Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan mempunyai peranan penting dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-undang No. 20 Tahun

2003 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan

disekolah dasar meliputi berbagai macam mata pelajaran, salah

satunya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Mulyasa (2013:6) memaparkan kurikulum 2013

merupakan kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter,

terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi pondasi pada tingkat

berikutnya. Kurikulum merupakan pedoman yang cukup mendasar

dalam proses belajar mengajar didunia pendidikan, disadari atau

tidak bahwa berhasil tidaknya suatu pendidikan tergantung pada

kurikulum. Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar

yang memberikan kesempatan luasbagi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini

dan masa depan. Pada kurikulum 2013 pembelajaran menggunakan


2

tema pada setiap tema mengaitkan beberapa mata pelajaran salah

satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata

pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah

dasar yang mata pelajarannya dirancang untuk membekali peserta

didik dengan keimanan dan akhlak mulia sebagaimana diarahkan

oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila (Damri, 2020).

Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik

dipersiapkan untuk dapat berperan sebagai warga negara yang

efektif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu pemahaman

kemampuan tentang konsep dasar pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Untuk membentuk Warga Negara Indonesia yang

demokratis dan bertanggung jawab, pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki peranan penting, yaitu dalam

membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku sehari-hari,

sehingga diharapkan mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi

(Susanto, 2013).

Pendidikan Kewarganegaraan di SD memiliki arti penting

bagi peserta didik pada pembentukan pribadi warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Saat ini pembelajaran Pendidikan


3

Kewarganegaraan di SD masih dianggap remeh pada mata pelajaran

yang akan berdampak remeh pula pada hasilnya, padahal seperti

yang diketahui bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

ini tidak kalah penting dengan mata pelajaran lainnya. Alhasil,

pencapaian tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini pun kurang

maksimal.

Pendidikan Kewraganegaraan merupakan mata pelajaran

yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif yang berpengetahuan

bela negara.Pendidikan Kewarganegaraan juga dikatakan sebagai

pendidikan awal bela negara, ideology pancasila dan UUD 1945.

Hasil pra-observasi yang dilakukan pada tanggal 1 dan 2

Agustus 2022 dikelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo

ditemukan kendala-kendala dalam proses pembelajaran, khususnya

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan

hasil data peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan kelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo,

terlihat bahwa peserta didik kelas V mengalami kesulitan dalam

memahami pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal ini

dikarenakan kurangnya metode-metode dan model-model yang

bervariasi. Disini pendidik mengajar pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan secara konvensional (apa adanya) dan gurupun

mengajar menggunakan metode ceramah. Tentunya hal ini

berdampak pada kurangnya aktivitas peserta didik pada


4

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik pun

menjadi jenuh, bosan dan terlihat beberapa yang kerap kali

berinteraksi bersama peserta didik lainnya. Hal ini berdampak pada

hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Berikut ini adalah nilai

ulangan harian siswa kelas V :

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Peserta Didik Pada Mata


Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo.
No Nama Peserta Didik KKM Nilai Ket
1 Abel 75 70 Tidak Tuntas
2 Alim 75 70 Tidak Tuntas
3 Asraf 75 79 Tuntas
4 Bagas 75 71 Tidak Tuntas
5 Berkal 75 80 Tuntas
6 Inayah 75 75 Tuntas
7 Laila 75 72 Tidak Tuntas
8 Rama 75 72 Tidak Tuntas
9 Rava 75 70 Tidak Tuntas
10 Seva 75 78 Tuntas
11 Sirot 75 74 Tidak Tuntas
12 Qiana 75 83 Tuntas
13 Zikri 75 74 Tidak Tuntas
Jumlah Nilai 968
Nilai Rata-Rata 74,46%
Jumlah peserta didik yang tuntas 5 peserta didik
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 8 peserta didik
(sumber: Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Kelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo)
Berdasarkan data diatas, diperoleh data nilai ulangan harian
peseta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
masih banyak yang belum mencapai Kinerja Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75, terbukti dari nilai rata-rata
kelas yang hanya mencapai 74,46%. Sementara dilihat dari
ketuntasan individu berdasarkan KKM, diperoleh hasil dari 13
peserta didik hanya 5 peserta didik yang tuntas, sedangkan 8 peserta
didik lainnya belum tuntas atau belum mencapai KKM. Hasil belajar
5

peserta didik masih rendah, peserta didik dalam proses pembelajaran


masih banyak yang ribut ketika pendidik sedang menjelaskan
pembelajaran, peserta didik ada yang mengobrol dan tidak
menyimak materi yang disampaikan oleh pendidik, juga proses
timbal balik antara peserta didik dan pendidik kurang terlihat.
Upaya yang bisa dilakukan agar hasil belajar peserta didik
membaik yaitu pendidik dituntut mampu mengembangkan struktur
pembelajaran secara sistematis dan menggunakan model yang tepat
dalam pembelajaran, sehingga dapat dengan mudah memahami
materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Untuk menyelesaikan
masalah tersebut pendidik sangat berperan penting. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
Role Playing (Bermain Peran) ini dapat melibatkan siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan model Role
Playing dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini
diharapkan dapat meningkatkan proses belajar Pendidikan
Kewarganegaraan di SD dan agar pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaran dapat lebih bermakna lagi.
Dahlan dalam buku Isjoni (2013:49) mengemukakan model
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang
diguanakn dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
pembelajaran dikelas, dan memberi petunjuk kepada pengajar
dikelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif
bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajadaran di bidang
studi Pendidikan Kewarganegaraan di SD serta dapat membentuk
generasi muda yang memiliki jiwa patriotik, cinta tanah air, memiliki
semangat kebangsaan yang tinggi.

B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini di identifikasikan masalahnya sebagai berikut :
1. Kurang efektifnya model yang digunakan dalam proses pembelajaran.
6

2. Peserta didik kurang aktif dan percaya diri dalam pembelajaran.


3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik dan
kurang tepat.
4. Rendahnya pengetahuan peserta didik terhadap pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti akan
membatasi permasalahan pada proses dan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan model Role Playing dikelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peningkatan proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan model Role Playing dikelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan model Role Playing dikelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian dalam
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan peningkatan proses belajar Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan model Role Playing dikelas V
SD Muhammadiyah Muara Bungo
7

2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Pendidikan


Kewarganegaraan dengan menggunakan model Role Playing dikelas V
SD Muhammadiyah Muara Bungo.
F. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis, Manfaat penelitian ini untuk mengetahui penggunaan
model pembelajaran Role Playing dalam meningkatkan proses dan
hasil belajar dikelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo, sehingga
demikian konsep baru dalam mengembangkan pengetahuan khususnya
dalam meningkatkan proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Hasil penulis ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi penulis
lain untuk melakukan penulisan yang lebih detail serta usaha
mengungkapkan faktof-faktor yang belum diungkapkan dalam
penelitian agar hasilnya lebih objektif.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan berdampak positif terhadap
peningkatan kemampuan berpikir peserta didik dikelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo, sehingga memiliki kompetensi
yang baik untuk belajar pada kelas tinggi.
b. Untuk Pendidik
Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dalam
melaksanakan tugas dikelas. Terutama dalam memilih dan
menggunakan model dalam pembelajaran.
c. Untuk Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
pihak lembaga tempat penelitian untuk dijadikan bahan acuan
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD
Muahmmadiyah Muara Bungo, sehingga kualitas pembelajaran
lebih optimal.
d. Untuk Peneliti
8

Peneliti dapat menambah pengetahuan model pembelajaran


Role Playing dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikelas V
SD Muhammadiyah Muara Bungo, Serta menambah wawasan dan
pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk menghadapi tugas
lapangan.
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar
menurut Afi Parnawi (2019) merupakan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman yang dimana aktivitasnya ditunjukan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar bukanlah
sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan prilaku. Akitvitas mental itu terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang di sadari.
Aunurrahman (2016:35) “Menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan indivivdu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Belajar adalah segenap rangkaian aktivitas
yan dilakukan secara sadar oleh peserta didik dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan pengalamannya.
Ihsana (2017:1) menyatakan bahwa belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Peserta didik
10

telah dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan


perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Oleh karena itu, belajar dapat disimpulkan sebagai suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh peserta didik dalam perubahan
tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu. Budiningsih dalam Suprihati ningrum
(2014:15) menyatakan bahwa belajar merupakan proses
pembentukan pengetahuan, yang mana siswa melakukan kegiatan
aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberikan makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa
belajar adalah rangakaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
secara sadar di dalam diri seseorang dan mengakibatkan perubahan
dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran.
b. Hakikat Proses Belajar
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar
yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan peserta didik.
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan pada
perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi
dalam diri perserta didik. Perubahan itu bersifat positif yang berarti
berorientasi kearah yang lebih baik. Dalam proses belajar peserta
didik dan pendidik merupakan komponen yang tidak bisa
dipisahkan. Pada proses belajar, didalamnya terdapat kegiatan
belajar peserta didik yang berlangsung dalam sisten edukatif untuk
mencapai tujuan belajar.
Trianto (2014:19) memaparkan pembelajaran adalah usaha
sadar seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik nya
(mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar
11

lainnya) dengan maksud agar tujuan dapat tercapai. Muh. Sain


Hanafy (2014:74) juga berpendapat bahwa proses belajar ditandai
dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi, yaitu nteraksi sadar
akan tujuan yang dilaksankan dari pihak pedidik dan kegiatan
belajar pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam
pembelajaran, pendidik memfasilitasi peserta didik agar dapat
berlajar dengan baik. Dengan adanya interaksi tersebut maka akan
mengahsilkan proses pembelajran yang efektif sebagaimana yang
telah diharapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulakan bahwa
proses pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan
pendidik da sumber belajar yang direncanakan sebagai proses
belajar dengan tujuan mengembangkan kreativutas berpikir peserta
didik.
c. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran tertentu
yang berupa data kuantitatif. Menurut Agus Suprijono (2012:6-7)
mendefenisikan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimana meliputi
kecakapan informasi, pengertian dan sikap. Hasil belajar
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran karena dapat
menunjukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui
evaluasi untuk menilai dan mengukur apakah peserta didik telah
menguasai ilmu yang telah disampaikan.
Agus Suprijoni (2012) mendefenisikan hasil belajar
merupakan sebuah kapabilitas yang diperoleh setelah adanya
belajar dimana orang tersebut akan memiliki ketrampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Menurut Kunandar (2016:276)
12

memaparkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada


individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam pribadi
individu yang belajar. Hamalik (2012:155) menjelaskan bahwa
hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik yang dapat diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas hasil belajar
merupakan bentuk pengetahuan dari pembelajaran yang dilakukan
terus menerus dan konsisten sehingga menghasilkan hasil yang
baik dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-
kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
d. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah proses dan hasil yag
menunjukan bahwa peserta didik telah melakukan tugas belajar,
yang umumnya meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang baru, yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah
berlangsungnya proses belajar.
Menurut Bloom (dalam Thobroni, 2015:21-22) tujuan
atauhasil belajar meliputi :
1) Ranah kognitif memfokuskan terhadap bagaimana peserta
didik mendapat pengetahuan akademik melalui tekhnik, model,
metode, pendekatan, maupun strategi yang harus digunakan
dikelas atau proses belajar berlangsung. (Nurtanto, 2015) ranah
kognitif meliputi :
a) Remembering (mengingat)
b) Understanding (memahami)
13

c) Applying (menerapkan)
d) Analysing (menerapkan)
e) Evaluating (menilai)
f) Creating (menciptakan)
2) Ranah afektif dengan sikap, nilai, dan keyakinan yang
berperan penting dalam perubahan perilaku. Ranah afektif
meliputi :
a) Receiving (sikap menerima)
b) Responding (merespom)
c) Valuating (nilai)
d) Organization (organisasi)
e) Characterization (karakterisai)
3) Ranah Psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan
pengembangan diri pada kinerja keterampilan maupun praktek
dalam pengembangan penguasaan keterampilan. (Ricardo &
Meilani, 2017), ranah psikomotor meliputi :
a) Fundamental movement (gerak dasar)
b) Generic movement (gerak generic)
c) Ordinative movement (gerak ordinatif)
d) Creative movement (gerak kreatif)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas disimpulkan tujuan
belajar adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, di
miliki serta dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam
bentuk prilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang
diharapkan terjadi dimiliki serta dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori pelajaran saja,
tetapi dari pengalaman belajar peserta didik. (Rusman, 2017:129)
14

faktor-faktor secara global dapat diuraikan dalam dua bagian,


yakni faktor internal dan faktor eksternal :
1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik.
a) Faktor jasmani, yaitu meliputi :
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau terbebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
peserta didik berpengaruh terhadap belajarnya. Proses
belajar peserta didik akan terganggu jika kesehatan
peserta didik terganggu, selain itu peserta didik akan
cepat lelah dan kurang bersemangat.
(2) Cacat tubuh
Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh.
b) Faktor Psikologis, yaitu meliputi :
(1) Intelegansi
Merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi, dan mempelajarinya dengan
cepat.
(2) Perhatian
Adalah keaktfikan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda
atau hal) dan sekumpulan objek untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan
15

perhatian peserta didik maka akan timbul kebosanan,


sehingga peserta didik tidak suka lagi belajar.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat peserta didik, peserta didik tidak akan belajar
dengan sebaiknya karena tidak ada ketertarikan
baginya.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan belajar. Kemampuan itu
harus akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesuai belajar dan berlatih. Jadi, bakat itu
mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran peserta
didik sesuai dengan bakatnya maka proses dan hasil
belajar peserta didik akan menjadi lebih baik.
(5) Motif
Motif ini kuat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai
tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat tersebut adalah motif itu sendiri
sebagai daya penggerak pendorongnya.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan peserta didik, dimana alat-alat tubuhnya
sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Kematangan
belum berarti peserta didik dapat melaksanakan
kegiatan secara terus menerus, untuk itu perlu
diperhatikan latihan- latihan dan pelajaran.
16

(7) Kesiapan
Kesepian adalah kesediaan untuk memberi respon
atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri
peserta didik dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika peserta
didik belajar dan peserta didik sudah ada kesiapan,
maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar siswa,
yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah :
a) Faktor keluarga ini kita sebagai peserta didik bisa
menganalisa dalam kehidupan sehari-hari di keluarga. Pada
hakikatnya keluarga adalah pendidikan pertama sejak
manusia lahir. Suasana dan keadaan keluarga yang
bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai
dimana belajar dialami peserta didik. Oleh karena itu,
peserta didik perlu bimbingan serta pengawasan dari orang
tua.
b) Faktor yang berasal dari sekolah dapat berasal dariguru,
lingkungan sekolah, dan mata pelajaran yang dijalaninya.
Pendidik bisa jadi menjadi faktor anak tidak semangat
dalam proses belajar, seperti dalam sikap dan kepribadian
pendidik dalam mengajarinya.
c) Masyarakat memegang peranan penting untuk membentuk
karakter suara peserta didik, karena dengan pergaulan di
masyarakat peserta didik bisa terpengaruh baik atau buruk.
Hendaknya pergaulan peserta didik di masyarakat bisa
terawasi dengan baik. Perlulah kiranya membatasi kegiatan
peserta didik dalam masyarakat supaya jangan sampai
mengganggu belajarnya.
17

Menurut (Wijanarko, 2017) meliputi cara mengajar,


interaksi guru dengan peserta didik, interaksi peserta didik dengan
peserta didik lainnya. Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
meliputi faktor internal yang mencakup fisiologis dan psikomtorik
dan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat.

2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah
dasar yang mata pelajarannya dirancang untuk membekali peserta
didik dengan keimanan dan akhlak mulia sebagaimana diarahkan
oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila (Damri,
2020). Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan peserta
didik dipersiapkan untuk dapat berperan sebagai warga negara
yang efektif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu
pemahaman kemampuan tentang konsep dasar pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk membentuk Warga Negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab, pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki peranan penting, yaitu dalam
membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku sehari-hari,
sehingga diharapkan mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi
(Susanto, 2013)
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif yang
berpengetahuan bela negara. Pendidikan Kewarganegaraan juga
18

dikatakan sebagai pendidikan awal bela negara, ideologi pancasila


dan UUD 1945.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diharapkan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
diharapkan sebagaimana tercantum pada Permendikbud, NO.22
tahun 2006 tentang standar ini meliputi :
1) Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi ilmu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan negara lain.
4) Berinteraksi dengan negara lain dalam persatuan dunia baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa tujuan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terbagi menjadi
beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan awal dari adanya
partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat
berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain.
c. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya sebagai
berikut : (Maulana, 2018:25)
1) Membantu siswa atau mahasiswa sebagai generasi muda untuk
mendapatkan cita-cita nasional dan tujuan negara.
2) Peserta didik atau mahasiswa sebagai generasi baru bisa
mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab
untuk menjelaskan masalah pribadi, masyarakat serta negara.
19

3) Bisa mengapresiasikan cita-cita nasional serta bisa membuat


keputusan-keputusan yang cerdas.
4) Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas,
terampil, serta berkarakter yang setia kepada bangsa dan juga
negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berpikir juga bertindak dengan amanat Pancasila dan
UUD NKRI 1945.
d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi beberapa aspek, yaitu : (Maulana,
2018)
1) Persatuan serta kesatuan bangsa, terdiri dari hidup rukun
dalam perbedaan, sumpah pemuda, kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia, cinta lingkungan, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positifterhadap NKRI, keutuhan
NKRI, keterbukaan dan juga jaminan keadilan.
2) Norma, hukum, dan juga peraturan, meliputi : tata tertib
dalam kehidupan keluarga, norma yang berlaku
dimasyarakat, tertib di sekolah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, peraturan-peraturan
daerah, system hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia terdiri dari hak dan juga kewajiban anak,
hal dan kewajiban anggota masyarakat, pemajuan,
penghormatan, dan perlindungan HAM, instrumen nasional
dan internasional HAM.
4) Kebutuhan warga negara yaitu meliputi hidup giting royong,
prestasi diri, kebebasan beroragnisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, harga diri sebagai warga negara
masyarakat, menghargai keputusan bersama, dan persamaan
kedudukan warganegara.
20

5) Konstitusi negara yaitu meliputi proklamasi kemerdekaan


serta konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang
pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik terdiri dari pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah
pusat, budaya politik, demokrasi dan sistem politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, pers dalam
masyarakat demokrasi dan sistem pemerintahan.
7) Pancasila meliputi dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan
sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah dasar
Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia, sekaligus
menjadi pandangan hidup bangsa. Pancasila juga merupakan
sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
3. Model Role Playing (Bermain Peran)
a. Pengertian Model Role Playing (Bermain Peran)
Dalam kamus bahasa Indonesia (2008:952) metode adalah
cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan
suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang
ditentukan. Menurut Djamarah (2014) model Role Playing atau
bermain peran adalah salah satu proses belajar yang tergolong
dalam metode simulasi.
21

Menurut Hamdayana (2014) model Role Playing adalah


meletakan antara dua peserta didik atau lebih tentang suatu topik
atau situasi. Peserta didik melakukan peran masing-masing sesuai
dengan pokok yang ia yakini. Mereka berinteraksi dengan sesama
pemeran secara terbuka.
Model pembelajaran bermain peran (role playing)
merupakan bagian dari metode simulasi yang banyak digunakan
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan karena model
ini sangat sesuai dengan materi Pendidikan Kewarganegaraan dan
kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Model ini juga sesuai dengan topik atau
penyajian pembelajaran yang dekat dengan kehidupan anak pada
umumnya, sehingga dalam pelaksanaannya anak akan mudah
mengikuti pelajaran atau memerankan sesuatu yang diminta atau
diperintah oleh guru yang sesuai dengan konsep atau materi
pelajaran yang diajarkan.
Role playing juga dapat diartikan suatu jenis simulasi yang
umumnya digunakan untuk pendidikan social dan hubungan antar
insani. Simulasi berasal dari bahasa inggris simulation artinya
meniru perbuatan yang bersifat pura-pura atau dalam kondisi
sesungguhnya. Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini
meliputi kemampuan bekerja sama, komunikatif, dan
menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran peserta
didik mengeksplorasi hubungan-hubungan antara manusia dengan
cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-
perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan
masalah (Uno, 2012).
Pada umumnya kebanyakan peserta didik sekitar usia 9
tahun atau yang lebih tua, menyenangi penggunaan model ini
karena berkenaan dengan isu-isu sosial dan kesempatan
22

komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di dalam bermain peran,


pendidik menerima peran noninterpersonal di dalam kelas,
sedangkan peserta didik menerima karakter, perasaan, dan ide-ide
orang lain dalam situasi yang khusus.
b. Langkah – Langkah Model Role Playing (Bermain Peran)
Dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran di
dalam kelas, guru mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
(Gangel 2017:54-64)
1) Persiapan dan Instruksi
a) Pendidik memiliki situasi atau masalah bermain peran.
Situasi- situasi yang dipilih beratkan pada jenis peran,
masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi peserta
didik. Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi
deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu
yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh
pelaku khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan pada
individu nyata di dalam kelas, hindari tipe yang sama pada
waktu merancang pemeran supaya tidak terjadi gangguan
hak pribadi secara psikologis dan merasa aman.
b) Sebelum pelaksanaan bermain peran, peserta didik harus
mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan ini diikuti
oleh semua peserta didik, baik sebagai partisipasi aktif
maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan ini dirancang
untuk menyiapkan pesrta didik, membantu mereka
mengembangkan imajinasinya, dan untuk membentuk
kekompakkan kelompok dan interaksi. Pendidik
memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran
setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada
keseluruhan kelas. Penjelasan tersebut meliputi latar
belakang dan karakter-karakter dasar melalui tulisan atau
penjelasanlisan. Para peserta (pemeran) dipilih secara
23

sukarela. Peserta didik diberi kebebasan untuk


menggariskan suatu peran. Dalam brifing, kepada
pemeran diberikan deskripsi secara rinci tentang
kepribadian, perasaan, dan keyakinan dari
para karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan
dan peralatan yang perlu digunakan dalam bermain peran
tersebut. Pendidik memberitahukan peran-peran yang akan
dimainkan serta memberikan instruksi-instruksi yang
bertalian dengan masing- masing peran kepada para
audience. Para audience diupayakan mengambil bagian
secara aktif dalam bermain peran itu. Untuk itu kelas
dibagi dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan
kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan
fungsinya.
Kelompok I bertindak sebagai pengamat
yang bertugas mengamati : (1) perasaan individu karakter,
(2) karakter- karakter khusus yang diinginkan dalam
situasi, dan (3) mengapa karakter merespons cara yang
mereka lakukan. Kelompok II bertindak sebagai spekulator
yang berupaya menanggapi bermain peran itu dari tujuan
dan analisis Pendapat. Tugas kelompok ini mengamati
garis besar rangkaian tindakan yang telah dilakukan oleh
pemeran.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Role Playing
menurut Istarani (82;2014) sebagai berikut;

a) Guru meyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.


b) Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario
yang telah di berikan.
c) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 10 orang.
d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
24

e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan


skenario yang sudah dipersiapkan.
f) Masing-masing para peserta didik berada dikelompokan sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik
diberikan lembaran kerja untuk membahas penampilan
masing-masing kelompok.
h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan.
i) Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j) Evaluasi.
k) Penutup.

2) Tindakan Dramatik dan Diskusi


a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi
bermain peran. Sedangkan para audience berpartisipasi
dalam penugasan awal kepada pemeran.
b) Bermain peran harus berhenti pada titiktitik penting atau
apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut
dihentikannya permainan tersebut.
c) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam
diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran.
Masingmasing kelompok diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya. Para
pemain juga dilibatkan dalam diskusi tersebut. Diskusi
dibimbing oleh pendidik dengan maksud berkembang
pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran serta
bermakna langsung bagi hidup peserta didik, yang pada
gilirannya menumbuhkan pemahaman baru yang berguna
25

untuk mengamati dan merespon situasi lainnya dalam


kehidupan sehari-hari.
3) Evaluasi Bermain Peran
a) Pesrta didik memberikan keterangan, baik secara tertulis
maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan
hasil yang dicapai dalam bermain peran. Peserta didik
diperkenankan memberikan komentar evaluatif tentang
bermain peran yang telah dilaksanakan, misalnya tentang
makna bermain peran bagi mereka, caracara yang telah
dilakukan selama bermain peran, dan cara-cara
meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya.
Pendidik menilai efektivitas dan keberhasilan bermain
peran yang dilakukan peserta didik Dalam melakukan
evaluasi ini, pendidik dapat menggunakan komentar
evaluasi dari peserta didik, catatan-catatan yang dibuat
oleh pendidik selama berlangsungnya bermain peran.
Berdasarkan evaluasi tersebut, selanjutnya pendidik dapat
menentukan tingkat perkembangan pribadi, sosial, dan
akademik para peserta didiknya Daftar centang ini
berguna untuk menentukan prinsip-prinsip yang
mendasari strategi bermain peran serta langkah-langkah
yang perlu dilakukan agar pelaksanaannya dapat berhasil
dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Role Playing (Bermain
Peran)
Dalam penggunaan model pembelajaran pastilah ada
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Berikut adalah kelebihan
dan kekurangan dari model Role Playing : (Djamarah, 2013, 89-
90)
26

1) Kelebihan Model Bermain Peran (Role Playing) Dalam model


bermain peran terdapat beberapa kelebihan, adapun kelebihan
bermain peran antara lain :
a) Peserta didik melatih dirinya untuk melatih memahami dan
mengingat bahan yang akan didramakan atau diperankan.
Sebagai pemain harus memahami dan menghayati isi cerita
secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian daya ingat dan
ketrampilan siswa akan terlatih.
b) Peserta didik akan terlatih untuk berinisiatif dan kreatif.
Pada waktu bermain siswa dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan materi dan waktu yang tersedia.
c) Bakat yang terpendam pada diri peserta didik dapat dibina
sehingga dimungkinkan akan muncul generasi seniman
dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik
kemungkinan besar mereka akan menjadi pemeran seni
yang baik suatu saat.
d) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
dengan sebaikbaiknya untuk mendidik peserta didik dalam
menghargai karya atau hasil belajar pesrta didik lain.
e) Peserta didiik memperoleh pengalaman untuk menerima
dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f) Bahasa lisan peserta didik dapat dibina menjadi bahasa
yang baik agarmudah difahami orang lain.
2) Kelemahan Model Bermain Peran (Role Playing)
Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari model Role
Playing adalah sebagai berikut :
a) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka
menjadi kurang aktif.
27

b) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam


rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada
pelaksanaan pertunjukkan.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain
sempit menyebabkan gerak pemain kurang bebas.
d) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para
penonton yang kadangkadang bertepuk tangan dan
sebagainya.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian mengenai model Role Playing pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti, diantaranya:
1. Ade Rahmi (2014), Pengaruh Model Role Playing terhadap Motivasi
Belajar PKn Peserta didik Kelas V SDN Pekayon Bekasi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan model role playing berpengaruh
terhadap motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik,
ini dapat dilihat dari hasil rata-rata skor kelas kontrol yaitu 69,00. Dari
hasil penguji hipotesis diperoleh dari nilai t hitung = 4,66 dan ttabel = 2,00.
Data ini menunjukkan bahwa thitung> ttabel, maka H0 ditolak dan H1 di
terima. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan metode role playing dapat mempengaruhi motivasi
belajar peserta didik kelas V. Persamaan dalam penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan metode role playing. Selain itu, penelitian
ini sama-sama menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan quasi experiment dan pada variabel yang diukur yaitu
variabel motivasi belajar.
2. Mia Rosmiati (2012), Penerapan Model Bermain Peran (Role Playing)
dalam Peningkatan Keterampilan Berbicara Peserta didik Kelas V MI
Pangkalan Kota Sukabumi. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran
dengan metode bermain peran (role playing) dalam pembelajaran
28

bahasa Indonesia pada peserta Didik kelas IV Pangkalan Kota


Sukabumi telah terlaksana dengan baik, hal itu biasa dilihat dari
adanya konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum yang
ditandai dengan adanya kesesuaian tujuan pengajaran, bahan
pengajaran yang diberikan, jenis kegiatan yang dilaksanakan, peralatan
yang digunakan dan penelitian yang dilakukan dan keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran mengalami peningkatan sesuai dengan
harapan, hal itu tampak terlihat dari dipahami dan diikutinya petunjuk-
petunjuk pembelajaran dari guru, terlibatnya semua peserta didik
dalam melaksanakan tugas belajar dan pemecahan masalah,
munculnya ke beranian untuk bertanya kepada sesama peserta didik
atau guru.
3. Meti Safitri (2015), Pengaruh Model Role Playing (Bermain Peran)
Terhadap hasil belajar kognitif peserta didik Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas V Di SDN Cempaka Putih. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode role playing berpengaruh pada motivasi
belajar peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung> ttabel 26,545 > 2,074,
sehingga rata-rata skor motivasi belajar peserta didik setelah diberi
perlakuan lebih tinggi daripada skor motivasi belajar peserta didik
sebelum diberi perlakuan.
4. Sebelumnya pernah dilakukan penelitian serupa dengan judul
Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Dengan Berbantuan
Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan( Ni Md Rai Ariwitari, Md Putra, MG. Rini
Kristiantari: 2014) Penelitian tersebut mencapai hasil yang baik. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
antara siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran role
playing berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Nilai thit (4,66) dengan taraf
29

signifikan 5% diperoleh ttab (2,000) karena thit lebih besar dari ttab
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata hasil belajar PKn
yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran role
playing (79,00) lebih dari nilai rata- 39 rata siswa yang dicapai
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (72,00).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran role
playing berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V SD Gugus 1 Tampaksiring. Selain itu
juga ada penelitian lain dari Agus pada tahun 2013 dengan Judul
Upaya Meningkatkan Keefektifan Belajar Siswa Kelas V A SD Negeri
3 Mepanga Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Mata
Pelajaran PKn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan materi
pentingnya penerapan demokrasi dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, penerapan model pembelajaran role playing
pada mata pelajaran PKn di kelas V A SD Negeri 3 Maepanga, sudah
efektif. Hal ini bisa dilihat dari efektifitas guru Pendidikan
Kewargenagaraan dalam mengorganisasikan siswa secara heterogen
membentuk siswa dalam kelompok dan kemudian membimbing siswa
dalam pembelajaran menggunakan model role playing. Berdasarkan
lembar observasi di peroleh nilai rata-rata siklus I 55% dan siklus II
70%. Selanjutnya dengan penerapan model pembelajaran role playing
keaktifan siswa meningkat dimana antusias peserta didik dalam
mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan begitu besar,
aktifitas siswa dalam kelompok bermain peran yaitu siswa aktif, berani
mengemukakan pendapat, kekompakan dan mendramatisi peran yang
diberikan. Dari lembar observasi diperoleh nilai siklus I 58,33% dan
siklus II 70%. Berdasarkan gambaran hasil penelitian yang relevan di
atas, perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya adalah penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen, sedangkan penelitian
sebelumnya merupakan penelitian tindakan 40 kelas. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran role playing dapat
30

mengembangkan berbagai aktivitas belajar siswa, selain itu juga dapat


meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
sehingga mampu memberikan hasil yang positif yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Sri Wahyuni, Rukayah, Sularmi dalam Penerapan Model Role Playing
(Bermain Peran) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kegiatan
Jual Beli. Penelitian dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri
Banjurmuka dan, Bulus pesantren, Kebumen Tahun Ajaran
2013/2014. Peningkatan pemahaman konsep kegiatan jual beli tersebut
dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas dan ketuntasan yang
dicapai siswa pada setiap siklusnya. Pada pra tindakan, nilai rata-rata
pemahaman konsep kegiatan siswa adalah 49,80; Siklus I 59,71; Siklus
II 64,67; dan Siklus III 76,71. Ketuntasan siswa pada pra tindakan
sebanyak 8 siswa (33,33%); Siklus I sebanyak 13 siswa (54,17%);
Siklus II sebanyak 18 siswa (75%), dan Siklus III sebanyak 87,5%).
Dan untuk kualitas proses pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli
pada pra tindakan mencapai 49,54%; Siklus I mencapai 71,48%;
Siklus II mencapai 79,72%; dan Siklus III mencapai 92,82%.
Perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu yaitu dalam
penelitian terdahulu variabel terikatnya adalah pemahaman konsep
kegiatan jual beli dan persamaannya dalam proses pembelajaran
menggunakan metode bermain peran (role playing).

C. Kerangka Konseptual
Kemampuan pendidik dalam memilih dan memilih metode yang
relevan dengan tujuan dan materi pelajaran merupakan kunci keberhasilan
dalam meningkatkan hasil belajar. Tuntutan tersebut mutlak dilakukan
oleh seorang guru. Hal tersebut juga sejalan dengan tuntutan kurikulum
saat ini yang sangat memperhatikan kepentingan pembelajaran yang akan
digunakan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dengan
31

pendidik di kelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo, masih


menggunakan metode ceramah untuk atau dikatakan bahwa pembelajaran
kurang efektif. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak bisa memahami
konsep yang disampaikan, ini terlihat pada kegiatan mereka yang cepat
merasa bosan dan cenderung tidak mau memperhatikan apa yang
disampaikan oleh pendidik. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada
dan melihat pentingnya suasana belajar yang menyenangkan, maka
penerapan model Role Playing diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar kognitif peserta didik, karena model ini menggunakan konsep
permainan tetapi menjadi lebih terarah. Alur penelitiannya dapat dilihat
pada Bagan 1. Berikut :

Kondisi Pembelajaran Peserta didik


Awal cenderung masih ku ran g an tusias
pasif, menggunakan
metode ceramah,
kurang melibatkan
peserta didik dan
jarang menggunakan
model pembelajaran

Melakukan PTK dengan menggunakan model


Tindakan
pembelajaran Role Playing

Proses dan Langkah – langkah model pembelajaran Role


Hasil Playing :
Belajar
1. Persiapan dan Instruksi
2. Tindakan Dramatik dan Diskusi
3. Evaluasi Bermain Peran

Kondisi Proses dan hasil belajar peserta didik


Akhir meningkat, serta performansi guru juga
meningkat

Bagan 1. Kerangka Konseptual


32

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat peningkatan proses dan
hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang diajarkan
setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing dikelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengacu kepada
tindakan yang dilakukan secara langsung dalam usaha memperbaiki proses
pembelajaran. Penelitian ini dipilih karena memiliki karakteristik yang
sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo.
Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematika dari upaya
perbaikan- perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok
peserta didik dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai proses dan hasil tindakan tersebut. Bahri
(2012:8) menjelaskan bahwa PTK merupakan sebuah kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengamati kejadian- kejadian dalam kelas untuk
memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam
proses sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Menurut Arikunto
33

(2014:3) penelitian tindakan kelas adalah pencermatan terhadap kegiatan


yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam kelas
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengadakan kolaborasi
dengan pendidik kelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo untuk
memperbaiki pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
menggunakan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan perencanaan
sebelumnya oleh pendidik terhadap kekurangan-kekurangan yang
dirasakan selama ini.

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SD Muhammadiyah
Muara Bungo, Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2021/2022 di kelas V SD Muhammadiyah Muara Bungo,
Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
3. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD
Muhammadiyah Muara Bungo, Kecamatan Bathin III, Kabupaten
Bungo, Provinsi Jambi, dengan jumlah peserta didik 13 orang, laki-
laki 9 orang dan perempuan 4 orang.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang
berupa penelitian tindakan kelas (PTK). Dikembangkan oleh Suharmisi
Arikunto (2014). Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus,
dengan setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan,
34

observasi, dan refleksi. Berikut rancangan penelitian tindakan kelas


dengan penerapan model Role Playing.

Bagan II. Prosedur siklus penilaian (Arikunto, 2012:6)


Penjelasan bagan II
1. Tahap Perencanaan
Menyiapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengkaji kurikulum K13 Pendidikan Kewarganegaraan
kelas V dan masih memilih standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, dan materi yang sesuai dengan judul
penelitian.
b. Mempersiapkan rancangan pembelajaran membaca
pemahaman dengan penerapan model Role Playing.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Memilih topik yang sesuai dengan pembelajaran membaca
dengan menggunakan model Role Playing.
35

e. Menyiapkan instrumen pengamatan lembaran kegiatan


peserta didik dan alat evaluasi;
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pendidik menjelaskan sekilas tentang materi yang akan
didiskusikan. Peserta didik memperhatikan dan berusaha
memahami materi.
b. Pendidik membentuk peserta didik dalam kelompok terdiri
atas 3-5 orang peserta didik (yang dikelompokan secara
heterogen). Peserta didik mendengarkan kelompoknya.
c. Pendidik membagikan LKS pada setiap peserta didik,
peserta didik membaca soal LKS, memahami masalah
secara individual, dan membuat catatan kecil. Menerima
dan mencoba memahami LKS kemudian membuat catatan
kecil untuk didiskusikan dengan teman kelompoknya.
d. Mempersiapkan peserta didik berinteraksi dengan teman
kelompok untuk membahas isi LKS. Pendidik sebagai
mediator lingkungan belajar. Peserta didik berdiskusi untuk
merumuskan kesimpulan sebagai hasil dari diskusi dengan
anggota kelompoknya.
e. Mempersiapkan peserta didik menulis sendiri pengetahuan
yang diperolehnya sebagai hasil kesepakatan dengan
anggota kelompoknya. Menulis secara sistematis hasil
diskusinya untuk dipersentasikan.
f. Pendidik meminta masing-masing kelompok
memperesntasikan pekerjaannya. Peserta didik
memperentasikan hasil diskusinya.
g. Pendidik meminta peserta didik dari kelompok lain
menanggapi jawaban dari kelompok lain. Peserta didik
menanggapi jawaban temannya.
3. Tahap Pengamatan
36

Pengamatan tindakan pembelajaran dilakukan secara


sistematis, cermat dan objektif. Pengamatan dilakukan secara
menyeluruh terhadap semua kejadian selama proses
pembelajaran, namun tetap difokuskan pada masalah
penelitian, keseluruhan hasil pengamatan dikumpulkan dalam
bentuk lembar observasi. Tahap pengamatan pelaksanaan
tindakan ini dilakukan sampai hasil penelitian tercapai dan
dilakukan dengan siklus- siklus, dan masing-masing siklus
dilakukan tiga kali pertemuan pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi diadakan pada setiap tindakan berakhir, yaitu
sebagai berikut :
a. Menganalisis tindakan yang baru dilakukan.
b. Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana yang telah
ada dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
c. Melakukan intervensi, permaknaan, dan penyimpulan data
yang diperoleh. Hasil refleksi digunakan untuk
mengetahui apakah strategi yang kita gunakan dapat
meningkatkan keterampilan membaca peserta didik pada
setiap siklus.

D. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek
dengan dimaksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan
gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
data yang valid dan yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian. Menurut Sugiyono (2014:145) observasi merupakan
37

suaru proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari


berbagai proses biologis dan psikologis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa
observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan
cara mengamati atau mengetahui kondisi yang terjadi atau
membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang
dilakukan.
b. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian yaitu
tertulis berupa pilihan ganda, dengan jumlah soal 10 butir, tes hasil
belajar ini bertujuan untuk mengetahui sebatas mana kemampuan
peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang materi
pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model Role
Playing (Bermain Peran).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam
melakukan suatu pengumpulan, pencarian, penyelidikan,
pemakaian, dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan
keterangan, penerangan pengetahuan dan bukti serta menyebarkan
kepada pengguna. Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi foto
kegiatan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) data
yang relevan dengan penelitian dan sebagainya. Dokumentasi
penelitian ini, dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
berbagai peristiwa dalam proses pembelajaran melalui foto dan
hasil pembelajaran.
2. Instrumen Penelitian
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan
yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau
ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar
dikelas selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar ini juga
38

digunakan sebagai bahan hasil belajar peserta didik. Lembar


observasi ini juga digunakan bahan refleksi siklus berikutnya.
Menurut Arikunto (2013:199) observasi sebagai suatu aktivitas
yang sempit yakni memperhatikan sesuatu dengan mata. Lembar
observasi yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah
lembar observasi proses pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) dan lembar hasil
belajar peserta didik.
b. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian yaitu
tertulis berupa pilihan ganda, dengan jumlah soal 10 butir, tes hasil
belajar ini bertujuan untuk mengetahui sebatas mana kemampuan
peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang materi
pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran Role Playing (Bermain Peran).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam
melakukan suatu pengumpulan, pencarian, penyelidikan,
pemakaian, dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan
keterangan, penerangan pengetahuan dan bukti serta menyebarkan
kepada pengguna. Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi foto
kegiatan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)), data
yang relevan dengan penelitian dan sebagainya.
E. Indikator Penelitian
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan
model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) dikatakan berhasil
apabila :
1. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila jika apa yang telah
direncanakan dalam pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlaksana 75%
serta memperoleh nilai 70.
39

2. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat setiap siklusnya,


dan pada akhir penelitian 75% dari jumlah peserta didik mencapai
KKM. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2013:131) yang
menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
75% dan seluruh siswa mencapai KKM.

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis data kualitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data
penilaian kinerja pendidik dan penilaian aktivitas belajar peserta didik.
a. Nilai aktivitas pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) Diperoleh
menggunakan rumus :

Keterangan :
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu
P = Angka presentase
100 = Bilangan tetap
( Sumber Sudijono, 2012:43)

Table 3.1 kategori nilai proses kinerja pendidik berdasarkan


perolehan nilai
No Nilai Kategori Skor
1 81% - 100% Sangat Aktf 5
2 66% - 80% Aktif 4
3 56% - 65% Cukup Aktif 3
4 41% - 55% Kurang Aktif 2
5 25% - 40% Pasif 1
40

( Sumber Sudijono, 2012:43)


b. Presentase proses aktivitas peserta didik secara klasikal diperoleh
dengan rumus :

( Sumber Purwanto, 2008 )

Tabel 3.2 kategori nilai kinerja peserta didik berdasarkan perolehan


nilai.

( Sumber Sudijono, 2012:43)


2. Analisis data kuatitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan peserta
didik pada setiap akhir. Data kualitatif ini didapatkan dengan
menghitung hasil belajar kognitif siswa peserta didik.
a. Nilai ketuntasan diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya


N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu
P = Angka presentase
100 = Bilangan tetap
( Sumber Sudijono, 2012:43)
41

Tabel 3.3 ketuntasan dan ketidaktuntasan hasil belajar peserta


didik.
KKM Tuntas Belum Tuntas

75 Nilai ≥ 75 Nilai ≤ 75

b. Menghitung nilai rata-rata kelas yang diperoleh dengan rumus :


∑𝑃 𝑃 100%
𝑃=𝑃

Keterangan :
𝑃 Rata – rata hitung nilai
X = Jumlah nilai peserta didik
N = Banyak peserta didik
( Sumber Purwanto, 2010:112)
c. Nilai presentase ketuntasan belajar kognitif peserta didik secara
klasikal

Tabel 3.4 kategori nilai hasil belajar peserta didik berdasarkan


perolehan nilai.
No Nilai Kategori Skor

1 81% - 100% Sangat Aktf 5

2 66% - 80% Aktif 4

3 56% - 65% Cukup Aktif 3

4 41% - 55% Kurang Aktif 2

5 25% - 40% Pasif 1

( Sumber Sudijono, 2012:43)


42

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan SD Muhammadiyah Muara

Bungo Kabupaten Bungo dalam pelaksanaan peneliti menjabarkan

masalah yang mencakup pada data tahap perencanaan, proses

pembelajaran atau tahap pelaksanaan dan data hasil pembelajaran.

Dalam tahapan perencanaan memuat tentang persiapan perangkat

mengajar tertulis atau yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal tes, Lembar observasi

pendidik, Lembar observasi peserta didik, data proses pembelajaran

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Pelaksanaan pembelajaran PKN menggunakan Model

pembelajaran Roleplaying siklus I pertemuan ke-1 dilakukan pada hari

Selasa tanggal 09 Agustus 2022 dan pertemuan ke-2 hari Rabu tanggal 10

Agustus 2022. Tahap pelaksanaan Tindakan mencakup kegiatan

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sedangkan

pada siklus II dilakukan 2 kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 11
43

Agustus 2022 pertemuan ke-1, dan hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022

pertemuan ke-2.

Deskripsi pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan

Model pembelajaran Roleplaying, sebagai berikut :

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dan telah bekerja sama


dengan pihak SD Muhammadiyah Muara Bungoyang difokuskan pada
mata pelajaran PKN kelas IV, tahapan nya adalah :
a. Perencanaan

1) Pertemuan Ke-1

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan

atau hal yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu:

a) Menentukan titik fokus penelitian (menggunakan model

pembelajaran Roleplaying), dalam mata pelajaran PKN di

kelas IV.

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran PKN dengan menggunakan model pembelajaran

Roleplaying dalam satu kali pertemuan.

c) Menyiapkan media gambar.

d) Membuat naskah untuk bermain peran.

e) Membuat Tabel lembar observasi bagi pendidik dan

peserta didik selama pembelajaran model Roleplaying

berlangsung.
44

2) Pertemuan Ke-2

Pertemuaan ke-2 pada siklus I dilaksanakan pada hari

Rabu, 10 Agustus 2022. Sebelum melakukan kegiatan, peneliti

menyiapkan beberapa perangkat yang dibutuhkan, seperti :

a) Lembar Observasi untuk peserta didik.

b) Lembar Observasi untuk pendidik.

c) Soal tes untuk mengukur kemampuan peserta didik.

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan Ke-1

Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini mempunyai tiga

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh Vizumrotil Aulia

sebagai observer peserta didik, peneliti sebagai praktisi, dan

wali kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungo sebagai

observer pendidik dengan mateti PKN, menggunakan model

pembelajaran Roleplaying, dalam pelaksanaan pertemuan

pertama ini tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup, rincian kegiatan nya sebagai berikut :

a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan diawali dengan menyiapkan kelas,

memberi salam dilanjutkan dengan berdoa sebelum

pembelajaran dilaksanakan, kemudian melakukan presensi


45

untuk mengecek kehadiran Peserta Didik. Selanjutnya

meminta Peserta Didik menyiapkan peralatan tulis dan

buku yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan ini diawali dengan pendidik yang menjelaskan

mengenai materi PKN, pendidik memicu daya pikir peserta

didik untuk menganalisis materi. Kemudian Pendidik

menunjukkan gambar dalam beberapa peran, selanjutnya

peserta didik dan pendidik berdukusi kembali mengenai

pemilihan peran.

Pendidik kembali membentuk peserta didik dalam

kelompok, kemudian membagikan teks skenario pada

peserta didik, selanjutnya peserta didik kembali berdikusi

dengan anggota kelompok atas peran yang sedang

dimainkan.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir pendidik dan peserta didik

melakukan tanya jawab, menyimpulkan materi pelajaran,

mencatat poin-poin penting dari materi pelajaran.

Penugasan kepada Peserta Didik.

2) Pertemuan Ke-2
46

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke-2 yaitu pada

hari Rabu, 10 Agustus 2022. Peneliti melaksanakan Tes

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

(pendahuluan, inti dan penutup) dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran yang sudah dipersiapkan dari pertemuan I, kemudian

dipertemuan ke-2 melakukan Tes, untuk mengukur pencapaian

keberhasilan belajar peserta didik. Rincian tahapan nya, adalah

sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal

Mengawali pelajaran dengan menyiapkan kelas, memberi

salam dilanjutkan dengan berdoa sebelum memulai proses

belajar mengajar kemudian melakukan presensi untuk mengecek

kehadiran Peserta Didik. Selanjutnya meminta Peserta Didik

menyiapkan peralatan tulis dan buku yang akan digunakan pada

kegiatan pembelajaran. Apersepsi dan motivasi bertujuan

membuka pemikiran Peserta Didik tentang kegiatan sehari-hari

yang bertema sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

Selanjutnya Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai untuk mengingatkan kembali.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan ini dimulai dengan pendidik untuk mengintruksi

kpada peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok yang

diberikan, kemudian pendidik mulai mengintruksikan kepada


47

peserta didik untuk menampilkan peserta didik dalam bermain

peran.

Kemudian pendidik dan peserta didik menilai bagaimana

penampilan yang sudah ditampilkan dalam pertunjukkan

tersebut, dan bersama-sama untuk membahas mengenai isi dari

drama tersebut.

Selanjutnya pendidik membagikan soal kepada peserta

didik dan meminta peserta didik mengisi data pribadi pada

lembar jawab. Setelah soal evaluasi selesai dikerjakan peserta

didik mengumpulkan hasil kerja mereka berdasarkan urutan

kursi belakang ke kursi depan.

3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan akhir pendidik dan peserta didik melakukan

tanya jawab mengenai materi pelajaran. Sebelum menutup

pembelajaran Pendidik meminta Peserta Didik merapikan alat

tulisnya masing-masing, dan Pendidik mengakhiri pelajaran

dengan salam penutup.

c. Pengamatan

1) Pertemuan Ke-1

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini, Peneliti

dibantu wali kelas dan teman sejawat untuk mengamati proses

pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti dan peserta didik

melalui lembar observasi dari penggunaan model Roleplaying


48

ini apakah berjalan baik untuk meningkatkan proses dan hasil

belajar PKN Peserta didik. Dan peneliti melakukan pengamatan

proses dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan

instrumen penilaian lembar observasi dan tes tertulis. Adapaun

hasil pengamatan dari siklus I pertemuan ke-1 ini adalah

sebagai berikut :

a) Hasil Pengamatan Proses Mengajar Pendidik Siklus 1

Pertemuan 1

Pengamatan Pendidik dalam proses pembelajaran

pada siklus I pertemuan I diamati oleh wali kelas IV yaitu

Ibu Sonia, hasil pengamatan ini dapat dilihat pada tabel 4.1

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Mengajar Pendidik Siklus 1


Pertemuan 1

Skor
No Interval Predikat Keterangan
Perolehan

1 93 - 100 - A Amat Baik

2 84 - 92 - B Baik

3 75 - 83 - C Cukup

4 < 75 72% D Kurang


49

Berdasarkan Tabel 4.1 menjelaskan bahwa

kemampuan pendidik dalam mengelola kelas atau proses

pembelajaran dengan menggunakan model Roleplaying di

siklus I ini memperoleh nilai rata-rata persentase (75%).

Pendidik mampu menjelaskan materi pembelajaran kepada

peserta didik dengan baik. Selanjutnya ada pula poin yang

belum terlaksanakan pada proses pembelajaran seperti

pendidik tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan

terlihat di tabel pendidik cukup baik dalam menutup proses

pembelajaran, namun pendidik melupakan untuk memberi

kesempatan bertanya kepada peserta didik pada akhir

pembelajaran. Sedangkan beberapa poin lainnya

memperoleh nilai cukup baik dengan penguasaan mengenai

materi.

b) Hasil Pengamatan Proses Belajar Peserta Didik Siklus 1

Pertemuan ke-1

Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik yang

dilakukan oleh saudari Vizumrotil Aulia kelas VI SD

Muhammadiyah Muara Bungo, dapat dilihat pada tabel 4.2

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Lembar Observasi Proses Belajar Peserta didik


Siklus I pertemuan 1
50

Interval Jumlah Keterangan Persentase


Nilai Siswa

0-60 13 Kurang Baik 100%


61-70 - Cukup Baik 0%
71-80 - Baik 0%
81-100 - Sangat Baik 0%

Jumlah 13 Siswa
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa

peserta didik kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungo

ketika proses pembelajaran di siklus I pertemuan ke-1. Hasil

nilai belajar dengan jumlah 13 siswa belum tuntas (100%),

Belum memenuhi ketuntasan akan dilakukan perbaikan pada

siklus II.

1) Pertemuan Ke-2

Pengamatan pada pertemuan ini dibantu oleh wali kelas IV

SD Muhammadiyah Muara Bungo yaitu Ibu Sonia, yang

berperan sebagai observer pendidik, kemudian saudari

Vizumrotil sebagai observer Peserta didik, selanjutnya peneliti

yang berperan sebagai praktisi.

a) Hasil Pengamatan Proses Mengajar Pendidik Siklus 1

Pertemuan 2

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dari

mengelola pembelajaran maka diperoleh data hasil


51

pengamatan penilaian kinerja pendidik pada siklus I

pertemuan ke-2 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Proses Mengajar Pendidik


Siklus 1 Pertemuan 2
Skor
No Interval Predikat Keterangan
Perolehan

1 93 - 100 - A Amat Baik

2 84 - 92 86% B Baik

3 75 - 83 - C Cukup

4 < 75 - D Kurang

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses

mengajar pendidik di atas diketahui bahwa selama proses

pembelajaran berlangsung sudah dikategorikan baik.

b) Hasil Pengamatan Proses Belajar Peserta Didik Siklus 1

Pertemuan 2

Hasil dari pengamatan yang sudah dilakukan oleh

Vizumrotil, memperoleh nilai yang akan dijelaskan dalam

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Pengamatan Proses Belajar Peserta didik Siklus 1


Pertemuan ke-2

Interval Jumlah Keterangan Persentase


Nilai Siswa

0-60 9 Kurang Baik 69,23%


61-70 4 Cukup Baik 41,17%
71-80 - Baik 0%
81-100 - Sangat Baik 0%
52

Jumlah 13 siswa
Berdasarkan data tabel diatas dapat menunjukkan

adanya peningkatan dalam proses pembelajaran,

selanjutnya peneliti kembali merancang untuk siklus

selanjutnya..

c) Hasil Tes Peserta Didik Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik yang

dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Muhammadiyah

Muara Bungo, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Tes Peserta Didik

Interval Jumlah
Keterangan Persentase
Nilai Siswa

Kurang
0-60 5 38,46%
Baik

61-70 5 Cukup Baik 38,46%


71-80 3 Baik 23,07%
81-100 - Sangat Baik 0%

Jumlah 13 peserta didik 100%

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa

peserta didik kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungo


53

ketika proses pembelajaran pada pembelajaran PKN. Hasil

nilai belajar dengan jumlah 3 peserta didik yang tuntas

dengan persentase (23,07%) dan 10 peserta didik belum

tuntas (76,92%), Belum memenuhi ketuntasan akan

dilakukan perbaikan pada siklus II.

d. Refleksi Siklus 1

1) Pertemuan ke-1

Ada beberapa hal yang harus direfleksi diantaranya :

a) Pendidik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Roleplaying.

Pendidik dalam proses pembelajaran di siklus I

pertemuan ke-1 berdasarkan hasil pengamatan terlihat sudah

berhasil. Ada beberapa kendala guru dalam mengelola kelas

IV SD Muhamaddiyah Muara Bungo. Pendidik dapat

meningkatkan lagi motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa

dan pengelolaan kelas selama pembelajaran berlangsung,

sehingga membuat peserta didik fokus dan aktif dalam

pembelajaran.

b) Peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan Roleplaying.

Siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I ini

belum efektif, karena ada beberapa siswa yang belum mampu

berperan dengan baik, kurang memperhatikan apa yang


54

dijelaskan oleh pendidik. Tidak mau untuk berkerja sama

dengan anggota kelompok lain, dan peneliti akan berencana

untuk memperbaiki pembelajaran di siklus selanjutnya.

2) Pertemuan Ke-2

Ada beberapa hal yang harus direfleksi diantaranya :

a) Pendidik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model Roleplaying.

Pendidik dalam proses pembelajaran di siklus I pertemuan

II berdasarkan hasil pengamatan terlihat sudah berhasil. Ada

beberapa kendala Pendidik dalam mengelola kelas IV SD

Muhamaddiyah Muara Bungo. Pendidik untuk dapat

meningkatkan lagi minat belajar Peserta didik dalam proses

belajar.

b) Peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan Roleplaying.

Pesrta didik dalam proses pembelajaran pada siklus I

pertemuan II ini belum efektif, karena ada beberapa siswa

yang belum mampu memberi respon, kurang memperhatikan

apa yang dijelaskan oleh guru. Dan peneliti akan berencana

untuk memperbaiki pembelajaran di siklus selanjutnya.

2. Deskripsi Hasil Pengamatan Pelaksanaan Siklus 2


55

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dan telah bekerja sama

dengan pihak SD Muhammadiyah Muara Bungoyang difokuskan pada

mata pelajaran PKN kelas IV, tahapan nya adalah :

a. Perencanaan

1) Pertemuan Ke-1

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan

atau hal yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu:

a) Peneliti mengidentifikasi data dari pelaksanaan siklus

sebelumnya, arsip nilai dari Pendidik kelas IV.

b) Menentukan titik fokus penelitian (menggunakan model

pembelajaran Roleplaying), dalam mata pelajaran PKN di

kelas IV.

c) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran PKN dengan menggunakan model pembelajaran

Roleplaying dalam satu kali pertemuan.

d) Membuat Tabel lembar observasi bagi pendidik dan

peserta didik selama pembelajaran PKN berlangsung.

e) Menyiapkan teks drama.

2) Pertemuan Ke-2

Rencana yang di pertemuan II ini adalah:

a) Menyiapkan lembar observasi guru dalam proses

mengajar.
56

b) Menyiapkan lembar observasi siswa dalam proses

pembelajaran di siklus II.

c) Menyiapkan soal tes ganda yang akan digunakan untuk

menilai hasil belajar pada pertemuan terakhir di siklus II

ini.

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan Ke-1

Pelaksanaan siklus 2 pertemuan 1 dilakukan di kelas IV SD

Muhamaddiyah Muara Bungo, pada hari Kamis, tanggal 11

Agustus 2022 pada jam 08.00-09.10 (2 jam mata pelajaran, 70

menit).

Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh Vizumrotil Aulia

sebagai observer peserta didik, peneliti sebagai observer praktisi,

dan wali kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungosebagai

observer Pendidik, dengan menggunakan model pembelajaran

Roleplaying, dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan diawali dengan menyiapkan kelas, memberi salam

dilanjutkan dengan berdoa sebelum pembelajaran

dilaksanakan, kemudian melakukan presensi untuk mengecek

kehadiran Peserta Didik. Selanjutnya meminta Peserta Didik


57

menyiapkan peralatan tulis dan buku yang akan digunakan

pada kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan ini diawali dengan pendidik yang menampilkan

gambar berupa bentu-bentuk wilayah di Indonesia, selanjutnya

dilanjutkan pendidik memicu daya pikir peserta didik untuk

menganalisis mengenai wilayah di Indonesia berdasarkan

gambar yang ditunjukkan.

Setelah mengamati gambar yang ditampilkan, pendidik

kemudian membentuk kelompok untuk peserta didik, yang

terdiri atas anggota kelompok yang heterogen, dengan

kemampuan yang berbeda beda. Selanjutnya pendidik

memberikan teks drama untuk diperankan oleh peserta didik.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir pendidik dan peserta didik melakukan tanya

jawab, menyimpulkan materi pelajaran, mencatat poin-poin

penting dari materi pelajaran. Penugasan kepada Peserta Didik

dengan melakukan latihan untuk bermain peran, dan

mengakhiri pembelajaran.

2) Pertemuan Ke-2
58

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup)

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah

dipersiapkan, yaitu :

a) Kegiatan Pendahuluan

Mengawali pelajaran dengan menyiapkan kelas,

memberi salam dilanjutkan dengan berdoa sebelum

memulai proses belajar mengajar kemudian melakukan

presensi untuk mengecek kehadiran Peserta Didik.

Selanjutnya meminta Peserta Didik menyiapkan peralatan

yang sudah di intruksikan.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pada pertemuan kedua dilakukan

dengan membahas tentang materi sebelumnya. Pendidik

dan peserta didik mengurutkan anggota kelompok untuk

tampil kedepan kelas.

Kemudian pendidik meminta peserta didik untuk

menyimak dengan penampilan anggota kelompok yang

lain. Dari sini peserta didik juga dapat mengetahui poin

penting yang akan diambil, seperti manfaat dan dampak

dari penampilan masing-masing kelompok.

Selanjutnya pendidik menginformasikan tata tertib

pelaksanakan evaluasi kepada peserta didik. Selanjutnya


59

pendidik membagikan soal kepada peserta didik dan

meminta peserta didik mengisi data kelompok pada

lembar jawab. Setelah soal evaluasi selesai dikerjakan

peserta didik mengumpulkan hasil kerja mereka

berdasarkan urutan kursi belakang ke kursi depan.

c) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan akhir pendidik dan peserta didik

melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran.

Sebelum menutup pembelajaran Pendidik meminta Peserta

Didik merapikan alat tulisnya masing-masing, dan

Pendidik mengakhiri pelajaran dengan salam penutup.

c. Pengamatan

1) Pertemuan ke 1

a) Hasil Pengamatan Pendidik Siklus 2 Pertemuan ke-1

Pengamatan pendidik dalam proses pembelajaran

pada siklus II pertemuan I ini masih sama seperti pada

siklus I yaitu diamati oleh Wali Kelas IV SD

Muhammadiyah Muara Bungo yaitu Ibu Sonia, ini dapat

dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II pertemuan 1.

Skor
No Interval Predikat Katagori
Perolehan

1 93 - 100 - A Amat Baik

2 84 - 92 89% B Baik
60

3 75 - 83 - C Cukup

4 < 75 - D Kurang

Tabel diatas menjelaskan bahwa kemampuan

pendidik dalam mengelola kelas atau proses pembelajaran

dengan menggunakan Model Roleplaying di siklus II

pertemuan I ini telah memperoleh nilai rata-rata persentase

(89%), sudah dikategorikan baik. Pendidik sudah mampu

mengelola kelas dengan baik dan dengan memperhatikan

kekurangan-kekurangan pada siklus I sebelumnya.

b) Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I.


Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang

dilakukan oleh Vera Silfia dapat dilihat pada tabel 4.7 di

bawah.

Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1.

Interval Jumlah Keterangan Persentase


Nilai Siswa
0-60 - Kurang 0%
61-70 6 Cukup 46,15%
71-80 7 Baik 53,84%
81-100 - Sangat Baik 0%

Jumlah 13 Siswa

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

peserta didik kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungo


61

ketika proses pembelajaran di siklus II pertemuan ke-1.

Hasil nilai rata-rata proses pembelajaran dengan jumlah 6

siswa (46,15%) dikategorikan cukup baik dalam proses

pembelajaran, selanjutnya sebanyak 7 siswa (53,84%)

dikategorikan baik, sangat terlihat pada siklus II pertemuan

1 ini siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dan

kategorikan baik dalam proses pembelajaran.

2) Pertemuan Ke-2

a) Hasil Pengamatan Pendidik Siklus 2 Pertemuan ke-2

Pengamatan pendidik dalam proses pembelajaran

pada siklus II pertemuan II ini masih sama seperti pada

siklus I yaitu diamati oleh Peneliti, ini dapat dilihat pada

tabel 4.8 sebagai berikut.

Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru Siklus II pertemuan 2.

Skor
No Interval Predikat Katagori
Perolehan

1 93 - 100 - A Amat Baik

2 84 - 92 92% B Baik

3 75 - 83 - C Cukup

4 < 75 - D Kurang

Tabel diatas menjelaskan bahwa kemampuan pendidik

dalam mengelola kelas atau proses pembelajaran dengan

menggunakan Model Roleplaying di siklus II pertemuan I ini

telah memperoleh nilai rata-rata persentase (92%), sudah


62

dikategorikan baik. Pendidik sudah mampu mengelola kelas

dengan baik dan dapat membimbing peserta didik untuk

menyelesaikan permasalahan pembelajaran.

b) Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang

dilakukan oleh saudari Vizumrotil Aulia dapat dilihat pada

tabel 4.9 di bawah.

Tabel 4.9 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2.

Interval Jumlah Keterangan Persentase


Nilai Siswa
0-60 - Kurang 0%
61-70 - Cukup 0%
71-80 5 Baik 38,46%
81-100 8 Sangat Baik 61,53%

Jumlah 13 siswa

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa


peserta didik kelas IV SD Muhammadiyah Muara
Bungoketika proses pembelajaran di siklus II pertemuan
ke-2. Hasil nilai rata-rata proses pembelajaran dengan
jumlah 5 siswa (38,46%) dikategorikan baik dalam proses
pembelajaran, selanjutnya sebanyak 8 siswa (61,53%)
sangat terlihat pada siklus II pertemuan 1 ini siswa dalam
proses pembelajaran sudah meningkat dan kategorikan baik
dalam proses pembelajaran.

c) Hasil Tes Peserta Didik Siklus 2


63

Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik yang


dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Muhamaddiyah
Muara Bungo, dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai
berikut:
Tabel 4.10 Hasil Tes Peserta Didik

Interval Jumlah Keteranga Persentase


Nilai Peserta didik n
0-60 - Kurang 0%
Baik
61-70 - Cukup Baik 0%
71-80 3 Baik 23,07%
81-100 10 Sangat Baik 76,92%

Jumlah 1 peserta didik 100%


Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa

peserta didik kelas IV SD Muhammadiyah Muara

Bungoketika proses pembelajaran model Roleplaying siklus

2. Hasil nilai belajar dengan jumlah 17 peserta didik yang

tuntas dengan persentase (100%). Penggunaan model

Roleplaying ini dinilai sangat efektif untuk peserta didik

selama proses pembelajaran.

a. Refleksi

1) Pertemuan Ke-1

Ada beberapa hal yang harus direfleksi diantaranya:

a) Pendidik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model Roleplaying.


64

Pendidik dalam proses pembelajaran di siklus II

berdasarkan hasil pengamatan terlihat sudah baik berhasil

dengan rata-rata persentase mencapai (87%). Terlihat

pendidik sudah mampu mengendalikan kelas dengan baik,

dengan menerapkan Roleplaying dengan baik dan pada

siklus II pertemuan I ini guru selalu mengontrol kelas

dengan membimbing peserta didik kesetiap kelompok

secara bergantian agar saat proses pembelajaran

berlangsung akan selalu kondusif. Selanjutnya

kekurangan-kekuarangan pada proses pembelajaran siklus

I sudah diperbaiki dengan baik dan sempurna.

b) Peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model Roleplaying. Peserta didik dalam

proses pembelajaran pada siklus II pertemuan I sudah

sangat baik dibandingkan pada siklus I dengan adanya

stimulus yang baik dari peserta didik, akhirnya siswa

mampu memberikan respon yang baik dan mampu

mengendalikan kondisi kelas dengan baik. Terlihat pada

siklus II pertemuan I ini nilai rata-rata persentase secara

klasikal yaitu (76,58%) yang sudah besar dari kriteria

keberhasilan yang sudah dicapai sebelumnya.

2) Pertemuan 2.

Ada beberapa hal yang harus direfleksi diantaranya:


65

a) Pendidik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model Roleplaying.

Pendidik dalam proses pembelajaran di siklus II

pertemuan 2 berdasarkan hasil pengamatan terlihat sudah

sangat baik, terlihat guru sudah mampu mengendalikan

kelas dengan baik, dengan menerapkan Roleplaying

dengan baik dan pada siklus II pertemuan II. Terlihat di

pertemuan terakhir di siklus 2 ini pembelajaran yang

dilakukan oleh guru sudah sangat baik.

b) Peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model Roleplaying.

Peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus

II pertemuan II sudah sangat baik dibandingkan pada

siklus I dengan adanya stimulus yang baik dari guru dan

respon yang baik. Terlihat pada siklus II pertemuan I ini

yang sudah besar dari kriteria keberhasilan yang sudah

ditetapkan sebelumnya.

c) Hasil penilaian soal PKN tes siswa siklus II

Berdasarkan hasil penilaian soal tes PKN yang

dilakukan pada siklus II dapat diketahui bahwa 3 siswa

(23,07%) yang tuntas dengan nilai yang sangat baik.

Sedangkan 10 siswa (76,92%) siswa lainnya tuntas dengan

perolehan nilai yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan


66

di SD Muhamaddiyah Muara Bungo, bahwa seorang siswa

dikatakan tuntas apabila mencapai nilai ketuntantasan

minimal ≥75.

Dapat disimpulkan hasil belajar siswa kelas SD

Muhamaddiyah Muara Bungo, dari siklus I menuju siklus II

mengalami peningkatan proses dan hasil belajar PKN. Dan

untuk siklus II ini dikategorikan sudah berhasil/tercapai sesuai

dengan ketuntasan yang diinginkan yaitu ≥75%. Maka peneliti

berpendapat bahwa penelitian ini cukup dengan II siklus.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti akan

dijabarkan sebagai berikut :

1. Data Lembar Observasi Pendidik dalam Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti

memperoleh data dari hasil lembar observasi pendidik pada setiap

siklusnya. Data hasil lembar observasi pendidik siklus I serta

pelaksanaan siklus II, dapat dipaparkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Persentase Peningkatan Lembar Observasi Pendidik Per


Siklus.

Per Siklus Rata-Rata Persentase

Siklus I 74,32%

SiklusII 88,76%
67

Selanjutnya pembahasan untuk data hasil lembar observasi

pendidik siklus I, dan II, dapat dipaparkan pada bagan dibawah ini:

Bagan 4.1 Grafik Peningkatan Lembar Observasi Pendidik Per Siklus


100 Siklus I
Siklus II

88,76
0 74,32

Siklus I Siklus II

Berdasarkan data peningkatan lembar observasi pendidik

per siklus mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Dapat

dilihat dari penyajian data di atas diketahui bahwa Siklus I hasil

pengamatan lembar observasi pendidik mencapai (78,24%), pada

siklus II terjadi peningkatan menjadi (88,76%).

2. Data Lembar Observasi Peserta didik dalam Proses Pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

memperoleh data dari hasil lembar observasi peserta didik pada setiap

siklusnya. Data hasil lembar observasi peserta didik siklus I serta

pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.12 Persentase Peningkatan Lembar Observasi Peserta didik Per


Siklus.
Per Siklus Rata-Rata Persentase dan Peserta didik
68

Siklus I 53,43%
SiklusII 85,87%
Selanjutnya pembahasan untuk data hasil lembar observasi

peserta didik siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan 4.2 Grafik Peningkatan Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta


didik.
100 Siklus I
Siklus II
85,87
50
53,43

0
Siklus Siklus II

Berdasarkan data peningkatan lembar observasi peserta

didik per siklus mengalami peningkatan dari setiap siklusnya.

Dapat dilihat dari penyajian data diatas dapat diketahui bahwa pada

siklus I hasil pengamatan lembar observasi peserta didik mencapai

%. Sedangkan pada siklus II hasil pengamatan lembar observasi

peserta didik mencapai 85,87%. Jadi berdasarkan pada lembar

observasi peserta didik pada siklus I dan siklus II pada penggunaan

model Roleplaying untuk meningkatkan proses belajar dan hasil

belajar dalam pembelajaran PKN peserta didik di kelas IV SD

Muhammadiyah Muara Bungosudah tercapai atau berhasil.

3. Data Hasil Tes Peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

memperoleh data dari hasil nilai tes peserta didik pada siklus I dan II
69

yang dilakukan pada setiap akhir pertemuan atau pada setiap pertemuan

ke-2. Data hasil nilai tes peserta didik dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.13 Hasil Tes Peserta didik.

Per Siklus Rata-Rata Persentase

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 0 peserta didik (0%) 13 peserta didik

(100%)

SiklusII 13 peserta didik 0 peserta didik

(100%) (0%)

Selanjutnya pembahasan untuk data hasil tes pembelajaran PKN

menggunakan model Roleplaying siklus I dan siklus II dapat dipaparkan

pada bagan berikut:


Bagan 4.3 Grafik Hasil Nilai Tes IPA Peserta didik.
100
Tuntas
100 100
Tidak tuntas
50

Siklus 1 Siklus 2
0

Berdasarkan data peningkatan nilai hasil belajar pembelajaran PKN

peserta didik dari setiap siklus mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari
70

penyajian data diatas dapat diketahui bahwa pada siklus I hasil belajar

peserta didik yang tidak tuntas mencapai 100% (13 peserta didik).

Sedangkan pada siklus II hasil belajar pembelajaran PKN peserta didik

yang tuntas mencapai 100% (17 peserta didik). Jadi, terlihat pada lembar

hasil tes belajar peserta didik pada siklus II pada penggunaan model

Roleplaying untuk meningkatkan hasil pembelajaran PKN peserta didik di

kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungosudah tercapai atau sudah

berhasil.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses dan

hasil belajar peserta didik di kelas IV SD Muhammadiyah Muara Bungo

dengan menggunakan model Roleplaying adalah sebagai berikut:


71

1. Kegiatan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model

Roleplaying siklus I hasil mencapai (71,32%). Selanjutnya pada siklus II

(88,76%) telah terlaksana dengan baik sekali. Peserta didik selama proses

pembelajaran menggunakan model Roleplayin gpada siklus I (53,43%)

dan pada siklus II (85,87%). Jadi terlihat pada lembar observasi peserta

didik pada siklus I dan siklus II pada penggunaan model Roleplaying

untuk meningkatkan proses belajar peserta didik di kelas IV SD

Muhammadiyah Muara Bungo sudah tercapai atau berhasil.

2. Pada penilaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

Roleplayingpada siklus I hasil belajar peserta didik yang tidak tuntas

mencapai 100% (13 orang). Sedangkan pada siklus II hasil belajar

peserta didik yang tuntas mencapai 100% (13 Peserta Didik). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan Model Roleplaying dapat

menigkatkan hasil belajar peserta di kelas IV SD Muhammadiyah Muara

Bungosudah tercapai atau sudah berhasil.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi

secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis
72

a. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat berpengaruh terhadap

pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk pembelajaran PKN,

terdapat beberapa bidang dalam pencapaian hasil belajar seperti

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat ditingkatkan dengan

penggunaan model pembelajaran Roleplaying.

b. Hasil belajar peserta didik mempunyai pengaruh terhadap

pembelajaran PKN. Peserta didik dengan minat belajar yang tinggi

tentunya akan mendapat hasil belajar yang lebih baik.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi guru maupun

calon guru. Membenahi diri sehungan dengan pengajaran yang telah

dilakukan serta hasil belajar peserta didik yang telah dicapai dengan

memperhatikan model pembelajaran yang tepat seperti model

pembelajaran Roleplaying untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

peserta didik dalam pembelajaran PKN.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam upaya

meningkatkan mutu guru dan perlu dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, untuk menerapkan strategi pembelajaran dengan

menggunakan model Roleplaying pada penelitian ini diperlukan

persiapan yang matang, Dengan itu peserta didik dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar peserta didik di kelas IV SD Muhamaddiyah

Muara Bungo.
73

2. Kepada Sekolah SD Muhammadiyah Muara Bungo diharapkan tetap

memperhatikan kinerja guru dan kondisi peserta didik dengan

memberikan arahan, bimbingan. Agar dapat mengatasi masalah

pembelajaran dan pendidikan disekolah, perbaikan proses

pembelajaran, dan kualitas lulusan.

3. Bagi peneliti lain, yang ingin melakukan penelitian lanjutan peserta

didik dengan penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan

yang lebih sempurna dalam mempersiapkan instrumen pengamatan

beserta rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Afi Parnawi. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2019).

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal 6-7

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


74

Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal 3

Aunnurahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabetta, hal 35


Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 Pasal 1Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Djamarah. 2013. Guru dan Anaka Didik Interaksi Edukasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hal 89-90.

Djamarah, S. Bahri dan Zain Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Hamadyana. J.2014. Model dan Metode Pembelajjaran Kreatif dan Berkarakter.


Bogor. Ghalia Indonesia.

Ihsana. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 1


Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok,Cet.
7. (Bandung:Alfabeta, 2013), Hal.49.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers), hal 276.

Lubis, Maulana Arafat, 2018. Pembelajaran PKn di SD.MI. Medan: Aksha Sakti.

MP. Damri. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Pusat Bahasa.

Muh. Sain Hanafy, Jurnal Pendidikan: Konsep Belajar dan Pembelajaran, Lentera
Pendidikan, Vol. 17 No.1 Juni 2014: 66-79, hlm. 74.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Nurtanto, Muhammad. 2015. Implementasi Problem Based learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Afektif,Psikomotor Siswa Di
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(3).

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,


(Jakarta: Aksara, 2012), hlm. 155.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia.


(Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 952.

Ricardo & Meilani. R. I. 2017. Impak Minat dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. 2(2).
75

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Teori Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana, hal 129.

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, hal 43.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung:


Alfabetta, hal 45.

Suprihatiningrum, Jamil. 2017. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Press


Inc, hal 15.

Susanto, H. (2013). Pembelajaran PKn di SD. Bandung : Alfabetta.

Sri Wahyuni, Rukayah, Sularmi, Penerapan Metode Role Playing (Bermain


Peran) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kegiatan Jual Beli,
dalam , http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo, diunduh pada
24 Oktober2016.

Thobroni, Muhammad. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik.


Yogyakarta: Ar-ruz, hal 21-22.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Knecana,


2014), hlm.19.

Uno, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijanarko, Yudi. 2017. Model Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran


PKn Yang Menyenangkan.Jurnal Taman Cendikia¸ 01(01).

Anda mungkin juga menyukai