Mahasiswa peserta mata kuliah kimia klinik II harus mematuhi tata tertib
laboratorium, seperti di bawah ini :
Nama :
NIM :
Kelompok :
………………………..................
……………… Praktikum 1 …………………………………...
…………………………………...
……………… Praktikum 2 …………………………………...
……………… …………………………………..
Praktikum 3 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 4 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 5 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 6 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 7 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 8 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 9 …………………………………..
…………………………………..
……………… Praktikum 10 …………………………………..
A. Dasar Teori
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul
asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan
yang dinamakan ikatan peptida. Sejumlah besar asam amino dapat
membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak ikatan peptida,
karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi dalam
sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan
mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai
protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi,
dan transport substansi khusus.
Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit
mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam
protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah
imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum.
Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan
menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma.
Degradasi protein (katabolisme) terjadi dalam dua tahap, yaitu :
1. Protein mengalami modifikasi oksidatif untuk menghilangkan aktivitas
enzimatis.
2. Penyerangan protease yaitu enzim yang berfungsi untuk mengkatalis
degradasi protein.
Protein yang terdapat di dalam sel dan makanan didegradasi menjadi
monomer penyusunnya (asam amino) oleh enzim protease yang khas.
Protease tersebut dapat berada di dalam lisosom maupun dalam lambung
dan usus. Katabolisme protein makanan pertama kali berlangsung di dalam
lambung. Di tempat ini protease khas (pepsin) mendegradasi protein dengan
memutuskan ikatan peptida yang ada di sisi NH2 bebas dari asam amino
aromatik, hidrofobik, atau dikarboksilat. Kemudian di dalam usus protein juga
didegradasi oleh protease khas seperti tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase
dan elastase. Hasil pemecahan ini adalah bagian-bagian kecil polipeptida.
B. PROTEIN PLASMA
Protein plasma terdiri dari albumin, fraksi-fraksi globulin, fibrinogen
(faktor pembekuan darah), dan anti bodi yang sering disebut imunoglobin.
Albumin dalam bidang klinik sangat berperan dalam mempertahankan
tekanan osmotic intravascular dalam mencegah terjadinya oedema. Tekanan
osmotic intravascular selalu lebih tinggi 18mmHg dibandingkan dengan
ekstravaskular yang disebut dengan tekanan onkotik. Contoh, jika tekanan
osmotic ekstravaskular sama dengan mmHg, tekanan osmotik intravascular
adalah (x+y) mmHg. “y” merupakan tekanan onkotik albumin. Tekanan
onkotik dipertahankan oleh albumin plasma. Sebenarnya, tekanan osmotic
intra- atau ekstravaskular jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tekanan
onkotik, tetapi albumin tidak bebas berdifusi melalui membrab vascular,
sedangkan senyawa-senyawa lain, seperti garam dan senyawa organic yang
berat, molekul kecil berada dalam keadaan seimbang. Hal ini mudah
C. Tujuan
D. Prinsip
Ion cupri pada situasi basa akan bereaksi dengan 2 anida atau ikatan
peptide membentuk kompleks violet. Intensitas warna kompleks tersebut
proporsional dengan protein sampel.
F. Reagen
- Reagen :
- Potassium sodium tartrate
- Potassium iodide
- Sodium hydroxide 0.8 g/dL
- Copper sulphate pentahydrate 0.3 g/dL
- Standar Total Protein konsentrasi 10 g/dL
G. Identitas sampel
- Nama :…………………………………..
- Umur :…………………………………..
- JK :………………………………….
H. Prosedur Kerja
I. Nilai normal
6,6 – 8,3 g/dl
K. Kesimpulan
A. Dasar Teori
Albumin merupakan salah satu kelompok utama protein plasma yang
terdapat dalam konsentrasi massa paling tinggi. Albumin juga mempunyai
berat molekul paling rendah dibandingkan molekul-molekul protein lain
dalam plasma. Jadi, albumin merupakan kontributor terbesar untuk tekanan
osmotik koloid intravaskuler. Albumin disintesis di dalam hati dan terdiri atas
suatu rantai tunggal dari 610 asam amino. Beberapa tempat pengikatan
ligandanya sangat spesifik dan dapat dijenuhkan, sedang yang lain jauh
lebih sedikit.
Protein yang larut dalam air dan mengendap pada pemanasan ini
merupakan salah satu konstituen utama tubuh. Karena albumin disintesis
oleh hati, maka albumin dipakai sebagai tes pembantu dalam penilaian
fungsi ginjal dan saluran cerna. Kadar normal albumin dalam darah antara
3,5-4,5 g/dl, dengan jumlah total 300-500 g. sintesis terjadi hanya di sel hati
dengan produksi sekitar 15 g/ hari pada orang sehat, tetapi jumlah yang
dihasilkan bervariasi signifikan pada berbagai tipe stress fisiologis. Waktu
paruh albumin sekitar 20 hari, dengan kecepatan degradasi 4 % per
hari.Albumin memiliki beberapa fungsi penting diantaranya:
1. Menjaga tekanan onkotik koloid plasma sebesar 75-80 % dan
merupakan 50 % dari seluruh protein tubuh. Jika protein plasma
khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotic koloid
akan terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik yang akan
menyebabkan terjadinya edema.
2. Sebagai transport berbagai macam substansi termasuk bilirubin, asam
lemak, logam, ion, hormon, dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi
dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein
akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan akan meningkat,
hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah.
3. Bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel baru. Karena itu di dalam
ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk empercepat pemulihan
jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi,
pembedahan, atau luka bakar. Faedah lainnya albumin bisa
C. Tujuan
Untuk mengetahui kadar albumin dalam darah seseorang.
D. Prinsip
Prosedur kerja berdasarkan ikatan bromocresol (BCG) dengan
albumin. Warna biru-hijau yang terbentuk dan reaksi yang diukur pada 578
nm dan intensitas warna proporsional dengan konsentrasi albumin dalam
sampel.
E. Parameter
- Metode : Endpoint, kenaikan reaksi, BCG
- Panj. Gelombang : 550 nm
- Temperature : 37oC
- Sampel : serum atau plasma
F. Reagen
- Reagen :
- Bromocresol green 18,8 mg/dL
- Citrate buffer pH 4,2
- Standar Albumin konsentrasi 6 g/dl
G. Identitas sampel
- Nama :…………………………………..
- Umur :…………………………………..
- JK :………………………………….
I. Nilai normal
3,8 – 5,1 g/dl
J. Hasil
K. Kesimpulan
A. Dasar Teori
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar SGOT di dalam darah seseorang.
C. Metode
Rekomendasi IFCC
D. Prinsip
AST
L-Aspartate + 2-Oxoglutarate L-Glutamate + Oxaloacetat + L-
Glutamate
MDH
Oxaloacetat + NADH + H+ L-malate + NAD+
F. Reagen : (STANBIO)
- R1 : Tris Buffer, pH 7,5 80 mmol/L
- R2 : 2-Oxoglutarate 12 mmol/L
NADH (Disodium salt) 0,18 mmol/L
G. Parameter
Metode Pengukuran : Kinetik
Panjang Gelombang : 340 nm
Suhu : 37°C
Linier : Sampai 300 U/L (rasio 1 : 10) dan 600 U/L
(rasio 1 : 20)
Faktor : 1768 (rasio 1 : 10) dan 3376 (rasio 1 : 20)
H. Identitas Sampel
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
I. Prosedur Kerja
J. Nilai Normal
Laki-laki : < 37 U/L
Perempuan : < 31 U/L
K. Hasil
L. Kesimpulan
PRAKTIKUM IV
PEMERIKSAAN SGPT (ALT)
A. Dasar Teori
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar SGPT di dalam darah seseorang.
C. Metode
Rekomendasi IFCC
D. Prinsip
ALT
L-Alanine + 2-Oxoglutarate Piruvat + L-Glutamate
MDH
Piruvat + NADH + H +
L-Lactat + NAD+ + H2O
Bahan :
- Serum, EDTA plasma, heparin plasma.
F. Reagen : (STANBIO)
- R1 : Tris Buffer, pH 7,5 100 mmol/L
- R2 : 2-Oxoglutarate 15 mmol/L
G. Parameter
Metode Pengukuran : Kinetik
Panjang Gelombang : 340 nm
Suhu : 37°C
Linier : Sampai 300 U/L (rasio 1 : 10) dan 600 U/L
(rasio 1 : 20)
Faktor : 1768 (rasio 1 : 10) dan 3376 (rasio 1 : 20)
H. Identitas Sampel
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
I. Prosedur Kerja
Sampel 100 µl
J. Nilai Normal
Laki-laki : < 41 U/L
Perempuan : < 31 U/L
L. Hasil
M. Kesimpulan
PRAKTIKUM V
PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di
samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel
retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang
disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam
plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan
mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air,
sehingga disebut bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi
melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida
dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa,
xylosa dan sulfat. Bilirubin terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi
kedalam sistem bilier.
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam
lemak maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari
berbagai heme protein seluruh tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % )
terbentuk dari proses katabolik hemoglobin, dalam proses penghancuran
eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar 20 %
dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol
dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa,
eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin
dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik
sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam aminonya. (E. N.
Kosasih, 2008).
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme
oleh enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh
enzim bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut
air, bilirubin yang sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut
dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan
mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam
air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan
diekskresikan ke dalam usus. Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah
menjadi urobilinogen yang tak berwarna dan larut air, urobilinogen mudah
dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian terbesar dari
urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam
lemak maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari
berbagai heme protein seluruh tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % )
terbentuk dari proses katabolik hemoglobin, dalam proses penghancuran
eritrosit oleh RESdi limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar 20 %
dari bilirubin berasaldari sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol
dan lisis eritrosit muda.Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa,
eritrosit dihancurka setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin
dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik
sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam aminonya. (E. N.
Kosasih, 2008).
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme
oleh enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh
enzim bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut
air, bilirubin yang sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut
dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan
mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam
air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar bilirubin total di dalam darah seseorang.
C. Metode
D. Prinsip
F. Reagen
- Reagen 1 :
- Sulfanilic acid 32 mmol/L
- Hydrocloric acid
- Reagen 2 : Sodium nitrit 20 mm0l/L
H. Identitas Sampel
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
I. Prosedur Kerja
J. Nilai Normal
0,2 – 1,2 mg/dl
PRAKTIKUM IV
L. Kesimpulan
A. Dasar Teori
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar bilirubin direct dan indirect di dalam darah
seseorang.
C. Metode
Modifikasi Jendrassik Grof
D. Prinsip
F. Reagen
- Reagen 1 : Sulphanilic Acid
- Reagen 2 : Sodium nitrit
G. Test Parameter
Metode Pengukuran : Colorimetri, Endpoint
Panjang Gelombang : 546 nm
Suhu : 20-25°C
Linier : Sampai 25 mg/dl
Faktor : 12,9
I. Prosedur Kerja
J. Nilai Normal
Bilirubin direct : 0,0 - 0,5 mg/dl
Bilirubin indirect : 0,2 – 0,8 mg/dl
K. Hasil
A. Dasar Teori
B. Tujuan
Untuk mengetahui hasil spermatozoa di dalam mani seseorang.
C. Metode
Makroskopis, Mikroskopis
F. Reagen
- Lar. Eosin 0,5%
- Kertas Indikator pH
- Metanol
- Giemsa
- Aquadest
G. Identitas Sampel
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status :
H. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Koagulasi
Amati adanya gumpalan-gumpalan atau koagulum diantara cairan
lender putih yang cair.
d. Morfologi Spermatozoa
- Buat sediaan hapus pada gelas objek yang bersih dan kering.
Kemudian dibiarkan kering di udara
- Sediaan hapus difiksasi dengan methanol selama 10 menit, sisa
methanol dibuang dan iarkan kering di udara
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes stock larutan
Giemsa dicampur aquades 5 ml) selama 20 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquades, kemudian dikeringkan di udara
I. Interpretasi Hasil
1. Makroskopis
a. Koagulasi
Normal : Ada gumpalan
Abnormal : Tidak ada gumpalan
b. Liquifikasi
Normal : 5-20 menit
Abnormal : > 20 menit
c. Warna
Normal : Transluscet (putih kanji), putih keabu-
abuan/putih kekuning-kuningan
Abnormal : Kemerahan (Hemospermia), putih susu
(Lekospermia)
d. Bau
Normal : Bau sperma khas seperti bunga akasia
Abnormal : Berbau tidak khas, misalnya : bau obat-
obatan
e. pH sperma
Normal : Sedikit alkalis (7,2-7,8)
Abnormal : < 7,0 atau > 8,0
f. Volume
Normal : 2 - 6 ml
Abnormal : < 1ml atau > 6 ml
g. Viskositas
Normal : 1 – 2 detik untuk tiap 1 tetesan
Abnormal : > 2 detik untuk tiap 1 tetesan
Sudoyo, A.W. Dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta
Yayan A. Israr. 2010. Metabolisme bilirubin. pdF diakses tanggal 20 maret 2011