Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.

1, Juni 2019

Efektivitas Program Modifikasi Perilaku dengan Teknik


Shaping untuk Meningkatkan Durasi Perilaku On-task
pada Tugas Akademik
Effectiveness of Behavior Modification Program with
Shaping Technique to Increase Duration of On Task
Behavior in Academic Task
Dara Mutia Ulfah, Dini P. Daengsari
Magister Profesi Psikologi Klinis Anak, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Email: daramutiaulfah@gmail.com

KATA KUNCI modifikasi perilaku, shaping, perilaku on-task


KEYWORDS behavioral modification, shaping, on-task behavior

ABSTRAK Masalah perilaku on-task pada tugas akademik seringkali muncul pada
anak usia sekolah, seperti kesulitan memusatkan atensi pada tugas,
mudah terdistraksi, dan beralih fokusnya pada hal lain dalam situasi
pembelajaran. Hal ini dapat mempengaruhi pencapaian akademis anak
sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan durasi
perilaku on-task pada tugas akademik dengan menggunakan teknik
shaping. Penelitian ini menggunakan single case experimental A-B
design yang dilakukan dalam 22 sesi. Partisipan adalah seorang anak
laki-laki typical (normal) berusia 10 tahun. Teknik pengumpulan data
melalui duration data sheet yang bertujuan untuk mengukur durasi
kemunculan target perilaku melalui observasi. Analisis data dilihat
dengan membandingkan rata-rata durasi perilaku on-task sebelum dan
sesudah intervensi dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata durasi perilaku on-task yang signifikan pada
partisipan, dari 8% sebelum intervensi menjadi 100% setelah intervensi
berakhir dan bertahan menjadi 100% saat follow-up. Hal ini
membuktikan bahwa penerapan teknik shaping terbukti efektif dalam
membantu anak meningkatkan durasi perilaku on-task pada tugas
akademik. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan
beberapa hal, yaitu fase baseline dapat dilakukan dalam sesi yang lebih
panjang agar dapat menentukan target perilaku yang lebih valid, jarak
waktu antara fase baseline dan fase intervensi sebaiknya tidak terlalu
berjauhan, serta menggunakan media visual chart untuk memudahkan
anak dalam menampilkan perilaku on-task yang tepat.
ABSTRACT On-task behavior problems in academic task often arise in school-age
children, such as difficulty of focusing attention, easily being
distracted, and shifting focus to other things in learning situations.
Such on-task behavior can affect children’s academic achievement.
Current research aim is to assess effectiveness of shaping technique
for increasing the on-task behavior duration in academic task. This
research use single-case experimental A-B design in 22 sessions. A
typical 10 years old boy was used as a subject. Observation the
duration of on-task behaviour using duration data sheet as a method

54
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

for collecting data and analysing data through comparison of duration


before and after intervention. The result of this research shows a
significant increase score in the duration of on-task behavior, from 8%
before intervention to 100% during intervention, and 100% during
follow-up. This shows that the application of shaping techniques
proved effective in helping children increase the duration of on-task
behavior in academic task. In future research, it is necessary to
consider several things: baseline phase can be obtained in a longer
session, interval time between a baseline phase and an intervention
phase should not be too far apart, investigator can use visual chart to
make it easier for subjects to showing on-task behavior.

PENDAHULUAN beberapa hal, antara lain ruang belajar


Masalah perilaku belajar pada anak anak yang kurang kondusif (desain
usia sekolah seringkali dijumpai oleh guru ruangan, pencahayaan, suhu ruangan,
maupun orangtua pada kehidupan sehari- suara), metode pembelajaran yang kurang
hari. Salah satu masalah perilaku belajar sesuai, teman sebangku yang mengganggu,
ialah kesulitan anak untuk memusatkan ketidakmampuan anak dalam mengerjakan
perhatian dan terlibat penuh pada tugas tugas yang diberikan oleh guru, melihat
akademik. Hal tersebut dikenal dengan atau mengetahui teman di kelas lain yang
istilah masalah perilaku on-task atau dapat sudah beristirahat atau pulang lebih dulu,
disebut perilaku off-task (Godwin, kurangnya kontrol guru terhadap perilaku
Almeda, Petroccia, & Fisher, 2013). siswa (Winingsih, 2017; Barret, dalam
Menurut Amato-Zech, Hoff, dan Godwin dkk, 2013). Masalah perilaku on-
Doepke (2006), perilaku on-task task dapat memberikan pengaruh negatif
ditunjukkan dengan kesulitan untuk pada anak, seperti menurunkan prestasi
mengikuti instruksi atau arahan untuk akademik, meningkatkan perilaku
mengerjakan tugas dengan atentif; perilaku mengganggu di kelas, hingga tidak naik
on-task motor, yakni menggerakkan tubuh kelas (Polderman, Boomsma, Bartels,
untuk suatu hal-hal yang tidak berkaitan Verhulst, & Huizink, 2010; Clare dkk,
dengan tugas akademik (misalnya 2000).
berpindah duduk, menggoyangkan Berdasarkan usia perkembangan, anak
tubuhnya, memainkan benda lain di usia sekolah cenderung mengalami
sekitarnya, menidurkan kepala pada meja); peningkatan pada kemampuan
dan perilaku on-task verbal, yakni mempertahankan atensi tugas (Betts,
mengeluarkan suara yang tidak relevan Mckay, Maruff, & Anderson, 2006).
dengan yang ditugaskan (bercanda, Rebok dkk (1997) menyatakan bahwa
mengobrol). pemusatan perhatian berkembang pesat di
Penelitian menunjukkan bahwa anak- usia 8-10 tahun. Oleh karena itu, intervensi
anak menghabiskan sekitar 10% - 50% dalam meningkatkan perilaku on-task pada
waktu belajarnya di kelas dengan perilaku tugas akademik tepat jika dilakukan pada
off-task, yakni tidak menampilkan perilaku usia sekolah.
on-task pada tugas akademik (Lee & Baker Selain itu, perilaku on-task pada anak
dkk, dalam Godwin dkk, 2013). Perilaku usia sekolah dapat memberikan dampak
off-task yang seringkali dilakukan oleh positif dan hubungan timbal balik dengan
siswa misalnya berpindah duduk, ranah akademik subjek. Anak yang
bercanda, dan mengobrol. menghabiskan waktu on-task lebih banyak
Masalah perilaku on-task pada akan memiliki kemampuan membaca yang
kegiatan akademik disebabkan oleh lebih baik dan produktivitas yang tinggi

55
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

dalam mengerjakan tugas (Wyne & Stuck, melakukan observasi pada dirinya sendiri
1979). Tak hanya itu, kapasitas apakah mereka telah menampilkan
mempertahankan atensi memainkan peran perilaku yang diharapkan, kemudian anak
utama dalam memeroleh dan diminta untuk merekam dan mengevaluasi
mengintegrasikan keterampilan dan perilaku on-task nya sendiri dengan
pengetahuan baru (Betts dkk, 2006). Anak menggambar grafik pemantauan diri
yang memiliki pencapaian akademik yang (Amato-Zech, Hoff, dan Doepke, 2006,)
baik akan menampilkan perilaku on-task akan tetapi, metode ini seringkali
yang baik dengan durasi waktu on-task mengganggu anak dan memakan banyak
yang lebih lama (Bloom, dalam Wyne & waktu selama proses pembelajaran (Harris,
Stuck, 1979). Untuk mengatasi 1986).
permasalahan perilaku belajar yang Program modifikasi perilaku pada
muncul pada anak usia sekolah, diperlukan penelitian ini menggunakan teknik shaping
program modifikasi perilaku yang untuk meningkatkan durasi perilaku on-
bertujuan untuk meningkatkan durasi task. Shaping ialah pembentukan perilaku
perilaku on-task. Menurut Bryan dan Gast baru secara bertahap dengan beberapa
(2000) serta Sutherland, Wehby, dan dimensi fisik yang mengikutinya, seperti
Copeland (2000), salah satu intervensi durasi, frekuensi, atau intensitas suatu
yang paling efektif dalam meningkatkan perilaku (Martin & Pear, 2010). Shaping
perilaku on-task pada anak adalah dengan tidak hanya digunakan untuk
metode modifikasi perilaku, dimana mengembangkan target perilaku yang
metode ini dipercaya dapat membantu belum dimunculkan oleh seseorang, akan
meningkatkan perilaku on-task. tetapi, shaping juga dipercaya dapat
Penelitian-penelitian yang membahas mengubah dimensi perilaku yang sudah
mengenai intervensi pada perilaku on-task muncul, misalnya meningkatkan intensitas,
umumnya menggunakan prinsip durasi, atau frekuensi perilaku. Pada teknik
modifikasi perilaku. Penelitian yang shaping, pemberian reinforcement
dilakukan Clare dkk (2000) menerapkan terhadap rangkaian target perilaku
teknik self modeling untuk meningkatkan dilakukan secara berurutan dan bertahap,
perilaku on-task, yakni pembelajaran yang sampai individu menunjukkan perilaku
dilakukan melalui pengamatan pada yang diharapkan (Miltenberger, 2012).
seseorang yang menampilkan perilaku Oleh karena itu, penelitian ini akan
yang diharapkan, namun anak bisa jadi menguji efektivitas teknik shaping dalam
jenuh karena terus menerus menonton meningkatkan durasi perilaku on-task pada
video yang sama berulang kali. Metode tugas akademik.
teacher praise (pujian guru) dapat Program ini menggunakan teknik
membantu anak meningkatkan perilaku shaping untuk meningkatkan durasi
on-task guna mengembangkan motivasi perilaku on-task pada subjek secara
intrinsik dan meningkatkan perasaan bertahap hingga mencapai target. Selain
kompetensi dalam diri anak, namun itu, peneliti menerapkan teknik prompt,
intervensi ini tidak menyasar pada target yaitu stimulus yang membantu munculnya
durasi waktu on-task dan cenderung sebuah respon pada waktu yang tepat
menghabiskan jangka waktu yang lama (Miltenberger, 2012). Untuk meningkatkan
(Sutherland, Wehby, & Copeland, 2000). keberhasilan intervensi, antecedent control
Selain metode modifikasi perilaku juga dilakukan pada penelitian ini.
seperti yang telah dipaparkan dalam Antecedent control merupakan suatu
paragraf sebelumnya, intervensi self prosedur modifikasi perilaku yang
monitoring juga terbukti dapat melibatkan manipulasi beberapa aspek
meningkatkan perilaku on-task anak. Pada lingkungan fisik atau sosial untuk
intervensi ini, anak diminta untuk memunculkan perilaku yang diinginkan

56
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

(Miltenberger, 2012; Martin & Pear, kehidupan sehari-hari, baik di rumah


2010). Dalam program ini, teknik yang maupun di sekolah.
digunakan ialah situational inducement,
yakni mengubah situasi, kondisi, atau
lokasi suatu aktivitas agar perilaku yang METODE PENELITIAN
diharapkan dapat terjadi (Martin & Pear,
2010). Definisi Konseptual Target Perilaku
Dalam program ini, peneliti juga Perilaku on-task, yang menjadi target
menerapkan prinsip positive reinforcement perilaku dalam penelitian ini, dapat
berupa token economy dan feedback. didefinisikan sebagai kemampuan
Token economy adalah suatu penguat seseorang untuk mengikuti instruksi tugas,
terkondisi (conditioned reinforce) yang memusatkan atensi pada tugas yang
dapat diakumulasikan dan ditukar dengan dihadapi, memanipulasi tugas, dan
sebuah barang/pelayanan (Hackenberg, menyelesaikan suatu tugas dengan tenang
dalam Miltenberger, 2012). Dalam suatu (Bryan & Gast, 2000; Rhode, Jenson, &
program modifikasi perilaku, individu Reavis, 1993).
akan menerima token setiap kali
memunculkan perilaku yang diharapkan, Definisi Operasional Target Perilaku
lalu token dapat ditukar dengan suatu Definisi operasional perilaku on-task
barang, yakni disebut dengan istilah back- pada penelitian ini ialah anak mampu
up reinforcer, sehingga token economy melakukan perilaku on-task selama
dapat memperkuat perilaku yang minimal 3/6/9/12 menit per-sesi (sesuai
diharapkan (Miltenberger, 2012). target pada setiap tahapan) dalam waktu 60
Selanjutnya, feedback merupakan menit, dimana pada setiap sesinya anak
salahsatu teknik modifikasi perilaku yang diperbolehkan untuk istirahat selama 30
melibatkan pujian ataupun penguat detik. Beberapa perilaku on-task yang
perilaku untuk memperbaiki performa menjadi target perilaku diantaranya ialah :
seseorang (Miltenberger, 2012). Pada - Mampu mengikuti instruksi atau arahan
program ini, subjek dan orangtua diberikan untuk mengerjakan tugas atau membaca
feedback berupa informasi mengenai materi pelajaran
performanya yang mengindikasikan bahwa - Tidak melakukan off-task motor
perilaku on-task yang ditampilkannya behavior: Menggerakkan tubuh untuk
sudah sesuai ataupun belum sesuai dengan suatu hal-hal yang tidak berkaitan dengan
target perilaku dalam program ini. Subjek tugas akademik (Bangun dari kursi,
dan orangtua juga diberikan saran-saran membalikkan halaman buku secara acak
yang dapat meningkatkan perilaku tersebut dan tanpa bertujuan, menggoyang-
di kemudian hari. goyangkan tubuh tanpa bertujuan,
Melalui beberapa teknik ini, durasi memutar-mutar pensil dengan tidak
perilaku on-task pada subjek akan bertujuan). Terkecuali, perilaku off-task
ditingkatkan secara bertahap (shaping). motor karena hal terdesak (bergerak atau
Peneliti berharap agar target perilaku berpindah tempat karena suatu hal yang
dalam program ini dapat terbentuk secara terdesak, misalnya buang air kecil,
konsisten. Tujuan dari penelitian ini adalah menggaruk tangan atau kaki, dll)
melihat efektitivitas teknik modifikasi - Tidak melakukan off-task verbal
perilaku, yaitu shaping, prompting, token behavior: Mengeluarkan suara yang tidak
economy dalam meningkatkan durasi relevan dengan yang ditugaskan
perilaku on-task pada tugas akademik. (berbicara atau bercanda dengan orang
Selain itu, diharapkan subjek dapat disekelilingnya). Terkecuali, perilaku off-
melakukan generalisasi terhadap perilaku task verbal karena hal terdesak
on-task-nya pada tugas akademik dalam (mengeluarkan suara karena suatu hal

57
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

terdesak, misalnya memanggil orang lain total waktu selama 15 hingga 30 menit.
karena hal terdesak, terbatuk-batuk). Kemudian, sisa waktunya tersita untuk
melakukan hal lain yang mengalihkan
perhatiannya dari belajar. Situasi ruang
Desain Penelitian belajar H juga kurang kondusif, dimana
Desain penelitian ini adalah single pintu kamar selalu terbuka dan adik
subject A-B design dengan subjek satu seringkali mengganggu H, sehingga
(N=1). Penelitian ini menggunakan one suasana menjadi bising dan konsentrasi H
group pretest-posttsest, yang bertujuan terganggu.
untuk melihat perbandingan dengan Perilaku belajar H yang kurang disiplin
mengukur skor partisipan sebelum mempengaruhi pencapaian akademisnya
diberikan pelatihan dan setelah diberikan sehari-hari. H seringkali mendapat nilai
pelatihan. dibawah 6 pada beberapa mata pelajaran di
sekolahnya, khususnya mata pelajaran
Partisipan yang menuntut hafalan. Padahal, di kelas 5
Partisipan dalam penelitian ini adalah ini para siswa dituntut untuk belajar lebih
subjek laki-laki usia sekolah kelas 5 SD serius dalam rangka mempersiapkan diri
yang memiliki masalah motivasi pada Ujian Nasional saat kelas 6 nanti.
akademik. Partisipan berjumlah satu Oleh karena itu, H membutuhkan
dengan inisial H dan berusia 10 tahun 4 intervensi untuk memperbaiki perilaku
bulan. Berdasarkan hasil pemeriksaan belajarnya.
psikologis yang dilakukan, ditemukan
bahwa H memiliki masalah motivasi Instrumen Penelitian
belajar, kedisiplinan, dan tanggung jawab Instrumen penelitian yang digunakan
pada tugas akademik. Hal ini ialah observasi dan wawancara. Indikator
mempengaruhi perilaku belajar H sehari- observasi pada penelitian ini adalah
hari. Ia sangat mudah sekali terdistraksi menggunakan duration data sheet dengan
dan beralih fokusnya pada hal lain dalam mengukur durasi kemunculan target
situasi yang mengharuskan dirinya untuk perilaku melalui observasi. Melalui
duduk diam dan tenang saat pembelajaran duration data sheet ini, peneliti mencatat
berlangsung, baik di sekolah maupun di durasi on-task subjek per-sesi dengan
rumah. mengukurnya menggunakan stop watch,
Perilaku inatentif pada kegiatan yakni setiap kali subjek memulai perilaku
akademik tersebut ditunjukkan dengan on-task hingga subjek memunculkan
melakukan suatu hal yang tidak bertujuan, perilaku off-task, lalu observasi dan catat
misalnya melihat-lihat ke arah lain, perilaku off-task yang dimunculkan oleh
melamun, bercanda, memainkan barang subjek, setelah itu hitung rata-rata durasi
lain, ataupun tidur-tiduran, sehingga on-task subjek dengan menjumlahkan
tugasnya tidak selesai dan waktu seluruh durasi trial on-task yang dilakukan
belajarnya habis. Hal ini terjadi pada subjek, kemudian dibagi dengan jumlah
semua mata pelajaran, baik di rumah trial. Selanjutnya, wawancara dilakukan
maupun di sekolah. Ia juga masih selalu kepada subjek, ibu subjek, dan guru untuk
bergantung pada ibu untuk menyelesaikan membantu mengetahui perilaku on-task
tugas-tugas sekolah maupun memahami pada subjek sehari-hari.
materi pelajaran. Indikator perilaku on-task pada
Selama belajar, H hanya dapat penelitian ini adalah mencakup perilaku
memusatkan atensi pada materi pelajaran mengikuti instruksi atau arahan untuk
dalam waktu singkat, yakni sekitar 1-3 mengerjakan tugas dengan atentif, tidak
menit, sehingga ia hanya mampu efektif menggerakkan tubuhnya untuk suatu hal-
belajar atau mengerjakan tugas dengan hal yang tidak berkaitan dengan tugas

58
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

akademik (misalnya berpindah duduk, Pada fase baseline, rata-rata durasi


menggoyangkan tubuhnya, memainkan on-task subjek ialah selama 65 detik,
benda lain di sekitarnya, menidurkan meski demikian, pada beberapa trial di sesi
kepala pada meja), dan tidak 1-3, subjek juga mampu mencapai durasi
mengeluarkan suara yang tidak relevan on-task selama lebih dari dua menit.
dengan yang ditugaskan, misalnya Berdasarkan pertimbangan tersebut, pada
bercanda dan mengobrol (Amato-Zech, tahap pertama intervensi target durasi
Hoff, dan Doepke, 2006). perilaku on-task H ditetapkan selama 3
menit dan akan dinaikkan secara bertahap
Analisa Data (shaping).
Analisis data dilakukan dengan teknik Sementara itu, peneliti menetapkan
statistik deskriptif menggunakan grafik. target akhir durasi on-task menjadi 12
Analisis data didapatkan dengan menit per-trial. Hal ini sesuai dengan
membandingkan durasi rata-rata perilaku penelitian yang dilakukan oleh Godwin
on-task sebelum diberikan intervensi dan dkk (2016) yang menyatakan bahwa rata-
setelah diberikan intervensi. rata on-task pada kegiatan terstruktur
subjek usia sekolah dasar kelas 3-5 SD
Prosedur Penelitian selama 12 menit. Program akan dilakukan
Prosedur penelitian pada penelitian dalam empat tahap selama empat minggu.
ini terbagi menjadi tiga, yaitu tahap Setiap tahapan, durasi perilaku on-task
persiapan, tahap intervensi, dan tahap pada tugas akademik akan dinaikkan
follow-up. Pertama, pada tahap persiapan, selama 3 menit per-trial. Setiap pertemuan
sebelum menentukan prosedur penelitian, akan berlangsung selama 1 jam, berikut
peneliti terlebih dahulu melakukan need merupakan rangkaian tahapan modifikasi
assessment melalui wawancara orangtua, perilaku yang akan dilakukan dalam waktu
guru, subjek dan observasi pada subjek. 20 sesi :
Hasil need assessment menunjukkan
bahwa perilaku on-task pada tugas Tabel 1
akademik subjek tergolong rendah
(defisit), sehingga diperlukan modifikasi Tahapan Target Perilaku
perilaku untuk meningkatkannya. Selain
itu need assessment juga dilakukan untuk Target durasi Indikator
Taha
mengetahui jenis reinforcement yang perilaku on- keberhasilan perilaku
p
disukai subjek untuk digunakan selama task per-trial on-task
intervensi. Kemudian peneliti melakukan Rata-rata on-task
Minimal 3
baseline sebanyak tiga pertemuan (tiga 1 selama 3 menit dalam
menit
sesi). Setiap sesi berlangsung selama 60 1 jam
menit. Rata-rata on-task
Minimal 6
Kedua, pada tahap intervensi, program 2 selama 6 menit dalam
menit
dilaksanakan selama 20 pertemuan (20 1 jam
sesi). Setiap sesi berlangsung selama 60 Rata-rata on-task
Minimal 9
menit. Terakhir, tahap follow-up dilakukan 3 selama 9 menit dalam
menit
sebanyak tiga kali pertemuan (tiga sesi). 1 jam
Tahap follow-up dilakukan setelah empat Rata-rata on-task
Minimal 12
minggu program selesai dilaksanakan 4 selama 12 menit
menit
untuk menentukan apakah perubahan yang dalam 1 jam
dicapai selama program dapat
dipertahankan setelah program usai. Pada setiap pertemuan, peneliti atau
orangtua menjalankan tugas-tugas sebagai
Program Intervensi berikut: (1) Orangtua atau peneliti

59
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

mengkondisikan ruangan belajar subjek target, (11) pda akhir pekan dalam setiap
agar kondusif (antecendent control), yakni minggunya, orangtua dapat memberikan
belajar di meja belajar di kamarnya dengan hadiah pada subjek sesuai jumlah stiker
pintu tertutup, sehingga jauh dari yang telah subjek kumpulkan dalam lima
kebisingan, (2) peneliti atau orangtua hari.
meminta subjek untuk menampilkan Subjek diperbolehkan untuk pindah ke
perilaku on-task selama minimal waktu tahap selanjutnya jika berhasil mencapai
yang telah ditentukan pada setiap target sebanyak 60% (tiga sesi) dari
tahapannya dalam satu jam pembelajaran, keseluruhan sesi dalam satu tahap. Hal ini
yaitu 60 menit, (3) peneliti atau orangtua bertujuan agar target perilaku subjek dapat
memberikan arahan/ prompting secara tercapai secara konsisten. Jika subjek
verbal/bicara (“Ayo fokus”, “Gimana belum mencapai target sebanyak 60%
sikap belajarnya?”), modeling dalam satu tahap, peneliti akan
(mencontohkan posisi tubuh yang tepat memberikan sesi tambahan sampai subjek
saat belajar), dan fisik (membantu subjek mencapai target sebanyak 60% dalam satu
secara fisik untuk membentuk postur dan tahap.
posisi yang tepat saat belajar). Hal ini Pada setiap sesi, subjek juga
dapat dilakukan sebelum atau selama menjalankan tugas-tugas sebagai berikut:
kegiatan belajar berlangsung, (4) peneliti (1) subjek diminta untuk menyiapkan
menggunakan stopwatch untuk minum sebelum kegiatan belajar dimulai
menghitung durasi on-task subjek, yaitu (antecedent control), (2) subjek
durasi sejak subjek memulai perilaku on- menampilkan perilaku on-task pada tugas
task hingga subjek mengakhiri perilaku akademik sesuai waktu yang telah
on-task, (5) peneliti mencatat durasi ditentukan, (3) pada akhir pekan dalam
perilaku on-task subjek per-trial pada setiap minggunya, subjek dapat
Tabel Duration Data Sheet. Selain itu, menukarkan stiker yang telah dikumpulkan
peneliti juga menandai (√) kolom durasi dengan suatu hadiah yang telah disepakati
perilaku on-task jika perilaku muncul bersama dengan orangtua.
sesuai dengan waktu minimal yang
ditentukan. Peneliti juga dapat mencatat ANALISIS & HASIL
kemunculan perilaku off-task pada kolom Pada fase baseline, hasil rata-rata
observasi jika durasi belajar subjek per- durasi on-task subjek berada pada kisaran
trial kurang dari waktu minimal yang telah 62-70 detik (±1 menit) atau sekitar 8%,
ditentukan, (6) jika subjek merasa lelah, yakni pada hari pertama ialah 70 detik,
subjek boleh beristirahat selama maksimal pada hari kedua ialah 62 detik, dan pada
30 detik, (7) peneliti menghitung rata-rata hari ketiga ialah 65 detik, dimana setting
durasi on-task dari keseluruhan trial, (8) belajar subjek saat itu ialah di meja dan
mengenai pemberian reinforcement, kursi belajar di kamarnya.
peneliti memberikan stiker sebagai token Selama fase baseline, H seringkali
economy setiap kali subjek mampu memunculkan perilaku off-task. Beberapa
menampilkan perilaku on-task sesuai perilaku off-task yang sering dilakukan
target pertahapan dimana stiker yang oleh H antara lain; berdiri dan berjalan-
diterima subjek akan ditempelkan pada jalan dengan tidak bertujuan, memutar-
reward chart, (9) peneliti akan mutar kursi sambil melamun, berpindah
memberikan penambahan stiker jika duduk ke sofa dan tidur-tiduran,
subjek mampu memperoleh nilai tertentu memainkan benda di sekitarnya, mengeluh
saat latihan soal dimana stiker bonus dapat mengenai tugasnya, dan bercanda dengan
ditempelkan pada papan reward chart, adik.
(10) subjek juga mendapatkan 1 stiker Setelah baseline, peneliti melakukan
bonus jika pencapaiannya mampu melebihi sesi intervensi. Berdasarkan rancangan

60
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

awal, program modifikasi perilaku akan H juga cukup bersemangat untuk


dilakukan dalam empat tahap dengan mengumpulkan stiker setiap harinya demi
jumlah total 20 sesi. Akan tetapi, pada mendapatkan hadiah di akhir pekan. Hal
pelaksanaannya, intervensi berlangsung ini mempengaruhi usaha H untuk
selama 22 sesi. Hal ini dikarenakan subjek mengerjakan soal latihan dengan
gagal mencapai target sebanyak 60% pada bersungguh-sungguh.
tahap tiga, sehingga peneliti menambah Di sisi lain, H juga masih
dua sesi hingga subjek berhasil mencapai menampilkan perilaku off-task, terutama
target keberhasilan 60% pada tahap tiga. perilaku off-task motor. H lebih banyak
Intervensi dilakukan di rumah H setiap menampilkan perilaku off-task ketika
sore hari. membahas soal bersama dengan ibu,
Selama pelaksanaan program, jadwal dibandingkan saat membaca buku
cukup rutin dilakukan karena Ibu cukup pelajaran. Perilaku yang sering ia
kooperatif dengan jadwal program tampilkan diantaranya melamun sambil
intervensi, walaupun terdapat jeda selama bersandar dan memainkan barang
satu minggu karena ibu pergi keluar kota disekitarnya. Ia juga terkadang bertanya
dan kondisi fisik H kurang sehat. Pada pada peneliti mengenai waktu belajar yang
tahap satu, peneliti bertugas sebagai agen tersisa.
pengubah perilaku, sedangkan orangtua Saat H menampilkan perilaku off-task,
berperan sebagai observer. Hal ini peneliti menyebutkan durasi on-task yang
bertujuan agar orangtua dapat memahami telah ia lakukan beserta jumlah stiker yang
prosedur intervensi secara keseluruhan. ia dapatkan pada trial tersebut agar H
Sementara, pada tahap dua hingga tahap dapat mengerahkan usaha yang lebih baik
empat, orangtua bertugas sebagai agen lagi pada trial selanjutnya. Pada akhir sesi,
pengubah perilaku, dan peneliti berperan peneliti dan H menempelkan token berupa
sebagai observer jalannya intervensi. Hal stiker pada buku reward. Prosedur
ini bertujuan agar proses modifikasi pemerolehan stiker tersebut dilakukan
perilaku dilakukan pada setting sehari-hari berdasarkan kesepakatan antara peneliti
subjek, kemudian peneliti juga dapat dan subjek, dimana subjek meminta untuk
mengevaluasi jalannya intervensi dan menempelkan stiker pada akhir sesi
memberikan arahan pada orangtua agar intervensi agar dirinya tidak terganggu
intervensi dapat dilakukan dengan efektif. selama proses pembelajaran berlangsung.
Selama intervensi berjalan, H cukup
mampu menunjukkan perilaku on-task
sesuai arahan orangtua atau peneliti, Berikut hasil intervensi peningkatan
dimana ia lakukan dengan menyilangkan durasi perilaku on-task pada H:
tangan di atas meja belajar dan menatap ke
buku pelajaran. H berusaha untuk tidak
menampilkan perilaku off-task dan
mengontrol perilakunya, terlihat dari sikap
H yang menahan diri saat akan
menampilkan perilaku off-task, misalnya
beberapa kali mengatakan “Eh iya” dan
menarik nafas panjang untuk tetap fokus.
Meskipun beberapa kali adik berusaha
untuk masuk ke kamar H dan membuat
suasana bising, namun H berusaha untuk
tetap fokus dengan tidak menghiraukan
kehadiran adik. Gambar 1. Grafik durasi rata-rata perilaku
on-task

61
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Setelah menjalani intervensi selama 22


Grafik di atas menunjukkan bahwa sesi, H mengatakan bahwa dirinya dapat
terdapat peningkatan durasi on-task pada merasa lebih fokus selama belajar karena
tugas akademik yang dilakukan oleh H terdapat aturan-aturan yang harus ia
selama intervensi berlangsung. Hasil patuhi. H juga merasa lebih mampu
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain disiplin dalam belajar, karena selama
pemberian token economy dan back-up intervensi ia memiliki jadwal belajar yang
reinforcer yang konsisten, efektif, dan rutin setiap harinya.
sesuai dengan kebutuhan H, serta pujian Meskipun demikian, pada beberapa
dari orangtua dan guru atas pencapaiannya sesi terlihat adanya penurunan durasi on-
yang meningkat pada beberapa mata task yang dilakukan oleh H, terutama pada
pelajaran, sehingga H terlihat lebih tahap kedua. Hal ini disebabkan antara lain
bersemangat dan bersungguh-sungguh mulai di tahap kedua, intervensi dijalankan
untuk menampilkan perilaku on-task. oleh ibu, sehingga pada sesi-sesi awal,
H juga cukup terbantu dengan subjek cenderung kurang menunjukkan
pemberian prompt fisik, modelling, dan keseriusan dalam belajar. Pada sesi kesatu
verbal yang dikurangi secara bertahap tahap kedua, H juga mengaku lapar
pada masing-masing tahapannya. Pada sehingga ia tidak fokus pada pembelajaran.
tahap 1, peneliti memberikan prompt fisik, Perilaku kembali mengalami peningkatan
modelling, gestural, dan verbal setiap pada pelaksanaan tahap ketiga dan empat.
sesinya sesuai dengan kondisi subjek. Pada Jika dibandingkan dengan hasil baseline
tahap dua, ibu memberikan prompt verbal maka terlihat bahwa perilaku yang
dengan kalimat lengkap. Mulai pada tahap ditampilkan oleh H pada baseline
tiga dan empat, peneliti dan ibu hanya mengalami peningkatan setelah
memberikan prompt verbal secara singkat, menggunakan teknik-teknik shaping,
misalnya “Ayo!”. Secara umum, H sudah prompting, antecendent control, dan token
mampu diberikan arahan hanya dengan economy pada modifikasi perilaku.
menggunakan prompt verbal singkat. Selain itu, setelah program intervensi
Perilaku H selama proses intervensi juga dilakukan, peneliti juga melakukan sesi
banyak dipengaruhi oleh antecedent follow-up empat minggu setelah
control yang dihadirkan, seperti ruangan interevensi dilakukan. Sesi follow-up
belajar yang lebih kondusif, perubahan dilakukan untuk melihat efektivitas
metode pembelajaran ibu, serta program yang diaplikasikan pada subjek,
ketersediaan minum di dalam ruangan apakah ada perubahan yang terjadi pada
belajarnya. perilaku yang menjadi target program,
Selain itu, kehadiran peneliti dalam serta apakah perilaku dapat konsisten
situasi belajar H juga cukup memberikan muncul pada subjek.
pengaruh yang besar, karena ia merasa Tahap follow-up dilakukan dengan
diamati dan dievaluasi oleh peneliti. metode yang sama dengan program
Secara rutin, peneliti juga melakukan intervensi sesi terakhir, yaitu meminta H
evaluasi bersama dengan H dan orangtua untuk menampilkan perilaku on-task
mengenai perilaku H yang muncul selama selama membaca buku pelajaran dan
intervensi berlangsung. Peneliti senantiasa mengerjakan tugas akademik, tanpa
menanyakan hal-hal yang mengganggu H memberikan token economy dan back-up
selama proses belajar, perilaku on-task dan reinforcer. Selama sesi follow-up, peneliti
off-task yang dimunculkan H selama melakukan pengukuran durasi on-task
belajar, refleksi perasaan H selama dengan menggunakan duration data sheet
pembelajaran, serta solusi yang akan ia yang sama seperti pada fase baseline dan
lakukan untuk mengurangi perilaku off- intervensi. Selain itu, peneliti juga
task-nya di sesi selanjutnya. melakukan observasi dan wawancara

62
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

kepada orangtua dan subjek mengenai efek Setelah fase follow up dilakukan,
program peningkatan durasi on-task yang peneliti memberikan panduan generalisasi
diberikan. program untuk diterapkan pada setting
Hasil rata-rata durasi on-task subjek alamiah sehari-hari, yakni peneliti
pada sesi follow-up hari pertama 12 menit meminta ibu dan subjek untuk menerapkan
37 detik (>100%), hari kedua ialah 11 jadwal belajar yang konsisten selama
menit 50 detik (98%), dan hari ketiga ialah minimal satu jam per hari. Dalam hal ini,
12 menit 48 detik (>100%), dimana setting ibu dan subjek sebaiknya mendiskusikan
belajar subjek saat itu ialah di meja dan target waktu on-task terlebih dahulu
kursi belajar di kamarnya. sebelum memulai pembelajaran.
Selama tahap follow-up, H memulai Berikut merupakan perbandingan
setiap sesi dengan menyiapkan minum persentase durasi rata-rata perilaku on-task
untuk diletakkan di kamar agar ia tidak yang ditampilkan subjek saat baseline,
sering meninggalkan kursi belajarnya intervensi, dan follow-up:
(kontrol antecedent). Saat menampilkan
perilaku on-task, H mampu duduk tegap
sambil mengerjakan soal dan
mempertahankan atensi pada bukunya. H
tidak terganggu dengan suara adiknya
yang beberapa kali mengetuk pintu
kamarnya. Ia beberapa kali bertanya pada
ibu saat dirinya tidak memahami soal yang
dikerjakan. Meski demikian, H juga
menampilkan perilaku off-task, di
antaranya beberapa kali bertanya sisa Gambar 2. Perbandingan hasil intervensi
waktu belajar pada peneliti, memainkan
Berdasarkan grafik di atas dapat
benda di sekitarnya sambil melamun,
disimpulkan bahwa durasi perilaku on-task
sehingga tidak menjawab pertanyaan ibu.
H pada tugas akademik dapat bertahan
Pada sesi kedua, suasana hati H terlihat
setelah program intervensi berakhir.
kurang baik. Ia mengaku pegal dan lelah
Durasi perilaku on-task H yang minim
saat menulis.
sebelum intervensi kini dapat meningkat,
Menurut ibu dan H, pada minggu
meskipun tanpa diberikan target shaping,
kelima hingga kedelapan, H sudah cukup
token economy, berikut back-up reinforce
disiplin terhadap jadwal belajar sehari-
secara berkala.
hari. Ia selalu menyediakan waktu selama
minimal 1 jam untuk belajar. Sebelum
kegiatan belajar dimulai, H selalu DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian, teknik
berinisiatif untuk menyiapkan minum yang
shaping bersamaan dengan prompting,
diletakkan di meja belajarnya. Ibu juga
antecendent control, dan token economy
menuturkan bahwa perilaku off-task H
terbukti dapat meningkatkan durasi
sudah lebih berkurang dibandingkan
perilaku on-task pada tugas akademik.
sebelum dan selama intervensi
Adapun faktor lain yang juga turut
berlangsung. Akan tetapi, perilaku
mempengaruhi keberhasilan program ini
belajarnya ini juga bergantung pada
adalah keterlibatan orangtua dalam
suasana hati H sehari-hari. Selain itu, H
intervensi. Hal tersebut dapat
mengatakan bahwa perilaku belajarnya
mempermudah proses generalisasi
saat ini sudah jauh lebih baik jika
program ke dalam setting kehidupan
dibandingkan dengan sebelum intervensi.
subjek sehari-hari, sehingga intervensi
Ia juga akan menerapkan kebiasaannya ini
dapat dilakukan dengan efektif. Menurut
pada situasi belajar di sekolah.
Karst dan Van Heck (2012), keterlibatan
63
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

orangtua atau pengasuh dalam proses Sutherland, Wehby, & Copeland (2000),
intervensi memainkan peran yang sangat umpan balik atau evaluasi yang diberikan
penting bagi keberhasilan intervensi dan pada partisipan anak dapat meningkatkan
proses generalisasi, sebagai contoh, perilaku yang diharapkan, memberikan
orangtua dan pengasuh yang memiliki perubahan positif bagi anak, dan dapat
motivasi dan ekspektasi terhadap memperbaiki perilaku on-task anak.
pencapaian anak dapat membantu anak Di sisi lain, kondisi fisik (lapar,
dalam meningkatkan kemampuannya. kesehatan tubuh subjek) dan suasana hati
Pada penelitian ini, pemberian prompt subjek juga dapat mempengaruhi perilaku
fisik, modeling, dan verbal dikurangi on-task subjek selama pembelajaran
secara bertahap sesuai dengan performa berlangsung. Pada penelitian ini, di sesi
subjek dalam setiap sesi atau tahapannya. kesatu tahap kedua H mengaku lapar dan
Jika prompt tidak disesuaikan dengan kurang fit sehingga ia tidak fokus pada
kondisi subjek, pembentukan perilaku baru pembelajaran dan hanya mampu on-task
pada subjek akan terhambat. Selain itu, dalam durasi yang singkat.
subjek dapat mengalami kejenuhan karena
stimulus prompt yang kurang sesuai SIMPULAN
dengan kebutuhan subjek. Berdasarkan data yang diperoleh,
Selanjutnya, antecedent control yang dapat disimpulkan bahwa program
dihadirkan selama pembelajaran juga dapat modifikasi perilaku dengan menggunakan
membantu keefektifan intervensi, seperti teknik shaping, prompting, antecendent
ruangan belajar yang lebih kondusif atau control, dan token economy terbukti efektif
perubahan metode pembelajaran. Tak dalam meningkatkan durasi perilaku on-
hanya itu, reinforcement yang diberikan task pada tugas akademik.
pada subjek selama penelitian, baik barupa
consumable reinforcement (makanan, SARAN
benda) maupun social reinforcement Terdapat beberapa keterbatasan dalam
(pujian), juga diberikan secara konsisten, penelitian ini, antara lain fase baseline
efektif, dan sesuai dengan kebutuhan hanya dilakukan selama tiga hari. Selain
subjek. Consumable reinforcement itu, adanya jarak waktu yang cukup
diberikan pada anak setelah anak berjauhan antara fase baseline dan fase
mengumpulkan token economy dengan intervensi. Hal-hal tersebut dapat
jumlah tertentu. Hal ini sejalan dengan mempengaruhi kesesuaian program
penelitian Athens, Vollmer, dan Pipkin intervensi dengan kondisi atau kebutuhan
(2007) yang menyatakan bahwa teknik subjek. Selain itu, peneliti beberapa kali
shaping disertai dengan token economy kurang memperhatikan kondisi fisik
terbukti efektif dalam meningkatkan on- subjek sebelum intervensi dilaksanakan
task dan keterlibatan anak dalam tugas (misalnya kondisi tubuh yang lapar),
akademik. sehingga dapat mempengaruhi
Selama program berlangsung, peneliti keoptimalan intervensi.
selalu memberikan evaluasi mengenai Pada penelitian selanjutnya
performa subjek selama intervensi bersama disarankan supaya fase baseline dapat
dengan subjek dan orangtua, seperti dilakukan dalam sesi yang lebih panjang
menanyakan hal-hal yang mengganggu agar dapat menentukan target perilaku
subjek selama proses belajar, perilaku on- yang lebih akurat, serta sesuai dengan
task dan off-task yang dimunculkan selama kebutuhan subjek. Selain itu, jarak waktu
belajar, refleksi perasaan subjek selama antara fase baseline dan fase intervensi
pembelajaran, serta solusi yang akan sebaiknya tidak terlalu berjauhan,
subjek lakukan untuk mengurangi perilaku misalnya sekitar satu hingga dua minggu,
off-task-nya di sesi selanjutnya. Menurut sementara pada penelitian ini jarak antara

64
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

fase baseline dan fase intervensi ialah 30(6), 553-567. doi: 0162-3257/00/1200-
selama enam minggu. Hal ini bertujuan 0553$18.00/0.
agar intervensi yang diberikan sesuai Clare, K., et al. (2000). Self-modeling as a
dengan kondisi dan kebutuhan subjek yang treatment for increasing on-task
sebenarnya, sehingga intervensi akan behavior. Psychology in the Schools,
37(6), 517–522.
menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. doi:10.1002/15206807(200011)37:6<517
Peneliti juga sebaiknya memperhatikan ::aid-pits4>3.0.co;2-y.
kondisi fisik subjek sebelum intervensi Godwin, K. E., Almeda, M. V., Seltman, H.,
dilaksanakan agar intervensi dapat Kai, S., Skerbetz, M. D., Baker, R. S., &
dilakukan dengan lebih optimal. Fisher, A. V. (2016). Off-task behavior in
Peneliti juga dapat menggunakan elementary school children. Learning and
visual chart untuk memudahkan subjek Instruction, 44, 128-143.
dalam menampilkan perilaku on-task yang doi:10.1016/j.learninstruc.2016.04.003.
tepat. Selain itu, penggunaan visual chart Harris, K. R. (1986). Self-monitoring of
juga dapat membantu orangtua dalam attentional behavior versus self-
memberikan prompt gesture. monitoring of productivity: Effects on on-
task behavior and academic response rate
Setelah perilaku on-task terbentuk among learning disabled
secara konsisten, pemberian teknik fading children. Journal of Applied Behavior
untuk meningkatkan kemandirian subjek Analysis, 19(4), 417-423.
dalam belajar juga dapat dilakukan. doi:10.1901/jaba.1986.19-417.
Fading ialah pengurangan prompt (arahan) Karst, J. S., & Van Hecke, A.V (2012). Parent
secara bertahap ketika perilaku yang tepat and family impact of autism spectrum
telah muncul. Melalui teknik fading, disorders: A review and proposed model
orangtua dapat mengurangi prompt for intervention evaluation. Clinical Child
(arahan) pada kegiatan belajar subjek, and Family Psychology Review, 15(3),
sehingga subjek dapat belajar mandiri 247–277. doi:10.1007/s10567-012-0119-
tanpa didampingi orangtua terus-menerus. 6.
Kazdin, A. E. (2013). Behavior modification
in applied settings (7th ed.). Illinois:
DAFTAR PUSTAKA
Waveland Press.
Amato-Zech, N. A., Hoff, K. E., & Doepke, K.
Martin, G. & Pear, J. (2010). Behavior
J. (2006). Increasing on-task behavior in
modification: What it is and how to do it
the classroom: Extension of self-
(9th ed. examination copy). New Jersey:
monitoring strategies. Psychology in the
Pearson Prentice Hall.
Schools, 43(2), 211-221.
Miltenberger, R. G. (2012). Behavior
doi:10.1002/pits.20137.
modification: principles and
Athens, E. S., Vollmer, T. R., & Pipkin, C. C.
procedures (5th ed.). Wadsworth:
(2007). Shaping academic task
Cengage Learning.
engagement with percentile
Polderman, T. J., Boomsma, D. I., Bartels, M.,
schedules. Journal of Applied Behavior
Verhulst, F. C., & Huizink, A. C. (2010).
Analysis, 40(3), 475-488.
A systematic review of prospective
doi:10.1901/jaba.2007.40-475.
studies on attention problems and
Betts, J., Mckay, J., Maruff, P., & Anderson,
academic achievement. Acta Psychiatrica
V. (2006). The development of sustained
Scandinavica, 122(4), 271-284.
attention in children: The effect of age
doi:10.1111/j.1600-0447.2010.01568.x.
and task load. Child
Rebok, G. W., Smith, C. B., Pascualvaca, D.
Neuropsychology, 12(3), 205-221.
M., Mirsky, A. F., Anthony, B. J., &
doi:10.1080/09297040500488522.
Kellam, S. G. (1997). Developmental
Bryan, L.C & Gast, D.L. (2000). Teaching on-
changes in attentional performance in
task and on-schedule behaviors to high
urban children from eight to thirteen
functioning children with autism via
years. Child Neuropsychology, 3(1), 28–
picture activity schedule. Journal of
46.
Autism and Developmental Disorders,

65
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Rhode, G., Jenson, W.R., & Reavis, H.K. Winingsih, E. (2017). Direct behavioral
(1993). The tough kid book: Practical consultation (DBC) untuk mengurangi
classroom management strategies. perilaku off task. Jurnal Pendidikan
Longmont, CO: Sopris West, Inc. (Teori Dan Praktik), 1(2), 124-132.
Sutherland, K. S., Wehby, J.H., & Copeland, doi:10.26740/jp.v1n2.p124-132.
S.R. (2000). Effect of varying rates of Wyne, M. D., & Stuck, G. B. (1979). Time-on-
behavior-specific praise on the on-task task and reading performance in
behavior of students with EBD. Journal underachieving children. Journal of
of Emotional and Behavioral Disorder, Reading Behavior, 11(2), 119-128.
8(1), 2–8. doi:10.1080/10862967909547315.
doi:10.1177/106342660000800101.

66

Anda mungkin juga menyukai