BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun
di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk
masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan
pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga
memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun
kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan
termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam
ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti hiperglikemia dan hipoglikemia
hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan
kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system
endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia ?
1.2.2 Bagaimana konsp medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia
1.3.2 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia
1.4 Manfaat Penulisan
Selain tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini juga mengutamakan asas manfaat bagi
penulis khususnya , umunya bagi pembaca yang mayoritas mahasiswa keperawatan agar dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam kasus koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
15. Metode Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Kegawat Daruratan
SSistem Endokrin : Koma Hiperglikemia dan Koma Hipoglikemia “ ini menggunakan buku “
Brunner & Suddart : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah “ sebagai sumber utama, sumber
lainnya penulis browsing internet. Dengan browsing penulis memperoleh berbagai informasi
yang menunjang penulisan makalah ini.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang berisi , latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematiika penulisan
BAB II Pembahasan yang berisi konsep medis koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB III Asuhan Keperawatan pada klien dengan koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB IV Penutupan yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis Koma Hipoglikemia
2.2.1 Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400
mg/dl menjadi 150 mg/dl
Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar glukosa darah
turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi dapat terjadi setiap saat pada siang atau
malam hari. Kejadian ini dapat dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda
atau jika pasien lupa makan camilan.
2.2.2 Etiologi
• Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
• Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya
• Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
• Kelaiana pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
• Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan
yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita
diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih
jauh dapat dibagi lagi menjadi:
a) Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
b) Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya
karbohidrat.
• Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi
dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi
karenasel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar
adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan
mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.
•Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibatAIDS juga bisa menyebabkan
hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-
diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
•Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah raga berat
dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.
•Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama
penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol.
Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat
mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
• Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan
hipoglikemia.
• Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa
mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
• Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara
jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).
Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan insulin
yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang
cepat. Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan.
Keadaan ini disebuthipoglikemia alimentari idiopatik.
•Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan
yang mengandung gula fruktosadan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa
menghalangi pelepasan glukosa dari hati, leusin merangsang pembentukan insulin yang
berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah
memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
• Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur
dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa
menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas
(insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai
insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
•Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang
menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas
menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada
penderita atau bukan penderita diabetes.
• Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi,
kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan
hipoglikemia.
2.2.3 Gejala
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti :
• Tremor
• Takikardi
• Palpitasi
• Kegelisahan
• Rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
system saraf pusat mencakup :
• Ketidakmampuan konsentrasi
• Sakit kepala
• Vertigo
• Konfusi
• Penurunan daya ingat
• Pati rasa di daerah bibir dan lidah
• Bicara pelo
• Gerakan tidak terkoordinasi
• Perubahan emosional
• Perilaku yang tidak rasional
• Penglihatan ganda
• Perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikemia berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan sangat berat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya.
Gejala dapat mencakup :
1) Perilaku yang mengalami disorientasi
2) Serangan kejang
3) Sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Kombinasi semua
gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Sampai derajat tertentu,
gejala ini dapat berhubungan dengan tingkat penurunan kadar glukosa darah yang sebenarnya
atau dengan kecepatan penurunan kadar tersebut. Sebagai contoh, pasien yang biasanya memiliki
glukosa darah dalam kisaran hiperglikemia (misalnya, sekitar 200-an atau lebih ) dapat
merasakan gejala hipoglikemi (adrenergik) kalau kadar glukosa darahnya secara tiba-tiba turun
hingga 120 mg/dl (6,6 mmol/L) atau kurang. Sebaliknya, pasien yang biasanya memiliki kadar
glukosa drah yang rendah namun masih berada dalam rentang yang normal dapat tetap
asimtomatik meskipun kadar glukosa tersebut turun secara perlahan-lahan sampai dibawah 50
mg/dl (2,7 mmol/L).
Factor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan gejala hipoglikemi adalah penurunan
respon hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemi. Keadaan ini terjadi pada sebagian pasien
yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun. Penurunan respon adrenergic tersebut
dapat berhubungan dengan salah satu komplikasi kronis diabetes yaitu neuropati otonom.
Dengan penurunan kadar glukosa darah, limpahan adrenalin yang normal tidak terjadi. Pasien
tidak merasakan gejala adrenergic yang lazim seperti perasaan lemah. Keadaan hipoglikemi ini
mungkin baru terdeteksi setelah timbul gangguan system saraf pusat yang sedang atau berat.
2.2.4 Patofisiologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton dalam fase
makan atau kondisi pos absorptif.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darah turun dengan tiba-tiba, otak mengenali
defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana
gejala-gejala timbul akan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain, dan bukanlah hal yang
tidak lazim pada kadar serendah 30 sampai 35 mg/dl untuk terjadi (spt, selama tes toleransi
glukosa) tanpa gejala-gejala yang telah disebutkan.Yang lebih kontroversial adalah pertanyaan
tentang apakah gejala-gejala dapat berkembang dalam berespon terhadap turunnya kadar gula
darah bahkan sebelum turun di bawah batasan kadar normal. Karena suatu respon fisiologi
tertentu, seperti pelepasan hormon pertumbuhan, terjadi dengan penurunan gula darah namun
tetap normal, tampaknya gejala-gejala terjadi pada kondisi ini, tetapi stimulus penurunan kadar
kemungkinan kurang kuat dan konsisten dibanding penurunan dibawah ambang absolut.
Bagaimanapun, otak tampak dapat beradaptasi sebagian terhadap penurunan kadar gula darah,
terutama jika penurunan terjadi lambat dan kronis. Bukanlah hal yang tidak lazim bagi pasien
dengan gula darah yang sangat rendah, seperti yang terjadi pada tumor pensekresi insulin, untuk
memperlihatkan fungsi serebral yang sangat normal dalam menghadapi gula darah yang rendah
terus menerus dibawah batasan normal.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604).
a) perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam)
setelah pengawasan puasa.
b) Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c) Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
2.2.6 Penatalaksanaan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas
susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula
yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya
diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan untuk Mempertahankan komposisi
memberikan cairan 1500-2500 cairan dalam tubuh, volume
ml atau dalam batas yang sirkulasi dan menghindari
dapat ditoleransi jantung jika over load jantung
pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan
2) Pantau masukan dan Memberikan perkiraan
pengeluaran, catat berat jenis kebutuhan akan cairan
urin pengganti dan membaiknya
fungsi ginjal
3) Pantau tanda-tanda Penurunan volume cairan
vital, catat adanya perubahan darah (hipovolemi) akibat
tekanan darah dieresis osmosis dapat
dimanifestasikan oleh
hipotensi, takikardi, nadi
teraba lemah
4) Pantau suhu, warna, Dehidrasi yang disertai
turgor kulit, dan demam akan teraba panas,
kelembabannya kemerahan, dan kering di
kulit. Sedangkan penurunan
turgor kulit sebagai indikasi
penurunan volume cairan
pada sel
5) Pantau nadi perifer, Nadi yang lemah, pengisian
pengisian kapiler, turgor kulit kapiler yang lambat sebagai
dan membrane mukosa indikasi penurunan cairan
dalam tubuh. Semakin
lemah dan lambat dalam
pengisian, semakin tinggi
derajat kekurangan cairan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan insulin
Batasan Karakteristik :
a. Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)
b. Lingkar lengan < 10 cm
c. Kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk
d. Kadar gula darah > 150 mg/dl
Kriteria hasil:
a. Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan
b. Peningkatan berat badan atau berat badan ideal/normal
c. Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm
d. Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13 -16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl
e. GDS 60-110 mg/.dl, kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7 gr/dl
INTERVENSI RASIONAL
1) Berikan Insulin regular memiliki awitan
pengobatan insulin secara cepat dan karenanya dengan
teratur dengan teknik cepat pula dapat membantu
intravena secara intermitten memindahkan ke dalam sel,
atau secara kontinyu pemberian melalui intravena
merupakan rute pilihan utama
karena absorbs dari jaringan
sub kutan mungkin tidak
menentu/sangat lambat
2) Berikan diet 60% Intake kompleks
karbohidrat, 20% protein, karbohidrat(jagung, wortel,
dan 20% lemak dan brokoli, buncis, gandum)
penataan makan dan berdampak pada penekanan
pemberian makanan kadar glukosa darah, kebutuhan
tambahan insulin, menurunkan kadar
kolesterol, dan meningkatkan
rasa kenyang
3) Timbang berat Mengkaji indikasi terpenuhinya
badan atau ukur lingkar kebutuhan nutrisi dan
lengan setiap hari sesuai menentukan jumlah kalori yang
indikasi harus dikonsumsi
4) Libatkan keluarga Meningkatkan partisipasi
pasien dalam memantau keluarga dan mengontrol
waktu makan, jumlah masukan nutrisi sesuai dengan
nutrisi kemampuan untuk menarik
glukosa dalam sel
5) Pantau tanda- Karena metabolism karbohidrat
tanda hipoglikemi mulai terjadi, gula darah akan
(perubahan tingkat berkurang dan sementara
kesadaran, kulit pasien tetap diberikan insulin
lembab/dingin, denyut nadi maka hipoglikemi dapat terjadi
cepat, lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala,
pusing)
6) Pantau Gula darah akan menurun
pemeriksaan laboratorium perlahan dengan penggunaan
seperti glukosa darah, terapi insulin terkontrol.
aseton, pH, dan HCO3 Dengan pemberian insulin
dosis optimal glukosa dapat
masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.
Peningkatan aseton, pH, dan
HCO3 sebagai indikasi
kelebihan bahan keton.
INTERVENSI RASIONAL
1) Pastikan akses Meningkatkan pendengaran
penggunaan alat bantu dan penglihatan yang masih
sensori , seperti alat bantu tersisa
dengar, dan kacamata
2) Bantu pasien Meningkatkan keamanan pasien
dalam ambulasi atau untuk beraktivitas. Aktivitas
perubahan posisi dan dapat meningkatkan sirkulasi
secara bertahap dinaikkan dan fungsi jantung
derajatnya
3) Buat jadwal Meningkatkan tidur dapat
intervensi keperawatan menurunkan rasa letih dan
bersama pasien agar tidak dapat memperbaiki daya fikir
mengganggu waktu
istirahat pasien
4) Pantau tanda- Sebagai dasar untuk
tanda vital dan status membandingkan temuan
mental abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi
fungsi mental
5) Pantau Meningkatkan eksitasi
pemasukan elektrolit persarafan dan mencegah
melalui makanan maupun kelebihan elektrolit
minuman
6) Pantau nilai Ketidakseimbangan nilai
laboratorium seperti laboratorium ini dapat
glukosa darah, elektrolit, menurunkan fungsi mental
ureum kreatinin
4.2 SARAN
1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
kegawat daruratan endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar hipoglekemia dan
diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan keperawatan.
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta : EGC
Isselbacher, K,dkk, editor Asdie,H.(2000).Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta:EGC
Kidd, Pamela S, Patty Ann Sturt dan Julia Fultz.(2010).Pedoman Keperawatan Emergensi.
Jakarta:EGC
Lippincot williams and Wilkins.(2011).Nursing the series for clinical excellence, Memahami
berbagai macam penyakit. Jakarta: PT Indeks
Mansjoer,Arif dkk.(2007).Kapita Selecta Kedokteran jilid 1.jakarta: Media Aesculapius FKUI
Setiadi.(2007).Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yokyakarta:Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC.
Soegondo,Sidartawan dkk.(2011).Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpada.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.Jakarta : EGC
Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga.
Jakarta:EGC
Emedicine Journal, Emergency medicine. http://doctorsjournals.wordpress.com/