Anda di halaman 1dari 15

Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

KARAKTERISTIK PERILAKU KOMUNIKASI NONVERBAL GURU


PESERTA PROGRAM PROFESI KEGURUAN SEKOLAH DASAR (PPGSD)
PADA PRAKTEK MENGAJAR DI LABORATORIUM MICROTEACHING

Nurmida Catherine Sitompul


Universitas PGRI Adi Buana
Program Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan
E-mail : catherine_sitompul@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perilaku komunikasi


nonverbal guru peserta PPGSD di laboratorium microteaching. Penelitian ini
mengunakan rancangan penelitian deskriptif. Aspek perilaku komunikasi nonverbal
yang dikaji adalah bahasa tubuh yang digunakan oleh para guru pada interaksi
tatap muka di Lab. Microteaching. Subyek penelitian adalah guru peserta PPGSD
UNIPA tahun 2011 sebanyak 58 orang. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Guru
cenderung menggunakan jari telunjuk (menunjuk) pada saat mempersilakan siswa,
memberi instruksi dan menunjuk obyek dan memanggil siswa; 2) Guru
menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa,
kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian kepada siswa.
Menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru untuk menyatakan
ketidaksetujuan, 3) Guru memperlihatkan kontak mata yang sama yaitu
mengarahkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa) pada saat membuka dan
mengakhiri pembelajaran; 4) Guru memperlihatkan ekspresi wajah normal dalam
semua momen pesan, dan 5) Posisi berdiri membelakangi siswa, di samping kiri
papan tulis serta di samping kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru
menulis di papan. Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru
menyajikan materi pada pembelajaran tatap muka. Penelitian pada konteks di kelas
sangat diharapkan sebagai kelanjutan penelitian ini.

Kata kunci : body language, nonverbal immediacy, laboratorium microteaching

PENDAHULUAN

Perilaku nonverbal telah menjadi fokus dari sejumlah penelitian di bidang


komunikasi dan ilmu perilaku manusia (Ugurel, 2010:3), juga termasuk penelitian di
dalam kelas pembelajaran (classroom). Studi lanjutan diperlukan untuk memberikan
pemaham yang lebih luas lagi tentang hubungan motivasi pelajar dengan bagaimana
motivasi tersebut diekspresikan, dan bagaimana motivasi pelajar dalam praktek
pembelajaran (Stefanou, Perencevich, DiCintio dan Turner dalam Velez, 2012).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa bahwa “what teachers do and say can have powerful
and pervasive effects on students’ intentions for learning, subsequent learning
behaviors, and academic engagement”. Sehingga faktor komunikasi menjadi sangat
penting dalam proses pembelajaran karena aktivitas pembelajaran pada dasarnya
adalah bersifat interaktif, dan juga didasarkan pada rasionel bahwa komunikasi yang

151
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

dikelola dan dikembangkan secara baik, dapat menunjang tercapainya tujuan


pembelajaran yang diharapkan (Muhadjir, 1991; Sadiman., et al, 1993).
Seorang guru memerlukan communication skill untuk memampukannya
mengelola berbagai interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran. Tetapi
pentingnya faktor komunikasi dalam proses pembelajaran tidak menjadikan faktor
ini mendapat perhatian yang penting pula, tetapi justru sering diabaikan serta
sebagian besar keputusan yang berkenaan dengan aspek komunikasi diserahkan
kepada guru itu sendiri (Valencic, McCroskey, & Richmond: 2005a). Pada kondisi
seperti ini cara guru berkomunikasi tidak dipertimbangkan sebagai faktor yang turut
berperan dalam proses pembelajaran siswa. Kondisi ini tidak sesuai dengan hakekat
bahwa kegiatan pembelajaran di dalam kelas merupakan aktivitas yang bersifat
interaktif. Dan hal ini telah dinyatakan oleh Albert Mehrabian (dalam Pease, 1987)
menjelaskan bahwa dalam interaksi manusia hanya 7% saja yang dilakukan melalui
pesan verbal, 38% melalui nada suara dan bunyi-bunyian, dan 55% melalui pesan
nonverbal.
Mengingat akan pentingnya komunikasi ini, sejumlah pakar berpendapat
bahwa komunikasi dalam bentuk simbol-simbol nonverbal dapat digunakan sebagai
sarana untuk berinteraksi, dan bahkan dalam konteks tertentu, pesan nonverbal dapat
digunakan sebagai pengganti pesan verbal (Argyle, 1973; Ekman dan Freisen, 1975;
Birdwhistell, 1985; Richmond., et al, 1991; Pease, 1996). Dilihat dari aspek
fungsional Oliva (1985) berpendapat perilaku komunikasi nonverbal merupakan
suatu ketrampilan yang dapat digunakan sebagai strategi penyajian pelajaran.
Artinya, penyajian materi melalui penggunaan keterampilan komunikasi nonverbal
sangat berguna sebagai saluran pesan yang berfungsi untuk mempertegas pesan
pembelajaran yang hendak disampaikan.
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan pentingnya perilaku komunikasi
nonverbal guru dalam proses pembelajaran. Babad, Bernieri & Rosenthal (1991)
menemukan bahwa siswa dapat mengenal dengan sangat baik perilaku komunikasi
verbal maupun nonverbal guru, sehingga siswa dikatakan sebagai keen observer.
Sejak awal guru masuk ke kelas para siswa telah menaruh perhatian pada bagian
wajah guru (Sitompul, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan oleh Thweatt &
McCroskey (1998) menemukan bahwa perilaku komunikasi nonverbal guru dapat
mempengaruhi persepsi siswa dalam memberikan penilaian terhadap kredibilitas
guru. Penelititian Chesebro & McCroskey (1998) menunjukkan hubungan perilaku

152
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

komunikasi nonverbal imidiasi guru dengan afeksi siswa yang positif baik terhadap
mata pelajaran (subject matter) maupun terhadap guru. Penelitian tersebut
melaporkan bahwa bila siswa diajar dengan teacher immediacy maka siswa lebih
termotivasi untuk belajar dan guru imidiasi tersebut dinilai menggunakan teknik-
teknik yang prososial dalam mengajar, sedangkan guru yang tidak menunjukkan
perilaku imidiasi dinilai sebagai seorang yang tidak berkelakuan baik (misbehavior).
Penelitian-penelitian yang lain membuktikan bahwa perilaku komunikasi nv guru
memberikan dampak langsung (direct impact) tidak hanya terhadap hasil
pembelajaran (instructional outcomes) dari aspek hasil belajar afektif (affective
learning) tetapi juga hasil belajar kognitif (cognitive learning) (Richmond dkk,
1987; McCroskey dkk, 1996; Chesebro & McCroskey, 2000; Richmond dkk, 2003;
Albers, 2004). Dengan demikian perilaku komunikasi nonverbal secara tidak
langsung memberikan konstribusi untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
(cognitive learning) dengan cara meningkatkan keterlibatan (involved in academic
tasks) siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pentingnya peran komunikasi nonverbal dalam pembelajaran tampaknya belum
banyak diteliti pada konteks guru di Indonesia dan secarfa umum masih sangat
langkanya penelitian mengenai komunikasi nonverbal. Disini peneliti melihat
urgensi penelitian ini untuk dilakukan mulai dari penelitian yang sangat dasar.
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apa karakteristik bahasa tubuh
yang digunakan guru peserta PPGSD pada saat menyampaikan pesan pembelajaran
di laboratorium microteaching?
Definisi operasional dari perilaku komunikasi nonverbal yang dipakai dalam
penelitian ini adalah suatu bentuk komunikasi manusia dimana kegiatan
penyampaian pesan dilakukan melalui penggunaan berbagai simbol nonverbal
seperti perilaku nonverbal, simbol-simbol budaya, simbol-simbol sosial, serta
simbol-simbol keagamaan. Pada penelitian ini simbol nonverbal yang diteliti adalah
bahasa tubuh, yaitu yang dipergunakan dalam mengajar di laboratorium
microteaching. Sedangkan Pemetaaan variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
sebagai berikut:

153
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

Tabel 1 Pemetaan Variabel Penelitian


KONSEP VARIABEL INDIKATOR
Perilaku Ciri perilaku bahasa 1. Isyarat tangan
Komunikasi tubuh 2. Gerakan kepala
Nonverbal 3. Kontak mata
4. Ekspresi wajah
5. Posisi dan gerakan badan

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa tubuh yang dipakai oleh peserta PPGSD
pada saat praktek mengajar di Lab. Microteaching UNIPA Surabaya. Subyek
penelitian adalah para guru peserta PPGSD UNIPA Surabaya Kouta 2011 yang
mengikuti praktek mengajar di Lab., yaitu sebanyak 59 orang. Data yang diamati
merupakan hasil rekaman praktek mengajar di Lab.Microteaching bulan Januari
Tahun 2012. Ada 1 rekaman yang tidak dapat diakses sehingga jumlah rekaman
yang di pakai dalam penelitianini adalah 58.
Data dijaring dengan menggunakan teknik observasi dan daftar cek list yang
diadaptasi dari angket yang disusun oleh Maniyeni (1996). Aspek bahasa tubuh yaitu
sebanyak 5 indikator yaitu: 1) Isyarat tangan, 2) Gerakan kepala, 3) Kontak Mata, 4)
Eskpresi wajah, dan 5) Posisi dan gerakan badan, yang secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 2. Data-data yang telah dikumpulkan pada lembar pengamatan kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan persentase tentang karakteristik
bahasa tubuh guru peserta PPGSD.
Tabel 2 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen
INDIKATOR
KONSEP VARIABEL INDIKATOR
IMPIRIK
Perilaku Ciri perilaku 1.Isyarat Mempersilahkan, memberi
Komunikasi bahasa tubuh tangan instruksi, menunjuk obyek/
Nonverbal jarak, memanggil, menyatakan
besaran obyek, persetujuan,
ketidaksetujuan, mengalihkan
perhatian, menghitung,
memuji
2.Gerakan Menyatakan: persetujuan,
kepala ketidak-setujuan, gembira,
kekesalan

154
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

3.Kontak mata Saat membuka pelajaran,


berdialog, mengajukan
pertanyaan, mengakhiri
pembelajaran
4.Ekspresi Normal, serius, marah,
wajah surprise, gembira, gugup,
angker, takut
5.Posisi dan Saat menulis, berdialog,
gerakan badan membaca di papan tulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian


Hasil penelitian merupakan deskripsi profil perilaku bahasa tubuh guru peserta
PPGSD UNIPA Surabaya pada saat pembelajaran tatap muka di
Lab.Microteaching. Data disajikan dengan menggunakan teknik tabulasi, dimana
setiap tabel mencerminkan profil data variabel, sub variabel dan indikator
empirik, yang diwakili oleh sejumlah item. Setiap item berisi sejumlah opsi
bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh subyek ketika mengajar, dimana setiap opsi
memiliki skor dengan tingkat persentasi tertentu yang menggambarkan
kecenderungan bahasa tubuh yang digunakan oleh subyek. Variabel komunikasi
nonverbal yang diamati dalam penelitian ini adalah bahasa tubuh, yang
dikategorikan ke dalam 5 sub variabel yaitu: (1) isyarat tangan, (2) gerakan
kepala, (3) kontak mata, (4) ekspresi wajah, dan (5) posisi badan.
Profil bahasa tubuh guru peserta PPGSD adalah sebagai berikut:

Karakteristik Isyarat Tangan Guru Peserta PPGSD


Data profil isyarat tangan guru yang diobservasi adalah isyarat tangan yang
biasanya digunakan ketika mempersilahkan siswa, memberi instruksi, menunjuk
obyek atau jarak, memanggil siswa, menyatakan besaran sebuah obyek, menyatakan
persetujuan, menyatakan ketidak-setujuan, mengalihkan perhatian, menghitung,
serta memuji keberhasilan siswa. Analisis data menunjukkan kecederungan gerakan
isyarat tangan guru peserta PPGSD sebagai berikut:
1) 46,6% guru mempersilahkan siswa dengan menggunakan jari telunjuk
(menunjuk), 24,1% mempersilahkan dengan cara membuka telapak tangan,
sedang sebesar 27,6 tanpa menggunakan isyarat tangan.

155
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

2) 87,9% guru memberi instruksi kepada siswa dengan menggunakan jari telunjuk
(menunjuk), sedangkan 8,6% mempersilakan dengan menggunakan telapak
tangan.
3) 87,9% guru menunjuk obyek dengan menggunakan jari telunjuk (menunjuk)
sedangkan 6,9% dengan menggunakan telapak tangan.
4) 62,1% guru memanggil siswa dengan menggunakan jari telunjuk, 20,7% dengan
cara menggapai (telapak tangan ke atas), sedangkan 10,3% dengan cara
menggapai (telapak tangan ke bawah).
5) 20,7% guru menyatakan besaran obyek dengan cara membentuk ukuran obyek
dengan jari, dan 32,8% lainnya dengan cara membentuk ukuran obyek dengan
lengan, sedangkan sebesar 46,6% tidak menggunakan isyarat tangan.
6) 43,1% guru menyatakan persetujuan dengan cara menggunakan tanda jempol
sedangkan 56,9% tidak menggunakan isyarat tangan.
7) untuk menyatakan ketidaksetujuan, ada 10,3% guru menyatakannya dengan cara
menggerakkan telunjuk ke kiri ke kanan sedangkan 89,67% lainnya tidak
menggunakan isyarat tangan.
8) 77,6% guru mengalihkan perhatian siswa tanpa menggunakan isyarat tangan,
19% dan sisanya dengan cara menepukkan tangan sedangkan 1,7% mengetuk
papan atau meja dengan tangan, dan 1,7% mengetuk papan atau meja dengan
spidol.
9) saat menghitung, 20,7% guru dari ibu jari (jempol), 32,8 % menghitung mulai
dari kelingking, 15,5% menghitung mulai dari jari telunjuk, dan 31,0% lainnya
menghitung tanpa menggunakan isyarat tangan.
10) Setengah dari guru (50%) tanda jempol untuk memuji keberhasilan yang dicapai
siswa, 1,7% memuji keberhasilan dengan menggunakan tanda V dan 3,5%
memuji keberhasilan dengan tepuk tangan (lainnya), sedangkan 45% guru tidak
menggunakan isyarat tangan untuk memuji keberhasilan siswa atau guru
memberikan pujian dengan kata-kata (secara verbal) seperti: ‘bagus’, ‘hebat’,
‘pintar.’

Karakteristik Gerakan Kepala Guru Peserta PPGSD


Karakteristik gerakan kepala guru peserta PPGSD yang diamati adalah meliputi
gerakan kepala yang dipergunakan oleh guru dalam menyatakan persetujuan,
menyatakan ketidaksetujuan, menyatakaan kegembiraan, serta menyatakan

156
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

pujian. Analisis data memperlihatkan kecederungan gerakan kepala guru peserta


PPGSD sebagai berikut:

1) Hampir seluruh guru (93,1%) menyatakan persetujuan atas pendapat siswa


dengan cara menganggukan kepala dan lainnya (6,9%) tanpa menggunakan
gerakan kepala.
2) Sebagian besar guru (87,5%) menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa
tanpa menggunakan gerakan kepala, 19% menyatakan ketidaksetujuan atas
pendapat siswa dengan cara menggelengkan kepala, 5% menyatakan
ketidaksetujuan atas pendapat siswa dengan cara mengganggukkan kepala.
3) 79,3% guru menyatakan kegembiraannya atas keberhasilan siswa dengan cara
menganggukan kepala dan lainnya sebesar 20,7% tanpa menggunakan gerakan
kepala.
4) Sebagian besar guru (60,3%) menyatakan pujian kepada siswa dengan cara
menganggukan kepala dan lainnya (22,4%) tanpa menggunakan gerakan kepala.

Karakteristik Kontak Mata Guru Peserta PPGSD


Aspek-aspek kontak mata yang amati terdiri dari: kontak mata saatmembuka
pembelajaran, berdialog, mengajukan pertanyaan, serta mengakhiri
pembelajaran. Analisis data menunjukkan kecederungan kontak mata guru
peserta PPGSD sebagai berikut:

1) 58, 6% guru memandang ke seluruh kelas saat membuka pembelajaran, 31%


memandang secara terfokus (tanda ∆), sedang 8,6% menghindari kontak mata
dengan para siswa.
2) saat berdialog dengan siswa, 87,9% guru memandang secara terfokus (tanda ∆),
sedangkan 10,3% menghindari kontak mata dan 1,7% beralih pandangan.
3) saat mengajukan pertanyaan kepada siswa tertentu, 63,3% guru memandang
siswa secara terfokus sedangkan 36,4% lainnya menghindari kontak mata.
4) seluruh (100%) responden memandang ke seluruh kelas saat mengakhiri
pelajaran.

Karakteristik Ekspresi Wajah Guru Peserta PPGSD


Aspek ekspresi wajah yang disajikan meliputi, ekspresi wajah normal, serius,
gembira, surprise, marah, serta gugup. Indikator ekspresi wajah ini, dihubungkan

157
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

dengan saat menyampaikan materi, menyatakan persetujuan, ketidak setujuan,


merepons kesalahan siswa, serta merespons keberhasilan siswa. Analisis data
menunjukkan kencederungan ekspresi wajah guru peserta PPGSD UNIPA
sebagai berikut:

1) 72,4% guru menunjukkan ekspresi wajah normal saat menyampaikan materi


pelajaran, 13,8% memperlihatkan ekspresi wajah serius, 10,3% memperlihatkan
ekspresi wajah gembira, 3,45% memperlihatkan ekspresi wajah gugup.
2) 65,5% guru menunjukkan ekspresi wajah normal jika me-nyatakan persetujuan
atas pendapat siswa, 22,4% menunjukkan ekspresi wajah gembira, sedangkan
12,1% lainnya memperlihatkan ekspresi wajah serius.
3) 81 % guru memperlihatkan ekspresi wajah normal ketika menyatakan
ketidaksetujuan atas pendapat siswa, 17,2% lainnya menunjukkan ekspresi
wajah serius, dan 1,7% guru memperlihatkan ekspresi wajah gembira.
4) 77,6% guru memperlihatkan ekspresi wajah normal saat menanggapi kesalahan
yang dilakukan siswa, sementara 19% selebihnya memperlihatkan ekspresi
wajah serius dan 1,7% memperlihatkan wajah gembira.
5) 55,2% guru memperlihatkan ekspresi wajah gembira normal saat menanggapi
keberhasilan siswa, 34,5% menunjukkan ekspresi wajah normal, 6,9%
memperlihatkan ekspresi wajah serius dan 4,5% memperlihatkan ekspresi
wajah surprise.

Karakteristik Posisi Badan Guru Peserta PPGSD


Posisi badan guru yang umumnya dipakai dalam pembelajaran tatap muka yaitu
menghadap, membelakangi, berada di samping kanan, di samping kiri, sedangkan
gerakan badan mengacu pada gerakan badan yang dinamis atau luwes, gerakan
yang kaku dan gerakan yang kacau. Posisi dan gerakan badan dimaksud
berhubungan dengan situasi dimana dosen sedang menyampaikan materi
pelajaran, berdialog dan saat menulis di papan tulis. Analisis data memperlihatkan
kencederungan posisi badan guru peserta PPGSD UNIPA sebagai berikut:

1) 100% guru berdiri pada posisi berhadap-hadapan dengan siswa saat


menyampaikan materi pelajaran.

158
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

2) saat menulis dipapan tulis 69,4% guru cenderung berdiri membelakangi siswa,
24% lainnya berdiri di samping kiri papan tulis dan 6,8% berdiri di samping
kanan papan tulis.
3) Hampir seluruh guru (96,7%) menunjukkan gerakan badan yang dinamis saat
menyajikan materi pelajaran dalam keadaan berdiri, sedangkan 3,3% lainnya
memperlihatkan gerakan badan yang kaku.

Pembahasan

Karakteristik Bahasa Tubuh Guru Peserta PPGSD


Pembahasan hasil penelitian berdasarkan perilaku komunikasi nonverbal guru
peserta PPGSD yang terdiri atas variabel bahasa tubuh yang membawahi 5 sub
variabel: (1) isyarat tangan; (2) gerakan kepala; (3) kontak mata; (4) ekspresi
wajah;dan (5) posisi dan gerakan badan yang biasanya digunakan guru dalam
pembelajaran tatap muka.

Karakteristik Isyarat Tangan


Temuan penelitian menunjukkan bahwa karakterstik isyarat tangan yang
digunakan guru peserta PPGSD untuk menyampaikan pesan adalah sebagai berikut:
1) Ada 2 cara yang dipergunakan oleh guru untuk mempersilahkan siswa, yaitu jari
telunjuk (menunjuk), dan dengan cara membuka telapak tangan.
2) Guru memberi instruksi kepada siswa dan menunjuk obyek dengan
menggunakan jari telunjuk (menunjuk).
3) Ada 3 cara yang dipakai oleh guru untuk memanggil siswa yaitu: lebih dari
setengah guru memanggil siswa dengan menggunakan jari telunjuk, sedangkan
yang lainnya dengan cara menggapai (telapak tangan ke atas), atau dengan cara
menggapai (telapak tangan ke bawah).
4) Jumlah guru yang menyatakan persetujuan dengan menggunakan isyatat tangan
dan yang tidak menggunakan bahasa tubuh hampir sama. Isyarat tangan untuk
menyatakan persetujuan dengan cara menggunakan tanda jempol
5) sebagai titik awal menghitung isyarat tangan yang dipergunakan oleh guru yaitu
dari ibu jari (jempol), menghitung mulai dari kelingking, serta menghitung
mulai dari jari telunjuk.
6) Setengah dari guru tanda jempol untuk memuji keberhasilan yang dicapai siswa
dan hampir setengahnya tidak menggunakan isyarat tangan untuk memuji

159
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

keberhasilan siswa atau guru memberikan pujian dengan kata-kata (secara


verbal) seperti: ‘bagus’, ‘hebat’, ‘pintar.’

Karakteristik Gerakan Kepala


Terdapat dua karakteristik umum gerakan kepala guru peserta PPGSD
yang menjadi temuan penelitian yaitu:
1) Guru menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa,
kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian kepada siswa.
2) menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru untuk
menyatakan ketidaksetujuan.

Karakteristik Kontak Mata


Temuan penelitian memperlihatkan adanya dua ciri umum kontak mata guru
peserta PPGSD sebagai berikut:
1) mengarahkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa) digunakan guru saat
membuka perbelajaran serta saat mengakhiri pembelajaran, namun ada juga
guru yang menghindari kontak mata dengan para siswa ketika membuka
pembelajaran.
2) memandang secara terfokus (tanda ∆ pada sekitar daerah wajah) digunakan guru
saat melakukan dialog maupun mengajukan pertanyaan tertentu kepada siswa,
namun ada juga guru yang menghindari kontak mata pada kedua momen pesan
tersebut.

Karakteristik Ekspresi Wajah Guru Peserta PPGSD


Temuan penelitian memperlihatkan adanya dua ciri umum ekspresi wajah guru
peserta PPGSD sebagai berikut:

1) ekspresi wajah normal yang diperlihatkan guru tampak dalam semua momen
pesan.
2) ekspresi wajah serius, ekspresi wajah gembira, serta ekspresi wajah
gugupmenyajikan materi pelajaran.
3) ekspresi wajah serius terlihat pada menyajikan materi pelajaran, menyatakan
persetujuan atas pendapat siswa, menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat
siswa, menanggapi kesalahan yang dilakukan siswa.
4) ekspresi wajah surprise terlihat pada saat menanggapi keberhasilan siswa.

160
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

5) ekspresi wajah gembira terlihat pada saat guru menyatakan ketidaksetujuan atas
pendapat siswa.

Karakteristik Posisi Badan Guru Peserta PPGSD

Dari hasil penelitian ditemukan adanya tiga ciri posisi badan dan tiga ciri
gerakan badan Guru Peserta PPGSD saat perkuliahan tatap muka. Posisi dan
gerakan badan guru meliputi:

1) posisiberhadap-hadapan dengan siswa digunakan guru menyampaikan materi


pembelajaran dalam keadaan berdiri.
2) posisi berdiri membelakangi siswa,di samping kiri papan tulis serta di samping
kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru menulis di papan.
3) Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru menyajikan materi
pada pembelajaran tatap muka.
Berdasarkan temuan mengenai karakteristik bahasa tubuh guru yang telah
diuraikan di atas maka ditemukan beberapa ciri umum bahasa tubuh guru yang
dipandang dapat berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi pembelajaran
sebagai berikut:

1) Karakteristik Isyarat Tangan


Guru menggunakan dua atau lebih isyarat tangan yang berbeda untuk
menyampaikan pesan yang sama. Hal ini dapat membingungkan siswa sebagai si
penerima pesan. Masih banyak guru yang belum memanfaatkan isyarat tangan
dalam menyampaikan pesan kepada siswa atau cenderung menggunakan bahasa
verbal.

2) Karakteristik Gerakan Kepala


Karakteristik gerakan kepala menunjukkan adanya kesamaan pada semua guru
yaitu menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa,
kegembiraan atas keberhasilan siswa serta menyatakan pujian kepada siswa.
3) Karakteristik Kontak Mata
Terdapat persamaan kontak mata ketika guru membuka dan mengakhiri
pembelajaran yaitu guru memalingkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap
siswa). Saat berdialog atau mengajukan pertanyaan kepada siswa masih ada guru
yang menghindari kontak mata, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

161
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

4) Karakteristik Ekspresi Wajah


Masih ada guru yang memperlihatkan ekspresi wajah guru ketika menyampaikan
materi. Namun dalam konteks praktek mengajar untuk mendapatkan sertifikat
profesi bisa saja ada guru yang menjadi gugup karena takut melakukan
kesalahan.
5) Karakteristik Posisi Badan
Saat menulis di papan tulis masih banyak guru yang memperlihatkan posisi yang
membelakangi siswa.
Bila ciri-ciri umum tubuh guru yang diperlihat oleh guru di atas di bahas
secara teoritik, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Guru menggunakan
dua atau lebih isyarat tangan yang berbeda untuk menyampaikan pesan yang sama.
Hal ini dapat membingungkan siswa sebagai si penerima pesan, tetapi hal ini dapat
dihindari bila isyarat tangan tersebut digunakan bersamaan secara konsisten dengan
bahasa verbal. Mempersilakan siswa dengan membuka telapak tangan lebih baik dari
pada menunjukkan karena isyarat dengan menggunakan tangan telunjuk dapat
dimaknai siswa sebagai “bawahan” sehingga hubungan antara siswa dan guru dalam
kelas pembelajaran seperti hubungan pimpinan dengan bawahannya, padahal siswa
adalah mitra belajar bukan bawahan (Babad, Barnieri dan Rosenthal, 1991). Selain
itu cukup banyak guru yang belum memanfaatkan isyarat tangan dalam
menyampaikan pesan kepada siswa atau lebih banyak menggunakan bahasa verbal.
Hal ini terutama pada saat mengalihkan perhatian siswa, guru mengatakan:
“perhatian anak-anak, perhatian anak”, atau “tolong diperhatian temannya,” dan
biasanya dengan intonasi suara yang lebih tinggi dan keras dari biasanya. Bila siswa
belum juga memberikan perhatian biasanya guru cenderung semakin meninggikan
atau mengeraskan suaranya dan suasana kelas dapat berubah menjadi seperti’pasar’.
Atau ketika memberikan pujian atas keberhasilan siswa masih banyak guru
menyatakannya secara verbal seperti: ‘bagus’, ‘pintar’, atau ‘hebat’. Kata-kata
pujian ini memang baik tetapi bila ditambah dengan isyarat jempol dapat
memberikan penguatan yang dapat meningkatkan motivasi siswa.
Gerakan kepala yang diperlihat oleh para guru untuk menyatakan persetujuan
atas pendapat siswa, kegembiraan atas keberhasilan siswa serta menyatakan pujian
kepada siswa. Karakteristik gerakan kepalaa seperti ini adalah umum (Thomson,
1991). Dalam menggunakan kontak mata, masih ada guru yang menghindari kontak
mata. Bila hal ini terjadi maka terkesan guru gugup dalam menyampaikan

162
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

pembelajaran. Guru yang terkesan gugup tentu akan mengurangi kredibilitasnya


sebagai seorang pengajar. Guru harus belajar untuk kontak mata dengan para siswa
satu-persatu, dengan memberikan jeda waktu selama 2-3 detik (Bender, 1996).
Secara umum ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh guru adalah ekspresi
wajah yang simpatik. Menurut Bender (1996) ekspresi wajah yang simpatik paling
baik digunakan pada saat menyajikan materi termasuk apabila siswa menunjukkan
perilaku yang kurang berkenan. Sedangkan mengenai posisi dan gerakan badan,
masih banyak guru yang membelakangi siswa ketika menulis di papan tulis. Hal ini
dapat menimbulkan rasa kurang simpatik dari siswa.
Waktu penyajian materi yang dilakukan guru di Lab. berdurasi 20 menit
sehingga bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh para guru sangat terbatas. Namun
demikian temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya sejumlah karakteristik
bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh guru ketika berinteraksi dengan para siswa di
Lab. Yaitu:
1. Guru memperlihatkan bahasa tubuh sebagai cara (saluran) untuk menyampaikan
pesan.
2. Guru memperlihatkan bahasa tubuh yang sama dan ada yang berbeda untuk
menyampaikan pesan yang sama.
3. Masih banyak guru yang belum menggunakan bahasa tubuh sebagai saluran
penyampai pesan atau menggunakan bahasa verbal.

KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan tentang karakteristik bahasa tubuh peserta PPGSD
dapat disusun sebagai berikut:
1) Guru cenderung menggunakan jari telunjuk (menunjuk) pada saat mempersilakan
siswa, memberi instruksi dan menunjuk obyek dan memanggil siswa. Isyarat
tangan untuk menyatakan persetujuan dan memuji atas keberhasilan siswa
dengan cara menggunakan tanda jempol. Masih banyak guru yang belum
menggunakan isyarat tangan atau lebih banyak menggunakan bahasa verbal.
2) Guru menganggukkan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat
siswa, kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian
kepada siswa. Menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru
untuk menyatakan ketidaksetujuan.

163
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

3) Guru memperlihatkan kontak mata yang sama yaitu mengarahkan pandangan ke


seluruh kelas (tiap-tiap siswa) pada saat membuka perbelajaran serta saat
mengakhiri pembelajaran. Masih ada juga guru yang menghindari kontak mata
dengan para siswa ketika membuka pembelajaran. Karakteristik yang sama
juga ditemui pada saat guru saat melakukan dialog maupun mengajukan
pertanyaan tertentu kepada siswa yaitu memandang secara terfokus (tanda ∆
pada sekitar daerah wajah), namun ada juga guru yang menghindari kontak mata
pada kedua momen pesan tersebut.
4) Guru memperlihatkan ekspresi wajah normal dalam semua momen pesan.
5) Posisi berdiri membelakangi siswa,di samping kiri papan tulis serta di samping
kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru menulis di papan.
Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru menyajikan materi
pada pembelajaran tatap muka.
Mengingat penelitian ini dilakukan pada skala laboratorim maka perlu
dilanjutkan penelitian pada situasi pembelajaran yang sebenarnya dan dengan
menambah variabel-variabel lain yang secara teoritik memiliki keterkaitkan dengan
perilaku komunikasi nonverbal khususnya dalam konteks pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
Albers, D. L. 2004. Nonverbal Immediacy in the Classroom, (online),
(http://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscripts/236.asp, diakses 14 Maret
2006).
Babad, E. 1995. The “Teacher’s Pet” Phenomenon, Students’ Perceptions of Teachers’ Differential
Behavior, and Students’ Morale. Journal of Educational Psychology, 87 (3): 361-374.
Babad, E., Bernieri, F. & Rosenthal, R. 1991. Students as Judges of Teachers’ Verbal and
Nonverbal Behavior. American Educational Research Journal, 28(1): 211-234.
Birdwhistell, R.L. 1985. Kinesics and Context: Essays on Body Motion Communication. USA: University
of Pennsylvania Publication.
Chesebro, J.L. & McCroskey, J.C. 1998. The Relationship of Teacher Clarity and Teacher
Immediacy with Students’ Experiences of State Receiver Apprehension. Communication
Quarterly, 46: 446-456
Chesebro, J.L. & McCroskey, J.C. 2001. The Relationship of Teacher Clarity and Immediacy with
Student State Receiver Apprehension, Affect, and Cognitive Learning. Communication
Education, 50 (1): 59-68.
Derlega, V.J. & Margulis, T. 1983. Loneliness and Intimate Communication. Dalam Perlman, D. and
Chozby, P.C. (Eds.). Social Psychology. (hlm. 207-226). New York: Holt, Reinehart and
Winston.
Ekman, P., Friesen, W. & O’Sullivan, M. 1988. Smile When Lying. Journal of Personality and
Social Psychology, 54(3): 414-420.
Gazda, G. 1989. Group Counseling A Development Approach. 4th edition. Boston: Allyn and Bacon,
Inc.
Januszewski, A. & Molenda, M. 2008. Educational Technology: A Definition with Commentary.
New York: Lawrence Erlbaum Associates.
Kemp, J. E. & Dayton, D.K. 1985. Planning and Producing Instructional Media. New York: Harper and
Row, Publishers.

164
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran , Pascasarjana UM, 2014

Knapp, M.L. 1978. Interpersonal and Communication and Human Relationships. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.
Krendl, K.A., Ware, W.H., Reid, K.A. & Warren, R. 1996. Learning by Any Other Name:
Communication Research Traditions in Learning and Media. Dalam Jonassen, D.H. (Ed.),
Handbook of Research for Educational Communications and Technology (hlm. 93-111).
New York: Simon & Schuster Macmillan.
McCroskey, J.C., Fayer, J.M., Richmond, V.P., Sallinen, A. & Barraclough, R.A. 1996. A
Multi-cultural Examination of the Relationship between Nonverbal Immediacy and
Affective Learning. Communication Quarterly, 44, 297-307.
McCroskey, J.C., Richmond, V.P., Sallinen, A., Fayer, J.M. & Barraclough, R.A. 1995. A
Cross-cultural and Multi-Behavioral Analysis of the Relationship between
Nonverbal Immediacy and Teacher Evaluation. Communication Education, 44, 281-
290.
McCroskey, J.C., Sallinen, A., Fayer, J.M., Richmond, V.P., & Barraclough, R.A. 1996.
Nonverbal Immediacy and Cognitive Learning: A Cross-cultural Investigation.
Communication Education, 45: 200-211.
Miller, P.W. 2005. Body Language in the Classroom. Techniques, Nov/Dec 2005; 80, 8. ProQuest
Education Journals pg. 28, (online), diakses 17 Oktober 2006.
Muhadjir, N. (1991). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Oliva, P.F. 1984. Supervision for Today’s School. 2nd ed. New York: Longman.
Pease, A. 1987. Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat.
Jakarta: Penerbit Arcan.
Richmond, V.P., McCroskey, J.C. & Johnson, A.D. 2003. Development of the Nonverbal
Immediacy Scale (NIS): Measures of Self- and Other-Reported Nonverbal
Immediacy. Communication Quarterly, 51: 504-517.
Richmond, V.P., McCroskey, J.C., Kearney, P. & Plax, T.G. 1987. Power in the
Classroom VII: Linking Behavior Alteration Techniques to Cognitive Learning.
Communication Education, 36(1): 1-12.
Richmond, V.P., McCroskey, J.M. & Payne, S.K. 1991. Nonverbal Behavior in Interpersonal
Relation. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A.R. (1993) Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Schutz, W.C. 1971. Here Comes Every-Body. New York: Harper and Row, Publishers.
Seel, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domain of the Field.
Washington DC: AECT.
Sitompul, Nurmida C. 2009. Perilaku Komunikasi Nonverbal Guru dalam Kelas Pembelajaran:
Maknanya Bagi Pembelajaran Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi, Tidak Diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Thomson, P. (1996). The Secrets of Communication. London: Simon & Schuster Ltd.
Thweatt, K.S. & McCroskey, J.C. 1998. The Impact of Teacher Immediacy and Misbehaviors on
Teacher Credibility. Communication Education, 47 (348-358).
Tubbs, S.L. 1987. Human Comunication. New York: Random House.
Ugurel, Merih. 2010. Differences Between Teacher’s Nonverbal Communication In different
Cultures. Theses, The University of Texas at Austin. (Online).
(http://www.search.proquest.com diakses 10 Oktober 2014).
Valencic, K.M., McCroskey, J.C. & Richmond, V.P. 2005a. A Preliminary Test of a Theory of
Instructional Communication. (Online),
(http://www.JamesCMcCroskey.com/electronic/001.htm, diakses 27 Maret 2006).
Valencic, K.M., McCroskey, J.C., & Richmond, V.P. 2005b. The Relationship between Teachers’
Temperament and Students’ Perceptions of Teacher Communication Behavior. (Online),
(http://www.JamesMcCroskey.com/electronic/002.htm, diakses 27 Maret 2006).
Velez, Jonathan J. And cano, Jamie. 2012. Instuctor Verbal and Nonverbal Immediacy and the
Realationship with Student Self-Efficacy and Task Value Motivation. Journal of Agricultural
Education, 53 (2): 87-98.
Whiteside, R.L. 1996. Bahasa Wajah. Jakarta: Penerbit Arcan.
Wooten, A.G. & McCroskey, J.C. 1996. Student Trust of Teacher as a Function of Socio-
Communicative Style of Teacher and Socio-Communicative Orientation of Student.
Communication Research Reports, 13: 94-100.

165

Anda mungkin juga menyukai