyelamatkannya dari
perbuatan haram adalah wajib. Kewajiban ini tidak akan dapat terlaksana kecuali
nikah.
b. Nikah Haram
Nikah diharamkan bagi orang yang sadar bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan
hidup berumahtangga, melaksanakan kewajiban lahir seperti memberi nafkah,
pakaian, tempat tinggal, dan kewajiban batin seperti mencampuri istri.
c. Nikah Sunnah
Nikah disunnahkan bagi orang yang sudah mampu, tetapi ia masih sanggup
mengendalikan dirinya dari perbuatan haram. Dalam hal seperti ini maka nikah lebih
baik darp pada membujang, karena membujang tidak diajarkan oleh islam
d. Nikah Mubah
Yaitu bagi orang yang tidak ada halangan untuk nikah dan dorongan untuk nikah
belum membahayakan dirinya. Ia belum wajib nikah dan tidak haram bila tidak
nikah.6
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang berarti kawin.
dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang menimbulkan akibat hukum dan
hak serta kewajiban bagi suami isteri. Dalam buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau
perkawinan adalah Sunnatullah pada hamba-hamba-Nya. Dengan perkawinan Allah
menghendaki agar mereka mengemudikan bahtera kehidupan.
Pernikahan adalah suatu ikatan yang dapat menyatukan dua insan antara laki-laki dan
wanita untuk hidup bersama. Tetapi untuk melaksanakan pernikahan, ada rukun dan syarat
yang harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama
yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata
tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang
harusdiadakan.
Rukun pernikahan ada lima, yaitu: Calon Suami, calon Istri, Wali, dua orang saksi dan
ijab qobul. Dan disetiap rukunnya ada syarat-syaratnya.
2. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi.. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya yang
bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12