Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN SISTEM HUKUM DALAM ERA OTONOMI

(Strategi PembangunanHukum
dan Substansi Sistem Hukum Daerah)
Kotan Y. Stefanus *

Abstract

Local legal system in Indonesia had been grey potret and become a servant of power. So, we must
develop progresive-alternative legal development strategy, that is empowerment of all society components
to express their need while push low stratification collective group to influence decision making and
consistenly improve legislative product. This effort should be follow by globalization local values anove d
localization global values. Integration of those efforts become a order that is known as local legal system.

Kata Kunci: sistem hukum daerah, strategi pembangunan hukum, penegakan hukum, politik hukum.

Dewasa ini bangsa Indonesia dihempas dua dipahami dalam konteks tersebut. ltu berarti, esensi
arus besar, yaitu globalisasi dan desentralisasi. Arus otonomi daerah harus dicermati secara komprehensif
globalisasi melebarkan sayap negara sebagai aktor dan implikasinya juga harus direfleksikan secara
dalam hubungan internasional dan politik domestik, serius.
karena masalah ekonomi dan politik internasional Realitas yang tergambar di atas menuntut
tidak dapat sepenuhnya dikontrol negara. Dorongan kearifan dalam menata dan membina sistem hukum
profit, efisiensi dan rasionalitas menyebabkan negara daerah, yaitu pada satu sisi berpihak pada nilai-nilai
tidak lagi dibatasi oleh sekat nasional. Terhadap hal budaya lokal yang dimiliki dan dianut komunitas di
ini, Kenichi Ohmae' menandaskan bahwa daerah, serta pada sisi lainnya harus dapat
globalisasi membuka tirai-tirai batas negara dan mengakomodir nilai-nilai global dan sekaligus dapat
menjadikan dunia sebagai sebuah komunitas. bergelinding dalam pusaran arusnya. Tulisan ini
Di lain pihak, hempasan arus desentralisasi berusaha memasuki kawasan tersebut dengan
menuntut penguatan komunitas lokal. Dalam hal ini, mengungkapkan realitas hukum dan penegakannya,
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta berusaha menawarkan kiat-kiat untuk
adalah refleksi dari seberapa besar kewenangan memperkaya gagasan dalam rangka penataan dan
yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan pada pembinaan sistem hukum daerah.
aras lokal. Apabila ada keleluasaan (discretionary
power) menetapkan kebijaksanaan publik, Permasalahan Hukum Yang Masih Tersisa (Kasus
kelembagaan, personal, keuangan, maka hampir NTT)
pasti peranan pemerintah daerah akan kuat dan Permasalahan sistem hukum daerah di
efektif. Diskresi menjadi relevan dan signifikan untuk Indonesia masih ditandai dengan potret wajah hukum
merumuskan kebutuhan-kebutuhan publik dan yang buram, namun dalam artikel ini ditampilkan
membuat prioritas-priotas bagi daerah, yang potret wajah hukum di NTT sekedar memberikan
mengakarpada masalah-masalah lokal. bayangan sekilas. Potret wajah hukum di NTI dapat
Hempasan kedua arus raksasa tersebut bila digambarkan dalam sejumlah fenomena sebagai
tidak diantisipasi akan berakibat daerah hanyut tidak berikut:
menentu dalam terpaan badai dan gelombang atau Pertama, Pengembangan sub sistem hukum
raib terkaram di tempat yang tak terduga. Oleh daerah yang belum terarah untuk menyelesaikan
karenanya, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 berbagai masalah sosial di NTI dan belum berpihak
tentang Pemerintahan Daerah (UU.32/2004) perlu pada kepentingan rakyat. Pengembangan sub sistem

• Kotan Y. Stefanus adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang
1. KenichiOhmae. TheEndollheNationState, TheRlseofReglona/Economles, NewYO<k:TheFreePress, 1995),p.1

238
Kotan Y. Stefanus, Pengembangan Sistem Hukum Dalam Otonomi

hukum daerah yang belum terarah sesuai dengan pemerintah, ada kewajiban untuk menyebarluaskan
agenda, sasaran, prioritas dan program rancangan produk hukum daerah kepada masyarakat
pembangunan pemerintah daerah. Materi regulasi untuk mendapat masukan. Sehubungan hal tersebut,
daerah selama lima tahun terakhir masih belum Pasal 30 UU No. 10 Tahun 2004 secara tegas
memperlihatkan dukungan hukum terhadap upaya menyatakan bahwa penyebarluasan rancangan
mewujudkannya. peraturan daerah yang berasal dari dewan perwakilan
Kerawanan sosial justru banyak terjadi dipicu rakyat daerah dilaksanakan oleh sekretariat dewan
oleh ketimpangan dalam alokasi sumber daya perwakilan rakyat daerah; sedangkan
ekonomi dan social. Di lain pihak, materi regulasi penyebarluasan rancangan peraturan daerah yang
daerah belum menunjukkan keterkaitannya dengan berasal dari gubernur atau bupati/walikota
dukungan hukum terhadap kepentingan rakyat, dilaksanakan sekretaris daerah.
sehingga terkesan berwajah represif. Keempat, rendahnya kesadaran hukum Internal
Realitas di NTT menunjukkan bahwa Trend dan eksternal menyebabkan kemandekan dalam
Pembaruan Hukum di kalangan negara ditandai penegakan hukurn. Keadilan, kepastian dan
dengan peran aktor negara dalam melakukan kemanfaatan merupakan tiga pilar utama dalam
pembaruan hukum lebih cenderung mengikuti bidang penegakan hukum. Budaya hukum internal
mekanisme yang diatur dalam hukum positif atau berkaitan dengan pemahaman dan praktek
dengan kata lain para aktor negara selalu berusaha lembaga-lembaga yang bertanggung jawab di bidang
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum positif. penegakan hukum seperti polisi, jaksa, hakim,
Peran aktor negara dimaksud sering mengabaikan pengacara untuk mengimplernentasikan ketiga pilar
realitas hukum positif yang tidak berpihak pada rakyat tersebut. Keadilan dalam penegakan hukum
atau hukum positif yang represif. Dalam praktek menuntut pemahaman dan praktek untuk
pembentukan hukum dan penegakan hukum yang menegakkan hak dan kewajiban semua pihak tanpa
dilakukan aktor-aktor negara lebih menekankan memandang status. Kepastian, berhubungan dengan
aspek prosedural dan sebaliknya mengabaikan aspek konsistensi dalam menerapkan kaidah-kaidah hukum
substansinya. tanpa dipengaruhi kekuatan lain seperti uang, relasi
Kedua, Belum adanya sinkronisasi meteri kekuasaan dan status sosial ekonomi para pihak.
produk hukum daerah secara horisontal dan vertical. Dasar manfaat menghendaki supaya penegakan
Fenomena yang terungkap di NTT memperlihatkan hukum perlu dilihat manfaatnya bagi pengembangan
tidak sinkronnya norma hukum baik secara horisontal sistem hukum nasional atau sub sistem hukum
maupun vertikal, serta berbagai persoalan teknis daerah, dan manfaatnya bagi kepentingan
yuridis yang terabaikan. Beberapa fenomena masyarakat yang lebih luas.
dimaksud antara lain: 1) institusi lokal belum Kelima, rendahnya komitrnen dan koordinasi
diakomodir secara baik dalam peraturan perundang- aparat penegak hukum dalam melakukan penegakan
undangan; 2) tumpang tindihnya pengaturan; 3) hukum, khususnya penegakan hukum terhadap
belum memperhatikan politik hukum yang digaris; 4) tindakan KKN dan pelanggaran HAM.
ragam bahasa yang digunakan tidak konsisten; dan 5) Selain itu, tercatat pula sederetan masalah yang
kurang mentaati format pengetikan yang telah berkaitan dengan penegakan suprernasi hukum.
ditetapkan. Negara hukum dimaknakan sebagai tidak satupun
Ketiga, Keterlibatan masyarakat dalam kekuasaan dapat memaksakan kehendak dan
penetapan produk hukum daerah masih terbatas. kepatuhan publik alas kehendak itu tanpa dilandasi
Pemerintah merupakan institusi yang mempunyai oleh hukum yang berlaku - yang proses pembuatan
kompetensi untuk menetapkan produk hukum dan penetapannyapun diatur oleh hukum yang telah
daerah, namun terbuka ruang bagi partisipasi dibuat sebelumnya, baik dalam kedudukannya yang
masyarakat. Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2004 tentang lebih tinggi maupun yang setara.
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Konsepi negara hukum tersebut ditopang sistem
menegaskan bahwa Masyarakat berhak memberikan Anglo Saxon, lazimnya diistilahkan sebagai "the rule
masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka of law'. Konsepsi tersebut berbeda dengan konsep
penyiapan atau permnbahasan rancangan undang- negara hukum dalam sistem hukum Eropa
undang dan rancangan peraturan daerah. Dari sisi Kontinental, yaitu "rechtsstaat". Tidak bermaksud

239
MMH, Ji/id 39 No. 3 September 2010

mendiskusikan perbedaan dan implikasinya lebih pelanggaran HAM, terutama pemerkosaan terhadap
lanjut, perhatian lebih diarahkan pada supremasi hak perempuan dan anak, merebaknya KKN,
hukum yang menjadi salah unsur negara hukum "the masalah pelaksanaan otonomi daerah, krisis
rule of/aw kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
Dicey,2 pencetus konsep the rule of law - peradilan, tata ruang dan perijinan yang semrawut.
mengintrodusir tiga karakteristik utama supremasi Oeretan persoalan tersebut mengindikasikan
hukum, yaitu Pertama, tidak seorangpun dapat penegakan hukum belum dijamah secara serius oleh
dihukum secara hukum atau secara hukum dapat berbagai komponen penegak hukum.
dibuat menderita tubuh atau harta bendanya kecuali Kenyataan ini menunjukkan penegakan hukum
atas pelanggaran hukum tertentu yang tertuang tidak independen berhadapan dengan kekuasaan.
dalam tata cara hukum biasa di hadapan pengadilan Kleden3 melukiskan bahwa hukum terlihat sebagai
negara; Kedua, bukan hanya tidak ada seorangpun administrasi patrimonial yang dipraktekkan dalam
yang berada di atas hukum, namun setiap orang masa feodal untuk melayani seorang penguasa,
apapun pangkat atau kondisinya, tunduk pada hukum bukan mengawasi penguasa. Praktek semacam ini
biasa yang merupakan lingkup dan berada dalam cenderung menciptakan rule of power (kedaulatan
yurisdiksi mahkamah biasa; dan Ketiga, prinsip- kekuasaan) dan tidak melakukan perubahan dalam
prinsip umum konstitusi merupakan hasil keputusan menciptakan rule of law (kedaulatan hukum),
yudicial yang menentukan hak-hak individu pada sehingga pada gilirannya partisipasi masyarakat
kasus-kasus tertentu yang dibawa ke muka dalam perlegakan hukum juga dibelenggu tak
pengadilan. berdaya di bawah kaki kekuasaan.
Ketiga prinsip tersebut dapat dibahasakan
secara sederhana bahwa setiap insan dan lembaga Strategi Pembangunan Sistem Hukum Daerah
apapun harus tunduk dan menjunjung tinggi hukum, Selama lebih dari 30 tahun, sistem hukum
sehingga dapat tercipta keadilan, kedamaian, daerah diproduk dalam iklim politik yang bercorak
kepastian dan ketertiban dalam masyarakat. Spirit non-demokratik dan terjerat oleh sistem
negara hukum ini telah menjadi bagian kehidupan pemerintahan yang sentralistik. Kondisi ini
bangsa Indonesia karena setelah amandemen UUD menyebabkan sistem hukum daerah selalu terpasung
1945, dirumuskan secara eksplisit dalam Pasal 1 ayat dalam cengkeraman kekuasaan pemerintah dan
(3) UUD 1945 bahwa "Negara Indonesia adalah berhamba pada kepentingan penguasa, sehingga
Negara Hukum". tampil berwajah melankolis, menindas rakyat,
Bagaimanakah implementasi supremasi hukum meluluhlantakan nilai-nilai budaya lokal dan kalah
di Indonesia? Bersamaan dengan tampilnya bersaing dengan perkembangan sosial - ekonomi
pemerintahan baru pada masa reformasi, tercetus yang melejit pesat.
pula spirit penegakan hukum. Harapan yang terbersit Sederetan contoh dapat dikemukakan untuk
dart pemerintahan baru ini semula mendapatkan menguatkan pernyataan tersebut, antara lain, a)
sambutan hangat dan tarikan napas legah, karena Peraturan Daerah (PERDA) tentang tanaman
nasib bangsajni senantiasa dirundung malang akibat cendana nyaris memusnahkan tanaman cendana di
hukum yang sesungguhnya menjadi sukma daratan Timar; b) PERDA tentang pemiagaan produk
kehidupan bangsa telah terkoyak dan seakan tertelan tan am an niaga telah memperkaya sejumlah pengurus
bumi. Penegakan hukum telah menjadi momok dalam KUO dan pengusaha yang dekat dengan penguasa,
kehidupan bangsa Indonesia, kendatipun prinsip sedangkan rakyat (petani) hanya menelan pil pahit; c)
Negara Hukum menjadi salah satu pilar Surat Keputusan Bupati Kupang Nomor 30 Tahun
ketatanegaraan. 1993 tentang Penetapan Harga Dasar Dalam Wilayah
Berkenaan dengan penegakan hukum di NTT, Kabupaten Kupang, dianggap merugikan rakyat dan
terlihat sederetan persoalan hukum antara lain, diprotes oleh masyarakat; d) dispensasi bagi oknum
masalah pencurian ternak dan hasil laut, konflik tan ah tertentu yang berdasi dan berdompet tebal untuk
dan warisan, perbatasan antar negara, masalah mendirikan bangunan pada Kawasan jalur hijau di
integrasi bangsa Indonesia, merebaknya Kota Kupang; e) sejumlah kebijakan Bupati dan
2 A.VD,;;ey, 1971,An lntroducliontothestudyofthelawofTheConstitution,English Language Book Society and Macmillan, London, p.187-205.
3. lgnas Kleden, 2004, MasyataJ<atdan Negara, Sebuah Persoalan, Yayasan lndosesiatera, Magelang. him. 172.

240
Katan Y. Stefanus. Pengembangan Sistem Hukum Dalam Otonomi

Gubernur yang bermuatan Korupsi, Kolusi dan dikaitkan dengan politik desentralisasi Y,smg sedang
Nepotisme, terutama tentang hasil seleksi CPNSD, bergelinding, maka pilihan strategi pembangunan
rekruitmen pejabat, pengelolaan proyek, sehingga hukum yang seyogyanya dikembangkan adalah
ramai dipersoalkan masyarakat. D Tahun 2001, 300 strategi pembangunan hukum alternatif - progresif,
lebih Perda tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota yaitu pada prinsipnya melaksanakan pandangan
dikembalikan oleh Pemerintah Pusat untuk diperbaiki James C.N. Paul dan Clarence J. Dias dalam
dan ada jug a dinayatakan tidak dapat dilaksanakan. Nusantara4. yaitu memberikan kesempatan kepada
Berkenaan dengan penegakan hukum di NTT, semua komponen masyarakat untuk
terlihat sederetan persoalan hukum antara lain, mengekspresikan kepentingannya ke lembaga
masalah pencurian ternak dan hasil laut, konflik berkompetensi dan mendorong tumbuhnya
tanah, warisan, perbatasan antar negara, hubungan kelompok-kelompok kolektif masyarakat lapisan
hukum antar negara dan pajak dalam era pasar bawah untuk mempengaruhi pengambilan
bebas, masalah integrasi bangsa Indonesia, keputusan. Kendatipun demikian, tetap juga
merebaknya pelanggaran HAM, terutama mengembangkan hukum yang dikeluarkan dari meja
pemerkosaan terhadap hak wanita dan anak, legislatif. Produk legislatif juga harus menampung
masalah pelaksanaan otonomi daerah, krisis kepentingan-kepentingan sosial dan individu dalam
kepercayaan terhadap lembaga peradilan, tata ruang masyarakat lewat saluran-saluran yang disiapkan
dan perijinan yang semrawut, maraknya KKN, secara efektif. Prociuk hukum legislatif juga masih
kompleksnya hubungan hukum dalam dunia bisnis sangat diperlukan sejalan dengan arah
dan lain-lain. kebijaksanaan di bidang Hukum dalam Rencana
Selain itu, perubahan politik akibat reformasi Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
telah melahirkan suasana kebebasan, namun tidak 2004-2009, dan selaras dengan paradigma
diletakkan dalam bingkai kehidupan berdemokrasi demokratisasi dan pemberdayaan yang dianut
dan berkonstitusi yang baik. Penerapan fungsi UU.32/2004.
pelayanan yang keliru menyebabkan aparatur Mengembangkan strategi pembangunan hukum
pemerintah tampil singlefigther sebagai perencana, ini hanya mungkin berarti bila ditunjangi kondisi
pelaksana, dan pengawas kebijakan publik. Kondisi komponen terkait, yaitu : Pertama, kesiapan
ini menyebabkan masyarakat tidak berdaya dan masyarakat setempat baik secara individual maupun
terkulai lemah, karena tidak diberikan kesempatan yang terikat dalam kelompok-kelompok sosial untuk
yang cukup untuk mengambil bagian dalam proses mengakses informasi dan mengekspresikan diri
itu. Iidak heran kalau dewasa ini masyarakat hidup dalam proses politik yang berlangsung; Kedua.
sebagai "raja kecil yang buta, tuli, bisu dan lumpuh" kelayakan legislatif daerah baik secara institusi
terhadap kehingar-bingaran kebijakan di rumahnya maupun secara individual untuk tampil sebagai
sendiri. Realitas ini juga menjadi lahan subur bagi wahana demokrasi dan mitra pemerintah daerah
KKN. dengan memainkan fungsi-fungsinya secara efektif;
Deretan kasus masih dapat diperbanyak, Ketiga, profesionalisme pemerintah daerah dan desa
namun yang terpenting bahwa dengan beberan (eksekutf) dalam menelorkan kebijakan-kebijakan
kasus tersebut menunjukkan hukum di tingkat daerah publik dan memberikan pelayanan yang pantas bagi
NTI masih memprihatinkan. Kondisi ini semakin masyarakat, terutama mereka yang miskin dan
parah bila dihubungkan dengan perilaku masyarakat terpinggirkan; Keempat, penampilan lembaga
dan pejabat (eksekutif, legislatif dan peradilan) yang peradilan sebagai benteng keadilan yang tangguh
masih jauh dari kesadaran hukum. Karenanya, dan sekaligus menciptakan hukum sesuai kebutuhan
tidaklah aneh bila dikatakan bahwa kualitas hukum di masyarakat. lni berarti, kekuasaan kehakiman yang
daerah ini sedang kacau ibarat benang kusut dan merdeka tidak cukup dirumuskan. tetapi tertata dalam
harus dibenahi segera dengan menggunakan konsep komponen-komponen struktural dan fungsional, serta
pembangunan hukum yang tepat. dijelmakan dalam proses peradilan; Kelima,
Menyimak konsepsi strategi pembagunan tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang
hukum yang lazim dikenal dalam ilmu hukum dan memadai; dan keenam, komitmen dan

4. Abdul Hakim G Nusantara. 1988. Politik Hukum Indonesia, YLBHI, Jakarta. him. 29-30.

241
MMH, Ji/id 39 No. 3 September 2010

profesionalisme institusi dan aparat penegak hukum kaedah hukum sektoral. Politik hukum ini bermuara
untuk mewujudnyatakan hukum dalam masyarakat. pada terajutnya suatu sistem hukum nasional (SHN),
yang mencakupi hukum positif Indonesia, hukum
Mera kit Sistem Hukum Dae rah Yang Demokratis adat, hukum agama (Islam), hukum warisan kolonial,
Penataan dan pembinaan sistem hukum daerah dan hukum internasional. Semuanya berada dalam
(struktur, substansi, dan budaya hukum) terkait erat bingkai asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang
dengan politik hukum (berdimensi tetap/permanen diturunkan dari Pancasila dan UUD 1945. Di
dan temporer) yang digulirkan Negara Indonesia. dalamnya tercakup juga politik hukum pelayanan dan
Politik hukum yang tetap berkaitan dengan sikap penegakan hukum.
hukum yang akan selalu menjadi dasar Dalam pembangunan hukum tingkat daerah,
kebijaksanaan pada setiap pembentukan dan politik hukum nasional baik yang bersifat permanen
penegakan hukum. Politik hukum yang temporer lebih maupun temperer, harus menjadi rujukan utama.
ditujukan pada pembaharuan hukum untuk Pembangunan hukum tingkat daerah juga harus
mewujudkan satu sistem hukum dan berbagai aturan diarahkan pada aspek pembentukan dan penegakkan
hukum yang dapat memenuhi kebutuhan hukum yang hukum, dengan substansinya tetap
merdeka, berdaulat menuju masyarakat adil dan mempertimbangkan berbagai asas-asas dan kaidah-
makmur. kaidah hukum yang tersebar, yaitu hukum positif
Politik Hukum juga tidak terlepas dari Indonesia, hukum adat, hukum agama (Islam), hukum
kebijaksanaan di bidang lain dan diusahakan seiring warisan kolonial, dan hukum internasional.
dengan aspek-aspek kebijaksanaan di bidang Selanjutnya substansi hukum tingkat daerah ini dirajut
ekonomi, politik, sosial dan sebagainya. Sebaliknya menjadi satu sistem hukum tingkat daerah sebagai
pula, kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik, sosial bagian dari sistem hukum nasional, namun harus
dan lain-lain tidak boleh mengabaikan dasar-dasar dapat berkiprah secara global
dan tatanan hukum yang semestinya melandasi Menyimak pemikiran manajemen menuju legal
kebijaksanaan tersebut. Politik hukum yang ecumene yang ditawarkan Santos,5 kiranya dapat
digariskan dalam RPJMN 2004-1999, antara lain: a) dijadikan model pembentukan dan pembinaan hukum
Memperkuat upaya pemberantasan korupsi, kolusi, tingkat daerah. ltu berarti, perlu dilakukan upaya
nepotisme dan kronisme; b) Memperkuat globalisir nilai-nilai lokal dan lokalisir nilai-nilai global.
profesionalisme hakim dan stat peradilan serta Kedua upaya tersebut dipertautkan dan berbaur satu
kualitas sistem peradilan yang terbuka dan sama lain menjadi suatu tatanan yang disebut sistem
transparan; c) Menyederhanakan sistem peradilan, hukum daerah. Proses pertautan dan pembauran
meningkatkan transparansi agar peradilan dapat dalam suatu wadah yang dinamis dan fungsional,
diakses masyarakat dan memastikan hukum membutuhkan kearifan dan sentuhan tangan yang
diterapkan dengan adil dan memihak pada profesional. Proses yang demikian sering disebut
kebenaran; d) menghormati dan memperkuat harmonisasi hukum (Gandhi, 1995:30,
kearifan local dan hukum adat untuk memperkuat Wargakusumah, 1996/1997:37).6 Dari proses ini
sistem hukum dan peraturan melalui pemberdayaan diharapkan tercetuslah sistem hukum daerah yang
yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan berpihak pada sendi-sendi universal, antara lain
materi hukum nasional; e) menghormati supremasi prinsip-prinsip HAM, demokrasi, negara hukum, dan
hukum, antara lain melalui perilaku keteladanan dari konstitusionalisme. Dalam kondisi seperti ini, sistem
kepala negara dan jajarannya dalam mematuhi dan hukum daerah terakit dari nilai-nilai budaya lokal,
mentaati hukum. namun mampu berkiprah dalam arus globalisasi.
Kebijakan hukum yang digariskan ini Berkaitan dengan managemen Pembangunan
menghendaki suatu pola kebijaksanaan yang Sistem Hukum daerah yang berbasis budaya lokal,
tersusun secara sistematik, spesifik dan terencana. namun berkiprah global hendaknya dilakukan
Politik Hukum Nasional mencakup pembangunan beberapa hal: Pertama. perlu digali dan diseleksi nilai-
asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum pokok dan nilai budaya lokal yang menunjang sistem hukum
5. Boaventura De Sousa Santos, 1995, Toward A New Common Sense: Law. Science and Politics In Paradigmatic Transition, New York: Routledge, p. 253-262.
6. LM. Gandhi, Hannonisasi Hukum Menuju Hukum Yang Respons/f, 1995, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FH UI, him. 30. Lihat juga Moh. Hasan
Wargakusumah,dkk, 199611997, Perumusan Hamonlsasi Hukum tantang Metodologi Hannonisasi Hukum, BPHN Departemen Kehakiman, him. 37.

242
Kotan Y. Stefanus, Pengembangan Sistem Hukum Dalam Otonomi

nasional. Selanjutnya, nilai-nilai budaya lokal tersebut seperti eksekutif, legislatif, kepentingan pribadi,
dimutakhirkan dan disemaikan dalam produk hukum kepentingan kelompok, golongan, pers, dan
tingkatdaerah. Persemaian nilai-nilai lokal yang hidup pengaruh internal dari lingkungan peradilan yang
harus tetap berada dalam bingkai sistem hukum lebih tinggi.
nasional dan tidak tertinggal arus globalisasi yang Ketujuh, adanya jaminan yang luas bagi warga
sedang bergelinding. Efektivitas nilai-nilai lokal dapat negara untuk memperoleh keadilan (acces to justice)
dijelaskan dengan teori life cycle dari John Galbraith. apabila terlanjur menjadi korban akibat malpraktek
Teori tersebut menyatakan bahwa secara alamiah dalam penegakan hukum, baik berupa
semua realitas termasuk hukum akan memudar. "maladministration" maupun "miscarriage of justice·
Karenanya perlu dikembangkan suatu mekanisme yang dilakukan pemerintah maupun lembaga-
penguatan kembali (re-enforce) agar hukum tersebut lembaga publik. Di samping melalui lembaga-
dapat diberdayakan kembali. Penguatan tersebut I em bag a pengadilan, lembaga semacam
menyangkut substansi hukum, struktur hukum, "Ombusdman" dan Komnas HAM menjadi sangat
lembaga-lembaga hukum dan hal-hal yang bersifat strategis keberadaannya.
prosedural. Ter Haar dengan teori keputusan Kedelapan, diperlukan perundang-undangan
(bes/issengen leer) juga menjelaskan hal yang sama, yang demokratis dan aspiratif melalui koridor
namun Ter Haar menekankan tugas re-enforce itu akademis, birokratis, sosial dan politik, sehingga
dilakukan oleh tua-tua adat atau petugas hukum adat terjaring secara proporsional aspirasi suprastruktur,
seperti kepala-kepala adat, kerapatan adat, pamong infrastruktur, dan aspirasi kepakaran. Selanjutnya
desa yang menjatuhkan putusan hukum terhadap dalam era globalisasi harus diperhatikan pula aspirasi
tindakan yang melanggar adat. global yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab.
Kedua, Pemberdayaan kelompok-kelompok Khusus dalam era otonomi daerah, diperhatikan juga
kemasyarakatan yang telah tumbuh dan hidup dalam aspirasi daerah.
masyarakat lokal, sehingga kelak menjadi wadah Kesembilan, dibutuhkan aparat penegak hukum,
aspirasi untuk mewujudkan partisipasi masyarakat selain secara kuantitatif sebanding dengan
setempat dalam pembentukan dan penegakan persoalan hukum yang dihadapi, juga secara kualitatif
hukum. harus didukung dengan kapabilitas penegak hukum,
Ketiga, pemberdayaan legislatif daerah dan yaitu memiliki kemampuan profesional yang memadai
birokrasi daerah (Administrasi Negara di Daerah) dan didukung dengan integritas yang teruji. Terkait
agar memiliki keahlian dan ketrampilan dalam dengan aparat penegak hukum, dibutuhkan juga
pembuatan kebijakan publik berupa peraturan reorientasi dalam pelayanan hukum kepada
legislasi dan peraturan administrasi. masyarakat. Peran birokrasi dalam memberikan
Keempat, perlu dibina dan dimantapkan pelayanan publik perlu ditingkatkan kualitasnya.
kerjasama antara Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota Kesepuluh, perumusan strategi penegakan
dengan sesama daerah lainnya, serta kerjasama hukum yang komprehensif dan integral yang
daerah-daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dengan dilakukan oleh segenap komponen aparat penegak
negara-negara tetangga dalam hal pembentukan dan hukum dengan melibatkan para pemangku
penegakkan hukum yang berkenaan dengan kepentingan.
kepentingan yang saling menguntungkan.
Kelima, untuk mewadahi dan memfasilitasi Kesimpulan
manajemen pembangunan hukum tingkat daerah, Langkah pengembangan sistem hukum
perlu sebuah institusi daerah yang profesional untuk (daerah) hanya mungkin menggapai harapan, jika
itu. Rupanya di daerah (Propinsi) perlu memiliki semangat reformasi yang sedang merasuki
lembaga semacam Sadan Pembinaan Hukum kehidupan bangsa berada dalam lingkaran
Daerah. kesadaran berkonstitusi dan politik desentralisasi
Keenam, ditegakkannya asas kekuasaan yang sedang dihembuskan tetap berpihak pada
kehakiman yang merdeka dan bertanggungjawab. rakyat. Pada akhirnya, semua berpulang pada
Merdeka berarti bahwa dalam melaksanakan judicial kehendak baik mereka yang berkepentingan dengan
power, hakim harus bebas dari pengaruh eksternal, kesejahteraan rakyat di daerah, terutama lembaga

243
MMH, Ji/id 39 No. 3 September 2010

legislatif daerah mulai menyusun program legislasi Kleden, lgnas, Masyarakat dan Negara, Sebuah
daerah dan kesiapan eksekutif daerah untuk Persoalan, Yayasan lndosesiatera, Magelang,
menjabarkannya ke dalam peraturan-peraturan 2004.
administrasi yang menunjang aktivitasnya sehari- Nusantara, Abdul Hakim G .. , Politik Hukum
hari. Demikian halnya, aparat penegak hukum harus Indonesia, YLBHI, Jakarta,.1988.
lebih proaktif dalam menelorkan kebijakan dan Ohmae, Kenichi, The End of the Nation State, The
pelaksanaan penegakan hukum, sesuai kompleksitas Rise of Regional Economies, , The Free Press,
masalah yang dihadapi di daerah-daerah. Tak kalah NewYork, 1995.
pentingnya dalam mewamai dan mempengaruhi Santos, Boaventura De Sousa, Toward A New
pembentukan dan penegakan hukum di tingkat Common Sense: Law, Science and Politics In
daedrah adalah Perguruan Tinggi, LSM, Pers, dan Paradigmatic Transition, New York: Routledge,
pihak swasta. 1995.
Wargakusumah, Moh. Hasan,dkk, Perumusan
DAFTAR PUSTAKA Hamonisasi Hukum tentang Metodologi
Harmonisasi Hukum, BPHN Departemen
Dicey, A. V,. An Introduction to the study of the law of Kehakiman, 1996/1997.
The Constitution, English Language Book
Society and Macmillan, London, 1971.
Gandhi, L.M., , Harmonisasi Hukum Menuju Hukum
Yang Responsif, Pidato Pengukuhan Guru
BesarTetap FH UI, 1995 ..

244

Anda mungkin juga menyukai