Anda di halaman 1dari 23

PERANAN KONSELOR, KEPALA SEKOLAH, DAN GURU DALAM

PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

DISUSUN OLEH :

YOLLA PUSPITA
NIM : 2120202176

ANNISA VIVI MONICA


NIM : 2120202182

MUHAMMAD RANGGA MARENDRA


NIM : 2120202194

DOSEN PENGAMPU :
Dr. ERMIS SURYANA, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2022/2023
PERANAN KONSELOR, KEPALA SEKOLAH, DAN GURU DALAM
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Saat ini keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sudah terlihat
baik dibandingkan dengan era sebelumnya. Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah terlaksana melalui sejumlah kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah. Kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu program
bimbingan konseling (Guidance Program). Secara umum program bimbingan
konseling merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu. Rancangan program tersebut disusun secara
sitematis, terorganisasi, dan terkoordinasi.1
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah memang guru yang ahli
di bidang itu yang didasarkan pada persyaratan tetrentu, antara lain mereka ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling yang ditunjukkan dengan latar belakang
pendidikan terkait. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan
banyak orang (personel), bukan menjadi tugas guru bimbingan dan konseling
semata. Mereka yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah antara adalah konselor, guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan tenaga
administrasi.2
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki andil
besar dalam menciptakan suasana kondusif yang ada dalam lingkungan
kerjanya. Suasana kondusif tersebut merupakan faktor yang terpenting dalam
menciptakan
guru yang berprestasi. Kepala sekolah dan guru bimbingan konseling sama-sama
melakukan kerjasama yang baik merupakan hal yang penting. Kerjasama seperti
ini akan dapat mewujudkan proses belajar mengajar yang transparan dan teratur.
1
Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berbasis Integrasi”, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), hal. 258
2
Dira Yulmi, dkk, "Kerjasama Personil sekolah dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah", Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) :
(2017), JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), Volume 2 Nomor 2, 2017, hlm 1-5. Hal.2.

2
Merasa bertanggung jawab terhadap proses belajar mengajar, institusi
pendidikan merupakan milik bersama, kewajiban bersama dan tanggung jawab
bersama yang harus dipikul secara bersama-sama.3
Menurut penulis, kerjasama antara guru BK atau konselor dengan kepala
sekolah merupakan komitment yang harus ada dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling. Dengan begitu, maka akan terciptanya lingkungan pendidikan
yang kondusif dan menciptakan guru dan siswa yang berprestasi, sehingga dapat
mencapai keberhasilan pendidikan.

2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, terdapat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja peranan kepala sekolah, konselor, dan guru dalam pelaksanaan
bimbingan konseling?
2. Bagaimana bentuk kerjasama kepala sekolah, konselor dan guru dalam
pelaksanaan bimbingan konseling?
3. Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan konselor, kepala sekolah, dan
guru dalam pelaksanaan bimbingan konseling?

3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan peranan kepala sekolah, konselor, dan guru dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Untuk dapat mengetahui kerjasama kepala sekolah, konselor, dan guru dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
3. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah konselor, kepala sekolah, dan guru
dalam pelaksanaan bimbingan konseling.

3
Muwahid Shulhan, "Model Kepemimpinan Kepala Madrasan dalam meningkatkan
Kinerja Guru", (Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan, 2013), hal. 4

3
B. Pembahasan
1. Peranan Kepala Sekolah, Konselor, dan Guru Dalam Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling
1) Peranan Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk
memimpin sekolah, sebagai pemimpin kepala sekolah bertanggungjawab
terhadap semua kegiatan yang dilakukan disekolah tersebut. Salah satu tugas
yang dijalankan oleh kepala sekolah adalah bertanggungjawab atas program
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh konselor, misalnya pelatihan
yang dilaksanakan oleh konselor yang memerlukan tenaga kepala sekolah,
evaluasi bimbingan dan konseling yang memerlukan tenaga kepala sekolah.
Menurut pendapat Sudarwan Danim menjelaskan bahwa kepala sekolah
adalah “guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah”.4
Sedangkan menurut Daryanto, kepala sekolah adalah “pemimpin pada suatu
lembaga satuan pendidikan. Kepala sekolah ialah pemimpin yang proses
kehadirannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau
ditetapkan oleh pemerintah”.5
Kepala sekolah juga memiliki tugas tersendiri dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah (Luddin, 2013). Dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas
sebagai berikut (Partowisastro, 1985; Antika, 2013): (a) Membuat
rencana/program sekolah secara menyeluruh, (b) Mendelegasikan tanggung
jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, (c) Mengawasi
pelaksanaan program, (d)
Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasillitas bimbingan dan penyuluhan,
(e) Mempertanggungjawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah)
maupun keluar (masyarakat), (f) Mengadakan hubungan dengan lembaga-
lembaga diluar sekolah dalam rangka kerjasama pelaksanaan bimbingan, (g)

4
S udarwan Danim,"Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalosme
Tenaga Pendidikan", (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Cet. Ke -2 h.145.
5
Daryanto, "Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran", (Yogyakarta: Gava
Media, 2011) h. 136.

4
Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya
(Abubakar, 2010).6
Peran utama yang harus dijalani oleh kepala sekolah dan membedakannya
dari jabatan kepala unit lainnya adalah perannya sebagai pemimpin pendidikan.
Kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki
kepala sekolah untuk dapat mengemban tanggung jawabnya secara berhasil.
Kepala sekolah haruslah memahami visi dan misi sekolah, kemudian dituntut
untuk memiliki kompetensi dalam merealisasikan visi dan misi tersebut
(Ekosiswoyo, 2007: 80).
Menurut Thantawy dalam bukunya Manajemen Bimbingan dan Konseling
menjelaskan bahwa Kepala Sekolah adalah sebagai penanggung jawab dalam
pelaksanaan program pendidikan secara menyeluruh (termasuk di dalamnya
program bimbingan dan konseling) di satuan pendidikan masing-masing. Kepala
sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai wewenang dan kewajiban dalam
program bimbingan dan konseling (Hamsidar, 2010: 11). Ada beberapa hal yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling yang mana hal
tersebut menjadi wewenang dari kepala sekolah. Beberapa hal tersebut
diantaranya adalah: ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan jam tatap
muka secara formal antara guru BK dan siswa, pembagian tugas yang
berseberangan dengan tugas guru BK.
Kepala sekolah berperan untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana
kemajuan proses dan hasil yang ingin mereka capai dalam bimbingan dan
konseling. Kepala sekolah secara umum bertanggung jawab terhadap
pengawasan dan koordinasi secara berkelanjutan mengenai perencanaan
program kegiatan, pelaksanaan, pelaporan kegiatan BK, dan penyediaan
instrumen/sarana pendukung layanan BK (Luddin, 2015: 223).7

6
Dira Yulmi, dkk, "Kerjasama Personil sekolah dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah", Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) :
(2017), JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), Volume 2 Nomor 2, 2017, hlm 1-5. Hal.3-4.

7
Dwi Putranti, dkk, "Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Program Bimbingan
Dan Konseling di Sekolah", Jurnal Prakarsa Paedagogia, Vol. 3 No. 2, Desember 2020 Hal. 159-
167, hal.162-163.

5
Upaya yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam pengembangan diri
guru pembimbing terkait dengan pengetahuan dan pemahaman tentang
bimbingan dan konseling adalah dengan mewajibkan mereka untuk memahami
buku pedoman dan petunjuk teknis tentang pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Selain itu, juga dilakukan dengan mengikutkan mereka pada pada
pelatihan dan kegiatan OSIS baik yang diadakan di sekolah maupun di luar
sekolah.
Sebagaimana Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, kepala
sekolah memiliki tugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindaklanjut, dan
pertanggungjawaban proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada Dinas Pendidikan Kabupaten (Prayitno, 2002). Dalam Panduan
Umum tentang Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (IPBI, 2000;
Ridwan, 1998) dikemukakan bahwa fasilitas pokok serta peralatan instrumentasi
bimbingan dan konseling harus dijamin ketersediaannya oleh kepala sekolah,
termasuk penetapan pola organisasi, kewajiban dan tugas personalia pelaksana.8
2) Peranan Guru BK atau Konselor
Jamal Ma’mur Asmani (2010:5) menjelaskan, seorang konselor adalah
seorang psikolog yang pandai menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat
mengidentifikasi, memetakan, dan menemukan faktor penyebab masalah, lalu
menyusun formula untuk menanganinya dengan langkah dan solusi yang cerdas,
efisien, dan aplikatif. Dalam hal membimbing dan memberikan penyuluhan,
konselor merepresentasikan dirinya sebagai seorang psikolog dan mediator yang
mampu memecahkan segala masalah yang dialami siswa. Konselor mempunyai
solusi yang tepat dalam memecahkan masalah dengan bekal ilmu dan
pengalaman yang dimilikinya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
Tanggal 11 Juni 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor, keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan

8
Abu Bakar M. Luddin, "Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan Dan
Konseling", Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.19, No.2 (2013), Hlm. 218-224, Hal. 219-220.

6
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 1 ayat 6).
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan
mengembangkan potensi dan memandirikan konseli. Pelayanan yang dimaksud
adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu
pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Konselor perlu memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa yang disertai dengan berbagai format
kegiatan pelayanan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Salah satu format
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan pendekatan
khusus.
a. Pelayanan Pendekatan Khusus
Dalam bimbingan dan konseling, pelayanan pendekatan khusus
merupakan format kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan
konselor dengan melakukan pendekatan kepada pihak tertentu yang terkait
dengan siswa untuk memberikan kemudahan dalam melayani kepentingan siswa.
b. Pembinaan Tingkah Laku Siswa
. Pembinaan tingkah laku adalah usaha atau proses yang memiliki tujuan
agar suatu individu atau kelompok dapat menghasilkan aktivitas, perbuatan,
serta penampilan diri menjadi lebih baik.9
Shertzer & Stone, ( 1981), Gibson dan Michel (2011); serta Nursalim
(2015) telah mengidentifikasi berbagai peran utama guru BK yaitu memberikan
layanan konseling/terapi konsultasi, dan koordinator, sebagai konsultan, sebagai
agen perubahan, sebagai asesor, sebagai pengembang karir, dan agen
pencegahan. Berikut adalah deskrisi singkat dari masing-masing peran tersebut.
a. Konselor sebagai seorang konselor
Kategori yang pertama ini dapat disebut konselor atau sebagai terapis
(“the counselor as therapist” or ” the counselor as an interviewer”). Dalam

9
Rabiatul Adawiyah,"Peranan Konselor Dalam Pelayanan Pendekatan Khusus
Bimbingan Dan Konseling Terhadap Pembinaan Tingkah Laku Siswa Di Madrasah Tsanawiyah
Muallimat Yapewi Banjarmasin”, Jurnal Mahasiswa Bk An-Nur, Volume : 1. Nomor : 1. Tahun
2015, Hal. 76-79.

7
seting sekolah maka kemampuan guru pembimbing untuk melaksanakan
kegiatan konseling secara profesional tidak dapat ditawar-tawar. Kompetensi
untuk melaksanakan konseling secara singkat namun efektif sangat diperlukan
(Lines, 2006: 57). Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna
membantu individu atau sekelompok individu untuk (a) mencapai tujuan-tujuan
intrapersonal dan interpersonal, (b) mengatasi kekurangan-kekurangan pribadi
dan kesulitan kesulitan perkembangan, (c) membuat keputusan dan membuat
perencanaan untuk perubahan dan perkembangan, (d) meningkatkan kesehatan
fisik maupun mental dan kebahagian mencapai kebahagiaan secara kolektif.
Peran tersebut mengimplikasikan perlunya keahlian konselor dalam
memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia, penguasaan ketrampilan
interpersonal, penguasaan ketrampilan pembuatan keputusan dan pemecahaman
masalah, penguasaan intervensi krisis dari berbagai orientasi teoritis.
b. Konselor sebagai seorang konsultan
Peran yang kedua yang harus dilakukan oleh seorang konselor/guru BK
adalah sebagai konsultan. Kenyataan ini berimplikasi bukan hanya ketrampilan
sebagai konselor semata yang diperlukan melainkan juga keahlian dalam proses
konsultasi (consulting process). Elemen consulting (Dougherty dalam Sciarra,
2004: 55) ada tiga: 1) Consulting is tripartite. 2) The goal of consulting is to
solve problem. 3) Another goal of consulting is to improve the consultee’s work
with the client and, in turn, improve the welfare of client. Konsultasi melibatkan
tiga pihak yaitu konselor sebagai konsultan, guru atau orang tua sebagai
konsultee dan konseli yang memiliki masalah. Tujuan utama konsultasi adalah
untuk memecahkan masalah konseli.
c. Konselor sebagai agen perubahan
Peran sebagai agen perubahan bermakna bahwa keseluruhan lingkungan
dari konseli harus dapat berfungsi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan
mental menjadi lebih baik, dan konselor dapat mempengunakan lingkungan
tersebut untuk memperkuat atau mempertinggi berfungsinya konseli. Selain itu,
konselor dapat berperan sebagai agen perubahan dalam rangka mengembangkan
profesi konselor.

8
d. Konselor sebagai seorang agen pencegahan utama (a primary prevention
agent)
Sebagai agen pencegah yang utama, peranan guru pembimbing yang
ditekankan di sini adalah sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang
salah dan atau mencegah terjadinya masalah. Peranan sebagai agen pencegah ini
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan program yang bersifat antisipatif,
minimal usaha-usaha yang bersifat preventif, misalnya layanan informasi,
pelatihan. penempatan dan penyaluran.
e. Konselor sebagai Koordinator
Para konselor sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.
Para konselor sekolah di sekolah juga diperlukan untuk mengkoordinasikan
kontribusi dari para profesional lain yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan
seperti psikologi, pekerja sosial, dan sebagainya.
f. Konselor sebagai Agen orientasi
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen orientasi. Sebagai
fasilitator perkembangan manusia, para konselor di sekolah perlu mengakui
pentingnya orientasi anak didik tentang (terhadap) tujuan sekolah dan
lingkungan sekolahnya adalah penting bahwa pengalaman pendidikan awal anak
merupakan (menjadi) suatu pengalaman yang positif bagi anak.
g. Konselor sebagai Asesor
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai asesor, yakni
melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non
tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk diinterprestikan dalam rangka
memperoleh pemahaman yang akurat tentang siswa beserta dengan potensi-
potensinya, dampak budaya pada perkembangan siswa, dan pengaruh faktor-
faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.
h. Konselor sebagai Pengembang Karir
Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para konselor di sekolah
adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya pendidikan di sekolah sebagai
landasan bagi pengambilan keputusan di kemudian hari oleh anak menegaskan

9
(menggarisbawahi) pentingnya memberikan perhatian pada perkembangan karir
anak. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan
konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi,
berkesinambunghan, dan terus-menerus.10
3) Peranan Guru
Sebagai personel sekolah, guru adalah salah satu komponen sekolah yang
sangat erat kaitannya dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan bimbingan
konseling guru juga mempunyai peran penting diluar peranan guru BK atau
konselor sekolah, peran guru tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membimbing
Guru melakukan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan baik
dalam bimbingan belajar maupun dalam pembentukan sikap tanggung jawab.
Pada bimbingan belajar guru melakukan pada peserta didik yang dianggapnya
kurang dalam akademik.
b. Mengingatkan
Pembentukan sikap tanggung jawab guru mengajarkan hal-hal yang
sederhana terutama pada kelas dua, yang masih tergolong kelas rendah dan
masih butuh perhatian besar.
c. Memberikan Nasehat
Peran guru dalam memberikan nasehat untuk peserta didik dilakukan pada
pembelajaran dan diluar pembelajaran. Guru memberikan nasehat sebagai salah
satu bentuk kepedulian guru terhadap peserta didik dan untuk melatih sikap
tanggung jawab peserta didik.
d. Memberikan Hukuman
Guru sebagai pelaksanan layanan Bimbingan Konseling dalam
menumbuhkan sikap tanggung jawab pada peserta didik yaitu dengan
memberikan hukuman pada peserta didik yang melanggar aturan sekolah dan
tidak melaksanakan sikap tanggung jawab.
e. Korektor
10
Mochamad Nursalim, “Peran guru BK/konselor dalam mensukseskan program
merdeka belajar”, Vol. 2, Jurnal Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan dan
Konseling, 2020 , hal.13-14.

10
Peran guru kelas dalam pelaksanaan layanan Bimbingan Konseling dalam
menumbuhkan sikap tanggung jawab peserta didik, salah satunya dapat menjadi
korektor untuk peserta didik. Peserta didik yang tidak melaksanakan sikap
tanggung jawab, akan diberikan nasehat dan peserta didik yang telah
melaksanaan sikap tanggung jawab guru akan memberikan pujian.
f. Motivasi
Motivasi yang diberikan guru berkaitan dengan akademik dan
pembentukan sikap tanggung jawab. Pada pelaksanaannya guru memberikan
motivasi pada peserta didik pada saat pembelajaran atau di luar pembelajaran,
sesuai dengan keadaan peserta didik.
g. Memberikan Contoh
Guru selalu memberikan contoh yang baik-baik dan sederhana pada
peserta didik, sehingga dapat dipraktekan di sekolah dan di rumah.11
Di pendapat yang lain, dalam kedudukan sebagai personel pelaksana
proses pembelajaran di sekolah guru memiliki posisi strategis. Dibanding
dengan guru pembimbing atau konselor, misal: guru lebih sering berinteraksi
dengan siswa secara langsung. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh seorang guru, ketika ia diminta mengambil bagian dalam
penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
1) Guru sebagai Informatory
Guru dalam kinerja dapat berperan sebagai informator, berkaitan dengan
tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya.
2) Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan
pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan
guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang
perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.
3) Guru sebagai Mediator

11
Amanda Nur Maulidya, dkk, "Layanan Pendidikan Bimbingan Konseling Dalam
Upaya Meningkatkan Sumber Daya Sekolah Dasar", (Bogor: 2021), Hlm.15-18.

11
Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru
pembimbing. Misalnya saat diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa
yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
4) Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di
sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator. Konselor di sekolah misal
dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi. Secara
operasional pelaksana utama layanan bimbingan dan konselor sekolah di bawah
koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Penyelenggaraan
melibatkan personel sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas
kewenangan dan tanggung jawab. Personel mencakup: kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konselong, guru pembimbing, guru
wali kelas, dan staf administrasi. (Fenti Hikmawati, 2014: 22).
Heri AS, Sardiman menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan bimbingan konseling, yaitu :
1) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar mengajar.
4) Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.
6) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.

12
7) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses
belajar mengajar.
8) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. (Heri AS, 2017:
33).
Menurut penulis, peran kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan
konseling di sekolah sangat banyak, terutama kepala sekolah berperan sebagai
pemimpin pendidikan, kepala sekolah juga berperan untuk mengawasi semua
kegiatan yang ada di sekolah termasuk pelaksanaan bimbingan konseling, kepala
sekolah juga berperan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang harus
dipenuhi didalam sekolah tersebut sehingga tujuan bimbingan konseling lebih
mudah untuk dicapai. Sedangkan peran konselor adalah membantu peserta didik
memecahkan masalah membimbing peserta didik dalam mencari atau menggali
potensinya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, peran konselor di dalam suatu
sekolah sangat berpengaruh bagi majunya peserta didik bahkan sekolah tersebut
sekaligus. Peran guru juga tak kalah penting dalam pelaksanaan BK,
gurusebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, dan evaluator. Selaku personel sekolah, guru hendaklah
menjalankan peran-peran tersebut dengan baik, dengan begitu pelaksanaan
bimbingan konseling dan proses pembelajaran akan terlaksana dengan lancar.

2. Bentuk Kerjasama Antara Konselor, Kepala Sekolah, dan Guru Dalam


Pelaksanaan Bimbingan Konseling
1) Pengertian Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara individu dan
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerjasama akan timbul jika orang menyadari bahwa diantara mereka memiliki
kepentingan-kepentingan yang sama saat yang bersamaan. Memahami apa yang
dimaksud dengan kerjasama, dan aspek-aspeknya banyak membantu

13
memperbesar produktivitas organisasi-organisasi. Begitu juga dalam dunia
pendidikan dengan menjalin kerjasama atau personal sekolah akan lebih mudah
mencapai tujuan pendidikan tentunya dengan hasil yang lebih baik. Manusia
melaksanakan kerjasama dalam sejumlah besar interaksi yang memuaskan di
dalam organisasi-organisasi. Terdapat adanya suatu tendensi untuk bekerjasaa di
dalam sebuah organisasi, apabila dua orang (atau lebih) beranggapan bahwa cara
tersebut akan paling menguntungkan bagi mereka.12
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama
merupakan pelaksanaan yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih yang
memiliki tujuan yang sama, saling menguntungkan dalam rangka mencapai
tujuan yang baik yaitu berakhlatul kharimah. Sedangkan yang dimaksud dengan
kerjasama dalam penelitian ini adalah kerjasama dalam lingkup pendidikan yang
terjalin antara guru bimbingan konseling dengan guru pendidikan agama islam
dalam membantu mengatasi akhlak siswa yang kurang baik. Bentuk kerjasama
dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Kerjasama Spontan (Spontaneous cooperation), adalah bentuk kerjasama
atas dasar spontanitas.
b) Kerjasama langsung (Directed cooperation), adalah bentuk kerjasama
yang merupakan hasil dari pemerintah atasan. 13
Bentuk kerjasama dalam perencanaan pendidikan adalah dengan
melibatkan personel institusi seperti dinas pendidikan pada pemerintahan dan
guru disekolah. Kerjasama sangat perlu bagi semua pengajar dan personal lain
yang berkepentingan dengan tujuan sekolah dilibatkan dalam perencanaan,
karenanya masyarakat sekolah bertanggung jawab atas perencanaan yang telah
ditetapkan. 14

12
Wahyosumijo, “Kepemimpinan Kepala sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya”, (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 2003), Hal. 81.
13
Samsul Munir Amin, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta: Amzah, 2010), Hal.
21.
14
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, “Landasan Bimbingan dan konseling”, Cet 11,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Hal. 42.

14
2) Bentuk Kerjasama Antara Guru BK dan Guru Mata Pelajaran
Bentuk kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran
dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling antara lain (Prayitno,
1996):
1) Guru pembimbing mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
sehingga setiap siswa dapat sepenuhnya aktif dan memperoleh hasil yang
setinggi-tingginya dalam setiap pelajaran.
2) Guru mata pelajaran memberikan data siswa kepada guru pembimbing
yang dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan sikap dan
kebiasaan siswa. Data ini antara lain: (a). nilai-nilai dan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran. (b). informasi tentang masalah siswa berkenaan
dengan mata pelajaran dan masalah-masalah siswa lainnya.
3) Guru pembimbing dengan guru mata pelajaran dengan cara-cara yang
dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan kegiatan siswa
mengikuti pelajaran.
4) Guru pembimbing mendorong dan melatih untuk mengembangkan dan
menerapkan ketrampilan teknis belajar seperti ketrampilan mencatat
materi yang sedang diuraikan guru, bertanya dan menjawab pertanyaan
guru, mengerjakan pekerjaan rumah, cara meringkas bahan tertulis,
membuat makalah, mempersiapkan ulangan dan ujian lain-lain.
5) Guru mata pelajaran mendorong dan memberikan kesempatan kepada
siswa yang memerlukan bimbingan untuk bertemu dan mendapatkan
layanan dari guru pembimbing.
6) Guru pembimbing membantu guru mata pelajaran membantu dalam
merencanakan, menyiapkan dan menyelenggrakan pengajaran perbaikan
dan progam untuk siswa.
7) Dalam konferensi kasus guru mata pelajaran membantu guru pembimbing
memberikan informasi dan kemungkinan cara-cara pemecahan kasusyang
dibicarakan.
8) Guru mata pelajaran ikut merahasiakan kasus atau data tentang siswa yang
tidak layak di ketahui oleh orang lain.

15
Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama
Islam15
Dalam upaya pembinaan akhlak diperlukannya kerjasama antara guru
dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas
pokok guru dalam proses pembelajran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
bimbingan, kemudian layanan bimbingan konseling disekolah perlu dukungan
dan bantuan guru. 16
3) Bentuk Kerjasama Konselor Dengan Kepala Sekolah
a. Kerjasama dalam memfasilitasi sarana dan prasarana BK
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam pengadaan sarana dan
prasarana BK belum terlaksana dengan baik. Pengadaan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan BK belum sepenuhnya terpenuhi.
b. Kerjasama dalam memberikan waktu untuk pelayanan BK
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam pengadaan jam masuk
kelas untuk pemberian layanan BK di SMAN Kerinci tidak terjalin dengan baik.
Hal ini terlihat dari tidak adanya jam pelayanan BK tertera dalam roster/daftar
pelajaran. Guru BK tidak dilibatkan sejak awal dalam mempertimbangkan
kebijakan menyangkut pengadaan waktu untuk pemberian layanan di kelas.
c. Kerjasama dalam berkonsultasi tentang kendala dan hambatan dalam BK
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam berkonsultasi tentang
kendala dan hambatan dalam BK terjalin dengan baik. Kepala sekolah
memberikan kesempatan kepada Guru BK untuk berkonsultasi guna mencari
solusi dari kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan kegiatan konseling.
d. Kerjasama dalam mengevaluasi kegiatan layanan BK
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam mengevaluasi
kegiatan BK belum terlaksana. Hal ini dikarenakan belum berjalannya kegiatan
layanan BK di sekolah.

15
Sawal Mahaly, "Kerjasama Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata Pelajaran
Ips Dalam Membantu Kegiatan Belajar Siswa", Jurnal Pendidikan IPS, Volume 2 Nomor 1 Edisi
Juni 2021, Hal.3-4.
16
Afdal, “Kolaboratif: Kerangka Kinerja Konselor Masa Depan”, Jurnal Konseling Dan
Pendidikan 3, No. 2 (2015):, Hal.1–7.

16
e. Kerjasama dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan
BK
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan layanan BK terjalin dengan baik. Kepala
sekolah melaksanakan proses pengawasan/monitoring kegiatan BK yang
dilaksanakan oleh Guru BK, serta berdialog dengan Guru BK mengenai kegiatan
dan permasalahan
yang dihadapi.
f. Kerjasama dalam memberi kesempatan kepada Guru BK untuk
mengembangkan potensi/profesionalitasnya
Kerjasama Guru BK dengan kepala sekolah dalam memberi kesempatan
kepada Guru BK untuk mengembangkan potensi/profesionalitasnya terjalin
dengan baik. Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada Guru BK dalam
melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas dan potensi yang
dimiliki melalui MGBK dan seminar BK.17
Menurut penulis, keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling
di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para petugas
bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh
komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah
sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah
bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah,
khsususnya progaram layanan bimbingan konseling di sekolah yang
dipimpinnya. Kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam
pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Jadi, kerjasama antar personil sekolah sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
bimbingan konseling di sekolah dan kerjasama tersebut sudah seharusnya
menjadi komitment antar personil sejak awal.

3. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling


17
Setya Anggi Permana, “Kerjasama Guru Bk Dengan Personel Sekolah Dalam
Melaksanakan Kegiatan Layanan Bk Di Sekolah Menengah Atas Negeri (Sman) 4 Kerinci”,
( Stkip Muhammadiyah Sungai Penuh) Vol. Xii Jilid I No.79 Januari 2018, Hal. 144-145.

17
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling terdapat langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh konselor, kepala sekolah dan guru. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Langkah Identifikasi Anak
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala yang
tampak. Dalam langkah ini, pembimbing mencatat anak-anak yang perlu
mendapat bimbingan dan memilih anak yang perlu mendapat bimbingan terlebih
dahulu.
b. Langkah Diagnosis
Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang
dihadapi anak berdasarkan latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang
dilakukan ialah mengumpulkan data dengan memadakan studi terhadap anak,
menggunakan berbagai studi terhadap anak, menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data. Setelah data terkumpul, ditetapkan masalah yang dihadapi
serta latar belakangnya.
c. Langkah Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang
akan dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan
masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan bersama
setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai factor.
d. Langkah Terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis.
Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu, proses yang kontinyu, dan
sistematis, serta memmerlukan pengamatan yang cermat.
e. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini di maksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauhmanakah
terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow

18
up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu
yang lebih jauh.18
Sementara menurut Tohirin, dalam Proses Bimbingan dan Konseling akan
menempuh beberapa langkah, yaitu: (1) menentukan masalah, (2)
mengumpulkan masalah, (3) analisis data, (4) diagnosis, (5) prognosis, (6)
terapi, dan (7) evaluasi atau follow up.19
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi, langkah-langkah Bimbingan dan
Konseling dijelaskan sebagai berikut.
a) Analisis
b) Sintesis
Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum data. Ini berarti
bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan merangkum data
sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa.
Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam
langkah analisis.
c) Diagnosis
d) Prognosis
e) Konseling atau Treatment
Langkah ini adalah merupakan pemeliharaan yang berupa inti pelaksanaan
konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha, diantaranya: menciptakan
hubungan yang baik antara guru Bimbingan dan Konseling dan siswa,
menafsirkan data, memberikan berbagi informasi, serta merencanakan berbagai
bentuk kegiatan bersama siswa.
f) Follow-up atau tindak lanjut.20

Menurut penulis, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh konselor,


kepala sekolah dan guru yaitu Analisis, Sintesis, Diagnosis, Prognosis,

18
Anas Salahudin, "Bimbingan dan Konseling", (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm.
95-96.
19
Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)”,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 317.
20
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, “Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31.

19
Konseling/Treatment dan Follow-up. Dalam melaksanakan bimbingan konseling
memang tidak mudah, dan harus dilakukan dengan teliti, hati-hati, dan sungguh-
sungguh. Pelaksaannya harus tersusun rapi dan terstuktur. Dengan begitu, maka
pelaksanaan akan jauh lebih mudah, mulai dari analisi hingga ke tahap akhir.
Karena bimbingan konseling merupakan kegiatan yang cukup serius, maka
dibutuhkanlah langkah-langkah tersebut guna menyukseskan pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.

C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwasannya konselor,
kepala sekolah dan guru memiliki peran masing-masing dalam pelaksanaan
bimbingan konseling. Kepala sekolah memiliki peran tersendiri dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu : (a) Membuat
rencana/program sekolah secara menyeluruh, (b) Mendelegasikan tanggung
jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, (c) Mengawasi
pelaksanaan program, (d) Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasillitas
bimbingan dan penyuluhan, dan lain sebagainya. Sedangkan konselor memiliki
peranan, yaitu :. 1) Konselor sebagai seorang konselor, 2) Konselor sebagai
seorang konsultan, 3) Konselor sebagai agen perubahan, 4) Konselor sebagai
seorang agen pencegahan utama (a primary prevention agent), 5) Konselor
sebagai Koordinator, 6) Konselor sebagai Agen orientasi, 7) Konselor sebagai
Asesor, dan 8) Konselor sebagai Pengembang Karir. Selain itu, guru juga
memliki peran tersendiri, yaitu : 1) Guru sebagai Informatory, 2) Guru sebagai
Fasilitator, 3) Guru sebagai Mediator, 4) dan Guru sebagai Kolaborator.
Bentuk kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran
dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling antara lain : Guru
pembimbing mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, Guru
mata pelajaran memberikan data siswa kepada guru pembimbing, Guru
pembimbing mendorong dan melatih untuk mengembangkan dan
menerapkan ketrampilan teknis belajar, dan lainnya. Sedangkan kerjasama

20
antara konselor dan kepala sekolah yaitu : Kerjasama dalam memfasilitasi sarana
dan prasarana BK, Kerjasama dalam memberikan waktu untuk pelayanan BK,
Kerjasama dalam berkonsultasi tentang kendala dan hambatan dalam BK, dan
masih banyak lagi.
Selanjutnya langkah-langkah yang dapat dilakukan konselor, kepala
sekolah, dan guru dalam pelaksanaan bimbingan konseling adalah : 1)
menentukan masalah, (2) mengumpulkan masalah, (3) analisis data, (4)
diagnosis, (5) prognosis, (6) terapi, dan (7) evaluasi atau follow up.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berbasis Integrasi”,


(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).

Dira Yulmi, dkk, "Kerjasama Personil sekolah dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah", Indonesian Institute for Counseling, Education and
Therapy (IICET) : (2017), JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia),
Volume 2 Nomor 2,(2017)

Muwahid Shulhan, "Model Kepemimpinan Kepala Madrasan dalam


meningkatkan Kinerja Guru", (Perpustakaan Nasional: Katalog dalam
terbitan, 2013)

Sudarwan Danim,"Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalosme Tenaga Pendidikan", (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
Cet. Ke -2

Daryanto, "Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran",


(Yogyakarta: Gava Media, 2011).

Dwi Putranti, dkk, "Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Program


Bimbingan Dan Konseling di Sekolah", Jurnal Prakarsa Paedagogia, Vol. 3
No. 2, Desember (2020)

Abu Bakar M. Luddin, "Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan Dan
Konseling", Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.19, No.2 (2013)

Rabiatul Adawiyah,"Peranan Konselor Dalam Pelayanan Pendekatan Khusus


Bimbingan Dan Konseling Terhadap Pembinaan Tingkah Laku Siswa Di
Madrasah Tsanawiyah Muallimat Yapewi Banjarmasin”, Jurnal
Mahasiswa Bk An-Nur, Volume : 1. Nomor : 1. Tahun (2015)

Mochamad Nursalim, “Peran guru BK/konselor dalam mensukseskan program


merdeka belajar”, Vol. 2, Jurnal Prosiding Seminar & Lokakarya
Nasional Bimbingan dan Konseling, (2020)

Amanda Nur Maulidya, dkk, "Layanan Pendidikan Bimbingan Konseling Dalam


Upaya Meningkatkan Sumber Daya Sekolah Dasar",
(Bogor: 2021)

Wahyosumijo, “Kepemimpinan Kepala sekolah, Tinjauan Teoritik dan


Permasalahannya”, (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 2003).

22
Samsul Munir Amin, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta: Amzah, 2010).

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, “Landasan Bimbingan dan konseling”,


Cet 11, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).

Sawal Mahaly, "Kerjasama Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata


Pelajaran Ips Dalam Membantu Kegiatan Belajar Siswa", Jurnal
Pendidikan IPS, Volume 2 Nomor 1 Edisi Juni (2021)

Afdal, “Kolaboratif: Kerangka Kinerja Konselor Masa Depan”, Jurnal Konseling


Dan Pendidikan 3, No. 2 (2015).

Setya Anggi Permana, “Kerjasama Guru Bk Dengan Personel Sekolah Dalam


Melaksanakan Kegiatan Layanan Bk Di Sekolah Menengah Atas Negeri
(Sman) 4 Kerinci”, ( Stkip Muhammadiyah Sungai Penuh) Vol. Xii Jilid I
No.79 Januari (2018)

Anas Salahudin, "Bimbingan dan Konseling", (Bandung : Pustaka Setia, 2010).


Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, “Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)

23

Anda mungkin juga menyukai