METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode Whole
Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok
A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan (action research) model Kemmis dan Mc Taggart.
Menurut Kemmis, (Hopkins, 2011, hlm. 87) penelitian tindakan merupakan
salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
mengembangkan kurikulum berbasis sekolah dan pengembangan professional.
Defini penelitian tindakan menurut Kemmis tersebut oleh Alwasilah, (2011,
hlm. 67) diartikan penelitian dilakukan melalui refleksi diri secara kolektif
dalam lingkup sosial, penelitian tindakan mempertajam rasionalitas dan
menegakkan keadilan dalam praktek pendidikan, penelitian tindakan
membantu peneliti untuk lebih memahami praktek pendidikan dan konteks
situasinya.
Desain penelitian tindakan ini diadaptasi dari desain penelitian tindakan
kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (1988) yang
dimodifikasi dari model Lewin (Hopkins, 2011, hlm. 91) yang digambarkan
dengan model spiral dari beberapa siklus kegiatan. Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan metode Whole
Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini
dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan (didasarkan pada Model Stephen Kemmis
& Mc Taggart , 1988, hlm.14) (Hopkins, 2011 hlm.92)
lagi asyik bermain sendiri serta pandangan mata mereka tidak tertuju pada
guru sehingga ketika guru bertanya untuk mengetahui pemahaman mereka
tentang apa yang baru saja dijelaskan sebagian besar anak tidak dapat
menjawab dengan tepat.
Peneliti mengadakan diskusi awal dengan guru kelas mengenai metode
dan media yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran kemudian
mengidentifikasi serta menganalisis masalah menyimak pada anak kelompok
A5 di TKK BPK PENABUR 246 dan dicari solusinya. Berdasarkan hasil
diskusi dengan guru kelas maka diperoleh kesepakatan untuk menerapkan
metode Whole Brain Teaching sebagai tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok A5.
b. Membuat perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan dalam KBM
Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menyusun rancangan
kegiatan mingguan dengan menentukan tema, merumuskan tujuan
pembelajaran, indikator yang ingin dicapai dari setiap bidang pengembangan
serta kegiatannya, metode, media, sumber dan penilaian yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dilakukan perencanaan, guru kelas melakukan tindakan
pembelajaran berupa penerapan metode Whole Brain Teaching untuk
meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A5 TKK BPK
PENABUR 246.
Pada pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan siklus dengan 2
tindakan setiap siklusnya dengan alasan karena metode Whole Brain Teaching
ini masih baru untuk anak-anak sehingga diperlukan waktu yang cukup lama
dalam penerapannya agar dampaknya dapat terlihat secara maksimal. Data
selengkapnya terkait dengan pelaksanaan siklus dapat dilihat di bab 4.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada
tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat hal yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung untuk melihat sejauhmana perkembangan
kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246
39
3. Studi Dokumentasi
Menurut Iskandar (2009, hlm. 73) studi dokumentasi merupakan
penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus
permasalahan penelitian. Seperti rencana kegiatan mingguan, rencana kegiatan
harian, catatan anekdot, catatan observasi guru, foto dan video.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument
kunci (researcher as key instrument) (Cresswell, 2014, hlm. 261) dengan
mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, wawancara
dengan partisipan. Adapun panduan observasi dalam format catatan lapangan dan
panduan wawancara yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Format Catatan lapangan
Menurut Hopkins (2011, hlm. 181) membuat catatan lapangan (field notes)
merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi dan reaksi
terhadap masalah-masalah di kelas dalam hal ini masalah menyimak. Catatan
lapangan dapat berupa temuan-temuan yang terjadi selama proses belajar
berlangsung. Adapun yang menjadi subjek catatan ini adalah hal-hal yang
dianggap penting dalam penelitian. Peneliti akan mencatat setiap kejadian
yang terjadi saat itu terutama dalam hal kegiatan menyimak dan penerapan
metode Whole Brain Teaching. Adapun format catatan lapangan yang
digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
CATATAN LAPANGAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Catatan :
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Panduan wawancara
Panduan wawancara yanag digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut
Tabel 3.1
Contoh panduan Wawancara Guru Sebelum
Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Nama Guru :
Hari/ tanggal :
Waktu :
No Pernyataan Jawaban
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
kualitatif dengan tehnik thematic analysis atau analisis tematik. Menurut
Boyatzis, (1998) analisis tematik adalah “a method for identifying, analyzing
and reporting patterns (themes) within data. And further than this, and
interprets various aspects of the research topic” Pernyataan tersebut memiliki
arti bahwa tematik analisis adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan melaporkan pola-pola (tema) yang terdapat pada data, dan
lebih jauh lagi dapat menginterpretasikan aspek beragam dari topic penelitian.
Sedangkan menurut Daly, Kellehear dan Gliksman, (Fereday & Cochane,
2006) analisis tematik adalah sebuah pencarian tema-tema yang muncul dan
menjadi penting untuk sebuah gambaran dari fenomena. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan tematik analisis deduktif/ teoritical
(Boyatzis, 1998; Hayes, 1997) atau data yang “top down” yang artinya
sebelum melakukan penelitian peneliti sudah menentukan terlebih dahulu teori
atau analisis minat di lapangan. Format tematik analisis ini untuk memberikan
sedikit gambaran dari data keseluruhan dan analisis data yang lebih detail.
(Boyatzis, 1998)
Peneliti melakukan deduksi, induksi dan verifikasi atas data kualitatif
(Alwasilah, 2011). Peneliti menggunakan teori-teori yang dirujuk pada bab 2
sebagai rujukan untuk memaknai data kualitatif, dalam hal ini peneliti sedang
berpikir deduktif. Sebaliknya ketika peneliti melakukan kategorisasi terhadap
data, yaitu untuk menemukan kategori maka peneliti sedang berpikir secara
induktif. Berpikir induktif dan berpikir deduktif terus dilakukan secara
bergantian saat melakukan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, tematik analisis dalam penelitian ini mengacu
pada pertanyaan penelitian terkait penerapan metode Whole Brain Teaching
dalam meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini yang
meliputi kemampuan menyimak anak kelompok A5 sebelum diterapkannya
metode Whole Brain Teaching, rancangan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak melalui metode Whole Brain Teaching, penerapan metode Whole
44
Kode
Kode Kategorisasi
Kode
Tema/Konsep Teori
Kode
Kode Kategorisasi
Kode
Gambar 3.2
Bagan dari kode ke teori untuk kualitatif inkuiri (Saldana, 2009,
hlm.12)
2. Kategorisasi
Dari kode yang didapat peneliti mengelompokkan ke dalam kategorisasi untuk
memudahkan peneliti melakukan perbandingan temuan dalam 1 kategori.
Perbandingan temuan-temuan ini untuk membangun konsep-konsep teoritis.
Menurut Richards & Morse (Saldana, 2009, hlm.11) kategorisasi adalah
bagaimana kita keluar dari data yang beragam dan membentuk data, menyorting
hal-hal yang mewakili.
Tabel 3.3
Kategorisasi Kode
Kode yang Muncul Kategori
LG = Anak dapat mengatur arah Sikap anak dalam menyimak/
pandangan ketika guru berbicara mendengarkan dengan penuh
LM= Anak dapat mengatur arah perhatian
pandangan pada media yang digunakan
guru
DT= Anak dapat duduk dengan tertib
P= Anak dapat melakukan 2 perintah Kemampuan anak dalam
sederhana menyimak
TA= Anak dapat menaati peraturan
J = Anak dapat menjawab pertanyaan
guru
SR= Anak dapat meniru dan merespon Karakteristik Whole Brain
stimulus guru seperti Class- Yes, Teaching
Children- Yes, Ms., Hands and Eyes,
Mirror, Switch
U= Anak dapat mengulangi kalimat dan
gerakan yang dicontohkan guru
TO= Anak dapat mengajarkan konsep
kepada temannya
46
Tabel 3.4.
Kategorisasi ke teori
G. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dari kemampuan menyimak pada anak usia dini dan Whole
Brain Teaching adalah :
1. Kemampuan menyimak pada anak usia dini adalah suatu kegiatan melalui
proses mendengarkan dengan penuh perhatian seperti melihat pada guru
ketika berbicara, melihat pada media yang digunakan guru, dapat duduk
dengan tertib, dan memahami makna yang didengarnya sehingga anak
dapat, melakukan 2 perintah sederhana, menaati aturan, mengulangi
48
diambil dalam penelitian ini yaitu terkait dengan kemampuan menyimak anak dan
tujuan penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan penelitian saja,
namun juga merupakan suatu perbaikan bagi pembelajaran dan peningkatan
kemampuan menyimak yang dimiliki oleh anak di TKK BPK PENABUR 246
Bandung.
2. Pengumpulan Data
Beberapa prosedur yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika melakukan
proses pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Persetujuan dari Partisipan
Menurut Lindsay (Warrin, 2011) dalam melakukan penelitian terhadap anak-
anak perlu adanya persetujuan yang merupakan kesepakatan secara verbal dan
peneliti menunda persetujuan jika terlihat ada anak yang pemalu atau cemas dan
peneliti melakukan pendekatan nonverbal. Selanjutnya peneliti dapat memelihara
persetujuan tersebut dengan mengenali sinyal yang mungkin menunjukkan bahwa
anak enggan untuk melanjutkan. Menurut Lindsay (Warrin, 2011) keterbatasan
kode etik menghasilkan konsep “continuing consent” sebagai istilah yang tepat
dalam penelitian dengan anak-anak. Swain (2006) mengatakan bahwa dalam
melakukan penelitian dengan anak-anak perlu memelihara hubungan yang baik
dengan anak-anak dan menyadari akan kekuatan hubungan dengan anak-anak.
Dalam penelitian ini peneliti mendapat persetujuan dari partisipan (Creswell,
2014). Peneliti merupakan salah satu pendidik di TKK BPK PENABUR 246 dan
juga mendapat tugas tambahan struktural sebagai kepala sekolah sejak tahun
2007. Dengan posisi peneliti sebagai kepala sekolah bukan berarti peneliti dapat
bertindak seenaknya memanfaatkan wewenang yang diberikan. Peneliti tetap
melakukan sesuai dengan prosedur penelitian. Peneliti mengajukan perijinan
kepada yayasan BPK PENABUR Bandung dengan menyerahkan surat ijin
penelitian. Peneliti menyampaikan ijin secara lisan kepada rekan-rekan guru
terutama guru kelas A5 yang menjadi partner kolaboratif dalam penelitian ini
dengan menyampaikan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, dan
penelitipun menyampaikan ijin kepada anak-anak kelompok A5 TKK BPK
PENABUR 246 Bandung sebagai subjek penelitian. Peneliti menyampaikan
secara lisan kepada anak-anak tentang tujuan peneliti berada di kelas tersebut
50
selama satu bulan, kegiatan yang dilakukan peneliti selama berada di kelas, dan
meminta ijin untuk mendokumentasikan kegiatan anak-anak. Anak-anak terlihat
senang dengan kehadiran peneliti di kelas tersebut, hal ini dapat terlihat ketika
peneliti tidak masuk kelas, anak-anak menanyakan alasan ketidakhadiran peneliti.
Peneliti memelihara hubungan yang baik dan akrab dengan anak-anak dengan
duduk bersama dengan anak-anak ketika mereka sedang makan dan bermain
sehingga anak-anak tidak merasa terganggu dengan kehadiran peneliti.
b. Respek pada lokasi yang diteliti
Sehubungan dengan tempat penelitian adalah sekolah di mana peneliti bekerja,
tentu peneliti secara objektif dapat menghargai dan menjaga nama baik sekolah
tempat penelitian ini.
c. Kehati-hatian dalam pengumpulan dan pelaporan data
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dan observasi.
Menurut Swain (2006) observasi merupakan metode yang penting dan mendasar
dalam memahami dan menjelaskan kejadian-kejadian dan interaksi dengan anak.
Swain (2006) mengemukakan peneliti dapat menemukan hubungan dialogik
antara observasi dan interview. Observasi menuntun peneliti dalam membuat
pertanyaan- pertanyaan yang ingin ditanyakan pada anak-anak selama wawancara
dan wawancara membantu peneliti menginterpretasikan hasil data observasi
(Swain, 2006). Sebelum melakukan observasi dan wawancara, peneliti selalu
mengingatkan pada anak-anak bahwa peneliti tertarik dengan anak-anak dan
ingin mengamati dan bermain, belajar dengan anak-anak. Peneliti penuh antisipasi
menyiapkan rekaman di handphone dan mencatat langsung, melakukan kulo
nuwun (alert to establish repport) yang artinya dapat meyakinkan para partisipan/
guru bahwa peneliti adalah seorang yang dapat dipercaya, naïf artinya peneliti
akan bersikap rendah hati dan menempatkan diri sebagai pencari pengetahuan dan
senantiasa memanfaatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam, analitis yang
artinya peneliti dapat menganalisa/ menalar hasil wawancara (Glesne & Peshkin;
Chaedar, 2012). Dalam melaporkan hasil penelitian peneliti memproteksi
anonimitas informan dengan menggunakan initial.
Menurut Warrin (2011) refleksivitas dan kesadaran etis adalah konsep saling
tergantung dalam meningkatkan etika dan praktek penelitian kualitatif. Peneliti
51