Efektivitas Program Modifikasi Perilaku Dengan Tek
Efektivitas Program Modifikasi Perilaku Dengan Tek
1, Juni 2019
ABSTRAK Masalah perilaku on-task pada tugas akademik seringkali muncul pada
anak usia sekolah, seperti kesulitan memusatkan atensi pada tugas,
mudah terdistraksi, dan beralih fokusnya pada hal lain dalam situasi
pembelajaran. Hal ini dapat mempengaruhi pencapaian akademis anak
sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan durasi
perilaku on-task pada tugas akademik dengan menggunakan teknik
shaping. Penelitian ini menggunakan single case experimental A-B
design yang dilakukan dalam 22 sesi. Partisipan adalah seorang anak
laki-laki typical (normal) berusia 10 tahun. Teknik pengumpulan data
melalui duration data sheet yang bertujuan untuk mengukur durasi
kemunculan target perilaku melalui observasi. Analisis data dilihat
dengan membandingkan rata-rata durasi perilaku on-task sebelum dan
sesudah intervensi dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata durasi perilaku on-task yang signifikan pada
partisipan, dari 8% sebelum intervensi menjadi 100% setelah intervensi
berakhir dan bertahan menjadi 100% saat follow-up. Hal ini
membuktikan bahwa penerapan teknik shaping terbukti efektif dalam
membantu anak meningkatkan durasi perilaku on-task pada tugas
akademik. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan
beberapa hal, yaitu fase baseline dapat dilakukan dalam sesi yang lebih
panjang agar dapat menentukan target perilaku yang lebih valid, jarak
waktu antara fase baseline dan fase intervensi sebaiknya tidak terlalu
berjauhan, serta menggunakan media visual chart untuk memudahkan
anak dalam menampilkan perilaku on-task yang tepat.
ABSTRACT On-task behavior problems in academic task often arise in school-age
children, such as difficulty of focusing attention, easily being
distracted, and shifting focus to other things in learning situations.
Such on-task behavior can affect children’s academic achievement.
Current research aim is to assess effectiveness of shaping technique
for increasing the on-task behavior duration in academic task. This
research use single-case experimental A-B design in 22 sessions. A
typical 10 years old boy was used as a subject. Observation the
duration of on-task behaviour using duration data sheet as a method
54
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
55
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
dalam mengerjakan tugas (Wyne & Stuck, melakukan observasi pada dirinya sendiri
1979). Tak hanya itu, kapasitas apakah mereka telah menampilkan
mempertahankan atensi memainkan peran perilaku yang diharapkan, kemudian anak
utama dalam memeroleh dan diminta untuk merekam dan mengevaluasi
mengintegrasikan keterampilan dan perilaku on-task nya sendiri dengan
pengetahuan baru (Betts dkk, 2006). Anak menggambar grafik pemantauan diri
yang memiliki pencapaian akademik yang (Amato-Zech, Hoff, dan Doepke, 2006,)
baik akan menampilkan perilaku on-task akan tetapi, metode ini seringkali
yang baik dengan durasi waktu on-task mengganggu anak dan memakan banyak
yang lebih lama (Bloom, dalam Wyne & waktu selama proses pembelajaran (Harris,
Stuck, 1979). Untuk mengatasi 1986).
permasalahan perilaku belajar yang Program modifikasi perilaku pada
muncul pada anak usia sekolah, diperlukan penelitian ini menggunakan teknik shaping
program modifikasi perilaku yang untuk meningkatkan durasi perilaku on-
bertujuan untuk meningkatkan durasi task. Shaping ialah pembentukan perilaku
perilaku on-task. Menurut Bryan dan Gast baru secara bertahap dengan beberapa
(2000) serta Sutherland, Wehby, dan dimensi fisik yang mengikutinya, seperti
Copeland (2000), salah satu intervensi durasi, frekuensi, atau intensitas suatu
yang paling efektif dalam meningkatkan perilaku (Martin & Pear, 2010). Shaping
perilaku on-task pada anak adalah dengan tidak hanya digunakan untuk
metode modifikasi perilaku, dimana mengembangkan target perilaku yang
metode ini dipercaya dapat membantu belum dimunculkan oleh seseorang, akan
meningkatkan perilaku on-task. tetapi, shaping juga dipercaya dapat
Penelitian-penelitian yang membahas mengubah dimensi perilaku yang sudah
mengenai intervensi pada perilaku on-task muncul, misalnya meningkatkan intensitas,
umumnya menggunakan prinsip durasi, atau frekuensi perilaku. Pada teknik
modifikasi perilaku. Penelitian yang shaping, pemberian reinforcement
dilakukan Clare dkk (2000) menerapkan terhadap rangkaian target perilaku
teknik self modeling untuk meningkatkan dilakukan secara berurutan dan bertahap,
perilaku on-task, yakni pembelajaran yang sampai individu menunjukkan perilaku
dilakukan melalui pengamatan pada yang diharapkan (Miltenberger, 2012).
seseorang yang menampilkan perilaku Oleh karena itu, penelitian ini akan
yang diharapkan, namun anak bisa jadi menguji efektivitas teknik shaping dalam
jenuh karena terus menerus menonton meningkatkan durasi perilaku on-task pada
video yang sama berulang kali. Metode tugas akademik.
teacher praise (pujian guru) dapat Program ini menggunakan teknik
membantu anak meningkatkan perilaku shaping untuk meningkatkan durasi
on-task guna mengembangkan motivasi perilaku on-task pada subjek secara
intrinsik dan meningkatkan perasaan bertahap hingga mencapai target. Selain
kompetensi dalam diri anak, namun itu, peneliti menerapkan teknik prompt,
intervensi ini tidak menyasar pada target yaitu stimulus yang membantu munculnya
durasi waktu on-task dan cenderung sebuah respon pada waktu yang tepat
menghabiskan jangka waktu yang lama (Miltenberger, 2012). Untuk meningkatkan
(Sutherland, Wehby, & Copeland, 2000). keberhasilan intervensi, antecedent control
Selain metode modifikasi perilaku juga dilakukan pada penelitian ini.
seperti yang telah dipaparkan dalam Antecedent control merupakan suatu
paragraf sebelumnya, intervensi self prosedur modifikasi perilaku yang
monitoring juga terbukti dapat melibatkan manipulasi beberapa aspek
meningkatkan perilaku on-task anak. Pada lingkungan fisik atau sosial untuk
intervensi ini, anak diminta untuk memunculkan perilaku yang diinginkan
56
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
57
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
terdesak, misalnya memanggil orang lain total waktu selama 15 hingga 30 menit.
karena hal terdesak, terbatuk-batuk). Kemudian, sisa waktunya tersita untuk
melakukan hal lain yang mengalihkan
perhatiannya dari belajar. Situasi ruang
Desain Penelitian belajar H juga kurang kondusif, dimana
Desain penelitian ini adalah single pintu kamar selalu terbuka dan adik
subject A-B design dengan subjek satu seringkali mengganggu H, sehingga
(N=1). Penelitian ini menggunakan one suasana menjadi bising dan konsentrasi H
group pretest-posttsest, yang bertujuan terganggu.
untuk melihat perbandingan dengan Perilaku belajar H yang kurang disiplin
mengukur skor partisipan sebelum mempengaruhi pencapaian akademisnya
diberikan pelatihan dan setelah diberikan sehari-hari. H seringkali mendapat nilai
pelatihan. dibawah 6 pada beberapa mata pelajaran di
sekolahnya, khususnya mata pelajaran
Partisipan yang menuntut hafalan. Padahal, di kelas 5
Partisipan dalam penelitian ini adalah ini para siswa dituntut untuk belajar lebih
subjek laki-laki usia sekolah kelas 5 SD serius dalam rangka mempersiapkan diri
yang memiliki masalah motivasi pada Ujian Nasional saat kelas 6 nanti.
akademik. Partisipan berjumlah satu Oleh karena itu, H membutuhkan
dengan inisial H dan berusia 10 tahun 4 intervensi untuk memperbaiki perilaku
bulan. Berdasarkan hasil pemeriksaan belajarnya.
psikologis yang dilakukan, ditemukan
bahwa H memiliki masalah motivasi Instrumen Penelitian
belajar, kedisiplinan, dan tanggung jawab Instrumen penelitian yang digunakan
pada tugas akademik. Hal ini ialah observasi dan wawancara. Indikator
mempengaruhi perilaku belajar H sehari- observasi pada penelitian ini adalah
hari. Ia sangat mudah sekali terdistraksi menggunakan duration data sheet dengan
dan beralih fokusnya pada hal lain dalam mengukur durasi kemunculan target
situasi yang mengharuskan dirinya untuk perilaku melalui observasi. Melalui
duduk diam dan tenang saat pembelajaran duration data sheet ini, peneliti mencatat
berlangsung, baik di sekolah maupun di durasi on-task subjek per-sesi dengan
rumah. mengukurnya menggunakan stop watch,
Perilaku inatentif pada kegiatan yakni setiap kali subjek memulai perilaku
akademik tersebut ditunjukkan dengan on-task hingga subjek memunculkan
melakukan suatu hal yang tidak bertujuan, perilaku off-task, lalu observasi dan catat
misalnya melihat-lihat ke arah lain, perilaku off-task yang dimunculkan oleh
melamun, bercanda, memainkan barang subjek, setelah itu hitung rata-rata durasi
lain, ataupun tidur-tiduran, sehingga on-task subjek dengan menjumlahkan
tugasnya tidak selesai dan waktu seluruh durasi trial on-task yang dilakukan
belajarnya habis. Hal ini terjadi pada subjek, kemudian dibagi dengan jumlah
semua mata pelajaran, baik di rumah trial. Selanjutnya, wawancara dilakukan
maupun di sekolah. Ia juga masih selalu kepada subjek, ibu subjek, dan guru untuk
bergantung pada ibu untuk menyelesaikan membantu mengetahui perilaku on-task
tugas-tugas sekolah maupun memahami pada subjek sehari-hari.
materi pelajaran. Indikator perilaku on-task pada
Selama belajar, H hanya dapat penelitian ini adalah mencakup perilaku
memusatkan atensi pada materi pelajaran mengikuti instruksi atau arahan untuk
dalam waktu singkat, yakni sekitar 1-3 mengerjakan tugas dengan atentif, tidak
menit, sehingga ia hanya mampu efektif menggerakkan tubuhnya untuk suatu hal-
belajar atau mengerjakan tugas dengan hal yang tidak berkaitan dengan tugas
58
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
59
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
mengkondisikan ruangan belajar subjek target, (11) pda akhir pekan dalam setiap
agar kondusif (antecendent control), yakni minggunya, orangtua dapat memberikan
belajar di meja belajar di kamarnya dengan hadiah pada subjek sesuai jumlah stiker
pintu tertutup, sehingga jauh dari yang telah subjek kumpulkan dalam lima
kebisingan, (2) peneliti atau orangtua hari.
meminta subjek untuk menampilkan Subjek diperbolehkan untuk pindah ke
perilaku on-task selama minimal waktu tahap selanjutnya jika berhasil mencapai
yang telah ditentukan pada setiap target sebanyak 60% (tiga sesi) dari
tahapannya dalam satu jam pembelajaran, keseluruhan sesi dalam satu tahap. Hal ini
yaitu 60 menit, (3) peneliti atau orangtua bertujuan agar target perilaku subjek dapat
memberikan arahan/ prompting secara tercapai secara konsisten. Jika subjek
verbal/bicara (“Ayo fokus”, “Gimana belum mencapai target sebanyak 60%
sikap belajarnya?”), modeling dalam satu tahap, peneliti akan
(mencontohkan posisi tubuh yang tepat memberikan sesi tambahan sampai subjek
saat belajar), dan fisik (membantu subjek mencapai target sebanyak 60% dalam satu
secara fisik untuk membentuk postur dan tahap.
posisi yang tepat saat belajar). Hal ini Pada setiap sesi, subjek juga
dapat dilakukan sebelum atau selama menjalankan tugas-tugas sebagai berikut:
kegiatan belajar berlangsung, (4) peneliti (1) subjek diminta untuk menyiapkan
menggunakan stopwatch untuk minum sebelum kegiatan belajar dimulai
menghitung durasi on-task subjek, yaitu (antecedent control), (2) subjek
durasi sejak subjek memulai perilaku on- menampilkan perilaku on-task pada tugas
task hingga subjek mengakhiri perilaku akademik sesuai waktu yang telah
on-task, (5) peneliti mencatat durasi ditentukan, (3) pada akhir pekan dalam
perilaku on-task subjek per-trial pada setiap minggunya, subjek dapat
Tabel Duration Data Sheet. Selain itu, menukarkan stiker yang telah dikumpulkan
peneliti juga menandai (√) kolom durasi dengan suatu hadiah yang telah disepakati
perilaku on-task jika perilaku muncul bersama dengan orangtua.
sesuai dengan waktu minimal yang
ditentukan. Peneliti juga dapat mencatat ANALISIS & HASIL
kemunculan perilaku off-task pada kolom Pada fase baseline, hasil rata-rata
observasi jika durasi belajar subjek per- durasi on-task subjek berada pada kisaran
trial kurang dari waktu minimal yang telah 62-70 detik (±1 menit) atau sekitar 8%,
ditentukan, (6) jika subjek merasa lelah, yakni pada hari pertama ialah 70 detik,
subjek boleh beristirahat selama maksimal pada hari kedua ialah 62 detik, dan pada
30 detik, (7) peneliti menghitung rata-rata hari ketiga ialah 65 detik, dimana setting
durasi on-task dari keseluruhan trial, (8) belajar subjek saat itu ialah di meja dan
mengenai pemberian reinforcement, kursi belajar di kamarnya.
peneliti memberikan stiker sebagai token Selama fase baseline, H seringkali
economy setiap kali subjek mampu memunculkan perilaku off-task. Beberapa
menampilkan perilaku on-task sesuai perilaku off-task yang sering dilakukan
target pertahapan dimana stiker yang oleh H antara lain; berdiri dan berjalan-
diterima subjek akan ditempelkan pada jalan dengan tidak bertujuan, memutar-
reward chart, (9) peneliti akan mutar kursi sambil melamun, berpindah
memberikan penambahan stiker jika duduk ke sofa dan tidur-tiduran,
subjek mampu memperoleh nilai tertentu memainkan benda di sekitarnya, mengeluh
saat latihan soal dimana stiker bonus dapat mengenai tugasnya, dan bercanda dengan
ditempelkan pada papan reward chart, adik.
(10) subjek juga mendapatkan 1 stiker Setelah baseline, peneliti melakukan
bonus jika pencapaiannya mampu melebihi sesi intervensi. Berdasarkan rancangan
60
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
61
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
62
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
kepada orangtua dan subjek mengenai efek Setelah fase follow up dilakukan,
program peningkatan durasi on-task yang peneliti memberikan panduan generalisasi
diberikan. program untuk diterapkan pada setting
Hasil rata-rata durasi on-task subjek alamiah sehari-hari, yakni peneliti
pada sesi follow-up hari pertama 12 menit meminta ibu dan subjek untuk menerapkan
37 detik (>100%), hari kedua ialah 11 jadwal belajar yang konsisten selama
menit 50 detik (98%), dan hari ketiga ialah minimal satu jam per hari. Dalam hal ini,
12 menit 48 detik (>100%), dimana setting ibu dan subjek sebaiknya mendiskusikan
belajar subjek saat itu ialah di meja dan target waktu on-task terlebih dahulu
kursi belajar di kamarnya. sebelum memulai pembelajaran.
Selama tahap follow-up, H memulai Berikut merupakan perbandingan
setiap sesi dengan menyiapkan minum persentase durasi rata-rata perilaku on-task
untuk diletakkan di kamar agar ia tidak yang ditampilkan subjek saat baseline,
sering meninggalkan kursi belajarnya intervensi, dan follow-up:
(kontrol antecedent). Saat menampilkan
perilaku on-task, H mampu duduk tegap
sambil mengerjakan soal dan
mempertahankan atensi pada bukunya. H
tidak terganggu dengan suara adiknya
yang beberapa kali mengetuk pintu
kamarnya. Ia beberapa kali bertanya pada
ibu saat dirinya tidak memahami soal yang
dikerjakan. Meski demikian, H juga
menampilkan perilaku off-task, di
antaranya beberapa kali bertanya sisa Gambar 2. Perbandingan hasil intervensi
waktu belajar pada peneliti, memainkan
Berdasarkan grafik di atas dapat
benda di sekitarnya sambil melamun,
disimpulkan bahwa durasi perilaku on-task
sehingga tidak menjawab pertanyaan ibu.
H pada tugas akademik dapat bertahan
Pada sesi kedua, suasana hati H terlihat
setelah program intervensi berakhir.
kurang baik. Ia mengaku pegal dan lelah
Durasi perilaku on-task H yang minim
saat menulis.
sebelum intervensi kini dapat meningkat,
Menurut ibu dan H, pada minggu
meskipun tanpa diberikan target shaping,
kelima hingga kedelapan, H sudah cukup
token economy, berikut back-up reinforce
disiplin terhadap jadwal belajar sehari-
secara berkala.
hari. Ia selalu menyediakan waktu selama
minimal 1 jam untuk belajar. Sebelum
kegiatan belajar dimulai, H selalu DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian, teknik
berinisiatif untuk menyiapkan minum yang
shaping bersamaan dengan prompting,
diletakkan di meja belajarnya. Ibu juga
antecendent control, dan token economy
menuturkan bahwa perilaku off-task H
terbukti dapat meningkatkan durasi
sudah lebih berkurang dibandingkan
perilaku on-task pada tugas akademik.
sebelum dan selama intervensi
Adapun faktor lain yang juga turut
berlangsung. Akan tetapi, perilaku
mempengaruhi keberhasilan program ini
belajarnya ini juga bergantung pada
adalah keterlibatan orangtua dalam
suasana hati H sehari-hari. Selain itu, H
intervensi. Hal tersebut dapat
mengatakan bahwa perilaku belajarnya
mempermudah proses generalisasi
saat ini sudah jauh lebih baik jika
program ke dalam setting kehidupan
dibandingkan dengan sebelum intervensi.
subjek sehari-hari, sehingga intervensi
Ia juga akan menerapkan kebiasaannya ini
dapat dilakukan dengan efektif. Menurut
pada situasi belajar di sekolah.
Karst dan Van Heck (2012), keterlibatan
63
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
orangtua atau pengasuh dalam proses Sutherland, Wehby, & Copeland (2000),
intervensi memainkan peran yang sangat umpan balik atau evaluasi yang diberikan
penting bagi keberhasilan intervensi dan pada partisipan anak dapat meningkatkan
proses generalisasi, sebagai contoh, perilaku yang diharapkan, memberikan
orangtua dan pengasuh yang memiliki perubahan positif bagi anak, dan dapat
motivasi dan ekspektasi terhadap memperbaiki perilaku on-task anak.
pencapaian anak dapat membantu anak Di sisi lain, kondisi fisik (lapar,
dalam meningkatkan kemampuannya. kesehatan tubuh subjek) dan suasana hati
Pada penelitian ini, pemberian prompt subjek juga dapat mempengaruhi perilaku
fisik, modeling, dan verbal dikurangi on-task subjek selama pembelajaran
secara bertahap sesuai dengan performa berlangsung. Pada penelitian ini, di sesi
subjek dalam setiap sesi atau tahapannya. kesatu tahap kedua H mengaku lapar dan
Jika prompt tidak disesuaikan dengan kurang fit sehingga ia tidak fokus pada
kondisi subjek, pembentukan perilaku baru pembelajaran dan hanya mampu on-task
pada subjek akan terhambat. Selain itu, dalam durasi yang singkat.
subjek dapat mengalami kejenuhan karena
stimulus prompt yang kurang sesuai SIMPULAN
dengan kebutuhan subjek. Berdasarkan data yang diperoleh,
Selanjutnya, antecedent control yang dapat disimpulkan bahwa program
dihadirkan selama pembelajaran juga dapat modifikasi perilaku dengan menggunakan
membantu keefektifan intervensi, seperti teknik shaping, prompting, antecendent
ruangan belajar yang lebih kondusif atau control, dan token economy terbukti efektif
perubahan metode pembelajaran. Tak dalam meningkatkan durasi perilaku on-
hanya itu, reinforcement yang diberikan task pada tugas akademik.
pada subjek selama penelitian, baik barupa
consumable reinforcement (makanan, SARAN
benda) maupun social reinforcement Terdapat beberapa keterbatasan dalam
(pujian), juga diberikan secara konsisten, penelitian ini, antara lain fase baseline
efektif, dan sesuai dengan kebutuhan hanya dilakukan selama tiga hari. Selain
subjek. Consumable reinforcement itu, adanya jarak waktu yang cukup
diberikan pada anak setelah anak berjauhan antara fase baseline dan fase
mengumpulkan token economy dengan intervensi. Hal-hal tersebut dapat
jumlah tertentu. Hal ini sejalan dengan mempengaruhi kesesuaian program
penelitian Athens, Vollmer, dan Pipkin intervensi dengan kondisi atau kebutuhan
(2007) yang menyatakan bahwa teknik subjek. Selain itu, peneliti beberapa kali
shaping disertai dengan token economy kurang memperhatikan kondisi fisik
terbukti efektif dalam meningkatkan on- subjek sebelum intervensi dilaksanakan
task dan keterlibatan anak dalam tugas (misalnya kondisi tubuh yang lapar),
akademik. sehingga dapat mempengaruhi
Selama program berlangsung, peneliti keoptimalan intervensi.
selalu memberikan evaluasi mengenai Pada penelitian selanjutnya
performa subjek selama intervensi bersama disarankan supaya fase baseline dapat
dengan subjek dan orangtua, seperti dilakukan dalam sesi yang lebih panjang
menanyakan hal-hal yang mengganggu agar dapat menentukan target perilaku
subjek selama proses belajar, perilaku on- yang lebih akurat, serta sesuai dengan
task dan off-task yang dimunculkan selama kebutuhan subjek. Selain itu, jarak waktu
belajar, refleksi perasaan subjek selama antara fase baseline dan fase intervensi
pembelajaran, serta solusi yang akan sebaiknya tidak terlalu berjauhan,
subjek lakukan untuk mengurangi perilaku misalnya sekitar satu hingga dua minggu,
off-task-nya di sesi selanjutnya. Menurut sementara pada penelitian ini jarak antara
64
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
fase baseline dan fase intervensi ialah 30(6), 553-567. doi: 0162-3257/00/1200-
selama enam minggu. Hal ini bertujuan 0553$18.00/0.
agar intervensi yang diberikan sesuai Clare, K., et al. (2000). Self-modeling as a
dengan kondisi dan kebutuhan subjek yang treatment for increasing on-task
sebenarnya, sehingga intervensi akan behavior. Psychology in the Schools,
37(6), 517–522.
menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. doi:10.1002/15206807(200011)37:6<517
Peneliti juga sebaiknya memperhatikan ::aid-pits4>3.0.co;2-y.
kondisi fisik subjek sebelum intervensi Godwin, K. E., Almeda, M. V., Seltman, H.,
dilaksanakan agar intervensi dapat Kai, S., Skerbetz, M. D., Baker, R. S., &
dilakukan dengan lebih optimal. Fisher, A. V. (2016). Off-task behavior in
Peneliti juga dapat menggunakan elementary school children. Learning and
visual chart untuk memudahkan subjek Instruction, 44, 128-143.
dalam menampilkan perilaku on-task yang doi:10.1016/j.learninstruc.2016.04.003.
tepat. Selain itu, penggunaan visual chart Harris, K. R. (1986). Self-monitoring of
juga dapat membantu orangtua dalam attentional behavior versus self-
memberikan prompt gesture. monitoring of productivity: Effects on on-
task behavior and academic response rate
Setelah perilaku on-task terbentuk among learning disabled
secara konsisten, pemberian teknik fading children. Journal of Applied Behavior
untuk meningkatkan kemandirian subjek Analysis, 19(4), 417-423.
dalam belajar juga dapat dilakukan. doi:10.1901/jaba.1986.19-417.
Fading ialah pengurangan prompt (arahan) Karst, J. S., & Van Hecke, A.V (2012). Parent
secara bertahap ketika perilaku yang tepat and family impact of autism spectrum
telah muncul. Melalui teknik fading, disorders: A review and proposed model
orangtua dapat mengurangi prompt for intervention evaluation. Clinical Child
(arahan) pada kegiatan belajar subjek, and Family Psychology Review, 15(3),
sehingga subjek dapat belajar mandiri 247–277. doi:10.1007/s10567-012-0119-
tanpa didampingi orangtua terus-menerus. 6.
Kazdin, A. E. (2013). Behavior modification
in applied settings (7th ed.). Illinois:
DAFTAR PUSTAKA
Waveland Press.
Amato-Zech, N. A., Hoff, K. E., & Doepke, K.
Martin, G. & Pear, J. (2010). Behavior
J. (2006). Increasing on-task behavior in
modification: What it is and how to do it
the classroom: Extension of self-
(9th ed. examination copy). New Jersey:
monitoring strategies. Psychology in the
Pearson Prentice Hall.
Schools, 43(2), 211-221.
Miltenberger, R. G. (2012). Behavior
doi:10.1002/pits.20137.
modification: principles and
Athens, E. S., Vollmer, T. R., & Pipkin, C. C.
procedures (5th ed.). Wadsworth:
(2007). Shaping academic task
Cengage Learning.
engagement with percentile
Polderman, T. J., Boomsma, D. I., Bartels, M.,
schedules. Journal of Applied Behavior
Verhulst, F. C., & Huizink, A. C. (2010).
Analysis, 40(3), 475-488.
A systematic review of prospective
doi:10.1901/jaba.2007.40-475.
studies on attention problems and
Betts, J., Mckay, J., Maruff, P., & Anderson,
academic achievement. Acta Psychiatrica
V. (2006). The development of sustained
Scandinavica, 122(4), 271-284.
attention in children: The effect of age
doi:10.1111/j.1600-0447.2010.01568.x.
and task load. Child
Rebok, G. W., Smith, C. B., Pascualvaca, D.
Neuropsychology, 12(3), 205-221.
M., Mirsky, A. F., Anthony, B. J., &
doi:10.1080/09297040500488522.
Kellam, S. G. (1997). Developmental
Bryan, L.C & Gast, D.L. (2000). Teaching on-
changes in attentional performance in
task and on-schedule behaviors to high
urban children from eight to thirteen
functioning children with autism via
years. Child Neuropsychology, 3(1), 28–
picture activity schedule. Journal of
46.
Autism and Developmental Disorders,
65
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
Rhode, G., Jenson, W.R., & Reavis, H.K. Winingsih, E. (2017). Direct behavioral
(1993). The tough kid book: Practical consultation (DBC) untuk mengurangi
classroom management strategies. perilaku off task. Jurnal Pendidikan
Longmont, CO: Sopris West, Inc. (Teori Dan Praktik), 1(2), 124-132.
Sutherland, K. S., Wehby, J.H., & Copeland, doi:10.26740/jp.v1n2.p124-132.
S.R. (2000). Effect of varying rates of Wyne, M. D., & Stuck, G. B. (1979). Time-on-
behavior-specific praise on the on-task task and reading performance in
behavior of students with EBD. Journal underachieving children. Journal of
of Emotional and Behavioral Disorder, Reading Behavior, 11(2), 119-128.
8(1), 2–8. doi:10.1080/10862967909547315.
doi:10.1177/106342660000800101.
66