Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ASAM AMINO DAN PROTEIN

Disusun Oleh :

1. Hany Ummu Izzati 201310410311207


2. Moch Yusuf Agung 201410410311175
3. Danik Wiluajeng 201410410311219
4. Shavira Alpasa Hakim 201510410311113
5. Nia Zuardina 201510410311117
6. Nencylia Mahmintari 201510410311130
7. Sakinah Musaad 201510410311138
8. Chariztabella Dorine 201510410311157

Farmasi C

Kelompok 6

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum biokimia yang berjudul
ASAM AMINO DAN PROTEIN.

Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua


yang telah mendukung dan memfasilitasi kami dalam mengerjakan laporan praktikum
ini.

Sebagai manusia biasa saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih
jauh dari kesempurnaan. Karena di dunia ini kesempurnaan hanya milik Allah SWT,
untuk itu kami siap menampung segala kritik dan saran yang diberikan sehingga
kedepannya penulis bisa lebih baik dari sebelumnya.

Malang, 3 Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
I. TUJUAN PRAKTIKUM ...................................................................................................... 1
II. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
III. DASAR TEORI................................................................................................................... 1
IV. ALAT DAN BAHAN ........................................................................................................... 6
V. PROSEDUR PERCOBAAN ................................................................................................. 6
VI. BAGAN ALIR PROSEDUR PERCOBAAN .......................................................................... 11
VII. HASIL PENGAMATAN .................................................................................................... 14
VIII. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 20
IX. KESIMPULAN ................................................................................................................. 25
X. LAMPIRAN ..................................................................................................................... 26

ii
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat dan reaksi dari asam amino
dan protein.

II. PENDAHULUAN
Asam amino merupakan hasil hidrolisis dari protein. Sedangkan asam
amino itu sendiri terdiri atas berbagai jenis. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan untuk mengenal jenis asam-asam amino tersebut yaitu dengan
analisa protein, sehingga dengan melakukan suatu reaksi kita dapat mengetahui
jenis dari asam amino tersebut.

Protein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam
amino yang berikatan satu dengan ainnya lewat ikatan amida ( atau eptida0a.
Peptida adalah oligomer dari asam amino yang memiliki peranan penting dalam
banyak proses biologis. Protein merupakan biomolekul yang sangat penting.
Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan
penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan
transmisi implus saraf, pengontrol pertumbhan dan deferensasi, pendukung
kukuatan struktural, dan lain-lain. Prtein ini disusun oleh asam-asam amino
yang juga mempunyai peranan penting dalam metabolisme zat hidup. Seperti
yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa secara umum ada tiga gugus yang
reaktif pada asam amino yaitu gugus karboksil, gugus amino, dan gugus rantai
samping. Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi melalui uji spesifik, diantaranya
adalah dengan melalui tes ninhidrin, tes millon dan sebagainya.

III. DASAR TEORI


Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa
Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”. Seorang
ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh yang

1
mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan dasarnya yaitu
asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein) (Suhardjo dan Clara, 1992).

Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuansatuan dasar


kimia. Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan
karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O), akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein
mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga.

Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar kimia yaitu asam amino.
Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling berhubunghubungan dengan
suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH). Satu 4 molekul protein dapat
terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah ratusan
asam amino (Suhardjo dan Clara, 1992). Protein pada umumnya diklasifikasikan atas
daya larut dan komposisi kimianya.

a. Simple protein
Merupakan protein yang hanya mengandung 1-α-asam amino atau derivatnya.
Contoh : albumin, globulin, glutelin, protamine, albuminoid, histon, dan lain-
lain.
b. Conjugated protein
Merupakan protein yang bergabung dengan zat lain yang bukan protein. Zat
lain yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Contoh : nucleoprotein,
lipoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, dan lain-lain.

Ciri-ciri Molekul Protein. Beberapa ciri molekul protein antara lain:

- Berat molekulnya besar, hingga mencapai ribuan bahkan jutaan sehingga


merupakan suatu makromolekul.

2
- Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino, asam amino tersebut berikatan
secara kovalen satu dengan yang lainnya dalam variasi urutan yang
bermacam-macam membentuk suatu rantai polipeptida.
- Ada ikatan kimia lainnya Ikatan kimia lainnya mengakibatkan terbentuknya
lengkunganlengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi
protein, sebagai contohnya yaitu ikatan hidrogen dan ikatan ion.
- Struktur tidak stabil terhadap beberapa faktor, antara lain, pH, radiasi,
temperatur, dan pelarut organik.

Setiap protein khususnya polipeptida merupakan suatu polimer yang terbentuk


dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida. Dalam menjalankan fungsi
biologisnya, sebuah protein dapat mengalami perubahan struktur yang reversibel.
Struktur alternatif protein yang sama disebut sebagai konformasi. Protein merupakan
polimer dari asam amino, disebut juga polipeptida. Antar asam amino terdapat ikatan
peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil suatu asam amino dengan gugus amino
dari asam amino lain. Ikatan peptida terbentuk melalui reaksi berikut.

Protein memiliki fungsi yang spesifik, Fungsi protein yaitu :

1. Protein struktural (pembangun tubuh): protein selaput atau dinding sel;


jaringan pelindung seperti kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, tanduk, paruh dan
sebagainya, serta jaringan pengikat seperti tulang, urat daging, sendi, dan
sebagainya
2. Protein membran : terdapat dalam membran sel
3. Protein kontraktil : terdapat dalam serat otot

3
4. Protein transport : mengikat dan mengangkut molekul-molekul lain, misalnya
hemoglobin yang mengangkut O2
5. Protein pelindung: seluruh antibodi dan zat-zat pembeku darah seperti
fibrinogen
6. Protein cadangan : membebaskan asam-asam amino apabila diperlukan,
misalnya kasein (protein susu) dan ovalbumin (putih telur)
7. Hormon : mengatur pertumbuhan dan metabolism
8. Enzim-enzim : mengkatalis reaksi-reaksi biokimia

Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein adalah


suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus
karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan
dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan
gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang sama. Rumus
asam amino dapat ditunjukkan pada gambar:

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat
gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu
gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut
dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil,
yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus

4
amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-
amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping
tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino
bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.
Klasifikasi asam amino berdasarkan sifat kimia gugus R :

Sifat Gugus R Contoh Asam Amino


Alifatik Gly, Ala, Val, Leu
Aromatik Phe, Tyr, Trp
Hidrosilik Ser, Thr
Karboksilik Asp, Glu
Mengandung Sulfur Cys, Met
Imino Pro, Hyp
Amino / Basa Lys, Arg
Amida Asn, Gln

Sifat-sifat asam amino:


1. larut dalam air dan pelarut polar lain tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar
seperti dietil eter atau benzena.
2. momen dipol yang besar
3. kurang bersifat asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat
4. kurang basa dibandingkan sebagian besar amina.

Klasifikasi asam amino menurut fungsi biologisnya :

1. Asam amino Esensial → Asam amino yang diperoleh hanya dari makanan
sehari-hari karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh. Contoh : triptofan,
fenilalanin, lisin, treonin, valin, metionin, isoleusin.
2. Asam amino Non Esensial → Selain dari makanan dapat juga disintesa
didalam tubuh melalui proses transaminasi. Asam amino ini juga terdapat
dalam makanan sebagai sumber nitrogen.

5
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
- Tabung Reaksi - Batang pengaduk
- Rak tabung reaksi - Gelas ukur
- Pipet tetes - Pembakar spiritus
- Penangas air - Kaki tiga dan kasa
- Corong
- Kertas saring

B. Bahan

- Albumin 2 % - Larutan ninhidrin 0,1 %


- Kasein 0,2 % - NaOH 10 %
- Putih telur - Larutan CuSO4
- Fenol 2 % - HNO3 pekat
- Serbuk albumin - Larutan alkali pekat (NaOH / NH4OH)
- Urea - HgCL2 2%
- Aquadest - Pb-asetat 2 %
- Pereaksi millon - FeCL3 2 %
- H2SO4 pekat
- Larutan Hopkins-cole
- Larutan (NH4)2SO4

V. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Test Millon
- Prinsip :
Pereaksi Millon adalah campuran larutan raksa (I) nitrat dan raksa (II)
nitrat dalam asam nitrat. Jika pereaksi Millon ditambahkan ke dalam
larutan protein, akan dihasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah akibat pemanasan. Tirosin memberikan hasil yang positif
dengan tes Millon karena mengandung gugus fenol. Reaksi ini disebabkan
oleh derivate-derivat monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan ion merkuri / merkuro dalam asam nitrat atau nitrit. Warna
merah yang terbentuk mungkin disebabkan oleh garam merkuri dari
tirosin yang ternitrasi.

6
- Prosedur :
Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam tabung yang telah berisi 3 ml
albumin 2 %, kasein 2 %, fenol 2 %, dan putih telur. Panaskan dengan
hati-hati. Warna merah menyatakan hasil positif. Jika reagen yang
digunakan terlalu banyak maka warna akan hilang pada pemanasan.

B. Test Hopkins-cole
- Prinsip :
Pereaksi Hopkins-cole dibuat dari asam oksalat dan serbuk magnesium
dalam air. Pereaksi ini positif terhadap protein yang mengandung asam
amino dengan gugus samping indol, seperti pada asam amino triptofan.
Triptofan memberikan hasil yang positif dengan tes Hopkins-cole karena
mengandung gugus indol. Dalam pereaksi ini, asam oksalat direduksi
menjadi asam glioksilat dengan bantuan katalis serbuk magnesium:
Mg
HOOC – COOH → HOOC – COH
Asam oksalat Asam glioksilat

Pereaksi yang digunakan mengandung asam glioksilat. Asam


glioksilat yang terbentuk mengkondensasi asam amino triftofan
membentuk senyawa berwarna. Setelah H2SO4 pekat dituangkan, akan
terbentuk dua lapisan dan beberapa saat kemudian terbentuk cincin ungu
di antara batas kedua lapisan itu. Triptofan berkondensasi dengan aldehida
dan dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna dari jenis asam
2,3,4,5-tetrahidro-karbolin-4-karboksilat.

7
- Prosedur :
Campurlah 2 ml larutan albumin 2 %, kasein, dan putih telur dengan
larutan Hopkins-cole 1 ml. Tambahkan dengan hati-hati melalui dinding
tabung asam sulfat pekat 10 tetes. Amati warna yang terbentuk pada
pertemuan kedua cairan.

C. Test Ninhidrin
- Prinsip :
Pereaksi ninhidrin merupakan oksidator lemah, asam amino dapat
bereaksi dengan ninhidrin sebagai berikut.

Selanjutnya, ninhidrin bereaksi dengan hidrindantin dan amonia


membentuk senyawa berwarna biru.

Semua asam amino alfa bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid


dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2.
Disamping itu, terbentuk kompleks berwarna biru yang disebabkan oleh 2
molekul ninhidrin yang bereakksi dengan NH3 setelah asam amino

8
tersebut dioksidasii. Garam-garam ammonium, amina, peptide, dan
protein juga berekasi tetapi tanpa melepaskan CO2 dan NH3.

- Prosedur :
Dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan (NH4)2SO4, albumin 2 %,
kasein 0,2 %, dan putih telur ditambah 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1 %.
Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit.

D. Test Biuret
- Prinsip :
Kupri sufat (CuSO4) dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua ikatan peptida atau lebih memberikan senyawa
kompleks berwarna ungu. Keadaan warna ungu menunjukan jumlah
ikatan peptide dalam protein. Reaksi menunjukan hasil positif terhadap
dua senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang dihubungkan
melalui satu atom N dan C.

- Prosedur :
Siapkan 4 tabung reaksi, pada masing-masing diisi larutan 2 ml albumin 2
%, 2 ml kasein 2 %, 2 ml putih telur, dan 2 ml fenol 2 %. Semua tabung
ditambahkan 1 ml NaOH pekat dan kemudian tambahkan 1 tetes CuSO4
kemudian kocok. Tambahkan kembali 2 tetes CuSO4 dan kocok kembali
hingga homogen.

E. Test Xanthoprotein
- Prinsip :
Pereaksi xantoprotein adalah larutan asam nitrat pekat. Jika
larutan HNO3 pekat dimasukkan ke dalam larutan protein secara hati-hati,
akan terbentuk endapan putih, dan senyawa nitro terbentuk berwarna
kuning dan dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan
warnanya menjadi lebih tua atau menjadi kuning atau jingga jika
dipanaskan. Gejala ini akibat nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam
protein. Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti bensen yang terdapat dalam
molekul protein. Senyawa nitro terbentuk berwarna kuning dan dalam
lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi
lebih tua atau menjadi jingga. Pereaksi xantoprotein positif terhadap

9
protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping fenil,
seperti asam amino tirosin, fenilalanin, dan triptofan.

- Prosedur :
Campurlah 2 ml larutan albumin 2 % dengan 1 ml HNO3 pekat.
Perhatikan terbentuknya endapan berwarana putih. Panaskan hati-hati,
endapan akan larut kembali dan larutan tersebut akan berubah menjadi
kuning. Dinginkan di bawah kran dengan hati-hati (tetes demi tetes)
tambahkan larutan alkali pekat (NaOH atau NH4OH). Ulangi percobaan
dengan larutan kasein, larutan fenol 2 % dan larutan putih telur.

F. Pengaruh Logam Berat


- Prinsip :
Apabila protein direaksikan dengan logam berat, maka protein akan
mengalami koagulasi.
- Prosedur :
Ke dalam 3 ml larutan albumin 2 %, kasein 2 %, fenol 2 %, putih telur,
tambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2 %. Ulangi percobaan denagn
menggunakan Pb asetat 2 % dan FeCl3 2 %

10
VI. BAGAN ALIR PROSEDUR PERCOBAAN

A. Test Millon

Tiap tabung berisi 3 ml albumin 2 %, kasein 2 %, fenol 2 %, dan putih


telur

Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon

Panaskan dengan hati-hati

Warna merah menyatakan hasil positif

B. Test Hopkins-cole

Tiap tabung berisi 2 ml larutan albumin 2 %, kasein, dan putih telur

Tambahkan larutan Hopkins-cole 1 ml

Tambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung 10 tetes

Amati warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan

11
C. Test Ninhidrin

Tiap tabung berisi 1 ml larutan (NH4)2SO4, albumin 2 %, kasein 0,2 %,


dan putih telur

Ditambah 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1 %

Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit

D. Test Buret

Siapkan 4 tabung reaksi dan berikan label

Tiap tabung diisi larutan 2 ml albumin 2 %, 2 ml kasein 2 %, 2 ml putih


telur, dan 2 ml fenol 2 %

Tiap tabung ditambahkan 1 ml NaOH pekat

Tambahkan 1 tetes CuSO4 kemudian kocok

Tambahkan kembali 2 tetes CuSO4 dan kocok

12
E. Test Xanthoprotein

Tiap tabung berisi 2 ml larutan albumin 2 %

Tambahkan 1 ml HNO3 pekat

Terbentuknya endapan berwarana putih

Panaskan hati-hati

Endapan akan larut kembali dan larutan akan berubah menjadi kuning

Dinginkan di bawah kran dengan hati-hati (tetes demi tetes)

tambahkan larutan alkali pekat (NaOH atau NH4OH)

Ulangi percobaan dengan larutan kasein, larutan fenol 2 % dan larutan putih telur

13
F. Pengaruh Logam Berat

Tabung reaksi berisi 3 ml larutan albumin 2 %, kasein 2 %, fenol 2 %,


putih telur

Tambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2 %

Ulangi percobaan denagn menggunakan Pb asetat 2 % dan FeCl3 2 %

VII. HASIL PENGAMATAN


a. Tes Hopkins-cole

LARUTAN UJI HASIL


Albumin Kuning (endapan diatas berwarna kuning)
Kasein Tebentuk cincin berwarna putih ungu
Putih telur Tebentuk cincin berwarna putih ungu

Albumin

Kasein
Putih Telur

14
b. Tes Ninhidrin
LARUTAN UJI HASIL
(NH4)2SO4 Bening
Albumin Ungu
Kasein Ungu
Putih telur Ungu

c. Tes Xanthoprotein
LARUTAN UJI Warna setelah Warna setelah di
Pemanasan dinginkan
Albumin Kuning Kuning
Kasein Endapan berwarna Endapan berwarna
kuning putih kuning
Putih telur Putih kekuningan Putih kekuningan
Fenol Kuning oranye kuning

15
Gambar setelah penambahan HNO3 pekat

Gambar setelah larutan uji dipanaskan

16
Gambar setelah larutan uji ditambahkan NaOH

d. Pengaruh Logam Berat


LARUTAN FeCl3 Pb Asetat HgCl2
UJI
Albumin Tidak ada Tidak ada Ada endapan
endapan endapan sedikit
Kasein Ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan
kuning putih
Putih telur Ada endapan Tidak ada Tidak ada endapan
oranye endapan
Fenol Bening tetapi ada Bening Bening
koloid diatas
berwarna hitam

Gambar larutan Uji Albumin

17
Gambar Larutan Uji Kasein

Gambar Larutan Uji putih telur

Gambar Larutan Uji Fenol

18
e. Tes Biuret
LARUTAN UJI Warna setelah Warna setelah
Penambahan 1 tetes Penambahan 2 tetes
CuSO4 CuSO4
Albumin Hijau tua Hijau tua
Kasein Ungu Ungu
Putih telur Ungu muda Ungu
Fenol Terbentuk Dua lapisan Terbentuk Dua lapisan
(lapisan atas berwarna (lapisan atas berwarna
biru dan lapisan bawah biru dan lapisan bawah
berwarna bening) berwarna bening)

Gambar setelah penambahan 1 tetes CuSO4

Gambar setelah penambahan 2 tetes CuSO4

19
VIII. PEMBAHASAN

a. Tes Hopkins-cole
Uji Hopkins-cole merupakan ujii kimia yang digunakan untuk
menunjukkan adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai
mengandung asam glioksilat. Kondensai 2 inti induk dari trptofan oleh asam
glioksilat akan menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas.
Triptofan merupakan salah satu asam amino essensial yang tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh. Gugus fungsional triptofan adalah indol yang
tidak dimiliki oleh asam amino lainnya membuat triptofan menjadi prekusor
dari banyak senyawa tubuh penting tubuh seperti melatonin (hormon
perangsang tidur ), serotonin (suatu transmiter pada system saraf), dan niasin
yang merupakan suatu vitamin.

Hasil positif ditandai dengan adanya atau terbentuk cincin ungu.


Cincin ungu yang terbentuk karena pereaksi yang digunakan mengandung
asam glioksilat. Triptofan berkondensasi dengan aldehida dan dengan asam
pekat membentuk kompleks berwarna dari jenis asam 2,3,4,5-tetrahidro-
karbolin-4-karboksilat. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator
kuat. Pada praktikum ini digunakan H2SO4 pekat yang berfungsi sebagai
oksidator agar terbentuk cincin ungu yang terbebtuk pada larutan yang positif
mengandung triptofan.

Pada praktikum digunakan larutan albumin 2 %, kasein 2 %, dan putih


telur. Pada hasil praktikum ini didapatkan hasil dimana semuanya larutan
tersebut positif mengandung asam amino triptofan. Pada larutan kasein 2 %,
dan putih telur didapatkan cincin indol atau cincin ungu hal ini dapat
disimoulkan bahwa pada larutan kasein 2 %, dan putih telur mengandung
asam amino triptofan.

Sedangkan pada albumin, protein dalam albumin mengandung asam


amino triptofan yang mempunyai gugus indol spesifik, karena dapat
direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat ditambahkan

20
sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein kemudian akan terjadi
cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Namun lama kelamaan
akan berubah warna menjadi kuning.

b. Tes Ninhidrin

Uji Ninhidrin, prinsipnya suatu asam amino bereaksi dengan


triketohidrindena-hidrat (ninhidrin) untuk membentuk aldehida yang lebih
kecil, dengan membebaskan karbon dioksida, ammonia, dan menghasilkan
warna biru violet seperti reaksi berikut

Reaksi Ninhidrin digunakan sebagai uji umum protein. Dari


persamaan reaksi dapat dilihat bahwa hanya atom nitrogen dari zat warna
ungu yang berasal dari asam amino, asam amino selebihnya terkonversi
menjadi aldehida dan CO2. Warna ungu yang dihasilkan setelah pemanasan
dapat berbeda-beda. Dalam hal ini, intensitas warna yang dihasilkan
berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada. Pemanasan
dengan Ninhidrin menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam
amino yang mempunyai gugus L α-amino bebas.

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa semua bahan


memberikan hasil yang positif kecuali fenol. Dari data yang diperoleh tersebut
menunjukkan bahwa pada sampel bahan uji albumin A, albumin V, dan putih
telur memiliki kandungan asam aminonya, dimana hal ini sesuai dengan
literatur (teori). Pada fenol menunjukkan hasil yang negatif karena mereka
tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino terbuka (bukan
merupakan asam amino).

21
c. Tes Xanthoprotein
Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang
digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzene (cincin fenil). Asam
amino yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tyrosin,
phenilalanin, dan tryptophan.Reaksi positif ada uji xantoprotein
adalah muncul nyagumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini,
digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi
gugus benzene (Anonim, 2010). Uji xantoprotein akan menghasilkan
warna orange pada reaksi yang menghasilkan turunan benzena
dengan penambahan basa. Uji xantoprotein digunakan untuk asam
amino yang mengandung inti benzene. Reaksi yangd igunakan adalah
reaksi nitrasi pada inti benzena yang terdapat di protein oleh asam
nitrat pekat. Reaksi ini positifu ntuk triptofan, fenilalanin, dan tirosin.
Warna hasil reaksi dengan asam nitrat pekat adalah kuning tua,
sedangkan warna orange muncul ketika reaksi ditambahkan dengan
NaOH sebagai basa. Orange pekat pada fenol menunjukkan adanya inti
benzene pada gugus fenol. Hal itu memang sangatlah tepat karena
fenol memang memiliki gugusb enzene (Harper, 1980). Reaksi
xantoprotein terjadi pada saat larutan asamnitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutanprotein. Setelah dicampur terjadi
endapan putih yang dapatberubah menjadi kuning apabila dipanaskan.
Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat
padamolekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein
yangmengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita
bilakena asam sitrat berwarna kuning, itu juga karena reaksi
xantoprotein ini (Poedjiadi, 2005).

Nitrasi adalah reaksi substitusi atom H pada gugus benzena


oleh gugus nitro (NO2). Pereaksi yang digunakanadalah asam nitrat
pekat (HNO3). Senyawa yang terbentuk memiliki nama nitro benzena
(Yusdi, 2012). HNO3 pekat berperan dalam reaksi nitrasi int ibenzena,
peranan HNO3 pekat tidak dapat digantikan, karenanitrasi memerlukan
HNO3 pekat agar reaksi dapatberlangsung. NaOH 50% berfungsi
menciptakan suasanabasa sehingga terionisasi dan didapat nilai

22
ionisasi di atastrayek pH isolistrik menghasilkan ion negatif. NaOH
harus 50%, karena apabila kurang dari 50% tidak akan terionisasi, apabila
lebih dari 50% maka akan jenuh. NaOH ditambahkansetelah pemanasan
agar bereaksi sempurna, apabila penambahan dilakukan diawal tidak akan
terionisasi. Pemanasan pada metode xantoprotein lebih lama dibanding
dengan uji Millon, karena pada uji xantoprotein ini asam amino aromatik
yang diidentifikasi yaitu, tirosin, fenilalanin dan tripofan, sedangkan
pada uji millon hanyatiroson saja. Fungsi penambahan pereaksi NaOH dan
HNO3 adalah agar terjadi nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam
molekul protein sehingga terjadi endapan putih yang berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan.

Pada praktikum kali ini digunakan larutan albumin 2 %, larutan


kasein 2 %, larutan fenol 2 % dan larutan putih telur. Pada praktikum ini
semua larutan tersebut menandakan kalau laritan tersebut positif mengandung
gugus fenil atau inti benzene. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan
warna yang terjadi yaitu menjadi kuning dan yang paling menonjol adalah
pada larutan fenol 2% yaitu dengan perubahan warna jingga. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semua larutan tersebut positif (adanya warna kuning atau
jingga) karena mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada
molekulnya.

d. Pengaruh Logam Berat


Pada percobaan ini, larutan sampel ditambahkan dengan larutan
FeCl3. Setelah larutan sampel ditambahkan dengan larutan FeCl3, terbentuk
endapan berwarna putih dari garam proteinat.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat (FeCl3) akan
mengalami koagulasi. Senyawa-senyawa tersebut akan memutuskan jembatan
garam dan berikatan dengan protein dan membentuk endapan logam proteinat.
Protein juga dapat mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan
konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Secara teori jika dibandingkan
dengan penambahan logam berat lain, seperti HgCl2 ataupun Pb asetat, FeCl3
dapat menghasilkan jumlah endapan yang paling sedikit, dan HgCl2 jauh
lebih banyak menghasilkan endapan kemudian Pb asetat. Hal ini disebabkan
oleh tetapan disosiasi dari HgCl2 lebih besar dibandingkan dengan Pb asetat
dan FeCl3. Ion Hg semakin berikatan dengan protein sehingga endapan lebih
banyak.
Pada praktikum ini, sampel fenol tidak mengalami koagulasi karena
bukan merupakan senyawa protein atau asam amino. Fenol mengalami

23
perubahan warna menjadi ungu. Hal ini dikarenakan fenol bereaksi dengan
besi (III) klorida.
e. Tes Biuret

Pada Percobaan ini, larutan sampel berupa Albumin, Kasein, Putih


telor, dan Fenol masing-masing 2 ml pada tabung reaksi. Setelah itu masing-
masing sampel ditambahkan NaOH 1 ml dan CuSO4.

Pada test ini akan mengetahui ikatan Peptida yang jumlahnya lebih
dari 2 yang menunjukkan hasil positifnya berupa warna ungu pada sampel.
Percobaan ini yang menunjukkan hasil positif ungu adalah pada sampel pada
kasein. Karena kasein mengandung ikatan pepetida lebih dari 2, sedangkan
gunanya CuSO4 yang bersifat basa berekasi dengan polipeptida, sedangkan
polipeptida merupakan penyusun protein yeng menandakan adanya protein
yaitu terdapat ikatan peptida yang lebih banyak, hal itu terbukti saat
penambahan larutan CuSO4 dan dikocok larutan tetap berwarna ungu yang
menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptidanya
lemah saat larutan larutan protein ditambahkan larutan CuSO4, warna
ungunya akan memudar saat di kocok.

24
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila bahan
makanan atau suatu larutan yang diuji protein, pada uji biuret akan terbentuk
warna ungu. Pada uji xantoprotein, apabila terbentuk endapan putih, maka
bahan makanan tersebut mengandung cincin benzena. Pada uji ninhidrin suatu
larutan yang diuji akan menunjukkan hasil yang positif jika larutan tersebut
berubah berwarna biru sehingga dapat dikatan bahwa larutan tersebut
mengandung gugus karboksil atau gugus C. Pada uji Hopkins-cole larutan
yang diuji akan menunjukkan hasil yang positif apabila terbentuk cincin ungu
yang terbebtuk pada larutan yang positif mengandung triptofan. Pada uji
protein dngan menggunakan logam berat yaitu larutan yang diuji akan
mengalami koagulasi atau suatu penggumpalan jika larutan tersebut
mengandung protein dan asam amino.

25
X. LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai