SKKNI
BUKU LAPORAN PRAKTIKUM
DI SUSUN OLEH :
Ahmad Ripani, S.Si., M.Pd.
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah diucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya akhirnya dapat
diselesaikan juga Buku Laporan Praktikum Kimia Klinik edisi 1 Jilid 3 ini. Shalawat dan Salam selalu
tercurah pada Sang Pemimpin Besar Umat Manusia Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
sahabat beliau hingga akhir nanti.
Buku Laporan Praktikum Kimia Klinik ini merupakan disusun diperuntukkan bagi mahasiswa-
mahasiswi Politeknik Unggulan Kalimantan program studi Analis Kesehatan (Teknologi Laboratorium
Medik) yang praktikum kimia klinik. Buku edisi 2 yang telah digunakan, diterbitkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan cepat para mahasiswa-mahasiswi sebagai bahan acuan praktikum. Seperti kita
ketahui bahwa kimia klinik merupakan salah satu inti dalam diri seorang TLM, kimia klinik disebut juga
king of analis, oleh sebab itu perlu penjabaran dalam bentuk belajar yang lebih intensif berupa kelas
berbasis laboratorium, suatu teknik penggabungan teori dan praktek yang dikembangkan di Politeknik
Unggulan Kalimantan jurusan Analis Kesehatan menggunakan gaya gabungan pengajaran
konstruktivisme dan behaviorisme dengan model mikro Problem based learning (PBL) dan Project
based Learning. Dalam buku ini di bahas tentang analisa cairan tubuh. Dalam tulisan ini juga tim
penulis menuangkan antara kemampuan teori penulis yang diambil dari beberapa pustaka,
pengalaman belajar dan kuliah Analis Kesehatan serta pengalaman penulis selama bekerja di
laboratorium RSUD.dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dan kemampuan dalam dunia pendidikan
setelah menyelesaikan program pascasarjana keguruan
Dalam kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih Direktur Politeknik
Unggulan Kalimantan beserta dewan dosen yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
bereksplorasi, berpendapat, membahas, studi pustaka hingga proses editing sehingga buku praktikum
kimia klinik 3 ini dapat selesai dan berguna bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Akhir kata penulis, hanya berharap semoga Buku Laporan Praktikum Kimia Klinik 3 ini
bermanfaat bagi kita semua dalam pemanfaatan keilmuan bidang Kimia Klinik di laboratorium
kesehatan sehari-hari.
Penulis
1. Setiap mahasiswa wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti jas laboratorium,
sepatu, masker, sarung tangan karet dan lainnya selama melakukan praktikum di
laboratorium. Apabila tidak menggunakan akan dikeluarkan dari laboratorium.
2. Setiap mahasiswa wajib mempersiapkan peralatan dan kotak praktek sebelum memasuki
laboratorium.
3. Setiap mahasiswa wajib membaca dan mempelajari materi praktikum yang akan
dilakukan.
4. Setiap mahasiswa mengisi laporannya sebelum dilakukan praktikum sehingga saat
praktikum hanya mengisi data, hasil dan kesimpulan praktikum.
5. Sebelum praktikum dilakukan akan diberikan penjelasan oleh dssen praktek dan akan
dilakukan responsi berupa pretest dan atau posttest.
6. Setiap kelompok praktikum membuat laporan kelompok sebagai hasil praktikum.
7. Setiap mahasiswa membuat laporan setelah melakukan praktikum dan dikumpul paling
lambat 4 hari setelahnya.
8. Setiap mahasiswa wajib membersihkan dan merawat laboratorium kimia klinik baik
peralatan, meja, kursi, reagensia dan lantai ruangan.
9. Setiap mahasiswa wajib mengerti dan menerapkan kewaspadaan universal terhadap
bahaya dan kecelakaan selama praktikum di laboratorium.
10. Setiap mahasiswa wajib menganggap semua bahan spesimen darah adalah infeksius.
11. Setiap mahasiswa yang mengalami kecelakaan di laboratorium wajib lapor dengan guru
pembimbing.
12. Apabila alat kaca dan alat lain rusak/pecah maka siswa wajib mengganti alat tersebut
dengan atau tanpa kompensasi.
13. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum satu kali, wajib mengganti di hari lain dan tidak
diperkenankan mengikuti ujian akhir apabila tidak mengikuti praktikum secara
keseluruhan.
14. Tidak diperkenankan makan dan minum di laboratorium. Dilarang keras memakai
kosmetik, merokok dan minuman keras.
15. Mahasiswa yang terlambat mengikuti praktikum tidak mendapat kompensasi waktu untuk
ikut quiz susulan, penjelasan materi hingga praktik apabila telah terlewati baik secara
umum maupun kelompoknya.
16. Mahasiswa yang bermasalah, baik sikap tidak terpuji, mencoreng nama baik sekloah,
kriminalitas dan kasus lainnya yang dianggap berat tidak diperkenankan ikut praktikum.
17. Sebelum dan sesudah bekerja wajib mencuci tangan dengan sabun dan air kran mengalir.
18. Alat listrik yang sudah tidak digunakan, sebaiknya dimatikan dan dibersihkan.
PERHATIAN:
POJOK KATA
“Buku ini merupakan hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh penulis,
barang siapa menggandakan dan memakai tanpa izin penulis merupakan suatu
pelanggaran dan tidak mendapatkan barokah dalam mempelajari ilmu ini.”
“Buku ini merupakan Buku jilid iii dari rangkaian kelanjutan kimia klinik, Buku ini
kudedikasikan buat mahasiswa-mahasiswiku tercinta, setiap langkah demi langkah
meniti kehidupan ini dipenuhi dengan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani
hingga akhirnya cita-cita yang akan diraih akan mengalahkan segala kesulitan
dan pengorBanan hanya Bernilai kecil diBandingkan seBuah kesuksesan”
(Ahmadlab_2013_Medical_Technologist)
KIMIA KLINIK II
1. Pemeriksaan Gangguan Hati dan Saluran
Empedu: AST, ALT, Bilirubin, GGT dan ALP
2. Pemeriksaan Gangguan Pankreas: Pankreatik
Amilase dan Lipase
3. Pemeriksaan Gangguan Jantung: CK, CK-MB,
LDH
4. Pemeriksaan Gangguan Endokrin: T3 atau
FT3, T4 atau FT4, TSHs, Kalsium (Ca) dan
Phosphor (P)
5. UTS
6. Pemeriksaan Gangguan Elektrolit: Natrium
(Na), Kalium (K) dan Chlorida (Cl)
7. Pemeriksaan Keseimbangan Asam Basa:
Analisa Gas Darah (pH, pO2, pCO2, SO2, Acid
Base, Base Excess, Bikarbonat.
8. Jaminan Mutu Kimia Klinik: Pembuatan Serum
Kontrol Pool Serum
9. UAS
PRAKTIKUM
No PRAKTIKUM Kumpulan Nilai LKS
Pre Tes Lap Klmpk Laporan Isian Lainnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL .......................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......... ............................................................................................................. 2
PERATURAN LABORATORIUM KIMIA KLINIK ............................................................................ 3
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................................... 4
RENCANA PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK .............................................................. 5
KARTU KENDALI NILAI KIMIA KLINIK .......................................................................................... 6
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 7
BAB XIV FAAL HATI AST (GOT) .............................................................................................. 9
BAB XV ALT (GPT) .................................................................................................................. 16
BAB XVI ALKALI FOSFATASE (ALP) ...................................................................................... 23
BAB XVII BILIRUBIN TOTAL ..................................................................................................... 30
BAB XVIII BILIRUBIN DIREK DAN INDIREK ............................................................................. 37
BAB XIX GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (GGT) ........................................................... 44
BAB XX LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH) .......................................................................... 52
BAB XXI CK-MB ........................................................................................................................ 59
BAB XXII CREATINE KINASE (CK) .......................................................................................... 66
BAB XXIII ELEKTROLIT DARAH ............................................................................................... 73
BAB XXIV ANALISA GAS DARAH.............................................................................................. 81
BAB XXV PEMBUATAN SERUM KONTROL POOL................................................................. 95
BAB XXVI ANALISIS BATU SALURAN KEMIH/GINJAL............................................................ 99
BAB XXVII PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN GLIKAT (HbA1C) .................................................. 107
BAB XXVIII CHOLINESTERASE (CHE) ....................................................................................... 112
BAB XXIX PANKREATIK AMILASE............................................................................................ 120
BAB XXX LIPASE ....................................................................................................................... 125
BAB XXXI GANGGUAN ENDOKRIN (FT4, FT3, TSHS)............................................................ 130
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 139
TUJUAN PERKULIAHAN
Tujuan Perkuliahan Secara Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faal hati dan saluran empedu dan perannya dalam tubuh
serta melakukan pemeriksaan terhadap kadar faal hati dan saluran empedu di dalam darah,
interpretasi hasil, kondisi-kondisi yang mempengaruhi temuan hasil laboratorium dan menyimpulkan
hasil pengukuran baik pada keadaan normal maupun abnormal dalam rangka menunjang penegakan
diagnosa penyakit.
Materi Praktikum
1. AST 6. Bilirubin Total
2. ALT 7. Bilirubin Direk
3. Gamma Glutamyl Transferase 8. Bilirubin Indirek
4. Alkali phosphatase
METODE
1. Ceramah
2. Tugas Mandiri
3. Praktikum Inquiri
4. Problem based Learning dan Project Learning
5. Diskusi kelompok
6. Quiz/responsi
WAKTU
Kegiatan Praktikum 4 x 60 menit x 5 pertemuan tiap materi di laboratorium.
POLITEKNIK UK-AK BJM
9
BAB XVI
FAAL HATI: AST (GOT)
XIV.1 Pendahuluan
Aspartat amino tranferase (AST) yang dulu bernama glutamate oksaloasetat transaminase
(GOT) mengerjakan reaksi antar asam aspartate dan asam alfa-ketoglutamat.
Aspartat transaminase terdapat dalam aktivitas tinggi di dalam otot jantung, otot rangka, hepar
dan ginjal. Meskipun kehilangan AST tidak spesifik untuk kerusakan hati, dia juga digunakan untuk
membantu diagnosa pertama dan monitor yang baik terhadap kerusakan hati (dikombinasi dengan
pemeriksaan enzim yang lain seperti ALT, ALP,dan juga bilirubin. Nilai normal AST mempunyai range
dari 10-34 IU/L. Pada kerusakan hati oleh alkohol, baik yang akut maupun yang kronik, peningkatan
AST biasanya lebih tinggi dari peningkatan ALT.
Peningkatan kadar AST mengindikasikan: Anemia hemolitik akut, Pankreatitis akut, Gagal
ginjal akut, Sirosis hepatik, Nekrosis hepatik, Hepatitis, Infeksi mononukleosis, Kanker hati, Trauma
ganda, Infark miokardial, Kerusakan otot primer, Distrofi otot progressive, Angioplasty, Trauma otot
rangka dan Luka bakar yang dalam. Sedangkan penurunan kadar AST pada: Perdarahan yang kuat,
Hematoma.
SOAL-SOAL:
1. Sebutkan guna pemeriksaan AST dalam serum!
2. Mengapa pemeriksaan AST menggunakan cara kinetik dengan panjang gelombang 340 nm?
3. Mengapa kadar AST lebih dekat ke arah fungsi jantung dibandingkan hepar?
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Enzimatik 12. Asam aspartat
2. Hepar 13. Asam glutamat
3. Arteri hepatika 14. Pengukuran kinetik (enzimatik)
4. Detoksifikasi 15. Sirosis Bilier
5. Mikrosom 16. Pankreatitis
6. Aspartate Aminotransferase (AST)
7. Liver Fuction Test (LFT)
8. Sel Hepatosit
9. Mitokondria
10. Kolestatis
11. Infark miokard
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XV
ALT (GPT)
XV.1 Pendahuluan
Analisa enzim terlazim pada penyakit hepar adalah alanin transaminase (ALT) nilai rujukan 5
– 25 U/L. Pada umumnya nilai plasma alanin transminase yang agak lebih tinggi (yang semuanya dari
sitoplasma) daripada aspartat transminase (dari sitoplasma dan mitokondria) ditemukan pada penyakit
hepar akut dan nilai yang agak lebih rendah pada sirosis, biasanya perbedaan ini tak besar dan
mungkin tak ada gunanya mengukur kedua enzim secara rutin untuk diagnosa klinis. Pada hepatitis
virus, tranminase meningkat di atas normal selama masa prodromal. Nilai puncak (sekitar 500-2000
U/L) ditemukan pada waktu penyakit hepar sub akuta.
Kondisi-kondisi yang ada hubungannya dengan aminotranferase yang meningkat:
1. Nilai sangat tinggi 20 kali atau lebih dari nilai normal: Hepatitis oleh virus, Hepatitis toksis
2. Nilai meningkat sedang 3-10 kali nilai normal: Mononucleosis infektiosa, Hepatitis kronik aktif,
Obstruksi saluran empedu, Ektrahepatik, Sindrom Reye, Cholestasis intra hepatik, Infark miokard
3. Nilai tidak atau sedikit meningkat 1-3 kali nilai normal: Pankreatitis, Hati melemak oleh alkohol,
Sirosis Laenec, Infiltrasi granolomatus tau oleh tumor dan Sirosis biliar.
SOAL-SOAL:
1. Mengapa pemeriksaan faal hepar menggunakan kombinasi enzim AST dan ALT?
2. Apa yang harus dilakukan bila pemeriksaan ALT sangat tinggi sehingga tidak linier oleh grafik
yang ditampilkan oleh fotometer?
3. Mengapa pemeriksaan enzim ALT tidak diwajibkan pasien berpuasa?
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Alanine Aminotransferase (ALT)
2. Hepatitis
3. Kolangitis
4. Sirosis hepatis
5. Metastatik
6. Hepatitis Alkoholik
7. Abses hepar
8. Necrosis
9. Asam piruvat
10. Asam ketoglutarat
11. NADH
12. NAD
13. Mononukleus Infeksiosa
14. Linearitas
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XVI
ALKALI FOSFATASE (ALP)
XVI.1 Pendahuluan
Fosfatase adalah enzim yang bekerja pada senyawa yang mengandung gugus-gugus fosfat
sehingga terjadi pemotongan gugus fosfat (suatu aktifitas yang disebut orto fosfat ester mono hidrat).
Masing-masing fosfatase memilki preferensi aktivitas katalitik untuk substrat yang berbeda-beda, dan
mempunyai aktivitas optimal pada rentang pH yang berbeda. Alkali fosfatase akan optimal jika ia
bekerja pada pH 9.
Alkali fosfatase terdistribusi luas disepanjang membran permukaan sel-sel yang aktif secara
metabolis, antara lain pada tulang (sistem osteoblas), hati, mukosa usus, ginjal, leukosit dan plasenta.
Batas rujukan dalam plasma (dewasa) laki-laki 25-95 U/l dan wanita 20-80 U/l, Nilai tersebut
terutama dari alkali fosfatase tulang dan hepar. Nilai rujukan bervariasi sesuai dengan metode
pengerjaan pemeriksaan.
Penurunan alkali fosfatase (hipofosfatasia) sebagai kelainan herediter (jarang) di mana dapat
defisiensi jaringan yang mensintesa AP plasma menurun, ekskresi fosforil etanolamin ke urine
meningkat. Peningkatan AP dapat terjadi pada sirosis, hepatitis virus, fraktur, kehamilan,
hiperparattiroidisme.
SOAL-SOAL:
1. Jelaskan mengapa pemeriksaan ALP menggunakan dasar reaksi kinetik meningkat (increase
kinetic reaction)?
2. Jelaskan kondisi-kondisi ALP meningkat!
3. Jelaskan mengapa pemeriksaan ALP tidak diperkenankan hemolisis dan lipaemik!
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Alkali phosphatase (AP/ALP)
2. Osteoblast
3. Osteosarkoma
4. Penyakit hepatobilier
5. Hipfosfatasia
6. Fosforilatanolamin
7. Kondisi meningkat ALP
8. Kondisi menurun ALP
9. Osteoporosis
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XVII
BILIRUBIN TOTAL
XVII.1 Pendahuluan
Bilirubin adalah produk perombakan/hasil metabolisme dari hemoglobin. Penetapan kadar
bilirubin total dan direk digunakan untuk melihat atau memonitor kegagalan fungsi hati atau kandung
empedu. Bilirubin total disebut juga Uncunjugated bilirubin sedangkan bilirubin indirect disebut
Conjugated bilirubin.
Metabolisme bilirubin dimulai dari perombakan sel darah merah oleh sel fagosit. Sel darah
merah yang terdiri dari hemoglobin, dirombak menjadi heme dan globin. Heme dikonversi n]menjadi
bilirubin, yang kemudian dibawa oleh albumin ke dalam darah menuju hati. Di dalam hati sebagian
bilirubin dikonjugasi dengan glocuronide sebelum dipisahkan dalam empedu. Conjugated bilirubin
disebut bilirubin direct. Bilirubin total sama dengan bilirubin direct ditambah bilirubin indirect.
Metode : Modifikasi Jendrassik Grof
Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulfanilic acid membentuk suatu zat warna merah
pada larutan netral biru dalam larutan alkalis. Bilirubin glukoronida yang bisa larut
dalam air bereaksi langsung, sedangkan bilirubin yang bebas (indirect) hanya akan
bereaksi bila ada accelerator.
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 100 µL, 500 µL dan 1000 µL
- Tip kuning dan biru
- Tissue
- Fotometer
Reagensia :
- Reagent TBR (tutup putih)
- Reagent TNR (tutup putih)
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
Bahan pemeriksaan : serum
Cara kerja:
- Dipipet ke dalam tabung
Blanko sampel Sampel
Reagent TBR 1000 µl 1000 µl
Reagent TNR - 1 tetes
- Dicampur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu kamar, kemudian tambahkan :
Serum 100 µl 100 µl
- Dicampur dan didiamkan 10-30 menit pada suhu kamar.
- Diukur absorben sampel terhadap blanko sampel pada Photometer panjang gelombang 546
nm dengan faktor 13,00
Pengamatan :
Abs. Blanko aquadest :
Abs. Blanko sampel :
Abs. Sampel :
Perhitungan :
Bilirubin Total = (Absorben sampel – Absorben blanko sampel) x 13,0 mg/dL
= ..............mg/dL
Nilai Normal : tidak lebih dari 1,00 mg/dl
SOAL-SOAL:
1. Mengapa pada bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia?
2. Mengapa bayi baru lahir terjadi peningkatan Bilirubin Total dan Bilirubin Indirek?
3. Mengapa pemeriksaan bilirubin dihindarkan terpapar langsung spesimen dengan sinar
matahari?
4. Gambarkan struktur Kimia bilirubin!
5. Mengapa bilirubin indirek tidak mewarnai jaringan?
6. Mengapa pemeriksaan bilirubin pada bayi baru lahir ikterus sangat penting oleh dokter spesialis
anak?
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Bilirubin konjugat 12. Bilirubin di-glukoronat
2. Bilirubin bebas 13. Reaksi konjugasi
3. Perbedaan bilirubin konjugat dan bebas 14. Sindrom gilbert
4. Biliverdin 15. Heme
5. Hepatosit 16. Globin
6. Rumus Struktur bilirubin 17. Jaundice
7. Cincin tetrapirin 18. Hiperbilirubinemia
8. Sirkulasi enterohepatik
9. Urobilinogen
10. Sterkobilinogen
11. Asam glukoronat
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XVIII
BILIRUBIN DIREK DAN INDIREK
Bagian terbesar dari bilirubin dalam dalam darah normal ialah bentuk yang tak larut air, terikat
kepada albumin dan yang sedang diangkut dari sel retikuloindotel ke hati. Sedikit dari bilirubin yang
bersifat larut air merembes ke dalam plasma tetapi dalam keadaan normal bilirubin itu dikeluarkan
bersama empedu. Bilirubin pasca hepatik yang berkonjugasi bereaksi cepat dalam test-test yang biasa
dipakai dan sering dinamai bilirubin direk atau bilirubin langsung. Bilirubin yang bebas harus terlebih
dahulu dicampur dengan alkohol atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi dan karena itu nama
bilirubin indirek atau bilirubin tak langsung.
Kadar bilirubin direct sering meninggi pada disfungsi hepatoseluler, tetapi peningkatan itu tidak
menjadi setinggidibandingkan dengan akibat obstruksi saluran empedu yang ekstrahepatik.
Peningkatan bilirubin direct :
1. Gangguan intra hepatik, hepatitis virus, hepatitis alkoholik, klorpromozin sirosis.
2. Penyakt saluran empedu, sirosis bilier, kolangitis (idiopatik infeksiosa)
3. Obstruksi duktus empedu ekstrahepatik, batu empedu, karsinoma kantong empedu, duktus
biliaris, atau kaput pankreas.
Secara tradisional bilirubin total dan bilirubin direk diukur secara terpisah dan perbedaan
keduanya menghasilkan fraksi indirek. Bilirubin indirek meningkat kalau lebih banyak hemoglobin
dirombak dan juga kalau ada lebih banyak bilirubin yang tersalur ke usus. Jika ada kesulitan bagi hati
mengkunjogasi bilirubin indirek dalam serum meningkat, sedangkan banyaknya bilirubin yang sampai
di usus berkurang kalau konjugasi berlangsung normal, tetapi ekskresi melalui saluran empedu
terhambat, bilirubin menyusup kembali ke darah, sedangkan banyaknya bilirubin dan urobilinogen
menjadi kurang. Peningkatan bilirubin indirek dala serum berarti perombakan hemoglobin meninggi
atau fungsi hepatoseluler terganggu, peningkatan bilirubin direk menyarakan adanya obstruksi dalam
saluran empedu.
Peningkatan bilirubin indirek :
1. Hemolisis, hemoglobinopati, sferositosis, defesiensi G-6-PD autoimunitas, reaksi transfusi
hemolitik.
2. Pengurangan sel darah merah, perdarahan kedalam jaringan lunak atau rongga tubuh,
eritropoesis yang tidak efesien, anemia pernisiosa.
Metode : Modifikasi Schelong Wende
Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulfanilic acid membentuk suatu zat warna merah
pada larutan netral biru dalam larutan alkalis. Bilirubin glukoronida yang bisa larut
dalam air bereaksi langsung, sedangkan bilirubin yang bebas (indirect) hanya akan
bereaksi bila ada accelerator.
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 100 µL, 500 µL dan 1000 µL
- Tip kuning dan biru
- Tissue
- Fotometer
Reagensia :
- Reagent DBR (tutup biru)
- Reagent DNR (tutup biru)
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
Bahan pemeriksaan : serum
Cara kerja:
- Dipipet ke dalam tabung
Blanko sampel Sampel
Reagent DBR 1000 µl 1000 µl
Reagent DNR - 1 tetes
- Dicampur dan inkubasi selama 2 menit pada suhu kamar, kemudian tambahkan :
Serum 100 µl 100 µl
- Dicampur dan didiamkan 5 menit pada suhu kamar.
- Diukur absorben sampel terhadap blanko sampel pada Photometer panjang gelombang 546
nm dengan faktor 13,00
Perhitungan :
Bilirubin Direk = (Absorben sampel – Absorben blanko sampel) x 13,0 mg/dL
= ..............mg/dL
Bilirubin Indirek = Bilirubin total – bilirubin direk
= …...……mg/dL
Nilai Normal
- Bilirubin Direk : tidak lebih dari 0,25 mg/dL
- Bilirubin Indirek : tidak lebih dari 0,75 mg/dL
Soal-Soal:
1. Bagaimana kadar bilirubin total, direk dan indirek pada kasus anemia hemolitik?
2. Bagaimana kadar bilirubin total, direk dan indirek pada kasus sumbatan saluran empedu?
3. Mengapa pemeriksaan kadar blirubin harus dihindari serum yang hemolisis?
4. Mengapa pemeriksaan kadar bilirubin direk harus segera dilakukan tanpa harus ditunda
pemeriksaannya?
5. Mengapa bilirubin direk mewarnai jaringan?
6. Mengapa pemeriksaan bilirubin direk tidak memerlukan accelerator?
7. Gambarkan struktur Kimia Bilirubin Direk!
8. Apabila serum terlihat kuning tua, lalu pengukuran bilirubin melebihi dari batas linieritas
pengukuran, maka apa yang anda lakukan?
9. Sebutkan kondisi-kondisi yang meningkatkan kadar bilirubin direk!
10. Mengapa bilirubin direk dapat ditemukan dalam urine?
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XIX
GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (GGT)
SOAL-SOAL:
1. Sebutkan guna pemeriksaan Gamma-GT!
2. Selain Gamma GT, sebutkan pemeriksaan kimia darah yang menggunakan panjang gelombang
405 nm!
3. Mengapa pemeriksaan Gamma-GT lebih baik untuk pemeriksaan gangguan hepar karena obat
dan alkohol?
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Gamma Glutamil transferase
2. Hepatobilier
3. Hepatoseluler
4. Hepatitis alkoholik
5. Pengukuran kinetik meningkat
6. Fotometer
7. Kuvet
8. Panjang gelombang 405 nm
9. Monokromator
10. Absorben
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
FAAL JANTUNG
TUJUAN PERKULIAHAN
Tujuan Perkuliahan Secara Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faal jantung dan perannya dalam tubuh serta melakukan
pemeriksaan terhadap kadar faal jantung di dalam darah, interpretasi hasil, kondisi-kondisi yang
mempengaruhi temuan hasil laboratorium dan menyimpulkan hasil pengukuran baik pada keadaan
normal maupun abnormal dalam rangka menunjang penegakan diagnosa penyakit.
Materi Praktikum
1. LDH
2. CK
3. CK-MB
METODE
1. Ceramah
2. Tugas Mandiri
3. Praktikum Inquiri
4. Problem based Learning dan Project Learning
5. Diskusi kelompok
6. Quiz/responsi
WAKTU
Kegiatan Praktikum 3 x 60 menit tiap materi di laboratorium.
BAB XX
LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH)
Pemeriksaan LDH berguna untuk membedakan infark miokard dari kejadian di paru atau hati.
Mendiagnosis infark miokard dalam situasi yang sukar, pada pasca bedah atau renjatan berat,
menemukan hemolisis disamping hipoplasia sumsum tulang. Peningkatan LDH total ringan yang tak
spesifik terdapat pada bagian terbesar bentuk penyakit organik yang tersebar. Pada pasien infark
miokard maka pemeriksaan enzim plasma seperti AST, LDH, CK-NAC dan CK-MB akan mengalami
peningkatan akifitas. Aktifitas LDH akan lebih dahulu meningkat dibandingkan CK-NAC pada serangan
awal, setelah terjadi serangan hingga terjadi infark makan kadar CK-NAC dan CK-MB meningkat
tajam. Pemeriksaan troponin T akan menunjukkan hasil positif.
Apabila didapatkan hasil pengukuran sangat rendah dan atau sangat tinggi perlu dilakukan
pengukuran ulang hingga 3 kali dengan petugas atau personil yang lain agar dapat terkoreksi
kesalahan acak dan sistematik dalam melakukan pengukuran. Hasil pegukuran darah yang sangat
rendah mungkin terjadi pada keadaan aktifitas LDH rendah atau mungkin pengerjaan spesimen lebih
dari 1 jam. Hasil yang sangat tinggi pada serum pasien yang diukur berarti pasien mengalami keadaan
patologis, ditemukan pada keadaan penyakit infark miokoard, hemolisis disamping hipoplasia sumsum
tulang. Untuk mendapatkan linearitas pengukuran maka pemeriksaan harus dilakukan pengenceran
serum dan dikalikan hasil pengukuran dengan faktor pengenceran.
Metode : Kinetik Reaksi Menurun (Decrease reaction)
Prinsip : Lactat Dehydrogenase (LDH) mengkatalisa reduksi piruvat oleh NADH untuk
membentuk lactat dan NAD+, konsentrasi katalisa adalah pembentukan dari laju
pengurangan NADH, diukur pada λ 340 nm .
Reaksi : Piruvate + NADH + H+ LDH
Lactate + NAD +
Alat :
- Fotometer - Timer
- Tabung reaksi kecil dan Rak tabung - Waterbath 37OC
- Timer, Yellow tip dan blue tip - Mikropipet 100 µl dan 1000 µl
Reagensia :
- Reagen A (1 x 40 ml)
• Tris 100 mmol/l
• Pyruvat 2,75 mmol/l
• Sodium Chloride 222 mmol/l pH 7,2
- Reagen B (1 x 10 ml)
• NADH 1,55 mmol/l
• Sodium azide 9,5 g/l
- Reagen kerja : Masukkan reagen B kedalam reagen A, campur dengan baik.
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
Bahan pemeriksaan : serum
Cara Kerja :
- Pipet kedalam tabung :
Temperatur reaksi 37°C
Reagen kerja 1000 µl
Serum 20 µl
- Dicampur dan inkubasi selama 1 menit, langsung diukur secara kinetik penurunan absorben
pada fotometer dengan panjang gelombang 340 nm
Pengamatan dan Pembacaan :
- Absorben blanko udara : 0,000
- Dicatat Absorben 1, 2 dan 3
- Absorben rata-rata 1 menit :
Perhitungan :
ALT (U/L) = Delta absorben per menit x F Kinetik (37°C)
= .............. x F Kinetik
Nilai normal :
Temperatur Dewasa
U/L uKat/L
0
25 C 105 – 210 1,70 – 3,50
300C 140 – 280 2,30 – 470
370C 207 – 414 3,40 – 6,80
SOAL-SOAL:
1. Mengapa LDH diperiksa menggunakan kinetik pada panjang gelombang 340 nm?
2. Mengapa LDH lebih baik digunakan untuk pemeriksaan faal jantung dibandingkan kondisi lain?
3. Jelaskan persiapan-persiapan yang dilakukan untuk pemeriksaan LDH dalam serum!
4. Sebutkan manfaat pemeriksaan LDH dalam laboratorium klinik bagi pasien yang memerlukan!
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. LDH 10. Hipotiroidisme
2. Isoenzim 11. Sebutkan kondisi LDH meningkat
3. Infark miokard 12. Sebutkan kondisi LDH sangat meningkat
4. Tumor germinativum 13. Sebutkan isoenzim LDH
5. Infark ginjal 14. Kolangitis
6. Hemolisis
7. Delirium tremens
8. Distrofi otot
NAMA :
No. ABSEN :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXI
CK - MB
Sejak tahun 1960 pemeriksaan CK-MB isoenzim telah diterima secara luas sebagai standard
emas untuk penetapan diagnosis IMA. Sampai saat ini CK-MB masih direkomendasikan sebagai
protein petanda IMA. Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan antibodi monoklonal telah
merubah pengukuran pengukuran CK-MB kualitatif menjadi CK-MB kuantitatif (mass) yang lebih
spesifik untuk nekrosis otot jantung. CK-MB terlepas dalam sirkulasi setelah IMA; paling cepat
terdeteksi 3-4 jam setelah onset gejala dan tetap meningkat kira-kira 65 jam pasca infark. CKMB mass
dilaporkan pada 50% diagnosis IMA setelah 3 jam pasca onset dan lebih dari 90% setelah 6 jam.
Meskipun CK-MB menjadi suatu alat yang penting dalam mengevaluasi suatu sindroma koroner akut.
Peningkatan kadar CKMB secara bermakna didapatkan pada pasien dengan trauma otot skeletal akut
(59%), penyakit otot kronik (78%), dan gagal ginjal kronik (3,8%).
CK-MB adalah 1 dari 3 isoenzim dimerik yang terdiri dari aktivitas total CK. Seluruh sitoplasmik
CK disusun oleh sub unit M dan/atau B yang saling berhubungan membentuk isoenzim CK-MM, CK-
MB, dan CK-BB. CK-MM sebagian besar berada di otot lurik, keduanya yaitu pada otot skelet dan
miokard. Pada pasien yang memiliki penyakit jantung, sebagai contoh: sterosis aorta, penyakit
pembuluh darah koroner (CAD), atau keduanya, isoenzim CK-MB sekitar 20% lebih dari total CK di
dalam jaringan, dimana kandungan CK-MB hanya 0-3% dari total CK di otot skeletal. Karakteristik
peningkatan dan penurunan CK-MB pada pengukuran secara serial merupakan patognomonis untuk
mendiagnosis Ml. Peningkatan pertama CK-MB setelah MI membutuhkan 4-6 jam setelah onset gejala.
Untuk diagnosis dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, sampel serial dibutuhkan selama
periode 8-12 jam.
Metode :
Prinsip :.
Reaksi :
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tip kuning dan biru
- Fotometer
- Tissue
Reagensia :
Perhitungan :
CK-MB (U/L) = Delta absorben per menit x Faktor Kinetik
Nilai normal : Pia 8-23 U/L
SOAL-SOAL:
1. Sebutkan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium untuk faal jantung!
2. Mengapa pemeriksaan CK-MB harus mengarah ke indikasi pasien dengan gejala gangguan
jantung?
3. Jelaskan teori singkat tentang CK, CK-MB dan iso enzimnya!
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. CK
2. CK-MB
3. CK-BB
4. CK-MM
5. IMA
6. Skeletal
7. Tauma otot
8. Isoenzim
9. Otot lurik
10. Penyakit jantung koroner
11. Sensitivitas tes
12. Spesifisitas tes
NAMA :
No. ABSEN :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXII
CREATINE KINASE (CK)
Kreatin kinase (CK) atau juga dikenal dengan nama kreatin fosfokinase (CPK) merupakan
enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka, dan dalam
konsentrasi rendah pada jaringan otak.
CK adalah suatu molekul dimerik yang terdiri dari sepasang monomer berbeda yang disebut M
(berkaitan dengan otot), dan B (berkaitan dengan otak), sehingga terdapat tiga isoenzim yang dapat
terbentuk : CK1 (BB), CK2 (MB), dan CK3 (MM). Isoenaim-isoenzim tersebut dibedakan dengan
proses elektroforesis, kromatografi pertukaran ion, dan presipitasi imunokimia.
Distribusi isoenzim CK relatif spesifik jaringan. Sumber jaringan utama CK adalah otak dan otot polos
(BB), otot jantung (MB dan MM), dan otot rangka (MM; otot rangka normal juga memiliki sejumlah kecul
MB, kurang dari 1%).
Pemakaian utama CK untuk kepentingan klinis adalah untuk mendeteksi infark miokardium
akut (MCI). Distribusi CK dalam miokardium adalah sekitar 80% MM dan 20 % MB, sedangkan
isoenzim di otot rangka hampir seluruhnya adalah MM. Dengan demikian kemunculan mendadak CK-
MB dalam serum mengisyaratkan asal dari miokardium, terutama pada situasi klinis yang pasiennya
mengalami nyeri dada dan perubahan elektrokardiogram. CK dan CK-MB serum meningkat dalam 4
– 6 jam setelah MCI akut, mencapai puncaknya dalam 18 – 24 jam (> 6 kali kadar normalnya) dan
kembali normal dalam 3 – 4 hari, kecuali jika terjadi perluasan infark atau reinfark.
Sensitivitas CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifisitas agak rendah. Peningkatan
CK-MB isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung. CK-MB juga dapat meninggi
pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary obstructive myocardial necrosis, seperti peradangan,
trauma, degenerasi.
Untuk meningkatkan ketelitian penentuan diagnosis MCI dapat digunakan rasio antara CK-MB
dengan CK total. Apabila kadar CK-MB dalm serum melebihi 6 – 10 % dari CK total, dan tes-tes
tersebut diperiksa selama 36 jam pertama setelah onset penyakit, maka diagnosis MCI dapat dianggap
hampir pasti.
Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma heparin dari
darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan
injeksi intra muscular (IM). Sampel serum atau plasma harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah
pencemaran oleh adenilat kinase) dan disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa.
Serum atau plasma dapat digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu kamar
selama beberap jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera dilakukan untuk
menghasilkan informasi yang signifikan secara klinis.
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tip kuning dan biru
- Fotometer
- Tissue
Reagensia :
- Reagen kerja : dicampur 1 vial reagen B dengan 20 ml reagen A.
- Stabilitas : Reagent stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
Reagent B disimpan terlindung dari sinar matahari.
Bahan pemeriksaan : serum
Cara kerja :
- Dipipet ke dalam tabung :
Blanko Standard Sampel
Serum 10 µl 10 µl
Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl
- Dicampur dan inkubasi selama 1 menit, langsung diukur secara kinetik penurunan absorben
pada fotometer dengan panjang gelombang 340 nm standar dan sampel terhadap blanko
reagent.
Pengamatan dan Pembacaan :
- Absorben blanko udara : 0,000
- Dicatat Absorben 1, 2 dan 3
- Absorben rata-rata 1 menit :
Perhitungan :
CK (U/l) = Delta absorben per menit x Faktor Kinetik
Nilai normal : Pria = 5 – 170 U/l
Wanita = 30 – 135 U/l
NAMA :
No. ABSEN :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
TUJUAN PERKULIAHAN
Tujuan Perkuliahan Secara Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang analisis elektrolit darah dan perannya dalam tubuh serta
melakukan pemeriksaan terhadap analisis elektrolit darah, interpretasi hasil, kondisi-kondisi yang
mempengaruhi temuan hasil laboratorium dan menyimpulkan hasil pengukuran baik pada keadaan
normal maupun abnormal dalam rangka menunjang penegakan diagnosa penyakit.
Materi Praktikum
1. Kalium (K)
2. Natrium (Na)
3. Chlorida (Cl)
4. Calcium (Ca)
METODE
1. Ceramah
2. Tugas Mandiri
3. Praktikum Inquiri
4. Problem based Learning dan Project Learning
5. Diskusi kelompok
6. Quiz/responsi
WAKTU
Kegiatan Praktikum 4 x 60 menit di laboratorium.
BAB XXIII
ELEKTROLIT DARAH
XXIII.1 PENDAHULUAN
Pengertian
Peran elektrolit secara keseluruhan antara lain mengatur proses metabolisme,
mempertahankan tekanan osmotik dan pH cairan tubuh, pengaturan fungsi otot dan saraf. Karena
elektrolit memegang banyak peran, maka mudah dipahami kalau terjadi perubahan kadar elektrolit
dalam cairan tubuh, akan banyak gangguan yang terjadi.
Natrium mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan listrik dalam membran sel,
berperan dalam transmisi impuls saraf, sebagai kofaktor enzim dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan asam-basa. Kalium merupakan kation utama di dalam sel-sel (intrasel) dan terdapat dalam
konsentrasi relatif rendah di dalam cairan ekstra selluler. Kalium difiltrasi secara bebas oleh
glomerulus dan banyak direabsorbsi pada tubulus proksimal, kalium urine berasal dari sekresi tubulus
distalis di bawah pengaruh mineral kortikoid, dan berkaitan dengan transpor natrium. Kalium
mempunyai fungsi dalam aktivitas neuro-muskuler, dalam proses metabolisme, mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh dan mempertahan kan tekanan osmotik.
Calsium mempunyai fungsi koagulasi darah, aktivasi neuro-muskuler, antialergi dan
pembuatan tulang. Chlorida mempunyai fungsi dalam mempertahankan keseimbangan air,
mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh, mempertahankan keseimbang- an listrik.
Pemeriksaan Natrium spesifik untuk diagnosa deplesi natrium dengan hipnatremia atau
hipernatremia akibat penyakit degeratif, gagal ginjal, diare akut dan kronis. Pada kasus diare akut
tubuh akan kehilangan sebagian air dan ikut hilang elektrolit termasuk natrium. Terjadi perubahan
keseimbangan elektrolit darah termasuk elektrolit lain seperti Kalium, chlorida dan calcium. Kehilangan
cairan yang mengandung natrium disebabkan oleh luka bakar, lesi kulit eksudatif hebat atau melalui
keringat yang masif, kelelahan oleh panas natrium hilang melalui keringat. Sejumlah besar natrium
dan air bisa hilang melalui sekresi saluran cerna, melalui fistula, muntah dan diare (erutama kolera),
steatorea serta aspirasi usus atau obstruksi intestinalis tinggi. Retensi air dan natrium sering dengan
aldosteronisme skunder, selalu mungkin ditemukan pada pasien dengan payah jantung, kegagalan
ginjal hiponatremia dan kegagalan ginjal hipertensif.
Pemeriksaan kalium spesifik untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan terjadinya
hiperkalemia dan hipokalemia, misal penyakit addison, gagal ginjal, asidosis dan alkalosis. Pada gagal
ginjal yang berat, karena penyakit glomerulus atau berkurangnya aliran plasma ginjal maka kalium
ditahan dan peningkatan konsentrasi kalium plasma. Hal ini disebabkan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus. Efek toksik utama hiperkalemia adalah atas hantaran neuromuskuler terutama dalam
jantung dan timbul bila kadar kalium plasma 7,5 mmol/l, timbul bradikardia hingga dapat terjadi cardiac
arrest.
Pemeriksaan Calsium spesifik untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan terjadinya
hiperkalsemia dan hipokalsemia, misal hipoparatiroidisme, kerusakan ginjal, asidosis dan keganasan
organ tubuh termasuk tulang. Hipokalsemia disebabkan defisiensi masukan dan atau absorpsi
kalsium, karena hipoparatiroidisme atau karena kehilangan berlebihan melalui ginjal pada kerusakan
tubulus atau asidosis. Hiperkalsemia terjadi karena kelebihan pemecahan tulang. Hiperkalsemia
menyebabkan kelemahan otot, gejala-gejala gastrointestinalis, giddiness, haus hebat, kelemahan
nyata disertai dengan poliuria dan kerusakan ginjal.
Pemeriksaan Chlorida spesifik untuk diagnosa deplesi Chlorida dan kelebihan chlorida pada
penyakit degeratif, gagal ginjal, diare akut dan kronis. Pada kasus diare akut tubuh akan kehilangan
sebagian air dan ikut hilang elektrolit termasuk chlorida. Terjadi perubahan keseimbangan elektrolit
darah termasuk elektrolit lain seperti Kalium, natrium dan calcium.
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan
negatif yaitu klorida (Cl- ). Jumlah ion klorida (Cl- ) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan
sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida
tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan
juga pankreas. Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam
menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis
penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga
keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na+), ion klorida juga merupakan ion
dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.
POLITEKNIK UK-AK BJM
74
Chlorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam menjaga
keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, serta mempertahankan volume darah normal,
tekanan darah, dan pH cairan tubuh. Sebagian besar Cl di dalam tubuh berasal dari garam (NaCl)
yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Klorida diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal, dan
kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin.
Pemeriksaan chlorida yang berguna untuk mengukur konsentrasi klorida (Cl) di dalam tubuh.
Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan
cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, serta mempertahankan volume darah normal, tekanan darah,
dan pH cairan tubuh. Nilai Cl harus diinterpretasikan dengan nilai elektrolit dan asam-basa yang lain
seperti natrium (Na), kalium (K), dan bikarbonat (HCO3). Pemeriksaan chlorida Membedakan
diagnosis asidemia dan alkalemia, dan mendeteksi beberapa kondisi seperti defisiensi mineral
kortikoid, asidosis, diare, renal tubular asidodis, penyakit Addison, alkalosis metabolik, diabetik
ketoasidosis, dan gangguan kesehatan lain.
Nilai normal :
Dewasa 95-105 mEq/L
Anak 98-110 mEq/L
Bayi 95 -110 mEq/L
Bayi baru lahir94-112 mEq/L
Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah
garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obatThiazid,
diuretik, dan Iain-lain. Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan
natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain.
1. Switch on pada power supply dibagian belakang instrumen. Biarkan instrument start up dan
melakukan “self inisializing”.
2. Setelah siap alat, tekan CAL 2, biarkan alat melakukan pengukuran hingga selesai
3. Kemudian tekan CAL 1, Biarkan hingga alat selesai melakukan kalibrasi. Jika selesai kalibrasi
dan slop solution telah siap lalu muncul perintah “please input the order.
4. ketika Sampel ditest, jalankan sampling kolektor, pada layar akan tampak perintah
memasukkan sampel ” insert sample”.
5. Buka pin sampling dan masukkan sampel pada pin sampling, akan terlihat perintah automatic
sampling ”automatic sampling sample”. Alat akan melakukan penyedotan secara automatik
6. Tunggu hingga ada tanda bel/buzzer berarti sampling selesai.
7. Biarkan alat melakukan analisa dan hasil akan di printout secara otomatis pada kertas printer
thermal.
8. Lakukan CAL 2 dan CAL 1 setiap menghidupkan alat.
Perhitungan :
Perhitungan hasil telah dilakukan oleh alat elektrolit.
Nilai Normal :
1. Kalium (K+) : 3.50 – 5.00 mmol/L
2. Natrium (Na+) : 135.0 – 145.0 mmo/L
3. Chlorida (Cl-) : 96.0 – 106.00 mmol/L
4. Calcium (Ca++) : 1.12 – 1.32 mmol/L
SOAL-SOAL:
1. Sebutkan guna pemeriksaan elektrolit dalam darah!
2. Mengapa elektrolit selalu dipantau pada pasien ICU dan ICCU?
3. Mengapa pemeriksaan elektrolit tidak diperkenankan menggunakan antikoagulant?
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. Elektrolit Kalium 11. Cairan Intraseluler
2. Elektrolit Natrium 12. Cairan Intertisial
3. Elektrolit Calsium 13. Asidosis metabolik
4. Elektrolit Chlorida 14. Asidosis respiratorik
5. Hiponatremia 15.
6. Hipernatremia
7. Hipokalemia
8. Hiperkalemia
9. Hipokalsemia
10. Cairan Ekstraseluler
NAMA :
No. ABSEN :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXIV
ANALISA GAS DARAH
XXIV.1 PENDAHULUAN
XXIV.1.1 Pengertian
Pemeriksaan pH /Gas-gas di dalam darah pada akhir-akhir ini sudah mulai banyak diminati oleh
para klinisi, dimana sebelumnya hanya diminta pemeriksaan kadar Bikarbonat saja. Pengertian pH
disini adalah kesamaan darah yang dapat menghasilkan asidosis (kalau pH <7,40 ± 0,05), sedangkan
yang dimaksud dengan gas-gas dalam darah adalah pCO2 dan pO2 yang satuannya adalah mmHg.
Jadi dengan alat yang sangat sederhana sudah dapat diukur nilai-nilai pH, pCO2 dan pO2 ; parameter
yang lainnya yaitu: TCO2, HCO3-, % saturasi O2, Base – Excess (= BE , tanda +). Base – Defecit (=
BD, tanda -) dihitung/dikalkulasi dari ketiga parameter tersebut dengan bantuan normogram atau
dihitung/dikalkulasi secara automatis dengan alat yang lebih canggih. Dalam perhitungan parameter
tambahan tersebut perlu disertakan suhu dan hasil pemeriksaan Hb pasien terakhir.
Alat pH/gas – gas darah seperti telah disebutkan diatas mengukur pH, pCO2 dan pO2
(menggunakan 3 elektrode) dan menghitung : HCO3-, TCO2, % saturasi O2 dan deviasi basa dari
buffer basa normal =NBB). Terhadap masing elektrode tersebut perlu dilakukan kalibrasi dengan dua
macam larutan buffer yang sudah diketahui pH-nya (7,383 dan 6,841). Kalau alat sudah siap pakai
(Ready), baru dilakukan pengecekan validitas dengan 3 macam kontrol yaitu : normal, asidemia
dan alkalemia.
Pemeliharaan Elektrode:
Adanya kontaminasi protein pada elektrode akan mengakibatkan respons elektrode lambat. Untuk
menghindari ini perlu dilakukan pencucian elektrode dengan larutan proteolitik seminggu sekali.
Penggantian membran & cairan elektrode dapat dilihat dari hasil pengecekan status & sensitivitas.
Bila dalam buffer ini mendapat tambahan H+ atau OH- maka akan terjadi perubahan
sebagai berikut :
Bila mendapatkan tambahan H maka :
H+ + HCO3- < =========== > H2CO3 < === > H2O + CO2
H+ + Buf - < ============= > Hbuf
Jadi reaksi a) dan b) akan bergeser ke kiri.
Bila mendapatkan OH- maka :
H2CO3 + OH- < ===== > H2O + HCO3-
Hbuf + OH- < ===== > H2O + Buf-
Jadi reasksi a) dan b) akan bergeser ke kanan.
2.2.2 Paru-Paru
Paru-paru mengadakan kompensasi terhadap ancaman asidosis dan alkalosis dengan cara
merubah kecepatan pernapasan/ventilasi (hipoventilasi/hiperventilasi). Dengan cara ini pCO2
(komponen respirasi=komponen asam atau penyebutnya) dapat meningkat atau menurun. Jadi
ada hubungan terbalik antara kecepatan ventilasi alveoler dengan [H2CO3] dalam darah. Paru-
paru memerlukan waktu 24 jam untuk mencapai kompensasi yang maksimal.
2.2.3 Ginjal
Ginjal mengadakan kompensasi terhadap ancaman asidosis dan alalosis dengan cara :
Pertukaran Na+ < ------- > H+ (pada tahap I dan tahap II)
Na+ < ------- > NH44 (pada tahap III)
a. Ditubulus proksimalis : NaHCO3 yang difiltrasi ke dalam lumen tubuler, Na +nya ditukar
dengan ion H+ (hasil sintesa oleh sel-sel tubuler Carbonic Anhidrase (CAH))
b. Di tubulus distalis : Na+ yang ditukar dengan ion H+ berasal dari senyawa Na2HPO4 yang
difiltrasi ke dalam lumen tubular. Pada tahap ini tubuh mendapat NaHCO3 baru, dan
ginjal akan mengekskresikan NaH2PO4 ke dalam urin, sehingga urin bereaksi asam.
c. Di tubulus distalis (tahap ketiga) : Na dari lumen tubular berasal dari NaCl dan Na +
tersebut ditukar dengan NH4+ yang berasal dari proses deaminasi asam amino glutamine.
Di dalam sel tubular renal, proses deamiasi akan menghasilkan NH3 yang dapat
menembus sel membran kemudian masuk ke dalam lumen tubular dari nefron. NH3
merupakan konyugat basa, sehingga ia dapat menerima ion H + di dalam lumen tubular
menjadi NH4+ yang selanjutnya akan mengikat Cl- menjadi NH4Cl dan diekskresi ke
dalam urin dan urin bereaksi lebih asam lagi. Pada tahap ini pertukaran terjadu antara
Na+ dengan NH4+.
BLOOD GAS
RUNNING QUALITY CONTROL – SRCs
(Standar Refrensi Cassettes)
Dilakukan setiap hari sebelum mengerjakan sampel berfungsi untuk memastikan alat bekerja dengan
baik atau tidak.
Open Cover – Insert SRC Buka SMC Cover, bersihkan opticca SMC pasang kaset
Close Cover SRC, tutup SMC Cover
BLOOD GAS
RUNNING HB CALIBRASI
(Dilakukan satu kali dalam tiga bulan)
RUN : SRC Controls Select setup, ENTER masukkan password 404, ENTER
Data TimeDate Setup Diag
Calibrating
Tunggu sampai keluar hasil
Please Wait
Print Out akan keluar
Buka SMC Cover, lepas kaset AVL,
Simpan ditempatnya
BLOOD GAS
RUNNING SAMPEL PASIEN
Mix and place the XXX Tempelkan sampel pada kaset , ENTER (biarkan sampel
Sample – Press <ENTER> dihisap secara otomatis)
Measuring – To Input XXX Tekan ENTER sambil menunggu hasil masukkan data
Pat. Data press <ENTER> pasien al : suhu tubuh, PCO2, Hb
BLOOD GAS
Persiapan Sampel :
1. Siapkan spuit 1 ml / 2.5 ml, Heparin dan keperluan pengambilan sampel lainnya.
2. Bilas spuit dengan Heparin
3. Ambil sampel (darah Arteri)
4. Hilangkan gelembung udara pada spuit yang telah berisi sampel tersebut.
5. Tutup lobang jarum spuit tersebut dengan cara menancapkannya pada tutup botol karet.
6. Sampel paling lambat 15 menit pada suhu ruang / 1 jam dalam termos es harus diperiks.
7. Data pasien harus lengkap al : nama pasien, jenis kelamin, suhu tubuh, PCO1, Hb, jenis
oksigen (masker / hidung), jumlah oksigen (liter/menit)
b. Metabolik
pH < 7,35 ; BE -2 pH > 7,45 ; BE +2
Asidosis Alkalosis
Pengukuran pertama : Pengukuran pertama :
pH : 7,20 pH : 7,50
BE : - 4 BE : +5
Asidosis metabolik (primer) Alkalosis respiratorik (primer)
c. Respiratorik
POLITEKNIK UK-AK BJM
89
Catatan :
pH : menentukan asidosis / alkalosis
pCO2 : respiratorik bila meningkat
BE : metabolik bila (-)
HCO3- : 21-25 mmHg
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
2. Parameter :
3. Dasar Teori :
4. Sumber Pustaka :
5. Prinsip :
6. Spesimen :
8. Komposisi Reagen :
10. Hasil :
11. Kesimpulan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan
TUJUAN PERKULIAHAN
Tujuan Perkuliahan Secara Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jaminan dan perannya dalam tubuh serta melakukan
pemeriksaan terhadap kadar tiap parameter pool serum di dalam darah.
Materi Praktikum
1. Pembuatan serum kontrol pool
METODE
1. Ceramah
2. Tugas Mandiri
3. Praktikum Inquiri
4. Problem based Learning dan Project Learning
5. Diskusi kelompok
6. Quiz/responsi
WAKTU
Kegiatan Praktikum 4 x 60 menit x 5 pertemuan tiap materi di laboratorium.
BAB XXV
PEMBUATAN SERUM KONTROL POOL
Memanfaatkan sisa bekas serum pasien lebih baik daripada tidak sama sekali melakukan
pemantapan mutu (kendali mutu) karena terkendala biaya serum kontrol pabrikan yang mahal.
Caranya dengan pool serum. Cara ini lebih mengarah ketelitian ketimbang ketepatan. Mungkin dapat
dikatakan versi murah serum kontrol unassayed pabrikan. Secara ringkas berikut ulasannya.
Pool serum merupakan serum yang didapat dengan cara mengumpulkan serum-serum
penderita/pasien yang tersisa setelah kegiatan pemeriksaan selesai dalam suatu wadah, namun
serum tidak hemolitik dan lipaemik kemudian dimasukkan dalam freezer. Lalu apabila sudah
mencukupi jumlahnya dicampur semua serum kumpulan tadi dalam wadah dengan tujuan mencairkan
dan menghomogenkan. Lalu diaduk merata, disentrifuge bila ada RBC dan dibuang.
Prosedur pembuatan :
1. Sisa-sisa serum penderita yang bebas dari hemolisa dan lipaemia dikumpulkan dalam suatu botol
plastik yang bersih dan steril pada suhu -20°C. pengumpulan tersebut dilakukan hingga mencapai
jumlah volume cukup untuk suatu periode kontrol.
2. Serum yang telah terkumpul dicairkan kembali (sebaiknya menggunakan bak air dengan suhu
sekitar 25°C), lalu diaduk secara hati-hati. Campuran dari serum tersebut disentrifugasikan untuk
memisahkan bagian-bagian yang tidak homogen.
3. Seluruh supernatan (bagian larutan yang homogen) dicampur menjadi satu dalam sebuah
penampung besar dan diaduk secara hati-hati. Campuran serum tersebut dinamakan “pool
serum”.
4. Pool serum diisi ke dalam botol-botol kecil yang steril dengan volume yang mencukupi kebutuhan
pemantapan kualitas untuk satu hari. Lalu botol-botol tersebut ditutup rapat dan disimpan pada
suhu -20°C.
Periode pendahuluan:
1. Lakukan pemeriksaan setiap hari dengan cara mengambil 1 vial yang telah dicairkan.
2. Masukkan hasil dalam tabel periode pendahuluan
3. Hitung CV, SD, mean, batas 1SD, 2SD, 3SD dan lainnya.
Periode kontrol:
1. Setelah melalui periode pendahuluan, maka langsung bisa masuk ke periode kontrol untuk
bulan selanjutnya.
2. Masukkan hasil dan buatlah grafik, aturan westgard dan levey jenning.
Catatan:
Hati-hati dengan serum kumpulan, risiko infeksi HIV, HBV, HCV oleh sebab itu pastikan yang
benar-benar aman yang diambil sebagai serum pool.
POLITEKNIK UK-AK BJM
KOREKTOR 96
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
2. Parameter :
3. Dasar Teori :
4. Sumber Pustaka :
5. Prinsip :
6. Spesimen :
8. Komposisi Reagen :
10. Hasil :
11. Kesimpulan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan
BAB XXVI
ANALISIS BATU SALURAN KEMIH
Batu ginjal adalah segala macam benda padat yang terdapat di dalam saluran kemih dan dapat
ditemukan dalam pelvis renal, ureter, dan kandung kemih. Batu ini dapat dikeluarkan bersama urine
atau melalui operasi.
Batu ginjal (kalkulus) terbentuk bila konsentrasi suatu zat terlarut melebihi kemampuannya
untuk tetap berada dalam larutan (keseimbangan kelarutan). Batu mengendap di saluran kemih bila
terdapat kelebihan jumlah zat tersebut di dalam urine.
Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan sebagai batu ginjal dan batu saluran
kemih. Komponen batu saluran kemih mencakup kalsium, oxalat, fosfat, magnesium, amonium, asam
urat dan sistin. Batu ginjal tidak selalu menimbulkan gejala jika batu terbentuk pada permukaan papila
renalis atau didalam duktus koligentes. Namun, umumnya yang terjadi adalah batu tersebut pecah,
terlepas, dan memasuki ureter atau menyumbat daerah pertemuan antara ureter dan pelvis renalis,
menyebabkan nyeri dan obstruksi.
Analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap unsur-unsur kimia batu ginjal digunakan untuk
menentukan etiologi dan rencana terapi serta membantu membedakan diagnosis diferensial. Indikasi
pemeriksaan batu ginjal apabila terdapat serangan pertama kholik ginjal adalah untuk melakukan
usaha pengeluaran batu. Setelah komposisi batu diketahui, kita dapat mendeteksi faktor risiko
terbentuknya batu saluran kemih sehingga kondisi ini dapat diobati dan dicegah. Tujuan pemeriksaan
batu adalah untuk mengetahui jenis dan komposisinya. Metode pemeriksaan meliputi makroskopik dan
kimiawi.
Analisis batu saluran kemih sangat diperlukan untuk menentukan jenis batunya, lapisannya,
hingga penyebabnya. Oleh sebab itu batu yg didapat harus dianalisis dan dibelah dgn gergaji untuk
melihat lapisannya. Inti bagian dalam merupakan cikal bakal pembentukan batu. Kristal oxalat
membentuk batu lebih kecil namun padat, sedangkan kristal urat membentuk kristal besar namun tidak
padat. Umumnya batu disebabkan oleh : Calcium oxalat, Asam urat, calcium sulfat, calcium carbonat,
struvit, urat amorf. Kadang juga asam jengkolat juga tersangka batu.
CARA KERJA:
1. MAKROSKOPIK
▪ Perhatikan lebih dahulu jumlah batu, besarnya, warnanya, kerasnya dan tampang
permukaan; data serupa itu dapat memberi petunjuk ke arah susunan kimia batu yang sedang
diperiksa.
▪ Batu asam urat biasanya ditemukan multipel, besarnya berbeda-beda dari beberapa mililiter
sampai ½ cm, bentuk sering membundar dan permukaannya halus.
▪ Batu fosfat dan carbonat sering mencapai ukuran besar sampai beberapa cm garis
tengahnya, warnanya seperti kapur dan kadang-kadang bentuknya merupakan tuangan dari
tempat pembentukannya.
▪ Permukaan batu oxalat sering agak berkilauan halus dan bertonjolan kecil-kecil.
▪ Batu cystine biasanya kecil-kecil dan multipel.
2. KIMIAWI
Pemeriksaan kimia menhendaki supaya batu digerus sampai halus sebelum melakukan test kimia.
Jika ada batu yang ukurannya cukup besar, ada baiknya terlebih dulu membelah batu itu memakai
gergaji halus guna memperhatikan struktur batu; sering dapat dilihat lapisan-lapisan konsentris
sebagai tanda bahwa susunannya terdiri dari berbagai macam zat.
Untuk mencari adanya Kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan gugusan amonium (NH4) diperlukan
extraksi dari gerusan batu dalam HCl. Campurlah agak banyak gerusan batu dengan HCl 10%,
saringlah seadanya, dengan memakai corong kecil yang disumbat sedikit kapas sebagai filter.
Filtrat ini tidak perlu jernih.
a. Asam Urat dan Urat Lainnya
Gerusan batu dalam tabung kecil bergaris tengah kl. 11 mm, diberi 1 tetes larutan Na2CO3
20% dan 2 tetes reagens asam urat. Reagens ini berisi fosfowolframat dan susunannya sama
dengan reagens asam urat yang dipakai untuk penetapan asam urat dalam serum. Warna
biru tegas yang segera terjadi menandakan reaksi positif
b. Fosfat
Gerusan batu dalam tabung reaksi kecil dicampur 2-5 tetes larutan amonium molibdat
kemudian dipanasi diatas nyala api. Reaksi positif kelihatan dari terjadinya endapan kuning.
(Larutan amoniummolibdat: larutkan 3,5 ammoniummolibdat dalam 5 ml aquadest kemudian
ditambah 25 ml HNO3 pekat)
c. Oxalat
Kepada gerusan batu dibubuhi beberapa tetes HCl 10% kemudian bubuk MnO 2-. Terlepasnya
gas secara bergejolak dari dasar tabung berarti reaksi ini positif.
d. Karbonat
Gerusan batu dicampur dengan HCl 10% dengan jumlah berlebihan. Reaksi positif apabila
pembentukan gas CO2 terjadi secara menyeluruh dalam campuran itu
e. Cystine
Gerusan batu diberikan 1 tetes amonium hidroksida kemudian 1 tetes NaCN 5% yang dibuat
segar, tunggu 3 menit dan sesudah itu tambah berapa tetes larutan natrium nitropruside yang
segar. Kalau ada cystine timbil warna merah.
f. Calcium
Filtrat dicampur dengan larutan ammonium oxalat 20%. Terjadi presipirat putih bila ada
calcium.
g. Magnesium
Lebih dulu dibubuhi beberapa tetes larutan NaOH 20% kepada filtrat supaya reaksi menjadi
alkalis. Kemudian ditambah reagens magnesium (1 mg p-nitrobenzeba-azoresorcinol dalam
100 ml larutan NaOH 1N). Adanya magnesium ditandai oleh perubahan warna reagens yang
semula merah menjadi biru. Modifikasi dengan indikator Murexide atau Indikator EBT.
h. Ammonium
Alkaliskan terlebih dahulu filtrat dengan beberapa tetes larutan NaOH 20% kemudian
tambahkan beberapa tetes reagens Nessler. Warna atau presipitasi kuning-coklat timbul bila
terdapat gugusan amonium.
Bahan serbuk:
1. Amonium Oxalat
2. Natrium karbonat
3. Magnesium chlorida
4. Natrium Fosfat
5. Kalsium klorida
6. Larutan NaOH 20%
Caranya:
1. Siapkan aquadest secukupnya dalam beaker glass
2. Tambakan serbuk reagensia diatas, dan khusus Natrium karbonat dibasakan dengan 1-3 tetes
NaOH, agar tidak bergejolak CO2.
3. Aduk sampai jadi bubur endapan
4. Pisahkan jadi 2 bagian, bagian pertama dikeringkan dalam oven pengering. (Bentuk pasir)
POLITEKNIK UK-AK BJM
102
5. Bagian kedua dicampur dengan semen putih untuk membentuk batuan agak keras. Keringkan.
Catatan:
Dengan ini maka akan dapat bahan uji: anion Fosfat, karbonat dan Oxalat, kation Amonium, Kalsium
dan Magnesium. Hasil pencampuran akan tercampur membentuk: MgNH 4PO4, CaCO3, MgCO3,
(Ca)3(PO4)2, CaC2O4. Kecuali asam urat, maka tidak bisa dibuat karena tidak ada bahan bakunya.
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
2. Parameter :
3. Dasar Teori :
4. Sumber Pustaka :
5. Prinsip :
6. Spesimen :
8. Komposisi Reagen :
10. Hasil :
MAKROSKOPIK
KIMIAWI
11. Kesimpulan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan
BAB XXVII
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN GLIKAT (HbA1c)
HbA1c atau haemoglobin A1c atau A1c merupakan komponen kecil pada haemoglobin yang
berikatan terhadap gula darah. Haemoglobin sendiri merupakan bagian dari sel darah merah yang
memberikan pigmen warna merah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Dengan mengukur
HbA1c, dokter dapat melihat rata-rata nilai gula darah di dalam tubuh selama beberapa minggu/ bulan,
yang dimana, ketika nilai HbA1c ini meningkat, hal ini pula menggambarkan adanya peningkatan
terhadap komplikasi diabetes. Pemeriksaan HbA1c tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa
terlebih dahulu, oleh karena itu, pemeriksaan ini dapat dilakukan kapanpun.
Pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata gula darah selama 2-3 bulan terakhir.
Sehingga pemeriksaan HbA1c merupakan indikator jangka panjang gula darah pada pasien yang baik
dalam mengevaluasi kadar gula darah dibandingkan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah
puasa maupun gula darah 2 jam setelah makan. Jika pemeriksaan gula darah sewaktu Anda dalam
minggu ini meningkat, hal ini pula menandakan bahwa kadar HbA1c Anda juga meningkat.
Namun, perlu juga diperhatikan, bahwa pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa maupun
gula darah 2 jam setelah makan tetap dibutuhkan untuk dapat membantu dalam pengaturan
pengobatan diabetes.
Pemeriksaan HbA1c ini dapat menjadi indikator seseorang terkena penyakit diabetes.
Nilai HbA1c terbagi menjadi 3 kategori, yaitu normal, prediabetes dan diabetes. Ketika nilai HbA1c
menunjukkan nilai lebih dari sama dengan 6.5%, seseorang telah dapat dikatakan mengalami
diabetes. Nilai di bawah 5.7% dikatakan normal. Nilai diantara 5.7%-6.4% dikatakan seseorang berada
pada tahapan prediabetes.
Pada tahapan prediabetes, seseorang memiliki risiko untuk terkena diabetes tipe 2. Dengan
rentangan nilai 5.7%-6.4%, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan, semakin tinggi seseorang memiliki
risiko diabetes tipe 2. Seseorang yang mengalami prediabetes, sebaiknya melakukan tes ulang setiap
tahunnya.Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes tanpa pemeriksaan
lainnya atau dapat pula dikombinasikan dengan pemeriksaan gula darah lainnya yang disesuaikan
pula dengan gejala-gejala diabetes yang muncul.
Selain dapat mendiagnosis penyakit diabetes, HbA1c juga dapat digunakan dalam
mengevaluasi apakah terapi sudah memenuhi target. Setiap orang akan memiliki target HbA1c yang
berbeda. Hal ini tergantung dari riwayat diabetes dan kondisi umum seseorang. Sebaiknya diskusikan
target nilai HbA1c terhadap dokter Anda. Penelitian menunjukkan, ketika nilai HbA1c dibawah 7%
dapat menurunkan risiko terhadap komplikasi diabetes
The American Diabetes Association merekomendasikan pada seseorang yang terkena
diabetes yang telah dapat mencapai targetnya atau memiliki kadar gula darah yang stabil untuk dapat
melakukan pemeriksaan HbA1c sebanyak 2 kali setahun. Dokter mungkin akan meminta Anda untuk
memeriksakan hingga 4 kali dalam setahun (setiap 3 bulan) hingga kadar gula darah mencapai target.
Namun dalam kondisi nilai HbA1c yang berada di yang sangat tinggi (diatas 10%), pemeriksaan HbA1c
dilakukan setiap bulan. Pemeriksaan HbA1c tentunya akan membantu dalam melihat hasil terapi,
sehingga dalam dilakukan rencana perubahan terapi pada pasien diabetes dalam upaya melakukan
penurunan risiko terhadap komplikasi diabetes jangka panjangnya.
Kondisi adanya kelainan seperti anemia, gangguan pada hemoglobin, riwayat transfusi dalam
2-3 bulan terakhir, atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi usia sel darah merah dan gangguan
fungsi ginjal, maka pemeriksaan ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis atau mengevaluasi
pengobatan.
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
15. Perhitungan:
17. Makna Klinik dan kondisi-kondisi bila Tinggi hasil Pengukuran glukosa :
18. Makna Klinik dan kondisi-kondisi bila rendah hasil pengukuran glukosa:
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXVIII
CHOLINESTERASE (CHE)
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tip kuning dan biru
- Fotometer
- Tissue
Reagensia:
R1 = Pyrophospate 95 mmol/L
Potasium hexacyanoferate 2,5 mmol/L
R2 = Butyrylthiochdine 7,5 mmol/L
Bahan pemeriksaan: serum
Cara kerja:
- Dipipet ke dalam tabung:
Blanko Sampel
Aquadest 20 µl
Serum 20 µl
Reagen kerja 1 1000 µl 1000 µl
- Dicampur dan inkubasi selama 3 menit,
Reagen kerja 2 250 µl 250 µl
- Dibaca absroben setelah 2 menit secara kinetik perubahan absorben pada fotometer dengan
panjang gelombang 405 nm standar dan sampel terhadap blanko reagent.
Pengamatan dan Pembacaan :
- Absorben blanko aquadest : 0,000
SOAL-SOAL:
1. Mengapa CHE diperiksa menggunakan kinetik pada panjang gelombang 405 nm?
2. Sebutkan jenis-jenis pestisida yang dapat mempengaruhi CHE!
3. Sebutkan manfaat pemeriksaan CHE dalam laboratorium klinik bagi pasien yang memerlukan!
ISTILAH-ISTILAH
Definisikan/artikan Istilah-Istilah:
1. CHE
2. Organoklor
3. Fosfat organik
4. Karbamat
5. Acetylcholine
6. Pestisida
7. Insektisida
8. Herbisida
NAMA :
No. ABSEN :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
TUJUAN PERKULIAHAN
Tujuan Perkuliahan Secara Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gangguan pankreas dan perannya dalam tubuh serta
melakukan pemeriksaan terhadap kadar gangguan pankreas di dalam darah, interpretasi hasil,
kondisi-kondisi yang mempengaruhi temuan hasil laboratorium dan menyimpulkan hasil pengukuran
baik pada keadaan normal maupun abnormal dalam rangka menunjang penegakan diagnosa penyakit.
Materi Praktikum
1. AST 6. Bilirubin Total
2. ALT 7. Bilirubin Direk
3. Gamma Glutamyl Transferase 8. Bilirubin Indirek
4. Alkali phosphatase
METODE
1. Ceramah
2. Tugas Mandiri
3. Praktikum Inquiri
4. Problem based Learning dan Project Learning
5. Diskusi kelompok
6. Quiz/responsi
WAKTU
Kegiatan Praktikum 4 x 60 menit x 5 pertemuan tiap materi di laboratorium.
BAB XXIX
PANKREATIK AMILASE
Enzim amilase termasuk salah satu enzim yang penting pada sistem pencernaan. Enzim amilase
diproduksi di pankreas dan kelenjar ludah. Pada sistem pencernaan, peran enzim amilase adalah
sebagai agen yang mempercepat pemecahan molekul pati dari karbohidrat menjadi gula. Saat
pankreas mengalami gangguan, misalnya peradangan, produksi enzim amilase dapat berkurang atau
menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, kadar amilase yang tidak normal bisa dijadikan pertanda adanya
gangguan pada pankreas atau adanya penyakit infeksi tertentu.
Kadar enzim amilase dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Selain untuk mengetahui
jumlah enzim amilase dalam tubuh, pemeriksaan tersebut juga dapat membantu menentukan
penyebab perubahan kadar enzim amilase tersebut.
Naiknya kadar enzim amilase, antara lain: Pankreatitis akut, Abses pankreas, Kanker pankreas,
gastroenteritis dan tukak lambung, kolesistitis, Makroamilasemia, Kehamilan ektopik, penyumbatan
susu dan usus buntu, Infeksi pada kelenjar ludah, dan pengaruh obat-obatan tertentu.
Penurunan kadar amilase terjadi pada: pankreatitis kronis, preeklamsia, penyakit ginjal dan
fibrosis kistik. JPN kriteria diagnostik untuk pankreatis akut direvisi dengan mempertimbangkan
kemajuan studi pencitran dan pemeriksan laboratorium enzim pankreas. Kriteria klinis yang direvisi
untuk diagnosis pankreatis akut adalah nyeri akut dan nyeri di perut bagian atas, peningkatan kadar
enzim pankreas di dalam darah dan / atau urine, dan kelainan karakteristik pankreatis akut dari
gambaran USG atau CT-scan atau MRI. Apabila ditemukan minimal dua tanda tersebut, diagnosis
pankreatis akut dapat ditegakan. Eksaserbasi akut pankreatis kronis termasuk dalam kategori ini.
Peningkatan kadar enzim pankreas yang dimaksud adalah tiga kali atau lebih besar peningkatan
kadar amilase pada serum dan / atau tingkat lipase. Lipase lebih bermakna daripada amilasi. Tinginya
kadar serum ini tidak menunjukan berat ringanya penyakit. Serum amilase dapat normal kembali
setelah 4-5 hari, sedangkan lipase setelah 6-8 hari. Pada pankreatis akut biasanya.
NAMA :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXX
LIPASE
Pendahuluan:
Enzim lipase berfungsi untuk memecah zat lemak dalam makanan agar lebih mudah dicerna dan
diserap oleh tubuh. Enzim ini umumnya diproduksi saat tubuh mendapatkan asupan lemak. Akan
tetapi, terkadang tubuh tidak bisa membuat enzim lipase yang cukup, sehingga menimbulkan
gangguan pencernaan. Enzim lipase merupakan salah satu jenis enzim pencernaan. Sebagian besar
enzim lipase diproduksi di pankreas, namun enzim ini juga diproduksi dalam organ lainnya, seperti
lambung dan hati. Lipase juga diproduksi di mulut, jaringan lemak, dan dinding pembuluh darah
Enzim lipase bertugas memecah lemak dan trigliserida menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam
lemak dan gliserol. Enzim ini juga berperan dalam membantu kerja beberapa obat penurun kolesterol.
Penyakit Crohn
Penyakit Crohn merupakan salah satu jenis penyakit radang usus. Penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui, namun diduga berkaitan dengan faktor keturunan, pola makan yang kurang sehat, stres
berat, hingga kelainan pada sistem kekebalan tubuh.
Penyakit ini bisa menimbulkan gejala berupa kelelahan, berat badan turun, diare parah, nyeri perut,
BAB berdarah, hingga malnutrisi.
Cystic fibrosis
Penyakit ini menyebabkan lendir dalam tubuh menjadi tebal dan lengket. Lendir tersebut dapat
membuat saluran pankreas tersumbat, sehingga menghalangi enzim pencernaan bergerak ke usus.
Akibatnya, tubuh menjadi kesulitan menyerap nutrisi dari makanan.
Gejala yang muncul pada penyakit ini bervariasi, tergantung pada organ mana yang terdampak. Jika
menyerang saluran pencernaan, cystic fibrosis dapat menimbulkan gejala berupa diare kronis,
malnutrisi, feses berminyak, nyeri perut, hingga berat badan yang terus berkurang.
Penyakit celiac
Penyakit ini menyebabkan adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, sehingga penderitanya
tidak bisa mengonsumsi gluten. Gluten adalah protein yang ditemukan pada biji-bijian, seperti gandum
dan jelai (barley). Saat penderita penyakit celiac mengonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung gluten, maka sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi berlebihan. Hal ini kemudian
akan menimbulkan peradangan dan kerusakan di saluran cerna rusak.
Penderita penyakit celiac akan merasakan beberapa gejala, seperti diare, sakit perut, kembung, nyeri
otot, lemas, atau konstipasi, setelah mengonsumsi gluten.
NAMA :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
BAB XXXI
GANGGUAN ENDOKRIN (FT3, FT4, TSHS)
Pemeriksaan free T4 (FT4) merupakan pemeriksaan menggunakan sampel darah yang diambil
dari pembuluh darah vena di lengan untuk mengukur konsentrasi thyroxine (T4) dalam bentuk bebas
(tidak terikat dengan protein) dalam darah. Thyroxine (T4) adalah salah satu dari dua hormon utama
yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid utama lainnya disebut triiodothyronine (T3). T4 dan
T3 secara bersama-sama mempunyai fungsi untuk mengatur metabolisme tubuh. Hampir sebagian
besar T4 ditemukan dalam bentuk terikat dengan protein di dalam darah. Sisanya dalam jumlah kecil
tidak terikat dengan protein yang disebut sebagai free T4, dan merupakan bentuk aktif biologis dari
hormon.
Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit yang
mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas
pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroid–
releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan
thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 – 80%, prealbumin 9 – 27% dan albumin 11 – 35%.
Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih
tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring
pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang
dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan
tiroid.
Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan protein.
Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15% dari T4 total.
Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini
merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar
tiroid.
Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa anterior. TSH
berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui reseptornya yang ada di
permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila
kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3
dan T4.
Sebagaimana diketahui, hormon tiroid terikat pada protein yang disebut thyroxin binding protein.
Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran dari T-
Uptake. Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang
telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen,
hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan
ini, peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang
sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik
dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dilakukan
dengan metoda ELISA.
Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh kelenjar
tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan berikatan dengan
tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid. Pada tirotoxikosis, titer anti-
thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada
keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakit rheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody dapat
meningkat.
NAMA :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
NAMA :
KELOMPOK :
HARI/TANGGAL :
1. Judul :
2. Merk Reagensia :
3. Nomor Katalog :
4. Metode :
5. Dasar Teori :
8. Tujuan :
Banjarmasin, 20
Pembimbing NILAI Praktikan,
DAFTAR PUSTAKA
1. Qomariyah, Nurul Hj, Penuntun Praktikum Kimia Klinik Dasar, Politeknik Kesehatan Banjarmasin,
Jurusan Analis Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2004
2. Qomariyah, Nurul Hj, Penuntun Praktikum Kimia Klinik II, Politeknik Kesehatan Banjarmasin,
Jurusan Analis Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2004
3. Qomariyah, Nurul Hj, Penuntun Praktikum Kimia Klinik III, Politeknik Kesehatan Banjarmasin,
Jurusan Analis Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2004
4. Gandasoebrata, R, Penuntun Laboratorium Klinik, Penerbit Dian Rakyat, Ed.11, Jakarta, 2006
5. Hardjoeno dan Fitriani Mangarengi, Substansi dan Cairan Tubuh, Edisi Baru, Penerbit Lephas,
Universitas Hasanuddin Press, Makassar, 2007
6. Widmann, Frances, Tinjauan Klinis atas hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit EGC, Jakarta,
1995
7. Sacher, Ronald, Tinjauan Klinis Atas hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit EGC, Jakarta,
2004
8. Human, Catalog Brosur, Kumpulan Katalog Pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik, Human,
Germany, 2000
9. Baron, DN, Kapita Selekta Patologi Klinik, Penerbit EGC, Jakarta, 1995
10. Mannheim, Boehringer, Teknik Pengukuran, Rajawali Nusindo, Boehringer Mannheim, Germany,
1990
11. Mannheim, Boehringer, Fotometri, Rajawali Nusindo, Boehringer Mannheim, Germany, 1990
12. Mannheim, Boehringer, Pemantapan Kualitas Cara Mengatasi Kesulitan (Trouble Shooting),
Boehringer Mannheim, Rajawali Nusindo, Jakarta, 1990.
13. Kosasih, EN DR, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Ed.2, Penerbit Kharisma,
Jakarta, 2008
14. Depkes, Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practise), Ed.2, Departemen
Kesehatan, 2004
15. Hardjoeno, dkk, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik, Bagian dari Standar Pelayanan
Medik, Penerbit Lephas, Universitas Hasanuddin Press, Makassar, 2004.
16. Arneson, Wendy, Clinical Chemistry, A Laboratory Perspective, Ed.1, Davis Company,
Philadelphia, US, 2007
17. Strasinger, Susan, Lorenzo Marjorie, Urinalysis And Body Fluids, Ed.5, Davis Company,
Philadelphia, US, 2008
18. Laboratorium Kesehatan, Badan Keton (Urine), Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/badan-keton-urin.html
19. Laboratorium Kesehatan, Bilirubin Urin, Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/bilirubin-urin.html
20. Laboratorium Kesehatan, Kreatinin Darah (Serum), Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/kreatinin-darah-serum.html
21. Laboratorium Kesehatan, Urinalisis 1, Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html
22. Laboratorium Kesehatan, Urinalisis 2 (Analisis Mikroskopik), Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-2-analisis-mikroskopik.html
23. Laboratorium Kesehatan, Urobilinogen Urin, Maret, 2010, diakses pada
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/urobilinogen-urin.html