Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091

PPs Universitas Pendidikan Ganesha

PENGGUNAAN MODEL GROUP TO GROUP


EXCHANGE (GGE) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN COMUNICATING

A. Rahmawati1,Mawardi2, S. Astuti3
1,2,3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Universitas Kristen SatyaWacana, Salatiga
auliarahmawati057@gmail.com1,
mawardi@gmail.com2,suhandiastuti15@gmail.com 3

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuanuntukmeningkatkan kemampuan comunicating


siswa melalui penerapan model pembelajaran Group To Group Exchange(GGE).
Teknik pengumpulan data untuk mengukur kemampuan communicating
siswamenggunakan angket. Angket tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas
menggunakan SPSS 16.0 for windows.Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata
kemampuan comunicating pra siklus sebesar 20.36.Pada siklus Imengalami peningkatan
menjadi 59.31 dan pada siklus II 75.28. Dengan demikian hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan comunicating siswa melalui
penerapan model pembelajaran GGE. Besarnya peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar 27%.

Kata kunci:Group To Group Exchange (GGE), KemampuanComunicating

ABSTRACT

This classroom action research aims to improve students' communicating skills through
the application of the Group To Group Exchange (GGE) learning model. Data
collection techniques to measure student’s skills using questionnaires. The
questionnaire has been tested validity aand reliability using SPSS 16.0 for windows.
The results showed an average score of pre cycle communicating ability of 20.36. in
cycle I increased to 59.31 and at cycle II 75.28. Thus the results of this study indicate
that there is improvement of students’ communicating skills through the application of
GGE learning model. The magnitude of the increase from cycle I to cycle II of 27%.

Keywords: Group To Group Exchange (GGE), Comunicating Capabilities.

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 ________________________________________________________________ 120


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

PENDAHULUAN dipelajarinya, melalui kegiatan comunicating


Perubahan kurikulum KTSP menjadi siswa mampu melakukan tanya jawab, tukar
kurikulum 2013bertujuan untuk memperbaiki pendapat dan berbagi informasi. Karena
dan meningkatkan mutu pendidikan. pendidikan tidak hanya mempersiapkan siswa
Perubahan ini juga di alami oleh guru, guru untuk mendapat nilai yang baik, namun juga
tidak hanya mengajar saja namun juga mempersiapkan siswa yang mampu
melakukan penilaian. Penilaian tersebut bukan menyelesiakan masalah dalam kehidupan
hanya penilaian dengan memberikan soal nyata dengan kemampuan comunicating yang
kepada siswa dan memperoleh hasil baik.
melainkan penilaian yang mencakup tahap Kemamapuan comunicating ini sangat
memahami hakikat, cakupan ranah, penting untuk ditingkan agar siswa dapat
merancang prosedur penilaian, menyusun saling bertukar informasi dan pendapat,
instrumen dan melakukan penilaian (Suhandi. sehingga siswa memperoleh wawasan
Slameto dan Yari, 2017: 37). kedalam pemikiran mereka dan pengetahuan
Kurikulum 2013 mengatur program baru. Soelaiman (2007: 112) kemampuan
yang dilaksanakan di SD/MI dan sedrajat adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari
salah satunya mengatur tentang pelaksanaan yang memungkinkan seseorang yang dapat
pembelajaran yang menggunakan tematik. menyelesaikan pekerjaannya, baik secara
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang mental ataupun fisikSardiman (2011: 7)
Standar Proses bahwa di SD/MI/SDLB-Paket menyatakan bahwaistilah komunikasi berasal
A juga melaksanakan pembelajaran tematik dari perkataan “communicare” berarti
yang disesuaikan dengan tingkat “berpartisipasi”, “memberitahukan”,
perkembangan siswa. “menjadimilik bersama”.
Pembelajaran tematik penting Komunikasi menurut Hutagalung
dilaksanakan di SD karena siswaa sekolah (2007: 65) berasal dari bahasa latin yaitu
dasar masih melihat segala sesuatu secara “communis” yang berarti bersama. Dengan
menyeluruh, perkembangan fisik tidak dapat demikian comunicating atau komunikasi dapat
dipisah dengan perkembangan mental, sosial diartikan penyebaran informasi, gagasan, ide,
dan emosional (Puspita & Yuhelman, pendapat ataupun yang lainnya kepada orang
2017:33). Maka dari itu peran guru sangat lain.
dibutuhkan dalam proses pembelajaran, Penyebaran informasi, gagasan, ide,
karena guru merupakan salah satu faktor pendapat ataupun yang lainnya kepada orang
penentu keberhasilan pembelajaran. Guru lain dapat digolongkan menjadi dua jenis
mempunyai peran yang sangat penting dalam yaitu verbal dan nonverbal. Komunikasi
proses pembelajaran seperti yang verbal adalah penggunaan bahasa yang telah
dikemukakan oleh (Astuti, 2017: 49) bahwa disusun hingga menjadi sebuah kalimat yang
pentingnya peran guru dalam pembelajaran, memiliki makna, sedangkan nonverbal adalah
tidak akan ada keluaran siswa yang unggul bahasa isyarat atau bahasa digunakan untuk
tanpa adanya guru yang bekerja secara meyakinkaan sesuatu yang telah
profesional. diucapkan.Kemampuan comunicating siswa
Kurikulum 2013 lebih menekankan baik verbal maupun non verbal merupakaan
penilaian dari tiga ranah yaitu afektif, alasan yang mendorong siswa menyam-paikan
psikomotor dan kognitif,yang menekankan suatu pesan kepada teman atau guru,
pada penggunaan pendekatan saintifik, comunicatingtersebut terjadiadanya
dimana semua kegiatan pembelajaran unsurkesengajaan. Ketika dalam pembelajaran
dilakukan oleh siswa dengan kata lain dorongancomunicating siswa yang terrencana
pembelajarannya berpusat pada siswa (student dapat berupa penyampaian pendapat, diskusi,
center), sedangkan tugas guru sebagai bertanya dan pemahaman masalah dalam
fasilitator dalam pembelajaran. Oleh karena kehidupan nyata. Hal tersebut mampu
itusiswa dituntut untuk aktif dan diharapkan mendukung siswa dalam pemahaman materi
dapat menerapkan pembelajaran 5M pembelajaran (Noviyanti, 2011: 80).
khususnya pada kemampuan siswa dalam Kemampuan comunicating membutuh-
menyampaikan atau meng-komunikasikan kan dorongan dan arahan dari guru untukagar
dengan siswa lain tentang apa yang sudah siswa mengkomunkasikan apa yang siswa
JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 121
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

miliki kepada siswa, guru ataupun orang yang pembelajaran harus memberikan makna yang
ada disekitarnya sehingga terjadi utuh kepada siswa yang tercermin pada
comunicating yang efektif.Hutagalung, berbagai tema yanag tersedia (Kurniawati dan
( 2007: 68) berpendapat bahwa comunicating Wakhyudin, 2014: 60).
yang efektif memiliki tata cara antara lain (1) Pendekatan saintifik berkaitan erat
melihat lawan bicara, (2) suara jelas, (3) dengan metode saintifik yang melibatkan
ekspresi yang menyenangkan, (4) bahasa yang kegiatan pengamatan atau observasi untuk
baik, (5) singkat, jels dan mudah dimengerti. perumusan atau pengumpulan datasecara
Keberhasilan kemampuan comunicating siswa langsung yang membutuhkan kerjasama,baik
dapat diukur melalui indicator kemampuan sesama anggota kelompok maupun dengan
comunicating. anggota masyarakat. Pendekatan ini meliputi
Indikator comunicating menurut (1) Mengamati, (2) Menanya, (3) Mencoba
Hutagalung ( 2007: 68) berdasarkan motif dan atau Mengumpulkan Informasi, (4) Menalar
comunicating yang efektif maka dapat atau Asosiasi dan (5) Membantuk jejaring
disimpulkan menjadi dua yang pertama adalah atau Melakukan Komunikasi. Melalui
kemampuan berkomunikasi verbal meliputi pembelajaran saintifik diharapkan siswa
(1) melakukan diskusi, (2) mempresentasikan memiiliki kemampuan berkomunikasi atau
hasil diskusi, (3) menyampaikan pendapat, (4) communicating melalui kegiatan mengamati,
menjawabpertanyaan, (5) menanya, mengumpulkan informasi dan
menuliskanhasilakhirdiskusi, (6)tata bahasa menalar.
yang baik, (7) pembicaraansingkat, jelasdan Berdasarkan hasil observasi yang
mudah dimengertidan (8) suaraterdengar jelas. dilakukan di SDN Mangunsari 03
Kemudian yang kedua adalah kemampuan menunjukkan belum sesuai dengan harapan.
komunikasi nonverbal Kemampuan comunicating siswa masih
meliputi(1)melihatlawan bicara, (2) rendah. Guru belum menerapkan model-
ekspresiwajahyangramah, dan (3) model pembelajaran yang mampu mewadahi
gerakantanganyang sesuai dengan kata- kebutuhan, melatih dan mengembangkan
katayangdiucapkan. Indikator tersebut kemampuan comunicating siswa.
digunakan peneliti untuk mengetahui kondisi Pembelajaran yang telah berlangsung masih
awal kemampuan comunicating siswa. menggunakan ceramah dan penugasan terlihat
Sesuai dengan Kurikulum 2013, pada saat pembelajaran dikelas, siswa
Comunicating merupakan salah satu unsur cenderung diam ketika diminta menjawab
dalam pendekatan saintifik, dimana dalam pertanyaan dari guru, siswa dalam belajar
pembelajaran tematik pendekatan saintifik kelompok juga kurang mampu berdiskusi,
haruslah digunakan dalam pembelajaran. menyampaikan hasil dari materi yang sudah
Menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran dipelajarinya kepada siswa lain dan terlihat
tematik merupakan model pembelajaran jelas kurang adanya rasa percaya diri dalam
terpadu yang memungkinkan siswa baik presentasi maupun mengemukakan pendapat
individu maupun kelompok aktif dalam dengan hasil uji statistik deskriptif dapat
mengikuti pembelajaran.Dengan demikian dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Descriptive Statistics Kemampuan Comunicating Pra Siklus

N Min Max Mean Std. Deviation

Pra 38 16 30 20.36 3.32


Siklus

Tabel 1 ini merupakan hasil dari pada pra siklus memperoleh skor rata-rata
pengisian indikator kemampuan comunicating 20.36 dengan nilai terrendah 16, nilai tertinggi
siswa SDN Mangunsari 03 sebagai data awal 30 dan standar deviasinya seberar 3.32. Hasil
penelitian. Berdasarkaan tabel 1dapat dilihat uji statistik deskriptif dapat diperjelas pada
bahwa dengan jumlah (N) sebanyak 38 siswa tabel 2.

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 122


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Tabel 2. Hasil Angket Kemampuan Comunicating Pra Siklus

Kriteria Rentang Fre- Presen-


Nilai kuensi tase
Sangat Baik 38-44 - -
Baik 29-37 1 3%
Cukup 20-28 19 50%
Kurang Baik 11-19 18 47%
Total 38 100%

Tabel 2 berikut menunjukkan tingkat tugas yang berbeda pada masing-masing


kemampuan comunicating siswa kelas 4 SDN kelompok yang kemudian masing-masing
Mangunsari 03. Berdasarkan table 2 kelompok mengajarkan apa yang
menunjukkan 18 siswa atau 47% pada kriteria dipelajarinya kepada kelompok lain melalui
kurang, 19 siswa atau 50%pada kriteria cukup presentasi. Prayogo,Silviana (2010: 434)
danhanya 1 siswa atau sebesar 3% pada berpendapat bahwa model pembelajaran GGE
kriteria baik. adalah suatu format diskusi dalam kelompok
Hasil data awal di atas menunjukkan dan dengan pemberian tugas yang berbeda-
bahwa kemampuan comunicating siswa dalam beda.
pembelajaran tematik belum optimal. Hal ini Model pembelajaran ini memanfaat-kan
disebabkan karena belum adanya penerapan kelompok belajar untuk memaksimalkan
suatu model pembelajaran yang kemampuan comunicating siswa, dalam
inovatif.Dalam pembelajaran yang sudah pembagian kelompok dibuat secara heterogen
berlangsung masih didominasi penggunaan agar tidak adanya penguasaan dalam proses
metode ceramah dan penugasan sehingga pembelajran pada salah satu kelompok. Model
membuat siswa bosan dan tidak aktif yang belajarGroup to Group Exchange masing-
mengakibatkan kemampuan comunicating masing kelompok diberi tugas untuk
siswa rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan mempelajari satu topik materi, siswa dituntut
tindakan perbaikan. untuk menguasai materi karena setelah
Alternatif yang dapat digunakan adalah kegiatan diskusi kelompok berakhir, siswa
penerapan model pembelajaran yang mampu akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain
mendorong kemampuan comunicating dan dengan mempresentasikan hasil diskusinya
siswa mampu terlibat aktif dalam kepada kelompok lain di depan kelas. Group
pembelajaran. Hal ini dikarenakan model to Group Exchange memberi kesempatan
pembelajaran merupakan suatu setrategi yang kepada siswa untuk bertindak sebagai guru
digunakan guru berupa gagasan atau ide untuk bagi siswa lainnya.
meningkatkan motivasi belajar siswa Setiap model pembelajaran tentunya
(Mawardi & Sari, 2015: 82). Salah satunya memiliki kelebihan dan kelemahan,
adalah dengan menerapkan model begitupula dengan model pembelajaran Group
pembelajaran Group To Group Exchange To Group Exchang (GGE) ini. Silberman
(GGE). (2009: 178) menjelaskan kelebihan dan
Murni,Yusra T dan Solfitri (2010:4) kekurangan model pembelajaran Group To
berpendapat bahwa Group to Group Exchange Group Exchang (GGE), kelebihan dari model
(GGE) adalah salah satu metode belajar aktif tersebut meliputi (1) Membiasakan siswa
yang menuntut siswa untuk berfikir tentang bekerja sama menurut paham demokrasi,
apa yang dipelajari, kemudian berkesempatan memberikan kesempatan mengembangkan
untuk berdiskusi dengan teman, bertanya dan sikap musyawarah dan tanggung jawab, (2)
membagi pengetahuan yang diperoleh kepada Menumbuhkan rasa kompetitif yang sehat, (3)
yang lainnya. Melatih siswa melaksanakan tugas kewajiban
Selanjutnya, Silberman yang dikutip yang patuh peraturan. Kemudian model ini
oleh(Dharyani, 2010: 176) menyatakan bahwa juga memiliki kekurangan yaitu sebagai
GGEadalah model pembelajaran pemberian berikut (1) Sulit menyusun kelompok
JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 123
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

heterogen,siswa merasa tidak enak dengan sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya
anggota kelompok yang dipilih guru, (2) suatu perencanaan sampai penilaian terhadap
Dalam kerja kelompok terkadang pemimpin tindakan nyata di dalam kelas yang berupa
kelompok sulit menjelaskan dan mengadakan kegiatanbelajar mengajar, untuk memperbaiki
pembagian kerja, anggota kelompok kadang- dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang
kadang tidak mematuhi tugas yang diberikan dilakukan (Iskandar, 2012: 21).
oleh pemimpin kelompok dan dalam belajar Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
kelompok sering tidak terkendali sehingga dengan 4 tahap yaitu perencanaan,
menyimpang dari rencana yang telah pelaksanaan, observasi dan refleksi (Arikunto
ditentukan. , 2013:16). Prosedur ini tidak hanya ber-
Untuk mengantisipasi kelemahan model langsung satu kali, tetapi dilakukan beberapa
pembelajaran tersebut peneliti menggunakan kali hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
poin bintang. Siswa yang tidak mematuhi Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SDN
tugas, tidak aktif dalam diskusi kelompok, Mangunsari 03, Salatiga semester II tahun
tidak mau bertanya atau tidak memperhatikan ajaran 2017/2018, dengan total siswa 38
maka akan mengurangi bintang yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 15 siswa
diperoleh kelompok. Begitupula sebaliknya perempuan. Tempat penelitian yaitu di SDN
jika siswa akatif dalam kelompok maka akan Mangunsari 03 yang terletak di kelurahan
menambah poin bintang yang sudah Mangunsari kecamatan Sidomukti kota madya
diperoleh. Salatiga Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan
Model pembelajaran GGE ini telah diawalidengan pembuatan proposalpada
diteliti oleh beberapa peneliti lainnya, temuan bulanNovember -Desember dan penyusunan
bahwa model ini mampu meningkatkan hasil instrument pada Januari- Maretminggu,
belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran. selanjutnya
Berdasarkan ciri khas dari model GGE ini dilaksanakanpengumpulandatapada bulan
yang menuntut siswa belajar aktif, mandiri April 2018 minggu ke-1 dan 2.
(mengumpulkan informasi dari berbagai Data penelitiandiperoleh melalui hasil
sumber), diskusi, dan bertukar informasi maka observasi, angket kemampuan comunicating
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dan tes evalusai menggunakan: (1) lembar
model GGE ini tidak hanya mampu observasi kegiatan guru dan siswa dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, namun penerapan model pembelajaran Group To
melalui penerapan langkat-langkah model Group Exchange, (2) angket kemampuan
GGE, arahan dari guru, dan penambahan comunicating siswa dalam penerapan model
sumber belajar, siswa mampu meningkatkan Group To Group Exchange, (3) soal tes
kemampuan comunicating yang dimilikinya evaluasi sebagai dampak dari adanya
yang berpengaruh terhadap hasil belajar peningkatan kemampuan comunicating.
siswa. Penelitian ini fokus utamanya adalah
Tujuan dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan comunicating siswa
meningkatkan kemampuan comunicating yang di ukur menggunakan angket. Angket
siswa melalui penerapan model pembelajaran tersebut sudah melalui tahap uji validitas dan
Group To Group Exchange pada siswa kelas 4 reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas
SDN Mangunsari 03, Salatiga semester II tersebut dilakukan di SD Sidorejo Lor 03.
tahun ajaran 2017/2018. Sugiyono (2010:267) mengatakan
bahwa validitas merupakan ketepatan antara
METODE PENELITIAN data yang akan diteliti dengan data yang dapat
Jenis penelitian ini digolongkan dalam dilaporkan oleh penelitian. Valid atau
penelitian deskriptifmenggunakan CAR tidaknya alat ukur digunakan pendekatan
(Class Room Action Research) atau Penelitian secara statistika, melalui nilai koefisien
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas korelasi skor butir pertanyaan dengan skor
adalah kegiatan penelitian ilmiah yang total butir pertanyaan, apabila koefisiennya
dilakukan secara rasional, sistematis dan lebih dari atau sama dengan 0.30 maka
empiris reflektif terhadap berbagai tindakan pertanyaan tersebut dikatakan valid, apabila
yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga kurang dari 0.30 maka pertanyaan tersebut
pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang dikatakan tidak valid. Berdasarkan ketentuan
JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 124
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

uji validitas yang disampaikan oleh Sugiyono nyakan kabar siswa, menyanyikan lagu
(2010:267), uji validitas yaang telah Indonesia Raya, apersepsi, tanya jawab
dilaakukan menunjukkan hasil 4 butir menyampaikan tujuan dan topik pembe-
pertanyaan yang tidak valid atau < 0,30 dari lajaran.
keseluruhan 25 butir pertanyaan. Kemudian kegiatan inti dilakukan
Sugiyono, (2010:354) menyatakan penerapan model pembelajaran Group To
bahwa uji reliabilitas dilakukan untuk Group Exchange (GGE), pertama membagi
mengetahui seberapa konsisten alat ukur jika siswa dalam kelompok, guru menjelaskan
digunakan lebih dari satu kali. Uji reliabilitas tugas dalam belajar kelompok, siswa setiap
ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat kelompok mendapatkan meteri yang berbeda-
ukur yang sudah dibuat dalam bentuk angket beda. Setelah siswa atau setiap kelompok
ini dapat di gunakan berulang-ulang kali dan sudah memperoleh materi yang berbeda-beda
dapat di andalkan, maka untuk mengetahui itu kemudian siswa dengan bimbingan guru
dapat digunakan pendekatan secara statisika menyusun rumusan masalah sesuai dengan
melalui koefisien reliabilitas. Jika reliabilitas materi yang diproleh setiap kelompok. Setelah
suatu alat ukur lebih dari 0.60 maka merumuskan masalah siswa diminta
pertanyaan yang sudah dibuat dapat mengumpulkan informasi dari buku, guru,
digunakan berulang-ulang dan dapat internet dan lain sebagainya kemudian di
dikatakan handal. Berdasarkan uji reliabilitas diskusikan. Selanjutnya siswa diminta
yang disampaikan oleh Sugiyono (2010:354), mencatat dan membuat laporan berdasarkan
menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan informasi yang sudah diperoleh, kemudian
sudah mencapat kriteria yaitu lebih dari 0.60. laporan tersebut dikumpulkan. Siswa
Adapun hasil uji reliabilitas Cronbach’s Alpha mambuat media presentasi dan mem-
menunjukkan angka 0.838 dari 25 butir presentasikannya. Dalam semua kegiaatan
pertanyaan. yangdilakukan siswa akan memperoleh
Adapun indikator keberhasilan dalam bintang, jadi antar kelompok melakukan
penelitian ini adalah terjadinya peningkatan sebaik mungkin untuk memperoleh bintang
kemampuan comunicating siswa dalam yang banyak.
pembelajaran ≥ 25% dan peningkatan hasil Pada akhir kegiatan peneliti menanya-
belajar siswadengan ketuntasan ≥ 70% kan tentang pemahaman siswa apakah siswa
jumlaah siswa yang tuntas dengan kriteria paham atau tidak dengaan kegiatan pem-
KKM 75. belajaran, kemudian menyimpulkan, refleksi,
tes evaluasi dan pengisian angket yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diberikan kepada siswa pada akhir siklus.
Hasil Penelitian Observasi yang telah dilakukan sebagai
Perencanaan dalam penelitian inidiawali data hasil aktifitas guru dan siswa dalam
dengan penyusunan RencanaPelaksanaan penerapan model pembelajaran Group To
Pembelajaran (RPP), bahan ajar, lembar Group Exchange (GGE), kemudian dilaku-
observasi, angket kemampuan comunicating kan refleksi untuk mengetahui keberhasilan,
siswa, tes evaluasi dan menyiapkan sarana kelebihan dan kelemahan pembelajaran.
prasarana yang digunakan dalam Berikut merupakan hasil observasi kegiatan
pembelajaran. guru pada siklus I dan II dapat dilihat pada
Pelaksanaan tindakansiklus I kegiatan tabel 3.
awalnya adalah berdoa, presensi dan mena-

Tabel 3. Hasil Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Pada Siklus I dan
Siklus II

Skor Penilaian Siklus I Siklus II


Fre- Persen- Fre- Jum-lah
kuensi tase kuensi
100 14 87% 16 100%
0 2 13% 0 0%

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 125


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Tabel 3berikut menunjukkan hasil pembelajaran Group To Group Exchange


observasi aktivitas guru kelas 4 SDN keseluruhan yang sudah dilakukan adalah 16
Mangunsari 03 pada siklus I dan siklus II. atau 100% sudah dilakukan. Keseluruhan
Berdasarkan di atas menunjukkan hasil kegiatan sudah dilakukan oleh guru dan
bahwa pada siklus I aktivitas guru dalam peneliti sebaik mungkin.
pembelajaran dengan menggunakan model Data di atas menunjukkan adanya
pembelajaran Group To Group Exchange peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke
keseluruhan yang sudah dilakukan adalah 14 siklus II. Pada awalnya persentase pada
atau 87% sudah dilakukan. Ada 2 kegiatan siklus I adalah 87%, lalu meningkat menjadi
yang belum dilaksanakan guru atau sebesar 100%. Peningkatan tersebut dapat diperjelas
13%. pada gambar 1.
Pada siklus II aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menggunakan model

105%
100%
95%
90%
85%
80%
Siklus I Siklus II

Gambar 1. Grafik Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku pada Siklus I
dan Siklus II

Kemudian guru melakukan observasi Group Exchange (GGE). Berikut merupakan


aktifitas siswa dalam pembelajaran melalui hasil observasi siswa dapat dilihat pada tabel
penerapan model pembelajaran Group To 4.

Tabel 4. Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku
pada Siklus I dan Siklus II

Skor Penilaian Siklus I Siklus II


Fre- Persen-tase Fre-kuensi Jum-
kuensi lah
100 12 80% 15 100%
0 3 20% 0 0%

Berdasarkan tebel 4 menunjukkan atau 100% sudah dilakukan. Keseluruhan


hasil bahwa pada siklus I aktivitas siswa kegiatan sudah dilakukan oleh guru dan
dalam pembelajaran dengan menggunakan peneliti sebaik mungkin.
model pembelajaran Group To Group Berdasarkan data di atas maka dapat
Exchange keseluruhan yang sudah dilakukan dilihat adanya peningkatan aktivitas guru
adalah 12 atau 80% sudah dilakukan. Ada 3 dari siklus I ke siklus II. Pada awalnya
kegiatan yang belum dilaksanakan guru atau persentase pada siklus I adalah 80%, lalu
sebesar 20%. meningkat menjadi 100% karena semua
Pada siklus II aktivitas guru dalam langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran dengan menggunakan model Group To Group Exchangetelah dilakukan
pembelajaran Group To Group Exchange semua. Peningkatan tersebut dapat diperjelas
keseluruhan yang sudah dilakukan adalah 15 pada gambar 2.

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 126


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

150%

100%

50%

0%
Siklus 1 Siklus II

Gambar 2. Grafik Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku
pada Siklus I dan Siklus II

Data kemampuan comunicating siswa yang dijelaskan/dipresentasi-kan taman, (14)


diperoleh dari pengisian lembar angket yang telah menggunakan bahasa yang baik dan
dibagikan kepada siswa, lembar angket benar pada saat berbicara maupun
siswa tersebut berisikan 20 indikator presentasi, (15) telah melakukan presentasi/
kemampuan comunicating yang diambil dari menjelaskan dengan jelas, (16) telah
beberapa ahli yaitu sebagai berikut (1) ikut melakukan presentasi/menjelaskan dengan
serta dalam pembagian kelompok, (2) mudah dan dapat dimengerti, (17) berbicara
bergabung dalam kelompok, (3) ikut serta dengan jelas, lantang dan keras, (18)
dalam diskusi kelompok, (4) memahami tersenyum pada saat presentasi, (19)
materi diskusi, (5) memahami materi yang menggunakan ekspresi wajah yang ramah,
akan di presentasikan, (6) mempresentasikan (20) menggunakan gerakan tangan sesuai
hasil diskusi, (7) memiliki pendapat, (8) dengan apa yang saya ucapkan.
telah berpendapat, (9) menghargai pendapat Berikut merupakan hasil dari
teman, (10) mampu membuat pertanyaan, pengisian angket kemampuan comunicating
(11) mampu menjawab pertanyaan, (12) mulai dari pra siklus, siklus I hingga siklus II
telah menjawab pertanyaan dengan bahasa setelah dilakukan uji statistik deskriptif
yang baik dan benar, (13) menulis materi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Descriptive Statistics Kemampuan ComunicatingPra Siklus, Siklus I dan Siklus II

N Instru Min Ma Mean Std. Devia-tion


-men x
Pra 38 11 16 30 20.36 3.32
Sik- Indik
lus ator
Sik- 38 20 51 68 59.31 5.13
lus I Indik
ator
Sik- 38 20 70 80 75.28 2.62
lus Indik
II ator

Tabel 5 ini merupakan hasil dari I meningkat menjadi 59.31 dan pada siklus
pengisian indikator kemampuan II mengalami peningkatan menjadi 75.28.
comunicating siswa SDN Mangunsari 03 Nilai deviasi pra siklus menunjukkan angka
sebagai data pra siklus, siklus I dan siklus II. 3.32, pada siklus I sebesar 5.13 dan pada
Berdasarkan tabel 5 terlihat adanya siklus II menjadi 2.62.
peningkatan kemampuan comunicating pada Hasil uji statistik deskriptif di atas
setiap siklus, dilihat dari rata-rata awal dapat diperjelas pada tabel 6.
hanya mencapai 20.36 kemudian pada siklus

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 127


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Tabel 6. Hasil Angket Kemampuan Comunicating Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II


Jum lah Persen Jum Persen Jum Persen
tase lah Tase lah tase

1 Sangat 0 0% 2 5% 38 100%
Baik
2 Baik 1 3% 36 95% 0

3 Cukup 19 50% 0 0% 0 0%

4 Kurang 18 47% 0 0% 0 0%

Jumlah 38 100% 38 100% 38 100%

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan yaitu sebanyak 36 siswa dengan rentang nilai
pada pra siklus tidak ada siswa yang mampu 51-65 atau sebesar 95% dari jumlah
mencapai kriteria sangat baik atau dengan keseluruhan 38 siswa, maka tidak ada satupun
persentase 0%, siswa yang mampu mencapai siswa yang berapada pada kriteria cukup dan
kriteria baik sebanyak 1 siswa atau 3% saja, kurang. Melihat adanya hasil pada siklus I
pada pra siklus ini siswa yang mencapai siswa yang berada pada kriteria sangat baik
kriteria cukup berjumlah 19 siswa atau 50%, hanya terdapat 5% maka dilakukanlah
dan 18 siswa atau sebanyak 47% berada tindakan pada siklus II yang memperoleh hasil
dalam kriteria kurang. Dengan adanya data semua siswa mampu berada pada kriteria
pra siklus yang menunjukkan rendahnya sangat baik dengan rentang nilai 66-80.
kemampuan comunicating siswa maka berdasarkan tabel 4 maka dapat
dilakukan tindakan siklus I dengan penerapan disimpulkan kemampuan comunicating siswa
model pembelajaran Group To Group dari hasil angket yang diisi oleh siswa mulai
Exchange dengan perolehan hasil siswa yang dari pra siklus, siklus I sampai dengan siklus
mampu mencapai kriteria sangat baik II menunjukkan adanya peningkatan
sebanyak 2 siswa dengan rentang nilai 66-80 kemampuan comunicating siswa kelas 4 SDN
atau hanya sebesar 5%, siswa yang mampu Mangunsari 03. Peningkatan tersebut dapat
mencapai kariteria baik hampir semua siswa diperjelas dengan gambar 3:

Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik


100%
95%
50%
47%

5%
3%
0%

0%
0%

0%
0%
0%

PRA SIKLUS I SIKLUS II


SIKLUS

Gambar 3. Grafik Peningkatan Kemampuan Comunicating Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Kemampuan comunicating siswa berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 35


melalui penerapan model pembelajaran butir soal pada setiap siklus yang
Group To Group exchange sudah mampu berpedoman pada Taksonomu Bloom mulai
dibuktikan peningkatannya, peningkatan dari ranah C1 sampai dengan C3. Hasil tes
kemampuan comunicating berpengaruh evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar
terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SDN siswa pada kelas 4 siklus I dan siklus II
Mangunsaro 03. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada tabel 7.
siswa dilihat dari tes evaluasi yang

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 128


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Tabel 7. Nilai Tes Siklus I dan Siklus II Tema 7 Indahnya Kragaman di Negeriku

No Ren-tang Nilai Siklus I Siklus II


Jum-lah Pre Jum-lah Per
sen sen
tase tase
1 0-25 0 0 0%

2 26-50 0 0 0%

3 51-75 24 63% 1 3%

4 76-100 14 37% 37 97%

Jumlah 38 100% 38 100%

KKM 75 75
Rata-rata 75.86 79.14
Nilai Tertinggi 82 84
Nilai Terrendah 68 69

Berdasarkan tabel 7 nilai yang dari yaitu tidak ada satupun siswa yang berada
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya pada rentang nilai 0-25 dan 26-50 sama
peningkatan. Pada siklus I tidak ada satupun seperti pada siklus I, siswa yang
siswa yang berada pada rentang nilai 0-25 memperoleh rentang nilai 51-75 berjumlah 1
dan 26-50, siswa yang memperoleh rentang siswa atau sebanyak 3%, sedangkan siswa
nilai 51-75 berjumlah 24 siswa atau yang memperoleh rentang nilai 76-100
sebanyak 63%, sedangkan siswa yang berjumlah 37 atau sebanyak 97% dengan
memperoleh rentang nilai 76-100 berjumlah rata-rata kelas 79.14. peningkatan hasil
14 siswa atau sebanyak 37% dengan rata- belajar siswa siklus I dan siklus II pada
rata kelas 75.86 dari total keseluruhaan 38 dapat diperjelas melalui gambar 4.
siswa. Pada siklus II mengalami peningkatan

40
30
20
10
0
0-25 26-50 51-75 76-100

Siklus I Siklus II

Gambar 4 . Grafik Peningkatan Hasil BelajarSiswa Siklus Idan Siklus II

Pembahasan dibandingkan dengan pra siklus yang belum


Melalui penerapan model pembelajaran menerapkan model pembelajaran Group To
Group To Group Exchange (GGE) pada Group Exchange (GGE), kemudian setelah
pembelajaran Tema 7 Indahnya Keragaman di diterapkannya model pembelajaran GGE pada
Negeriku pada siswa kelas 4 SDN Mangunsari pembelajaran siklus I dan siklus II.
03 dengan jumlah siswa 38, berdasarkan hasil Penerapan model pembelajaran ini
angket dan tes evaluasi yanag sudah siswa dalam kelompok diberikan materi atau
dilakukan mengalami peningkatan topik yang berbeda dan membuat rumusan
JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 129
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

masalah, kemudian siswa dalam kelompok Setelah memperoleh hasil kemampuan


diminta mencari, mengumpulkan informasi comunicating dan hasil belajar siswa pada
dari berbagai sumber, dan mengolah informasi siklus I peneliti menyusun rencana
yang sudah diperoleh melalui diskusi pelaksanaan siklus II. Pada siklus II sudah
kelompok, kemudian siswa bekerja sama terlihat adanya perbaikan, guru dan peneliti
menyusun bahan untuk presentasi, melalui lebih mengerti jalannya pembelajaran
presentasi siswa melakukan tanya jawab, menggunakan model pembelajaran Group To
tukar informasi, dan berpendapat. Group Exchange, begitu pula dengan siswa
Peran guru sangat penting dalam mampu di atur menjadai tidak gaduh, siswa
pembelajaran, peningkatan aktvitas guru akan juga memperoleh bimbingan guru sehingga
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas mampu mempresentasikan hasil kerjanya dan
siswa pada setiap siklusnya. Guru mampu bertanya, menjawab dan berpendapat.
membimbing, mengarahkan dan mendorong Siswa juga sudah terbiasa belajar dengan
siswa agar aktif dan meningkatkan berkelompok, mengumpulkan informasi
kemampuan comunicating siswa. Pada siklus I sendiri dan siswa semakin aktif berani
Berdasarkan pembelajaran yang telah bertanya, berpendapat dan presentasi.Seperti
dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut, yang telah dilakukan pada siklus I pada akhir
kemampuan comunicating siswa kelas 4 pertemuan siklus II siswa diberikan lembar
mengalami peningkatan yang berdampak pada angket dan soal evaluasi.
peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I Kemampuan comunicating siswa pada
ini masih terdapat kelemahan baik dari guru siklus II ini mengalami peningkatan
dan peneliti maupun siswa. Dalam proses dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II
pembelajaran yang terjadi beberapa ini menunjukkan tidak terdapat satupun siswa
kekurangan dari guru adalah kurang yang berada dalam kriteria baik, pada kriteria
mampunya mengendalikan siswa terlihat dari sangat baik terdapat 38 siswa atau 100% atau
aktifitas siswa yang masih gaduh, kurang semua siswa memperoleh kriteria sangat baik.
mampu mendorong siswa untuk bertanya Skor nilai kemampuan comunicating pada
menjawab dan mengemukakan pendapat, guru siklus II ini menunjukkan nilai terrendah 70,
juga kurang memberikan teguran bagi siswa nilai tertinggi 80 dengan rata-rata 75.8.
yang masih diam tidak mau iku andil dalam Sedangkan hasil belajar siswa pada
presentasi. siklus IImemperoleh hasil tidak ada satupun
Berdasarkan hasil angket kemampuan siswa yang berada pada rentang nilai 0-22 dan
comunicating siswa pada siklus I 26-50, sebanyak 1 siswa yang berada pada
menunjukkan pada kriteria kurang baik masih rentang nilai 51-75 atau sebesar 3% dan siswa
terdapat 18 siswa atau 47%, pada kriteria yang mampu mencapai rentang nilai 76-100
cukup terdapat 19 siswa atau 50% dan yang sebanyak 37 siswa atau sebesar 97%. Pada
menempati kriteria baik hanya 1 siswa atau siklus II ini nilai pos tes dengan jumlah
sebesar 3% saja dari total keseluruhan 38 keseluruhan 38 siswa dengan KKM 75
siswa atau dalam persentase maksimal 100% mencapai rata-rata kelas 79.14.
pada kemampuan comunicating. Skor nilai Peningkatankemampuan comunica-ting
kemampuan comunicating pada siklus I ini siswa kelas 4 SDN Mangunsari 03 dari siklus
menunjukkan nilai terrendah 51, nilai tertinggi I ke siklus II sebesar 27%. Begitupula hasil
68 dengan rata-rata 59.31. belajar siswa yang telah dilakukan pada siklus
Kemampuan comunicating siswa pada I persentase ketuntasan mencapai 76%, pada
siklus I diperoleh hasil tidak ada satupun siklus II mengalami kenaikan dengan
siswa yang berada pada rentang nilai 0-22 dan persentase ketuntasan mencapai 97% dari
26-50, sebanyak 24 siswa yang berada pada jumlah keseluruhan siswa tuntas lebih dari
rentang nilai 51-75 atau sebanyak 63% dan KKM 75.
siswa yang mampu mencapai rentang nilai 76- Penelitian yang relevan yang dilakukan
100 sebanyak 4 siswa atau sebesar 37%. Nilai oleh Vina, T, A, Sutama, dan Samino (2014:
pos tes dengan jumlah keseluruhan 38 siswa 69)dengan judul Dampak Komunikasi Siswa
dengan KKM 75 mencapai rata-rata kelas Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah
75.86. Dasar, membuktikan bahwa kemampuan
komunikasi siswa juga ber dampak pada hasil
JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 130
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

belajar matematika sekolah dasar dengan diperoleh hasil peningkatan kemampuan


bantuan model pembelajaran TGT. comunicating siswa sebesar 27%.
Dewi,Wiyasa2, Putra (2014: 1) Adapun saran berdasarkan hasil
membuktikan bahwa model Kooperatif tipe penelitian yang telah dilakukan dan
Group To Group exchange berbantuan media keterbatasan penelitian adalah Model
gambar lebih baik dari pada siswa yang pembelajaran Group To Group Exchange
belajar menggunakan model pembelajaran (GGE) dapat digunakan sebagai salah satu
Kooperatif tipe STAD dilihat dari hasil belajar model yang mampu meningkatkan
siswa pada penelitian eksperimen. kemampuan comunicating siswa yang
Efendi dan Safnowandi (2016: 42) berpengaruh pada peningkatan hasil belajar
melakukan penelitian tentang peningkatan siswa. Sebaiknya guru lebih membimbing
keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif dan memotivasi siswa dalam belajar,
siswa melalui model pembelajaran aktif tipe sedangkan bagi siswa diharapkan lebih aktif
Group to Group Exchange pada jurnal untuk berbagi informasi dan pengetahuan
pendidikan Mandala. Penelitian ini pada saat pembelajaran, sehingga apa yang
membuktikan bahwa model Group to Group dipelajari siswa lebih dimengerti, bermakna
Exchange mampu meningkatkan ke-mampuan sehingga kemampuan siswa dalam
kognitif siswa. berdiskusi, bertanya dan berpendapat lebih
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, diasah untuk memperoleh hasil yang baik.
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
meningkatkan kemampuan saintifik DAFTAR RUJUKAN
khususnya kemampuan comunicating, hasil Anggaraeni, V.T., Sutama, & Samino.
belajar dan keterampilan lainnya dapat (2014). Dampak Komunikasi Siswa
menerapkan model pembelajaran Group To Terhadap Hasil Belajar Matematika
Group Exchange atau model pembelajaran Sekolah Dasar. Varia Pendidikan. 26
yang menuntut siswa belajar dalam kelom- (1), 69-76.
pok, membuat siswa aktif, terampil dalam Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian:
mengkomunikasikan apa yang sudah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
dipelajari sehingga dalam pembelajaran siswa Rineka Cipta.
mampu bertukar pendapat, informasi, diskusi Astuti, S, Slameto, & Yari. (2017).
dan memperoleh pengetahuan baru. Peningkatan Kemampuan Guru
Sejalan dengan penelitiandiatas, Sekolah Dasar dalam Menyusun
penelitiaan ini juga membuktikan penerapan Instrumen Ranah Sikap Melalui In
model GGE tidak hanya mampu Hous Training. Jurnal Kelola. 4 (1),
meningkatkan hasil belajar siswa namun 37-44.
melalui langkah-langkah, sumber belajar dan Astuti, Suhandi. 2017. Supervisi Akademik
arahan guru kemampuan comunicating siswa Untuk Meningkatkan Kompetensi
juga mampu mengalami peningkatan. Guru Di SD Laboratorium UKSW.
Scholaria. 7 (1), 49-59.
SIMPULAN DAN SARAN Dewi,E. Y., Wiyasa, I. N., & Putra, D.S.
Penelitian Tindakan Kelas yang telah (2014). Pengaruh Model
dilakukan di kelas 4 SDN Mangunsari 03 Pembelajaran Group To Group
semester II tahun pelajaran 2017/2018 Exchange Berbantuan Media Gambar
padatema 7 Indahnya Keragaman di Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Negeriku melalui penerapan model Kelas IV SD Gugus II Tampaksiring.
pembelajaran Group To Group Exchange e-jurnal mimbar PGSD Universitas
(GGE)mampu meningkatkan kemampuan Pendidikan Ganesha. 2(1), 1-12.
comunicating siswa. Hutagalung, I. (2007). Pengembangan
Pada siklus I kemampuan Kepribadian (Tinjauan Praktis
comunicating siswa menunjukkan rata-rata Menuju Pribadi Positif). Jakarta: PT
skor 59.31 dan pada siklus II mengalami Macanan Jaya Cemerlang.
peningkatan menjadi 75.28. Dari siklus I ke Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.
siklus II melalui proses penghitungan Jakarta. Referensi (GP Press Group).

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 131


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran P-ISSN: 1858-4543 E-ISSN: 2615-6091
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Ismail, E, & Sofnowandi. (2016). Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi


Peningkatan Keterampilan Sosial dan Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Hasil Belajar Kognitif Siswa Melalui Grafindo Persada.
Metode Belajar Aktif Tipe GGE Silberman, Melvin. (2010). 101 Cara
(Group to Group Exchange). Jurnal Pelatihan & Pembelajaran Aktif.
Pendidikan Mandala, (1) 42-49. (Alih bahasa: Dani Dharyani).
Kurnia, I dan Wakhyudi. 2014. Evektivitas Jakarta: Indeks.
Model Think Pair Share dalam Soelaeman, M. 2007. Ilmu Budaya Dasar.
Pembelajaran Tematik Integratif Bandung: PT. Refika Aditama.
Terhadap Kemampuan Pemecahan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Masalah. Universitas PGRI Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Semarang. 4 (1), 57-66. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Mawardi, & Sari, D. L. (2015). Keefektifan Alfabeta.
Model Pembelajaran Picture and
Picture dan Make a Match Ditinjau
dari Hasil Belajar dalam
Pembelajaran IPA Kelas 4 SD Gugus
Mawar-Suruh. Scholaria. 5 (3), 82-
99.
Murni, A., Yusra, N., Solfitri. (2010).
Penerapan Model Belajar Aktif Tipe
Group To Group Exchange (GGE)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Kelas X IPS MAN 2
Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian
Pendidikan. 2 (11), 1-10.
Noviyanti, M. (2011). Pengaruh Motivasi dan
Keterampilan Berkomunikasi
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Pada Tutorial Ounline Berbasis
pendekatan Kontekstual Pada
Matakuliah Statistika Pendidikan.
Jurnal FKIP-UT 12 (2), 80-88.
Prayogo dan Silviana, A. (2010). Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa dengan
Pembelajaran Aktif Menggunakan
Strategi Group To Group Exchange
Melalui Bantuan Tutor Sebaya di
Kelas X SMA Muhammadiyah 5
Karanggeneng Lamongan. Jurnal
Semnas. Pendidikan Matematika dan
Statistika UNIPA. Surabaya.
Puspita,V.,&Yuhelman,N.(2017).Peningkata
n Proses Pembelajaran Tematik
dengan Menggunakan
PendekatanProblem BasedLearning
diKelasIII SD.Pendidikandan
Keguruan, VIIINo.
Rusman. (2012). Model-model
Pembelajaran. Depok:PT
Rajagrafindo Persada.

JIPP, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018 _______________________________________________________________ 132

Anda mungkin juga menyukai