Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anggun Angling Wideratih

NIM : C1M020012
Kelas : Agroekoteknologi A

Teknik Budidaya Tanaman Gaharu

Pohon atau tanaman gaharu adalah salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Kayunya yang berwarna hitam mempunyai kandungan resin dan
selalu mengeluarkan aroma harum, sering dipakai membuat parfum. Selain itu ada
yang memanfaatkannya sebagai obat penyembuh tradisional terhadap beberapa jenis
gangguan kesehatan.

Gaharu dikenal sebagai jenis kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kayu ini
dihasilkan dari pohon dengan spesies Aquilaria, terkhusus jenis A. malaccensis. Ciri
khas dari gaharu yakni memiliki warna hitam pekat dan memiliki resin pada bagian
gubalnya. Kandungan resin tersebut sering kali dimanfaatkan sebagai bahan untuk
membuat wewangian. Aroma dari gaharu sendiri dipercaya bisa menghilangkan stres,
penenang, atau digunakan sebagai parfum.

Harga gaharu sendiri saat ini masih cukup tinggi, karena banyak merek parfum mahal
yang menggunakan kayu ini sebagai bahan dasar. Tingkat harga gaharu sendiri
bergantung pada kualitas gubalnya. Harga gubal gaharu yang memiliki kualitas super
bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Karena memiliki prospek yang cukup bagus di masa mendatang, maka kita perlu tahu
bagaimana membudidayakan pohon penghasil gaharu. Dalam proses
budidayanya, kita harus bisa menerapkan teori secara baik di lapangan, karena
memang tidak mudah untuk mendapatkan kualitas gubal gaharu yang terbaik. Berikut
ini adalah cara membudidayakan pohon penghasil gaharu dengan baik.
Adapun teknik-teknik dalam budidaya tanaman gaharu akan dijabwakan dibawah ini
secara lengkap :

1. Menyediakan dan Memilih Bibit Gaharu

Tapi meski dapat ditanam di daerah mana saja, area terbaik untuk membudidayakan
tanaman gaharu adalah lahan yang berada di ketinggian 0 hingga 1200 mdpl.
Sedangkan bibitnya bisa diperoleh melalui teknik genetative dan vegetative. Apabila
ingin mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik, disarankan menggunakan teknik
vegetative melalui pencangkokan.

Pilih batang pohon gaharu yang punya ukuran diameter paling sedikit 3 cm yang
panjangnya antara 30 cm hingga ½ meter. Selain itu harus dipastikan jika calon bibit
tersebut bebas dari serangan hama dan penyakit. Proses pencangkokannya
membutuhkan waktu antara 4 minggu hingga 1,5 bulan dan bisa lebih cepat jika
dilakukan pada musim hujan.

Agar mendapatkan kualitas tanaman terbaik, kita harus jeli dalam memilih bibit
tanam. Syarat untuk mendapatkan bibit yang berkualitas adalah bebas dari hama
penyakit, akar tanaman tidak menembus media tanam, dan tinggi bibit yang ideal
adalah 20 cm hingga 30 cm. Kemudian, ketika bibit akan ditanamkan, kita harus
melakukannya secara hati-hati agar bibit tidak mengalami luka. Perawatan bibit bisa
dilakukan dengan melakukan penyiraman secara rutin agar bisa beradaptasi terhadap
lingkungan.
2. Menyiapkan Lahan dan Proses Penanaman

Sambil menunggu proses pertumbuhan akar pada teknik pencangkokan berjalan,


petani dapat menyiapkan lahan. Seperti yang telah disebutkan, pohon gaharu tidak
butuh lahan khusus dan punya karakter tertentu untuk tumbuh.

Tetapi jaraknya harus diatur agar pertumbuhan tanaman tersebut dapat berjalan
normal. Jarak paling ideal untuk menanam gaharu yaitu 3 x 3 m. Jadi tiap 1 hektar
dapat dipakai menanam kurang lebih 1.111 bibit gaharu.

Adapun lubang penamamannya, yang terbaik adalah berukuran 30 x 30 x 30 cm.


Pembuatan lubang ini sebaiknya dikerjakan paling tidak 2 minggu sebelum bibit
gaharu ditanam. Waktu terbaik untuk mengerjakan tugas penanaman ini adalah pada
pertengahan musim hujan, agar bisa mendapat pasokan air yang cukup dan cahaya
matahari tidak bersinar terlalu terang.

 Lubang tanam harus segera disiapkan 2 minggu sebelum pohon ditanam


 Ukuran lubang tanam bisa disesuaikan dengan lingkungan,tetapi pada
umumnya ukuran yang dibuat adalah 30 x 30 x 30 cm.
 Jarak tanam juga bisa disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki,bisa juga
membuat jarak tanam sekitar 3 x 3 meter.
 Agar tanah yang disiapkan memiliki tekstur dankesuburan yang
dibutuhkan, maka bisa ditambahkan pupuk organik sebanyak 3-5 kg serta 20-30 gram
pupuk NPK setiap lubang.
 Untuk menjaga pH tanah,kita bisa memberikan 100 gram dolomit pada setiap
lubang.
 Setelah persiapan selesai dilakukan, maka lahan harus dibiarkan dahulu
selama 1 minggu sebelum melakukan penanaman.

3. Penanaman pohon gaharu


Setelah lubang tanam dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penanaman pohon. Waktu tanam yang terbaik adalah pada musim hujan dan
dilakukan pada sore hari.

Pada awal penanaman, kita bisa melakukannya secara monokultur, lalu ketika


tanaman sudah cukup besar, baru bisa diselingi dengan tanaman yang lain.
Namun, melakukan polikultur sejak awal tidak menjadi masalah, namun kita harus
memperhitungkan modal serta jenis tanaman yang tepat.

4. Merawat Tanaman Gaharu

Pemeliharaan rutin perlu dilakukan untuk mendapat hasil gaharu yang terbaik. Pada
dasarnya, pemeliharaan tanaman bisa dilakukan dengan pemberian air yang baik,
pemberian tanaman naungan, penyiangan, pemupukan, dan pemangkasan cabang.

Setelah bibit gaharu tumbuh di lahan permanen, langkah selanjutnya yang perlu
dilaksanakan adalah perawatan. Ketika masih berada dalam tahap awal pertumbuhan,
pohon gaharu harus diberi naungan atau perlindungan. Naungan tersebut dapat berupa
jerami atau daun tanaman lain yang ukurannya agak lebar.

Tujuan dari pemberian lindungan ini agar tanaman gaharu tidak bisa terkena pancaran
cahaya matahari secara langsung. Karena gaharu merupakan tumbuhan yang tidak
dapat berkembang dengan baik jika terlalu sering kena paparan sinar matahari.
Apalagi jika usianya masih muda dan baru beberapa hari ditanam di lahan permanen.
Selain itu juga untuk menghindari proses penguapan yang berlebihan terhadap
kandungan air dalam tanah.

Perawatan penting lainnya yang tidak boleh diabaikan yaitu sistem penanggulangan
terhadap serangan hama dan penyakit. Penanggulangan ini bisa dilakukan dengan
pemberian pestisida. Utamakan memakai pestisida yang sifatnya organik agar lebih
aman sekaligus tidak merusak lingkungan.
Jenis serangan hama yang paling sering menimbulkan gangguan pada pertumbuhan
tanaman gaharu adalah serangga yang suka makan dedaunan muda. Untuk mengatasi
masalah ini, bisa menggunakan semprotan insektisida yang dapat membunuh
serangga dan ulat pemakan daun.

5. Harga jual tanaman gaharu

Budidaya tanaman gaharu dapat diambil panennya setelah berusia sekitar 2 tahun
sejak masa tanam. Namun apabila ingin memperoleh harga jual yang lebih tinggi,
sebaiknya menunggu hingga pohon tersebut berusia 6 atau 7 tahun. Dalam usia
tersebut, kayu gaharu dapat dijual dengan harga kurang lebih 2,5 juta hingga 4 juta
per kilo tergantung kualitasnya.

Pohon penghasil gaharu akan mempunyai nilai tinggi bila pohon tersebut
menghasilkan gubal gaharu. Gubal gaharu yang selama ini diekspor ke luar negeri
adalah yang berasal dari hutan alam. Tetapi, dengan kemajuan teknologi gubal gaharu
dapat direkayasa pada pohon penghasil gaharu dari hasil budidaya tanaman dengan
menularkan jamur pada batang pohon, sehingga terbentuk gubal gaharu.
“Gubal gaharu adalah hasil bioproses yang terjadi dalam lapisan kayu Aquilaria.
Gubal terbentuk sebagai respon pohon gaharu terhadap infeksi patogen yang
mengakibatkan terbentuknya resin. Meski begitu, resin yang dihasilkan tidak
dikeluarkan dari pohon melainkan disimpan pada jaringan kayu sehingga jaringan
kayu yang putih bertekstur halus menjadi gelap dan keras. Bahkan bagian kayu ini
mejadi berat dan beraroma harum bila dibakar,” ungkapnya.

Meningkatnya perdagangan gaharu sejak tiga dasawarsa terakhir ini telah


menimbulkan kelangkaan produksi gubal gaharu dari alam. Besarnya permintaan
pasar, harga jual yang tinggi, dan pola pemanenan yang berlebihan serta perdagangan
yang masih mengandalkan pada alam tersebut, maka jenis-jenis tertentu misalnya
Aquilaria dan Gyrinops saat ini sudah tergolong langka, dan masuk dalam lampiran
Convention on International Trade on Endangered Spcies of Flora and Fauana
(Appendix II CITES)

Guna menghindari agar tumbuhan jenis gaharu di alam tidak punah dan
pemanfaatannya dapat lestari maka perlu diupayakan untuk konservasi, baik in-situ
(dalam habitat) maupun ek-situ (di luar habitat) dan budidaya pohon penghasil
gaharu. Namun upaya tersebut tidak mudah dilaksanakan, dan kalaupun ada usaha
konservasi dan budidaya namun skalanya terbatas dan hanya dilakukan oleh lembaga
penelitian, perguruan tinggi, dan LSM konservasi. Sementara masyarakat secara luas
enggan untuk melakukan budidaya pohon penghasil gaharu karena memang tidak
memberikan keuntungan apa-apa.

6. Pengawasan serta penanganan hama dan penyakit tanaman

Biota yang muncul akan banyak ketika penanaman pohon sudah dilakukan. Beberapa
di antaranya bisa menjadi hama dan penyakit bagi tanaman. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pengawasan dan penanganan yang tepat. Kita perlu mengetahui jenis
serangga, hewan, dan penyakit apa saja yang berada di lahan.

Kemudian, barulah melakukan metode penanganan yang sesuai dengan temuan-


temuan tersebut. Hal ini dilakukan agar kita tidak menggunakan pestisida dalam
jumlah banyak. Karena selain bisa merusak lingkungan, pestisida tersebut dapat
mempengaruhi kualitas gaharu.

7. Prospek Tanaman Gaharu

Pohon Gaharu merupakan salah satu kayu termahal di dunia. Tak banyak orang
mengetahui keistimewaan pohon gaharu yang dipercaya mempunyai banyak manfaat.
Harga kayu yang mahal di pasaran dan banyak dicari itu, menjadi salah satu alasan
seorang warga di Purworejo, Jawa Tengah untuk membudidayakannya.

Sebanyak 170 batang pohon gaharu ditanam oleh Satoto Sri Margiyono (54) warga
Dusun Daleman RT 03/ RW 01, Desa Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo. Pohon yang
ditanam di pekarangan rumahnya itu awalnya berjumlah 400 batang, namun lebih dari
setengahnya telah mati karena salah perawatan.

Selain itu, daun gaharu bisa dijadikan sebagai minyak wangi dan batangnya juga bisa
digunakan sebagai pengharum ruangan atau untuk terapi kesehatan dan berbagai
manfaat lainnya. Harga daun basah dari pohon itu sekitar Rp 30.000/kg. Sedangkan
batang gaharu super kelas satu harganya bisa mencapai puluhan juta per kilogramnya.

Prospek untuk mengembalikan gaharu menjadi komoditi andalan kembali terbuka


dengan ditemukannya teknologi rekayasa produksi gaharu. Dengan teknologi
inokulasi maka produksi gaharu dapat direncanakan dan dipercepat melalui induksi
jamur pembentuk gaharu pada pohon penghasil gaharu. Peningkatan produksi gaharu
dimaksud (yang kegiatannya terdiri dari kegiatan di bagian hulu sampai hilir)
selanjutnya akan berdampak pada peningkatan penerimaan oleh masyarakat petani,
pengusaha gaharu, dan penerimaan pendapatan asli daerah serta devisa negara.

Gaharu yang diperdagangkan di Indonesia terdiri dari tiga jenis, yaitu: gaharu dari
Sumatera dan Kalimantan dengan jenis Aquilaria malaccensis dan A. microcarpa,
gaharu dari Papua, Sulawesi dan Maluku lebih dikenal dengan nama Aquilaria filaria,
sedangkan jenis gaharu Gyrinops lebih banyak diproduksi dari Nusa Tenggara.
Apabila diperhatikan maka perdagangan gaharu hasil alam di Indonesia dari dulu
hingga saat ini lebih banyak bertumpu pada peyebaran secara ekologis jenis-jenis
gaharu tersebut

Anda mungkin juga menyukai