Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode Whole
Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok
A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan (action research) model Kemmis dan Mc Taggart.
Menurut Kemmis, (Hopkins, 2011, hlm. 87) penelitian tindakan merupakan
salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
mengembangkan kurikulum berbasis sekolah dan pengembangan professional.
Defini penelitian tindakan menurut Kemmis tersebut oleh Alwasilah, (2011,
hlm. 67) diartikan penelitian dilakukan melalui refleksi diri secara kolektif
dalam lingkup sosial, penelitian tindakan mempertajam rasionalitas dan
menegakkan keadilan dalam praktek pendidikan, penelitian tindakan
membantu peneliti untuk lebih memahami praktek pendidikan dan konteks
situasinya.
Desain penelitian tindakan ini diadaptasi dari desain penelitian tindakan
kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (1988) yang
dimodifikasi dari model Lewin (Hopkins, 2011, hlm. 91) yang digambarkan
dengan model spiral dari beberapa siklus kegiatan. Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan metode Whole
Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini
dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:

Indriane Atmadja, 2016


PENERAPAN METODE WHOLE BRAIN TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
37

Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan (didasarkan pada Model Stephen Kemmis
& Mc Taggart , 1988, hlm.14) (Hopkins, 2011 hlm.92)

Berdasarkan gambar siklus di atas, langkah-langkah pelaksanaan dalam


penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rancangan tindakan yang
berdasarkan pada masalah yang telah diidentifikasi oleh peneliti pada tahap
pra penelitian tindakan kelas. Secara rinci tahap perencanaan meliputi
kegiatan:
a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
Penelitian tindakan kelas berawal dari permasalahan yang ada di kelas
kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 yaitu kemampuan menyimak yang
masih rendah. Masalah menyimak ini ditemukan oleh guru kelas dan peneliti
melalui tehnik observasi awal dengan menggunakan format observasi dan
tehnik wawancara terhadap guru menggunakan pedoman wawancara.
Berdasarkan hasil observasi awal terlihat sebagian anak sulit konsentrasi
untuk menyimak penjelasan atau cerita guru. Sebagian anak senang
mengobrol dengan temannya ketika guru berbicara atau bercerita, sebagian
38

lagi asyik bermain sendiri serta pandangan mata mereka tidak tertuju pada
guru sehingga ketika guru bertanya untuk mengetahui pemahaman mereka
tentang apa yang baru saja dijelaskan sebagian besar anak tidak dapat
menjawab dengan tepat.
Peneliti mengadakan diskusi awal dengan guru kelas mengenai metode
dan media yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran kemudian
mengidentifikasi serta menganalisis masalah menyimak pada anak kelompok
A5 di TKK BPK PENABUR 246 dan dicari solusinya. Berdasarkan hasil
diskusi dengan guru kelas maka diperoleh kesepakatan untuk menerapkan
metode Whole Brain Teaching sebagai tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok A5.
b. Membuat perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan dalam KBM
Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menyusun rancangan
kegiatan mingguan dengan menentukan tema, merumuskan tujuan
pembelajaran, indikator yang ingin dicapai dari setiap bidang pengembangan
serta kegiatannya, metode, media, sumber dan penilaian yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dilakukan perencanaan, guru kelas melakukan tindakan
pembelajaran berupa penerapan metode Whole Brain Teaching untuk
meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A5 TKK BPK
PENABUR 246.
Pada pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan siklus dengan 2
tindakan setiap siklusnya dengan alasan karena metode Whole Brain Teaching
ini masih baru untuk anak-anak sehingga diperlukan waktu yang cukup lama
dalam penerapannya agar dampaknya dapat terlihat secara maksimal. Data
selengkapnya terkait dengan pelaksanaan siklus dapat dilihat di bab 4.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada
tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat hal yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung untuk melihat sejauhmana perkembangan
kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246
39

melalui metode Whole Brain Teaching. Kegiatan observasi ini menggunakan


format observasi, catatan lapangan dan pengambilan foto.
4. Refleksi
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mencermati, mengkaji dan
menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah
dilaksanakan yang didasarkan data yang terkumpul pada langkah observasi.
Guru dan peneliti melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan dari
dampak penerapan metode Whole Brain Teaching dalam meningkatkan
kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246
Bandung. Selain itu melalui evaluasi dalam refleksi juga ditemukan
kelemahan-kelemahan dan kendala yang kemudian dicari solusinya dan
dijadikan dasar menyempurnakan rencana tindakan pada siklus berikutnya
Pola penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah pola kolaboratif
karena peneliti bersama guru kelas menyusun perencanaan sampai penilaian
terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam menyimak.
Kolaborasi menurut Iskandar (2009, hlm. 25) adalah penyampaian sudut
pandang dari peneliti dan guru kelas mengenai permasalahan yang muncul
namun peneliti tetap sebagai figur yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolabolator digunakan
atau tidak. Desain penelitian ini dipilih oleh peneliti karena pada dasarnya
penelitian ini bermula dari permasalahan terkait dengan kemampuan
menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 yang masih rendah
sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

B. Partisipan Dan Tempat Penelitian


Partisipan penelitian tindakan kelas ini meliputi peneliti, guru kelas dan
anak-anak kelompok A5 di TKK BPK PENABUR 246 sebagai subjek
penelitian yang berjumlah 17 anak dengan komposisi 8 anak laki-laki dan 9
anak perempuan. Tempat penelitian adalah Taman Kanak-Kanak BPK
PENABUR 246 Bandung beralamat di Jalan Jenderal Sudirman nomer 246
Bandung. Alasan memilih subjek penelitian anak-anak kelompok A di TK
40

BPK PENABUR 246 karena berdasarkan hasil observasi awal kemampuan


menyimak anak-anak tidak optimal, sebagian anak belum dapat menjawab
pertanyaan guru, padahal kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh
anak-anak sebagai kemampuan dasar dalam berbahasa seperti berbicara,
membaca dan menulis juga melalui menyimak anak dapat dengan mudah
berkomunikasi, memahami berbagai pengetahuan yang disampaikan secara
lisan.

C. Tehnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan tehnik
sebagai berikut :
1. Observasi.
Menurut Sanjaya (2013, hlm. 86) observasi merupakan teknik
mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diamati atau diteliti. Pada penelitian tindakan kelas dengan pola kolaborasi
peneliti mengobservasi kinerja/ aktivitas guru dan mengobservasi aktivitas
anak. Peneliti mencatat setiap tindakan guru dalam setiap siklus sesuai dengan
fokus permasalahan dan mengumpulkan informasi tentang perilaku anak
dalam menyimak sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru.
2. Wawancara
Menurut Sanjaya (2013, hlm. 96) wawancara atau interviu diartikan
sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik
secara tatap muka ataupun melalui media tertentu. Melalui wawancara dengan
guru kelas, peneliti ingin mendapatkan informasi awal mengenai profil
kemampuan anak-anak kelompok A di TKK BPK PENABUR dalam hal
menyimak dan untuk mengetahui metode yang biasa digunakan guru dalam
mengajar sebelum digunakan metode Whole Brain Teaching. Selain itu
melalui wawancara peneliti dapat berdiskusi dengan guru kelas tentang
rancangan kegiatan pembelajaran, merefleksikan kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
41

3. Studi Dokumentasi
Menurut Iskandar (2009, hlm. 73) studi dokumentasi merupakan
penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus
permasalahan penelitian. Seperti rencana kegiatan mingguan, rencana kegiatan
harian, catatan anekdot, catatan observasi guru, foto dan video.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument
kunci (researcher as key instrument) (Cresswell, 2014, hlm. 261) dengan
mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, wawancara
dengan partisipan. Adapun panduan observasi dalam format catatan lapangan dan
panduan wawancara yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Format Catatan lapangan
Menurut Hopkins (2011, hlm. 181) membuat catatan lapangan (field notes)
merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi dan reaksi
terhadap masalah-masalah di kelas dalam hal ini masalah menyimak. Catatan
lapangan dapat berupa temuan-temuan yang terjadi selama proses belajar
berlangsung. Adapun yang menjadi subjek catatan ini adalah hal-hal yang
dianggap penting dalam penelitian. Peneliti akan mencatat setiap kejadian
yang terjadi saat itu terutama dalam hal kegiatan menyimak dan penerapan
metode Whole Brain Teaching. Adapun format catatan lapangan yang
digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
CATATAN LAPANGAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Catatan :
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

Catatan Lapangan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran D.2, D.4,


D.6, D.8, D.10, D.12, D.14
42

2. Panduan wawancara
Panduan wawancara yanag digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut

Tabel 3.1
Contoh panduan Wawancara Guru Sebelum
Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Nama Guru :
Hari/ tanggal :
Waktu :

No Pernyataan Jawaban

1. Bagaimana kemampuan menyimak


anak yang teramati oleh ibu selama
ini?
Apa upaya ibu dalam meningkatkan
2. kemampuan menyimak pada anak
usia dini?
Bagaimana hasilnya ketika mencoba
3. dengan metode-metode tersebut ?

4. Apa kendala/ kesulitan yang muncul


ketika menerapkan metode-metode
tersebut ?
5. Menurut ibu indikator apa saja yang
harus diperhatikan dalam kegiatan
menyimak ?
6. Apakah di kelas sudah ada peraturan
kelas ?

7. Apakah anak-anak suka diberi


reward jika mereka telah mencapai
indikator yang ibu harapkan?

Hasil wawancara dalam penelitian dapat dilihat selengkapnya dalam lampiran


D.1,D.3,D.5, D.7, D.9, D.11, D.13 dan D.15
3. Dokumentasi
Dalam penelitian tindakan kelas ini dokumen-dokumen yang ditelaah
adalah rencana pembelajaran mingguan, rencana pembelajaran harian, catatan
anekdot dan portofolio yang berkaitan dengan kemampuan menyimak anak.
43

E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
kualitatif dengan tehnik thematic analysis atau analisis tematik. Menurut
Boyatzis, (1998) analisis tematik adalah “a method for identifying, analyzing
and reporting patterns (themes) within data. And further than this, and
interprets various aspects of the research topic” Pernyataan tersebut memiliki
arti bahwa tematik analisis adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan melaporkan pola-pola (tema) yang terdapat pada data, dan
lebih jauh lagi dapat menginterpretasikan aspek beragam dari topic penelitian.
Sedangkan menurut Daly, Kellehear dan Gliksman, (Fereday & Cochane,
2006) analisis tematik adalah sebuah pencarian tema-tema yang muncul dan
menjadi penting untuk sebuah gambaran dari fenomena. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan tematik analisis deduktif/ teoritical
(Boyatzis, 1998; Hayes, 1997) atau data yang “top down” yang artinya
sebelum melakukan penelitian peneliti sudah menentukan terlebih dahulu teori
atau analisis minat di lapangan. Format tematik analisis ini untuk memberikan
sedikit gambaran dari data keseluruhan dan analisis data yang lebih detail.
(Boyatzis, 1998)
Peneliti melakukan deduksi, induksi dan verifikasi atas data kualitatif
(Alwasilah, 2011). Peneliti menggunakan teori-teori yang dirujuk pada bab 2
sebagai rujukan untuk memaknai data kualitatif, dalam hal ini peneliti sedang
berpikir deduktif. Sebaliknya ketika peneliti melakukan kategorisasi terhadap
data, yaitu untuk menemukan kategori maka peneliti sedang berpikir secara
induktif. Berpikir induktif dan berpikir deduktif terus dilakukan secara
bergantian saat melakukan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, tematik analisis dalam penelitian ini mengacu
pada pertanyaan penelitian terkait penerapan metode Whole Brain Teaching
dalam meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini yang
meliputi kemampuan menyimak anak kelompok A5 sebelum diterapkannya
metode Whole Brain Teaching, rancangan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak melalui metode Whole Brain Teaching, penerapan metode Whole
44

Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan kemampuan


menyimak anak setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching.
Berikut ini dipaparkan langkah-langkah dalam menganalisa hasil
penelitian menurut Saldana (2009, hlm. 12) seperti tabel di bawah ini:

Kode
Kode Kategorisasi
Kode
Tema/Konsep Teori
Kode
Kode Kategorisasi
Kode
Gambar 3.2
Bagan dari kode ke teori untuk kualitatif inkuiri (Saldana, 2009,
hlm.12)

1. Melakukan pengodean data/ coding


Menurut Charmaz (2006, hlm. 43) Coding means naming segments of data
with a label that simultaneously categorizes, summarizes, and accounts for each
piece of data. Artinya Koding berarti cara penamaan segmen data dengan label
secara bersamaan mengkategorikan, merangkum, dan account untuk setiap
potongan data
Tabel 3.2
Contoh Proses Coding/ Pengodean Data
Selasa, 22 September 2015
Data Kode
Untuk memusatkan perhatian anak-anak (DT) Dapat duduk dengan tertib
setelah mengikuti moving class guru
memanggil anak-anak dengan “ Children” (P) Melakukan 2 perintah
dan secara serentak anak-anak akan sederhana
menjawab, “Yes Miss”.(SR) Lalu guru
(SR) Meniru dan merespon
berkata “Everybody sit down, please!”,
stimulus guru seperti kelas-ya,
anak-anakpun duduk di lantai.(P)(DT)
ajarkan-ok, dan perhatikan.
Guru bertanya jawab tentang nama-nama
hari dalam 1 minggu . Guru menanyakan (TA) Menaati peraturan
hari/ tanggal pada hari ini. Anak-anakpun
menjawab pertanyaan guru (J) Guru (J) Menjawab pertanyaan yang
menugaskan 1 anak untuk maju ke depan diberikan guru
menempel hari dan tanggal pada hari ini.
Guru mulai mengulang tema minggu ini
45

yaitu tentang guru dan teman sekelas.


Guru menjelaskan tentang tugas guru dan
peran guru kemudian guru mencoba
mengajarkan kepada anak-anak beberapa
karakteristik metode Whole Brain
Teaching. Guru mengajarkan anak-anak
dengan istilah “Class-Yes”(SR). Untuk
pertama kali anak-anak masih belum
tanggap dengan yang diajarkan guru, ada
2 anak ( Ez dan St )yang masih main-
main dengan temannya dan tidak
memperhatikan sama sekali perintah
guru.(TA)

2. Kategorisasi
Dari kode yang didapat peneliti mengelompokkan ke dalam kategorisasi untuk
memudahkan peneliti melakukan perbandingan temuan dalam 1 kategori.
Perbandingan temuan-temuan ini untuk membangun konsep-konsep teoritis.
Menurut Richards & Morse (Saldana, 2009, hlm.11) kategorisasi adalah
bagaimana kita keluar dari data yang beragam dan membentuk data, menyorting
hal-hal yang mewakili.
Tabel 3.3
Kategorisasi Kode
Kode yang Muncul Kategori
LG = Anak dapat mengatur arah Sikap anak dalam menyimak/
pandangan ketika guru berbicara mendengarkan dengan penuh
LM= Anak dapat mengatur arah perhatian
pandangan pada media yang digunakan
guru
DT= Anak dapat duduk dengan tertib
P= Anak dapat melakukan 2 perintah Kemampuan anak dalam
sederhana menyimak
TA= Anak dapat menaati peraturan
J = Anak dapat menjawab pertanyaan
guru
SR= Anak dapat meniru dan merespon Karakteristik Whole Brain
stimulus guru seperti Class- Yes, Teaching
Children- Yes, Ms., Hands and Eyes,
Mirror, Switch
U= Anak dapat mengulangi kalimat dan
gerakan yang dicontohkan guru
TO= Anak dapat mengajarkan konsep
kepada temannya
46

3. Dari kode dan kategorisasi ke tema dan teori


Dari kategorisasi peneliti dapat menunjukkan bagaimana tema-tema dan
konsep-konsep secara sistematis berkaitan dengan perkembangan teori.
Corbin&Strauss, (Saldana,2009, hlm. 11).

Tabel 3.4.
Kategorisasi ke teori

Kode yang Muncul Kategori Tema Teori


LG = Anak dapat Sikap anak dalam Kemampuan Metode
mengatur arah menyimak/ menyimak Whole Brain
pandangan ketika mendengarkan anak usia dini Teaching
guru berbicara dengan penuh dapat
LM= Anak dapat perhatian meningkatkan
mengatur arah kemampuan
pandangan pada menyimak
media yang anak usia
digunakan guru dini.
DT= Anak dapat
duduk dengan tertib

P= Anak dapat Kemampuan anak


melakukan 2 perintah dalam menyimak
sederhana
TA= Anak dapat
menaati peraturan
J = Anak dapat
menjawab pertanyaan
guru

SR= Anak dapat Karakteristik Whole Karakteristik


meniru dan merespon Brain Teaching Whole Brain
stimulus guru seperti Teaching
Class- Yes, Children-
Yes, Ms., Hands and
Eyes, Mirror, Switch
U= Anak dapat
mengulangi kalimat
dan gerakan yang
dicontohkan guru
TO= Anak dapat
mengajarkan konsep
kepada temannya
47

F. Validitas dan Reliabilitas Data


Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil
penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti akan menggunakan
validitas seperti berikut ini (Cresswell, 2014, hlm. 286)
1. Member check
Memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh
selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapapun juga (guru, anak-
anak, teman sejawat) apakah keterangan atau informasi itu tetap sifatnya atau
berubah sehingga dapat dipastikan kebenaran data tersebut.
2. Triangulasi
Menurut Alwasilah, (2012, hlm. 130) triangulasi merupakan pengumpulan
informasi atau data dengan menggunakan berbagai metode untuk mengurangi
bias. Memeriksa kebenaran hipotesis, konstruks atau analisis dengan
membandingkan hasil dari mitra peneliti. Dalam triangulasi peneliti
mengumpulkan data melalui beragam sumber agar hasil wawancara, observasi
dan dokumentasi dapat dianalisis seutuhnya. (Creswell, 2014, hlm. 299)
Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan
peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain. Gibbs, (Creswell,
2014). Peneliti mengecek hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya
kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi, memastikan tidak ada definisi
dan makna yang mengambang/ bias mengenai kode-kode selama proses coding
dengan cara membandingkan data dengan kode-kode.

G. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dari kemampuan menyimak pada anak usia dini dan Whole
Brain Teaching adalah :
1. Kemampuan menyimak pada anak usia dini adalah suatu kegiatan melalui
proses mendengarkan dengan penuh perhatian seperti melihat pada guru
ketika berbicara, melihat pada media yang digunakan guru, dapat duduk
dengan tertib, dan memahami makna yang didengarnya sehingga anak
dapat, melakukan 2 perintah sederhana, menaati aturan, mengulangi
48

konsep/ kalimat yang telah didengarnya, menjawab pertanyaan guru


dengan benar dan mengajarkan konsep kepada temannya.
2. Whole Brain Teaching
Whole Brain Teaching adalah sebuah metode pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat membantu anak dalam menyimak. Kegiatan
yang menjadi karakteristik utama dalam pelaksanaan metode Whole Brain
Teaching adalah:
a. Melibatkan anak untuk memperhatikan guru seperti class-yes
b. Membuat peraturan kelas/ tata tertib kelas bersama dengan anak-anak dan
harus diucap ulang setiap hari agar kelas menjadi tertib.
c. Memberi kesempatan pada anak untuk saling mengajar
d. Memberi penghargaan/ reward pada anak yang sudah dapat menyimak
dengan baik.
e. Melibatkan anak untuk lebih fokus memperhatikan guru seperti hands and
eyes/ attention please
f. Meminta anak untuk meniru yang diucapkan dan digerakan oleh guru. Hal
ini membantu anak dalam menyimak dan mengingat.
g. Meminta anak untuk dapat bergantian ketika mengajar.

H. Isu Etik dalam Penelitian


Dalam merancang penelitian, peneliti membahas pentingnya pertimbangan-
pertimbangan etis (Creswell, 2014). Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang
pertimbangan peneliti terhadap dampak penelitian karena penelitian ini
melibatkan partisipan yaitu guru dan anak. Peneliti memiliki kewajiban untuk
menghormati hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan keinginan-keinginan
informan. Untuk itu diperlukan proteksi terhadap hak-hak informan (guru dan
anak) sebagai berikut:
1. Penyampaian sasaran penelitian.
Penyampaian tujuan penelitian disampaikan secara verbal dan tulisan kepada
yayasan, guru-guru dan anak-anak sehingga sasaran-sasaran tersebut bisa
dipahami dengan jelas oleh informan. Berdasarkan hal tersebut masalah yang
49

diambil dalam penelitian ini yaitu terkait dengan kemampuan menyimak anak dan
tujuan penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan penelitian saja,
namun juga merupakan suatu perbaikan bagi pembelajaran dan peningkatan
kemampuan menyimak yang dimiliki oleh anak di TKK BPK PENABUR 246
Bandung.
2. Pengumpulan Data
Beberapa prosedur yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika melakukan
proses pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Persetujuan dari Partisipan
Menurut Lindsay (Warrin, 2011) dalam melakukan penelitian terhadap anak-
anak perlu adanya persetujuan yang merupakan kesepakatan secara verbal dan
peneliti menunda persetujuan jika terlihat ada anak yang pemalu atau cemas dan
peneliti melakukan pendekatan nonverbal. Selanjutnya peneliti dapat memelihara
persetujuan tersebut dengan mengenali sinyal yang mungkin menunjukkan bahwa
anak enggan untuk melanjutkan. Menurut Lindsay (Warrin, 2011) keterbatasan
kode etik menghasilkan konsep “continuing consent” sebagai istilah yang tepat
dalam penelitian dengan anak-anak. Swain (2006) mengatakan bahwa dalam
melakukan penelitian dengan anak-anak perlu memelihara hubungan yang baik
dengan anak-anak dan menyadari akan kekuatan hubungan dengan anak-anak.
Dalam penelitian ini peneliti mendapat persetujuan dari partisipan (Creswell,
2014). Peneliti merupakan salah satu pendidik di TKK BPK PENABUR 246 dan
juga mendapat tugas tambahan struktural sebagai kepala sekolah sejak tahun
2007. Dengan posisi peneliti sebagai kepala sekolah bukan berarti peneliti dapat
bertindak seenaknya memanfaatkan wewenang yang diberikan. Peneliti tetap
melakukan sesuai dengan prosedur penelitian. Peneliti mengajukan perijinan
kepada yayasan BPK PENABUR Bandung dengan menyerahkan surat ijin
penelitian. Peneliti menyampaikan ijin secara lisan kepada rekan-rekan guru
terutama guru kelas A5 yang menjadi partner kolaboratif dalam penelitian ini
dengan menyampaikan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, dan
penelitipun menyampaikan ijin kepada anak-anak kelompok A5 TKK BPK
PENABUR 246 Bandung sebagai subjek penelitian. Peneliti menyampaikan
secara lisan kepada anak-anak tentang tujuan peneliti berada di kelas tersebut
50

selama satu bulan, kegiatan yang dilakukan peneliti selama berada di kelas, dan
meminta ijin untuk mendokumentasikan kegiatan anak-anak. Anak-anak terlihat
senang dengan kehadiran peneliti di kelas tersebut, hal ini dapat terlihat ketika
peneliti tidak masuk kelas, anak-anak menanyakan alasan ketidakhadiran peneliti.
Peneliti memelihara hubungan yang baik dan akrab dengan anak-anak dengan
duduk bersama dengan anak-anak ketika mereka sedang makan dan bermain
sehingga anak-anak tidak merasa terganggu dengan kehadiran peneliti.
b. Respek pada lokasi yang diteliti
Sehubungan dengan tempat penelitian adalah sekolah di mana peneliti bekerja,
tentu peneliti secara objektif dapat menghargai dan menjaga nama baik sekolah
tempat penelitian ini.
c. Kehati-hatian dalam pengumpulan dan pelaporan data
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dan observasi.
Menurut Swain (2006) observasi merupakan metode yang penting dan mendasar
dalam memahami dan menjelaskan kejadian-kejadian dan interaksi dengan anak.
Swain (2006) mengemukakan peneliti dapat menemukan hubungan dialogik
antara observasi dan interview. Observasi menuntun peneliti dalam membuat
pertanyaan- pertanyaan yang ingin ditanyakan pada anak-anak selama wawancara
dan wawancara membantu peneliti menginterpretasikan hasil data observasi
(Swain, 2006). Sebelum melakukan observasi dan wawancara, peneliti selalu
mengingatkan pada anak-anak bahwa peneliti tertarik dengan anak-anak dan
ingin mengamati dan bermain, belajar dengan anak-anak. Peneliti penuh antisipasi
menyiapkan rekaman di handphone dan mencatat langsung, melakukan kulo
nuwun (alert to establish repport) yang artinya dapat meyakinkan para partisipan/
guru bahwa peneliti adalah seorang yang dapat dipercaya, naïf artinya peneliti
akan bersikap rendah hati dan menempatkan diri sebagai pencari pengetahuan dan
senantiasa memanfaatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam, analitis yang
artinya peneliti dapat menganalisa/ menalar hasil wawancara (Glesne & Peshkin;
Chaedar, 2012). Dalam melaporkan hasil penelitian peneliti memproteksi
anonimitas informan dengan menggunakan initial.
Menurut Warrin (2011) refleksivitas dan kesadaran etis adalah konsep saling
tergantung dalam meningkatkan etika dan praktek penelitian kualitatif. Peneliti
51

melakukan refleksivitas terhadap tujuan penelitian, interaksi antara peneliti dan


yang diteliti. Menurut Guillemin dan Gillam (Warrin, 2011) refleksivitas pada
dasarnya adalah sebuah gagasan etika “ethical notion”.

Anda mungkin juga menyukai