OUTLINE
Morfologi ikan kaitannya dengan
habitat dan otot untuk berenang
1
10/6/2022
MORFOLOGI IKAN
• Bentuk tubuh ramping, potongan dan
bentuk badan elips, bentuk ekor sempit,
Fusiform dan sering disebut dengan bentuk torpedo
• Contoh: ikan tuna
• Bentuk tubuhnya pipih dan kecepatan
Compressed berenang konstan
• Contoh: ikan mas
• Badan berbentuk picak
Depressed
• Contoh: ikan pari
• Bentuk tubuh sangat panjang dan bundar.
Angulliform
• Contoh: ikan belut
MORFOLOGI IKAN
• Bentuk tubuh panjang seperti benang dan
Filiiform sangat tipis
• Contoh: ikan snipe eel
• Bentuk tubuhnya pipih melebar pada
Taeniform bagian badan sampai ekor
• Contoh: ikan hairtail
• Badan berbentuk turbular seperti panah,
membuat ikan dapat menyerang dengan
Sagitiform cepat
• Contoh: ikan pike dari famili Esocidae
• Bentuk tubuh hampir bundar.
Globiform
• Contoh: ikan buntal
2
10/6/2022
HABITAT
3
10/6/2022
HABITAT
SIRIP
Peran dari sirip sebagai alat adaptasi khusus, misalnya ikan remora
sirip punggung pertama mengalami modifikasi yang berfungsi
sebagai alat penghisap pada hewan laut.
Sebaliknya pada ikan Balistidae, sirip punggung pertama kuat yang
ditopang oleh tulang belakang untuk mempertahankan postur tubuh.
Ikan perenang cepat, misalnya ikan tuna dan marlin memiliki gurat
alur sepanjang pertengahan sirip dorsal ke sirip anal yang istirahat
selama berenang
Ikan terbang, sirip dada dan perutnya mengalami modifikasi seperti
sayap yang befungsi untuk meluncur dan membubung tinggi.
HABITAT
SISIK
Jenis sisik ikan ada dua macam, yaitu cycloid dan
ctenoid.
Sisik cycloid memiliki karakteristik halus pada
bagian posterior. Biasanya terdapat pada ikan
bersirip punggung lunak, sebagi contoh ikan
salmon dan trout. Sisik ctenoid berbentuk seperti
sisir. Kedua tipe sisik ini bisa terdapat pada satu
ekor ikan.
Ikan primitif, misalnya sturgeon memiliki sisik
ganoid. Sisik pada ikan cucut disebut sisik placoid
yang terdiri atas dentin dan tulang dari enamel
yang keras.
4
10/6/2022
OTOT
Secara prinsip, otot untuk berenang terbagi dua tipe, yaitu
otot merah untuk berenang santai (SO= slow oxidative)
dan otot putih untuk glikolisis cepat (FG= fast glycolytic).
Otot merah relatif menggunakan tenaga sedikit, tetapi
kondisi aerob dan tidak lelah maka gerakan dari otot
merah tampak rendah, sebaliknya otot putih mempunyai
tenaga yang besar, tetapi cepat lelah.
Spesies juga dibedakan oleh otot miotom. Kelompok dari
elasmobranchi, yaitu Sarcopterygian dan turunan dari
Actinopterygian, termasuk Clupeomorph terdiri atas serat
fast glycolytic (FG). Ikan teolost serat FG mempunyai
multiterminal seperti serat slow oxidative (SO).
SEL DAGING
❑ Bentuk, ukuran, struktur → bervariasi
❑ Terdiri atas inti sel, cairan sel (sarkoplasma) dan dinding sel.
❑ Satu sel daging adalah
Endomiosin → sebagai dinding sel
Benang-benang jala (retikuler)
Sarkolemma (pembungkus miofibril)
Sarkoplasma (cairan sel daging)
Miofibril, miofilamen
Inti sel, mitochondria, golgi kompleks, lisosoma
5
10/6/2022
6
10/6/2022
JARINGAN PEMBUNGKUS
❑ Beberapa miofibril bergabung dibungkus oleh
endomiosin
❑ Beberapa endomiosin bergabung dibungkus
oleh lapisan perimisium
❑ Beberapa perimisium bergabung, dibungkus
oleh lapisan epimisium
JARINGAN OTOT
❑ Otot Skeletat (tulang)
❑ Otot Halus (otot bebas)
❑ Otot Kardia (otot terikat)
7
10/6/2022
JARINGAN PENGIKAT
❑ Mempunyai sel-sel yang mudah dipersatukan satu sama lain
❑ Dapat membentuk beberapa sel antara lain: sel darah, jaingan pembentuk darah,
tulang, tulang rawan.
❑ Sifat karakteristik: jaringan pengikat penopang → menopang jaringan lain,
contoh: tulang dan kartilago.
❑ Jaringan pengikat berbentuk benang-benang (Fibrous connective tissue)
8
10/6/2022
STRUKTURAL DAGING
Jaringan daging ikan yang terletak dibagian punggung dan perut terbagi menjadi
beberapa bagian disebut miosepta
Bagian jaringan pengikat tersebut nampak sebagai segen berbentuk zigzag disebut
miomer/miotoma
Miotoma dan miosepta dibungkus oleh suatu ikatan dari benang-benang daging
disebut endomiosin (merupakan sel daging)
SARKOLEMMA
Pembungkus miofibril dari ujung satu sampai yang lain
Sarkos → daging
Lemma → kulit
Arti → pembungkus daging
9
10/6/2022
SARKOPLASMA
Cairan sel mengandung 75-80% air yang mengandung lemak, granula glikogen,
ribosoma, sejumlah protein, komponen nitrogen bukan protein, sejumlah konstituen
MITOKONDRIA
Bentuk panjang pipih, tipis diameter 1mm,
dalam sarkoplasma
Sumber kekuatan sel, ada beberapa enzim
yang mengkatalisa oksidasi nutrient,
hasilnya CO2 dan H2O
Selama oksidasi dibebaskan energi untuk
pembentukan ATP
ATP ini berdifusi keseluruh sel → sebagai
penyimpan energi (mengandung DNA/RNA)
10
10/6/2022
MIOFIBRIL
Komponen serat otot berbentuk
silindris panjang, diameter 1-2 um
Terdiri atas miofilamen tebal (miosin)
dan tipis (aktin)
Miofilamen terdiri atas beberapa
sarkomer yang dibatasi oleh pita Z, I,
A, H seperti zigzag
Mengandung 75-80% protein aktin
dan miosin, disamping itu juga
troponin, tropomiosin, alpha aktinin,
beta aktinin → semua berperan dalam
kontraksi otot
11
10/6/2022
12
10/6/2022
13
10/6/2022
PENGURAIAN PROTEIN
Terjadi pada tahap lanjut
Pada awal kematian ikan, pembentukan TMA bukan dari
penguraian protein, tapi dari penggabungan asam laktat dan
TMAO
Pada saat metabolit sederhana habis, pemecahan protein mulai
berlangsung dengan laju yang cepat
Protein terurai menjadi peptida, dipeptida, asam amino bebas,
TMAO, dan senyawa nitrogen lainnya.
14
10/6/2022
PENGURAIAN LEMAK
Menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak
Terjadi karena oksidasi atau hidrolisa lemak, yang terjadi baik
secara otolisa ataupun akibat aktivitas mikroba
Berlangsung melalui 3 tahap, yaitu : oto-oksidasi, lipolisis oleh
enzim lipase, dan lipoksidase oleh enzim lipoksidase yang
dihasilkan oleh bakteri lipolitik.
Menghasilkan asam lemak bebas yang berbau tengik.
15
10/6/2022
PENGURAIAN KARBOHIDRAT
Terjadi melalui proses glikolisis
Penguraian glikogen menjadi energi
Terjadi secara anaerob setelah ikan mati, sehingga meningkatkan
keasaman daging (pH menjadi rendah).
Terjadi seketika setelah ikan mati.
TERIMA KASIH
16
10/6/2022
1
10/6/2022
Protein kontraktil
Protein sarkoplasma
PROTEIN KONTRAKTIL
Sekitar 66-77% dari total protein ikan
2
10/6/2022
3
10/6/2022
PROTEIN SARKOPLASMA
Disebut dengan miogen
4
10/6/2022
Makarel 25 5 10 35 - 25
Hiu 5 5 5 10 - 75**
Udang 65 5 5 - 5 20
Kepiting 75 5 15 - 5 -
Cumi-cumi 50 5 15 - 10 20***
Kerang 35 5 35 - 15 10
5
10/6/2022
6
10/6/2022
Post
O2 Aktin rigor
ATP
ATPase P+ENERGI
Asetil CoA Ph Menurun (5-6)
Aktomiosin/
Kejang
ADP
ATPase
Siklus P+ENERGI
Kreb AMP
Energi Miosin
IMP
CO2 + H2O
PRE-RIGOR
Tahap pre rigor ditandai dengan
peristiwa lepasnya lendir dari
kelenjar bawah kulit ikan
7
10/6/2022
RIGOR MORTIS
Ditandai dengan mengejangnya tubuh ikan setelah mati
POST-RIGOR
Melunaknya tekstur daging ikan
8
10/6/2022
DETERIORISASI
Tahap kebusukan ditandai Pada tahap ini terjadi
dengan terjadinya perubahan warna dan aroma
penguraian asam amino sebagai akibat dari proses
menjadi turunan asam amino oksidasi dan hidrolisis lipid
melalui proses dekarboksilasi juga pigmen hingga fase
oleh bakteri. lanjut.
Parameter fisikawi
Parameter kimiawi
Parameter mikrobiologi
9
10/6/2022
PARAMETER FISIKAWI
Parameter Ikan segar Ikan tidak segar
Mata Cerah, terang, mengkilat, tidak Suram, kusam, berlendir,
berlendir, dan menonjol keluar cekung, masuk ke
rongga mulut
PARAMETER KIMIAWI
Parameter derajat Prinsip penetapan TVB (Total Volatile Base).
keasaman (pH) daging
ikan. Prinsip penetapan TVB adalah dengan
menguapkan senyawa-senyawa volatil yang
Ikan yang sudah tidak terbentuk karena proses penguraian asam
segar, dagingnya amino yang terdapat pada daging ikan.
mempunyai pH tinggi
daripada yang masih
segar. Hal ini disebabkan
karena timbulnya
senyawa-senyawa yang
bersifat basa, seperti
ammonia, trimetilamin,
dan senyawa-senyawa
volatil lainnya.
10
10/6/2022
PARAMETER MIKROBIOLOGI
Pengujian TPC (Total Plate Count)
Daging ikan secara aseptik dihancurkan
dan dibuat suspensi dengan berbagai
pengenceran, dari suspensi kemudian
ditumbuhkan pada media pertumbuhan
yang sesuai, setelah diinkubasikan akan
dapat dihitung jumlah bakteri yang
tumbuh dengan menghitung koloninya,
demikian jumlah bakteri dapat
dinyatakan secara tepat.
11
10/6/2022
ORGANOLEPTIK IKAN
Parameter Pre-rigor Rigor mortis Post-rigor Deteriorasi
Mata Cerah, bola mata Cerah, bola mata Bola mata agak cekung, Bola mata sangat
menonjol. menonjol, korea jernih, pupil berubah keabu- cekung, kornea agak kuning.
pupil berwarna putih. abuan.
Insang Merah cemerlang, Warna merah kurang Merah agak kusam, sedikit Warna merah coklat ada
tanpa lendir. cemerlang, ada sedikit lendir. sedikit putih, lendir tebal.
lendir.
Lendir Lapisan lendir jernih, Mengeluarkan lendir Mengeluarkan lendir tapi Lendir tebal menggumpal,
permukaan transparan, mengkilat dalam jumlah banyak, tidak terlalu banyak, warna kuning kecoklatan.
cerah. lapisan lendir agak keruh, warna putih kusam,
badan keruh, kurang transparan. kurang transparan.
Daging Sayatan daging Sayatan daging Sayatan daging sedikit Sayatan daging kusam sekali,
sangat cemerlang, cemerlang spesifik jenis, kurang cemerlang, sedikit warna merah jelas sekali
spesifik jenis, tidak tidak ada pemerahan pemerahan sepanjang sepanjang tulang belakang,
ada pemerahan sepanjang tulang tulang belakang, dinding dinding perut sangat lunak.
sepanjang tulang belakang, dinding perut perut agak lunak.
belakang. utuh.
Bau Bau sangat segar Segar spesifik jenis. Bau agak segar, spesifik Bau deteriorasi jelas.
spesifik jenis. jenis.
Tekstur Padat, elastis bila Padat, elastis bila Agak lunak, kurang elastis Sangat lunak, bekas jari tidak
ditekan dengan jari, ditekan dengan jari, sulit bila ditekan dengan jari, hilang bila ditekan, mudah
sulit menyobek daging menyobek daging dari agak mudah menyobek sekali menyobek daging dari
dari tulang belakang. tulang belakang. daging dari tulang tulang belakang.
belakang.
ORGANOLEPTIK UDANG
Parameter Kenampakan Bau Tekstur
Pre-rigor Utuh, warna seperti Bau sangat Sangat elastis,
udang asli, bening segar spesifik kompak, dan
bercahaya, antar ruas jenis. padat.
kokoh.
Rigor Utuh, warna seperti Bau dari segar Kurang elastis,
mortis udang asli, kebeningan hingga netral. kompak, dan
sedikit berkurang padat.
(kusam), antar ruas
kurang kokoh, muncul
blackspot.
Post-rigor Utuh, warna udang Bau netral Tidak elastis,
berubah hingga merah hingga timbul kompak, dan
muda, kebeningan amoniak. padat.
hilang, antar ruas
kurang kokoh, blackspot
banyak.
Deteriorasi Warna merah kusam, Bau amoniak Lunak.
blackspot banyak kuat hingga (a) pre-rigor (b) rigor mortis,
sekali, kulit mudah busuk. (c) post-rigor (d) deteriorasi
dilepas dari daging.
12
10/6/2022
REFERENSI
Irianto HE, Giyatmi. 2015. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Edisi 2). Tangerang Selatan (ID):
Universitas Terbuka.
Muchtadi D. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang Selatan (ID): Universitas Terbuka.
Nurhayati T, Kustiariyah, Jacoeb AM, Utari SA, Azizah LH, Hidayat T. 2018. Quality assessment of
Vanamei shrimp from Indonesian waters. Proceedings of the Pakistan Academy of Sciences: B. Life and
Environmental Sciences 55(1): 21-28.
Nurhayati T, Nurjanah, Nugraha R. 2017. Fisiologi, Formasi, dan Degradasi Metabolit Hasil Perairan.
Bogor (ID): IPB Press.
Nurilmala M, Nurjanah, Hidayat T. 2018. Penanganan Hasil Perairan. Bogor (ID): IPB Press.
Zailanie K. 2015. Fish Handling. Malang (ID): UB Press.
Link:
s.id/handoutfisio3
s.id/videofisio3
13
10/6/2022
TUGAS
Mahasiswa yang memiliki NIM genap, silahkan memilih untuk:
Review 10 jurnal nasional atau 5 jurnal internasional
mengenai KEMUNDURAN MUTU IKAN AIR TAWAR.
Mahasiswa yang memiliki NIM ganjil, silahkan memilih untuk:
Review 10 jurnal nasional atau 5 jurnal internasional
mengenai KEMUNDURAN MUTU IKAN AIR LAUT.
Syarat jurnal: 5 tahun terakhir.
Tugas dikumpulkan di Google Classroom (kode: phxvo75)
dalam bentuk PDF, sebelum UTS Fisiologi Pascapanen
Hasil Perikanan.
TERIMA KASIH
14
FISIOLOGI PASCA PANEN HASIL PERIKANAN
PERTEMUAN KE-3
1
dalam waktu lama. Tekstur produk hasil perikanan dan kemampuan
membentuk gel dari cacahan daging ikan dan surimi dapat juga dipengaruhi
oleh perubahan ini.
• Aktin
Aktin merupakan protein miofibril dengan jumlah terbanyak kedua,
mengandung kira-kira 20% dari total protein ini pada otot ikan. Protein ini
mempunyai berat molekul 46 kDa. G-aktin merupakan bentuk monomer
dari molekul, berbentuk bulat, dan ada dalam garam netral sebagai polimer
yang berbentuk serat menjadi F aktin. Dua filamen F-aktin membentuk
double heliks serupa tambang. Protein ini bersifat kurang larut
dibandingkan miosin.
• Miosin
Miosin merupakan fraksi protein miofibril terbesar dari otot ikan dan
berkontribusi 50 – 60% dari total protein. Molekul miosin terdiri atas dua
rantai berat dengan berat molekul 200 dan 240 kD yang berasosiasi secara
nonkovalen dengan dua pasang rantai ringan yang mempunyai berat
molekul 16-28 kD. Rantai berat ini merupakan dua rantai peptide α-heliks
yang saling melilit dengan monomernya yang berbentuk batang.
• Tropomiosin dan Troponin
Tropomiosin dan troponin jumlahnya 10% dari jumlah total protein
miofibril. Untuk tropomiosin, kandungannya sebesar 4 – 5%. Beberapa
tropomiosin dengan bentuk yang sama (isoform) telah dijelaskan pada
sumber pangan otot yang berbeda. Jumlah senyawa tersebut tergantung
pada spesies otot berasal, namun urutan bentuk yang sama dari tropomiosin
dari spesies yang berbeda mendekati identic. Kemiripan troponin ada dalam
beberapa bentuk yang sama.
Tropomiosin mempunyai bentuk molekul yang panjang dengan berat
molekul 70 kDa. Polimer membentuk benang double heliks yang terikat
2
pada F-aktin. Troponin mempunyai berat molekul 79 kDa, terdiri atas tiga
jenis yaitu troponin C yang berikatan denga Ca 2+, troponin I yang berikatan
dengan aktin, serta troponin T yang berikatan dengan tropomiosin.
Jumlahnya mencapai 5% dari total protein kontraktil.
b) Protein miofibril/kontraktil/struktur
Protein sarkoplasma mencakup sejumlah besar protein, seperti
myoglobin, enzim dan albumin lainnya. Kandungannya sekitar 20 – 30% dari
total protein ikan dan bersifat terlarut dalam sarkoplasma otot. Protein
sarkoplasma dapat diekstrak menggunakan air atau garam netral dengan
kekuatan ion kurang dari 0.15 Debye. Enzim sarkoplasma bertanggung jawab
terhadap kemunduran mutu ikan setelah mati, meliputi enzim glikolitik dan
hidrolitik. Berbagai protease ditemukan pada fraksi sakroplasma yang
selanjutnya mengatalis degradasi komponen nitrogen dalam jaringan otot.
Aktivitas enzim ini, tergantung pada spesies ikan, tipe jaringan otot juga faktor
lingkungan, dan musim. Penanganan dan kondisi pascapanen ikan juga
menentukan aktivitas enzim tersebut.
3
atas asam amino bebas, peptida, senyawa amina, amina oksida, guanindin, komponen
ammonium kuartener, poliamina, nukleotida dan turunannya, urea serta asam
nukleotida (Tabel 1). Otot gelap ikan, umumnya mengandung NPN yang lebih tinggi
dari otot terang.
Tabel 1 Distribusi (%) komponen NPN dalam hasil perikanan
Spesies Asam Peptida Nukelotida Kreatin Betain Lain-
amino lain*
bebas
Makarel 25 5 10 35 - 25
Hiu 5 5 5 10 - 75**
Udang 65 5 5 - 5 20
Kepiting 75 5 15 - 5 -
Cumi- 50 5 15 - 10 20***
cumi
Kerang 35 5 35 - 15 10
Keterangan: * amoniak, urea, trimetilamin oksida dan amida
** khusus urea
*** termasuk 10% oktopin
4
Pre-rigor
Tahap pre-rigor ditandai dengan peristiwa lepasnya lendir dari kelenjar bawah
kulit ikan. Keadaan tersebut pada saat jaringan otot lembut dan lentur, serta ditandai
dengan menurunnya ATP dan creatin phosphate. Pada tahap ini, terjadi perubahan dari
glikogen menjadi asam laktat, pH turun. Kelenturan (Gambar 4) yang terjadi pada tahap
ini disebabkan oleh masih tersedianya glikogen pada tubuh ikan.
5
Deterioration
Tahap kebusukan ditandai dengan terjadinya penguraian asam amino menjadi
turunan asam amino melalui proses dekarboksilasi oleh bakteri. Pada tahap ini terjadi
perubahan warna dan aroma sebagai akibat dari proses oksidasi dan hidrolisis lipid juga
pigmen hingga fase lanjut. Produk hidrolisis lipid akan terbentuk asam lemak rantai
pendek yang menyebabkan terakumulasinya metabolit pemicu flavor. Pada tahap ini,
jumlah bakteri juga terakumulasi sangat banyak karena bakteri memperoleh makanan
yang sangat banyak sebagai hasil kerja enzim proteolitik.
6
c) Parameter mikrobiologi: merupakan parameter yang dapat dinilai berdasarkan
pada kandungan bakteri pada ikan. Pengujian jumlah bakteri secara tepat dapat
dilakukan dengan pengujian TPC (Total Plate Count). Daging ikan secara
aseptik dihancurkan dan dibuat suspensi dengan berbagai pengenceran, dari
suspensi kemudian ditumbuhkan pada media pertumbuhan yang sesuai, setelah
diinkubasikan akan dapat dihitung jumlah bakteri yang tumbuh dengan
menghitung koloninya, demikian jumlah bakteri dapat dinyatakan secara tepat.
d) Parameter sensori (organoleptik): adalah parameter yang dapat dinilai oleh
indra manusia (sensori), namun biasanya diuji oleh beberapa orang panelis
yang terlatih dan berpengalaman dengan acuan standar (SNI) sehingga
menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat. Penetapan kemunduran mutu
secara organoleptik dilakukan menggunakan score sheet yang sesuai dengan
SNI 01-2346-2006. Contoh hasil organoleptik perubahan mutu ikan (gurami)
disajikan pada Tabel 3 serta udang (vanamei) pada Tabel 4, Gambar 7 dan 8.
Tabel 3 Hasil organoleptik kemunduran ikan gurami
Parameter Pre-rigor Rigor mortis Post-rigor Deteriorasi
Mata Cerah, bola Cerah, bola Bola mata Bola mata
mata mata agak cekung, sangat
menonjol. menonjol, pupil berubah cekung,
korea jernih, keabu-abuan. kornea agak
pupil kuning.
berwarna
putih.
Insang Merah Warna merah Merah agak Warna merah
cemerlang, kurang kusam, sedikit coklat ada
tanpa cemerlang, lendir. sedikit putih,
lendir. ada sedikit lendir tebal.
lendir.
Lendir Lapisan Mengeluarkan Mengeluarkan Lendir tebal
permukaan lendir lendir dalam lendir tapi menggumpal,
badan jernih, jumlah tidak terlalu warna kuning
transparan, banyak, banyak, kecoklatan.
mengkilat lapisan lendir keruh, warna
cerah. agak keruh, putih kusam,
kurang kurang
transparan. transparan.
Daging Sayatan Sayatan Sayatan Sayatan
daging daging daging sedikit daging
sangat cemerlang kurang kusam sekali,
cemerlang, spesifik jenis, cemerlang, warna merah
spesifik tidak ada sedikit jelas sekali
jenis, tidak pemerahan pemerahan sepanjang
7
Parameter Pre-rigor Rigor mortis Post-rigor Deteriorasi
ada sepanjang sepanjang tulang
pemerahan tulang tulang belakang,
sepanjang belakang, belakang, dinding perut
tulang dinding perut dinding perut sangat lunak.
belakang. utuh. agak lunak.
Bau Bau sangat Segar spesifik Bau agak Bau
segar jenis. segar, spesifik deteriorasi
spesifik jenis. jelas.
jenis.
Tekstur Padat, Padat, elastis Agak lunak, Sangat lunak,
elastis bila bila ditekan kurang elastis bekas jari
ditekan dengan jari, bila ditekan tidak hilang
dengan jari, sulit dengan jari, bila ditekan,
sulit menyobek agak mudah mudah sekali
menyobek daging dari menyobek menyobek
daging dari tulang daging dari daging dari
tulang belakang. tulang tulang
belakang. belakang. belakang.
8
Gambar 7 Kemunduran mutu udang secara organoleptic
Kenampakan, Bau, Tekstur
Gambar 8 Proses kemunduran mutu udang (a) pre-rigor, (b) rigor mortis,
(c) post-rigor, (d) deteriorasi
DAFTAR PUSTAKA
Irianto HE, Giyatmi. 2015. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Edisi 2).
Tangerang Selatan (ID): Universitas Terbuka.
Muchtadi D. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang Selatan (ID): Universitas
Terbuka.
Nurhayati T, Kustiariyah, Jacoeb AM, Utari SA, Azizah LH, Hidayat T. 2018. Quality
assessment of Vanamei shrimp from Indonesian waters. Proceedings of the
Pakistan Academy of Sciences: B. Life and Environmental Sciences 55(1): 21-
28.
9
Nurhayati T, Nurjanah, Nugraha R. 2017. Fisiologi, Formasi, dan Degradasi Metabolit
Hasil Perairan. Bogor (ID): IPB Press.
Nurilmala M, Nurjanah, Hidayat T. 2018. Penanganan Hasil Perairan. Bogor (ID):
IPB Press.
Zailanie K. 2015. Fish Handling. Malang (ID): UB Press.
10
10/6/2022
Post
O2 Aktin rigor
ATP
ATPase P+ENERGI
Asetil CoA Ph Menurun (5-6)
Aktomiosin/
Kejang
ADP
ATPase
Siklus P+ENERGI
Kreb AMP
Energi Miosin
IMP
CO2 + H2O
1
10/6/2022
PERUBAHAN AUTOLITIK
2
10/6/2022
Jadi pada tahap pre rigor, sisa ATP relatif konstan, namun terjadi
penurunan cepat kreatin fosfat
LANJUTAN..
Habisnya CP, AMP, dan glikogen, serta akibat tidak mampunya
mensintesa kembali ATP, terjadi komplek aktin dan miosin sehingga
daging ikan menjadi keras
Fase pertama rigor mortis ditentukan oleh kadar ATP saat post mortem
3
10/6/2022
KATEPSIN
Bertanggung jawab
Ditemukan dalam
Merupakan golongan terhadap pemecahan
organel yang disebut
protease asam protein pada bagian
lisozom
yang sakit
Aktivitasnya
Bentuknya: katepsin
dihambat dengan
L dan D
adanya garam
4
10/6/2022
KALPAIN
KOLAGENASE
5
10/6/2022
Reduksi TMAO
pada kebanyakan Formaldehida
spesies Teleostei menginduksi
Enzim tersebut
disebabkan oleh crosslinking
disebut dengan Enzim tersebut
bakteri, beberapa protein daging
TMAOase atau aktif ketika
spesies ikan sehingga daging
TMAO demetilase, membran jaringan
mengandung menjadi keras dan
banyak ditemukan rusak
enzim yang kehilangan
di ikan cod
memecah TMAO kemampuan
menjadi DMA dan mengikat air
formaldehida
6
10/6/2022
INVASI MIKROBA
REDUKSI TMAO
7
10/6/2022
8
10/6/2022
PERUBAHAN KIMIAWI
Dua reaksi yang terjadi
Berpengaruh terhadap
dalam lipid ikan yang
rasa dan bau,
berpengaruh terhadap
perubahan tekstur
mutu: oksidasi dan
daging ikan
hidrolisis
9
10/6/2022
10
10/6/2022
PERUBAHAN WHC
REFERENSI
Husni A, Putra MP. 2016. Pengendalian Mutu Hasil Perikanan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Irianto HE, Giyatmi. 2015. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Edisi 2). Tangerang Selatan (ID):
Universitas Terbuka.
Muchtadi D. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang Selatan (ID): Universitas Terbuka.
Nurhayati T, Nurjanah, Nugraha R. 2017. Fisiologi, Formasi, dan Degradasi Metabolit Hasil Perairan.
Bogor (ID): IPB Press.
Nurilmala M, Nurjanah, Hidayat T. 2018. Penanganan Hasil Perairan. Bogor (ID): IPB Press.
Zailanie K. 2015. Fish Handling. Malang (ID): UB Press.
11
10/6/2022
TUGAS
Mahasiswa yang memiliki NIM genap, silahkan memilih untuk:
Review 5 jurnal nasional atau 2 jurnal internasional mengenai
PROSES ENZIMATIS (AUTOLITIK) PADA HASIL PERIKANAN.
Mahasiswa yang memiliki NIM ganjil, silahkan memilih untuk:
Review 5 jurnal nasional atau 2 jurnal internasional mengenai
PROSES MIKROBIOLOGIS PADA HASIL PERIKANAN.
Syarat jurnal: 5 tahun terakhir.
Tugas dikumpulkan di Google Classroom dalam bentuk PDF,
sebelum UTS Fisiologi Pascapanen Hasil Perikanan.
TERIMA KASIH
12
FISIOLOGI PASCA PANEN HASIL PERIKANAN
PERTEMUAN KE-4
3. Proses kimiawi
Ikan termasuk salah satu produk yang banyak mengandung lemak, terutama
lemak tidak jenuh. Lemak tidak jenuh adalah lemak yang mengandung ikatan rangkap
pada rantai utamanya. Lemak yang demikian bersifat tidak stabil dan cenderung mudah
bereaksi. Lemak pada ikan didominasi oleh lemak tidak jenuh berantai panjang
(Polyunsaturated fatty acid/PUFA). Ada dua reaksi berbeda dalam lipid ikan yang
mempengaruhi penurunan mutu, yaitu oksidasi dan hirdrolisis. Reaksi tersebut
memproduksi substansi yang diantaranya mempunyai rasa tidak enak dan bau.
Oksidasi
Jumlah asam lemak tidak jenuh yang besar pada lipid ikan membuat lipid ikan
mudah sekali mengalami oksidasi melalui mekanisme autooksidasi. Inisiasi dimulai
dengan terlepasnya atom hidrogen dari molekul asam lemak sehingga terbentuk radikal
bebas akil. Inisiasi dikatalis oleh adanya cahaya, panas atau ion logam.
Akan tetapi, lipid yang radikal (L) bereaksi sangat cepat dengan oksigen membentuk
peroksi-radikal (LOO) =, kemudian bergabung dengan hidrogen dari rantai asil lainnya
menghasilkan lipid hidroperoksida (LOOH) dan radikal lipid yang baru (L). Propagasi
ini akan terus berlanjut sampai satu dari radikal dihilangkan melalui reaksi dengan
radikal lain atau dengan antioksidan (AH) yang menghasilkan radikal (A) kurang
reaktif. Hidroksiperoksida bersifat mudah terurai dan dikatalis oleh ion logam berat
menjadi produk autooksidasi sekunder yang mempunyai rantai karbon yang lebih
pendek. Produk sekunder ini kebanyakan dari golongan aldehid, keton, alcohol, sedikit
asam karboksilat, dan alkana. Produk-produk sekunder ini memberikan kisaran bau
yang sangat luas dan dalam beberapa kasus menyebabkan diskolorasi menjadi
kekuningan (Gambar 1).
Gambar 1 Autooksidasi lipid tak jenuh
Hidrolisis
Selama penyimpanan, muncul sejumlah asam lemak bebas (FFA). Fenomena
ini lebih banyak ditemukan pada ikan yang tidak disiangi dibandingkan dengan yang
disiangi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keterlibatan enzim-enzim pencernaan.
Hidrolisis sering berperan untuk meningkatkan oksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
Husni A, Putra MP. 2016. Pengendalian Mutu Hasil Perikanan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Irianto HE, Giyatmi. 2015. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Edisi 2). Tangerang Selatan
(ID): Universitas Terbuka.
Muchtadi D. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang Selatan (ID): Universitas Terbuka.
Nurhayati T, Nurjanah, Nugraha R. 2017. Fisiologi, Formasi, dan Degradasi Metabolit Hasil
Perairan. Bogor (ID): IPB Press.
Nurilmala M, Nurjanah, Hidayat T. 2018. Penanganan Hasil Perairan. Bogor (ID): IPB Press.