DISUSUN OLEH :
MENTARI AZALIYYAH
UTUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM(HMI) CABANG PALOPO
KOMISARIAT FKIP UNCP
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur
kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni
Nabi Besar Muhammad SAW. Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang
selanjutnya penulis syukuri, karena dengan kehendaknya, taufiq dan rahmatnya
pulalah akhirnya penulis dapat menyelasaikan makalah ini sebagai salah syarat
untuk mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK) Tingkat Nasional Yang
dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palopo. Adapun
judul makalah ini adalah: Pernikahan dalam perspektif budaya. Makalah ini
merupakan hasil jerih payah penulis yang sangat maksimal sebagai manusia yang
tidak lepas dari salah dan khilaf. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Jadi penulis memohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun yang penulis harapkan dari kawan-
kawan sekalian, tapi perlu juga di ketahui bahwa kritikan dan saran dari kawan-
kawan sekali kami akan pertimbangkan.
Akhirnya, kepada Allah kita memohon. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan. Dan dengan
memanjatkan do’a dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi amal
dan mendapat ridha dari Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Billahittaufiq Wal Hidayah
Palopo,18 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang sedang saya angkat adalah masalah pernikahan
dalam budaya masing-masing. Pernikahan tidak sekedar peristiwa religius-yuridis
semata, lebih dari itu pernikahan bermakna bertemunya dua orang dan
keluarganya yang berbeda latar belakang. Pernikahan antar pasangan dengan latar
belakang suku bangsa yang berbeda telah menjadi sesuatu yang biasa dalam
kondisi Indonesia yang multikultural. Fenomena pernikahan antar suku bangsa ini
juga terjadi dan terus mengalami peningkatan dan perluasan. Saat terjadi
pernikahan dengan pasangan yang berbeda suku bangsa, maka akan terjadi
perjumpaan budaya suku bangsa baik sebelum, pada saat, dan setelah proses
pernikahan. Perjumpaan budaya dalam perkawinan tak jarang menimbulkan
problem, terutama dalam proses penyesuaian diri pasangan dan keluarga masing-
masing. Atwater (1983, p. 198) mengatakan orang yang menikah dengan
pasangan yang berbeda latar belakang, baik kelas sosial, agama, ras, dan lainnya,
akan menghadapi resiko besar dalam perkawinannya.
Dari masalah yang mengakar diIndonesia saat ini dimulai dengan penyesuaian
budaya saat menikah , pemuasaan seksual diluar pernikahan ,sah atau
tidaknya,halal atau haramnya,jelas bahwa pemuasan hasrat seksul bukan fungsi
utama pernikahan dan penyesuaian budaya bukanlah hal yang perlu ditakuti. Hal
ini ditunjukkan kuatnya tuntunan bagi pasangan agar bisa hidup
bersama,diakui ,dan disetujui umum dan dapat menjalin hubungan kerja sama
yang baik untuk membina rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yanng telah saya paparkan diatas ,dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut :
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang
berarti kawin. dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang
menimbulkan akibat hukum dan hak serta kewajiban bagi suami isteri. Dalam
buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau perkawinan adalah Sunnatullah pada
hamba-hamba-Nya. Dengan perkawinan Allah menghendaki agar mereka
mengemudikan bahtera kehidupan.
Sunnatullah yang berupa perkawinan ini tidak hanya berlaku dikalangan
manusia saja, tapi juga didunia binatang. Allah Ta’ala berfirman:
َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َز ْو َج ْي ِن ل ََعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن
B. Tujuan Pernikahan
a. Pandangan agama islam
Tujuan Pernikahan Kristen dalam Kejadian pasal 2, tujuan pernikahan tidak hanya
sekedar mendapatkan keturunan, namun memiliki tujuan yang lebih penting yakni
pertumbuhan. Saat kedua belah pihak semakin bertumbuh, maka akan didapat
kebahagiaan. Masing-masing individu harus dapat mengampuni satu sama lain
dan juga mampu beradaptasi sehingga tidak akan memaksakan atau menuntut
pasangan namun lebih kepada memahami.
Jiwa manusia adalah saling percaya di kehidupan sosial dan tanpa jiwa
mempercayai ini maka manusia akan sulit dalam pergaulan dan bekerja sama
dengan sesama dan manusia yang anti sosial ini akan hidup dalam dunia mereka
sendiri.Pembentukan dan pengembangan jiwa mempercayai ini merupakan salah
satu tujuan dari pernikahan sehingga setiap individu akan saling belajar untuk
percaya dengan pasangan dan mempraktekan cinta kasih secara konsisten.
3. Menciptakan Masyarakat Baru Allah
Pernikahan tidak hanya sebatas hubungan suami istri dalam urusan seksual saja,
namun lebih kepada persahabatan. Pernikahan merupakan kesatuan sosial dan
juga spiritual. Dengan membangun sebuah pernikahan yang dilandasi dengan
persahabatan ini maka akan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan pernikahan
yang dilakukan hanya untuk tujuan seksual semata.
c. Pandangan hindu
Faktor-faktor yang terjadi dibarat saat ini itu dipengaruhi oleh faktor
financial dan karir, umumnya orang barat menganggap menikah dan mempunyai
anak akan menghambat karir dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menikah
dan membiayai keluarga sangat banyak. Lagi pula dalam berhubungan kedekatan
berdua sebagai lawan jenis jauh lebih penting ketimbang memikirkan mempunyai
keturunan, dari situ orang tua hanya membiayai dan mengurus anak sepenuhnya
hingga 18 tahun selebihnya si anak diharuskan untuk mandiri. Pemikiran itulah
yang pada akhirnya menurun ke anaknya bahkan terus berlanjut.
Kita tau bahwa antara agama dan budaya itu selalu tidak sejalan,selalu berbeda
sudut pandang. Kajian agama dalam hal ini islam secara budaya menarik minat
banyak akademisi karena dalam realitas budaya tersebut terjadi pengejawantahan
ajaran agama kultur setempat yang khas. Hal itu memungkinkan munculnya
variasi di kalangan masyarakat akibat proses dialektika antara nilai normatif
dengan budaya masyarakat. Keanekaragaman budaya itulah yang menciptakan
perbedaan perwujudan agama di kalangan masyarakat di dunia.
Terkait dari 2 sudut pandang yang saya angkat itu kemudian harus Ada
kalanya persentuhan budaya itu melahirkan penolakan, akulturasi, atau assimilasi.
Gambarannya adalah Penolakan terjadi ketika tradisi kecil melakukan perlawanan
atau resistensi terhadap pengaruh tradisi besar. Proses perlawanan tersebut
membuat tradisi besar tidak diterima atau diserap oleh tradisi kecil. Sebagai
gantinya, tradisi kecil mencari aternatif lain untuk menegaskan identitas dan
keberadaannya.Proses asimilasi adalah proses penundukan atau penyerapan satu
budaya oleh budaya lain. Dalam asimilasi, budaya yang kuat mendominasi budaya
yang lebih lemah. Asimilasi adalah proses untuk menghilangkan konflik budaya
dengan melarutkan berbagai kelompok yang berbeda ke dalam kelompok-
kelompok yang lebih besar dan secara budaya homogen.
Dari relasi pernikahan antara agama dan kebudayaan itu kita harus
kembali kepada apa yang telah saya jelaskan diatas berdasrakan tujuan dari
pernikahan berdasarkan sudut pandang masing-masing agama, Agama tidak hanya
dimaknai sebagai penghayatan pribadi terhadap Tuhan, melainkan sebuah ritus
bersama untuk mencapai keselarasan. Durkheim menyebut bahwa “yang sacral”
dalam masyarakat adalah yang menyangkut eksistensi komunal. Semua
masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri dan tidak bisa dinilai apakah
kebudayaan itu tinggi atau rendah. Kebudayaan merupakan produk atau hasil
aktivitas nalar manusia di mana dia memiliki kesejajaran dengan bahasa yang juga
merupakan produk aktivitas nalar tersebut. Kesejajaran ini terletak pada bahasa
yang merupakan kondisi dari kebudayaan karena materi keduanya bersumber dari
sumber yang sama, yaitu relasi, oposisi, korelasi, dan lainnya. Sumber relasi ini
tidak lain adalah nalar manusia atau human mind (Ahimsa-Putra, 2001: 23-25). Di
samping adanya sistem relasi dalam kehidupan manusia dan kebudayaan, juga
terdapat relasi antara manusia dengan tradisinya. Dengan demikian, di dalam
kehidupan ini, tradisi bukan bagian dari kebudayaan, melainkan relasi yang
mengandung kesejajaran-kesejajaran yang bukan relasi sebab akibat. Artinya
budaya bukan yang menyebabkan tradisi tetapi sebaliknya karena kebudayaan dan
tradisi mempunyai sumber yang sama, yaitu pikiran manusia (human mind).
Dengan demikian, maka yang menjadi bidikan dari tradisi adalah model atau pola,
bukan pengulangan-pengulangan. Untuk memahami pola atau model bukan pada
pengulangan perilaku, melainkan pada tingkat struktur di mana struktur itu
adalalah model yang dibuat oleh para ahli antropologi untuk memahami atau
menjelaskan gejala kebudayaan yang dikajinya atau juga disebut sebagi sistem of
relations atau sistem relasi yang saling mempengaruhi atau berhubungan (Arwan,
Artha, dan Putra, 2004: 61)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya pandangan antara budaya barat dan budaya timur itu kemudian sedang
berkembang diindonesia,nah bagaimana peran perempuan dalam menanggapi
permasalahn tersebut yaitu dengan merubah pola pikir masyarakat sekitar melalui
kajian,penelitian bahkan budayakan membaca. Pernyataan diatas mengenai
tujuan pernikahan pada sudut pandang masing-masing agama bahkan pengertian
pernikahan itu sendiri cukup jelas membuktikan bahwa salah satu dari pointnya
yaitu untuk menyempurnakan agama,merawat generasi bahkan menciptakan
kelurga yang bahagia dunia akhirat,sekira tujuan itu dapat diambil acuan tanpa
melihat sisi dari budaya yang terlalu menekankan pada aturan yang dapat
bertentangan dengan agama.
B. Saran
Fiqih munakahat