Anda di halaman 1dari 8

PUSAT PENELITIAN DAN EDUKASI HORTIKULTURA

DI KABUPATEN LUWU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR


EKOLOGIS

SKRIPSI

Disusun Sebagai Pedoman Penulisan Skripsi


Dalam Rangka Penyelesaikan Studi Pada Program Sarjana Arsitektur
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

AL-FANDI
601.001.17.011

PROGRAM SARJANA ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian
serta perkebunan. Letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis
sangat menguntungkan, sebab di daerah tropis terdapat banyak jenis dan
varietas tanaman baik tanaman konsumtif maupun sekedar tanaman hias.
Termasuk di dalamnya adalah komoditas hortikultura yang meliputi buah-
buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi


perekonomian Indonesia dan menjadikan negara Indonesia sebagai pemasok
komoditi pertanian terbesar di kancah internasional. Salah satu produk
pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai
tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.(Wardani et
al., 2016)

Perkembangan pada sektor tanaman hortikultura telah memberikan


sumbangan yang berarti bagi pertanian maupun perekonomian nasional.
Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya
agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang
berdaya asing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan
petani dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung
pertumbuhan pendapatan nasional.

Pengembangan hortikultura merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari upaya pelestarian lingkungan. Ketersediaan sumberdaya alam berupa
berbagai jenis tanaman dan varietas yang beragam dan ketersediaan
sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber
pekerjaan yang saling menguntungkan bagi manusia maupun bagi
kelestarian lingkungan.
Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi
Selatan yang sangat berpotensi untuk mengembangkan kegiatan agribisnis
tanaman hortikultura karena termasuk daerah tropis dan juga sub tropis
karena terletak diantara laut dan pegunungan yang memang berpotensi
untuk beberapa jenis komoditi pertaniannya terutama komoditi hortikultura,
yang memiliki iklim mulai dari daerah panas, daerah sedang dan daerah
sejuk. Kabupaten Bantaeng termasuk kabupaten yang fokus untuk
mengembangkan tanaman hortikultura sebagai produk unggulan.
Pemerintah daerah telah melakukan berbagai kegiatan program
pengembangan produk pertanian demi untuk meningkatkan produktivitas
pertanian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai langkah nyata
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng yang secara teknis
melalui Dinas Pertanian dan Peternakan. (Dasri, 2017)

Kabupaten Bantaeng juga dikenal dengan beranekaragam budidaya


pertaniannya yang dilengkapi oleh beberapa lembaga/ unit kerja pembantu
atau sarana penunjang pertanian seperti lembaga-lembaga pemerintah mulai
dari tingkat pusat sampai level daerah yang mempunyai wewenang atas
regulasi dalam menciptakan lingkungan agribisnis.

Daerah penghasil produk pertanian yang ada di Kabupaten Bantaeng


salah satunya di daerah yang termasuk daerah sedang dan sejuk yaitu di
Desa Bontomarannu Kecamatan Uluere yang lebih fokus ke tanaman
hortikultura seperti kentang, kubis, dan wortel yang sangat dominan
dibudidayakan oleh petani karena di daerah tersebut termasuk daerah di atas
ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut, yang dominan masyarakat
petaninya sudah bercocok tanam pada tanaman hortikultura, akan tetapi
produksi hasil pertanian yang dihasilkan para petani hortikultura masih
tergolong rendah. (Dasri, 2017)

Dalam suatu rancangan sangat diperlukan suatu pendekatan


perancangan. Hal tersebut bertujuan sebagai batasan dari suatu rancangan,
sehingga objek rancangan memiliki suatu karakter tersendiri dibandingkan
dengan bangunan yang lainnya. Dengan memilih pendekatan arsitektur
ekologis menjadi suatu upaya untuk meminimalisir kerusakan alam yang
mendukung semua aspek kehidupan dan juga memanfaatkan potensi alam
dengan sebaik-baiknya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapatkan dari latar belakang yang ada yaitu
Bagaimana perancangan Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura dengan
pendekatan Arsiektur Ekologis di Kabupaten Bantaeng?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan adalah untuk mendapatkan desain
perancangan Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura dengan
pendekatan Arsitektur Ekologis di Kabupaten Bantaeng.
2. Sasaran Pembahasan
a. Pengolahan tapak
Menganalisa potensi dan masalah yang terdapat pada site plan,
dalam bentuk analisa seperti orientasi matahari, angin, view,
topografi, sirkulasi, kebisingan. Output dari pengolahan tapak berupa
site plan.
b. Pemprogramkan Ruang
Menganalisa kebutuhan ruang, kapasitas ruang serta hubungan
antar ruang terkait dengan bangunan Pusat Penelitian dan Edukasi
Hortikultura. Output dari pemprograman ruang yaitu berupa denah.
c. Pengolahan bentuk
Menganalisa bentuk bangunan terhadap fungsi utama bangunan
dengan memperhatikan tema pendekatan Arsitekturnya, yakni
Arsitektur Ekologis. Output dari pengolahan bentuk yaitu tampak dan
potongan bangunan.
d. Pendukung dan kelengkapan bangunan
Menganalisa penggunaan struktur serta utilitas bangunan terkait
dengan kondisi Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura yaitu sistem
struktur, mekanikal elektrikal dan plumbing.

e. Pendekatan perancangan
Menganalisa penggunaan material dan fasilitas pendukung
bangunan yang sesuai berdasarkan fungsinya dengan konsep
Arsitektur Ekologis

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan


1. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan menyangkut tentang kajian ilmu arsitektur
dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasan yaitu meliputi desain
Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura dengan pendekatan Arsitektur
Ekologis di Kabupaten Bantaeng.
2. Batasan Pembahasan
Batasan pembahasan pada perancangan Pusat Penelitian dan Edukasi
Hortikultura dengan pendekatan Arsitektur Ekologis mencakup :
a. Mengkaji potensi dan permasalahan yang terkait dengan kondisi
eksisting tapak yang akan mempengaruhi perancangan Pusat
Penelitian dan Edukasi Hortikultura.
b. Perwujudan fungsi bangunan perkantoran dan penelitian yang tidak
hanya memiliki fasilitas utama dan fasilitas pendukung, namun juga
memiliki fasilitas penunjang yang mendorong aktivitas utama.
c. Menjadikan bangunan yang selaras antara bangunan fungsi
perkantoran dan penelitian dengan Arsitektur Ekilogis dan fungsi
penunjang bangunan yang banyak menarik minat masyarakat.

E. Metode Pembahasan
Ada beberapa metode pembahasan yang digunakan, yaitu :

1. Metode pengumpulan data


a. Survey lapangan dengan mengumpulkan informasi mengenai
lingkungan fisik.
b. Studi literature, berupa pengumpulan data yang terkait dengan Pusat
Penelitian dan Edukasi Hortikultura baik dari jurnal, buku, skripsi
maupun internet.
c. Studi preseden, yaitu dengan menganalisa beberapa contoh bangunan
melalui internet terhadap pengembangan bangunan Pusat Penelitian
dan Edukasi Hortikultura yang ada di Indonesia.
d. Wawancara, yaitu mengumpulkan beberapa informasi yang terkait
tentang bangunan Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura tersebut.
e. Eksplorasi, yaitu menganalisa antara studi literatur dengan studi
lapangan sehingga menghasilkan satu bentuk konsep.
2. Metode analisis data
Metode analisa data merupakan proses pengelolaan dan mengatur
data-data yang telah diperoleh dengan deskripsi untuk menjadi pedoman
atau acuan perencanaan dan perancangan yang dihasilkan dalam bentuk
gambar dan maket.
3. Hasil Pembahasan
Hasil dari analisa data kemudian diaplikasikan ke dalam desain,
berupa acuan perancangan, konsep perancagan, maket, dan laporan
perancangan Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura.

F. Sistematika Pembahasan

Kerangka bahasan laporan perencanaan dan perancangan tugas akhir


dengan judul Perancangan Pusat Penelitian dan Edukasi Hortikultura
Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis Di Kabupaten Bantaeng
sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
sasaran, batasan, metode, dan sistematika pembahasan.
2. Bab II Tinjauan Umum
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan literatur yang terdiri dari pengertian
judul, tinjauan fungsional, dan studi preseden bangunan sejenis.
3. Bab III Tinjauan Khusus
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan Kabupaten Bantaeng berupa data-
data fisik dan non fisik, seperti letak geografis, luas wilayah, kondisi
topografi, iklim, demografi, serta kebijakan tata ruang wilayah di
Kabupaten Bantaeng.
4. Bab IV Konsep Desain
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan konsep perancangan berupa
konsep makro dan pendekatan mikro yang diperoleh dari hasil analisa.
5. Bab V Transformasi Desain
Bab ini menjelaskan tentang hasil transformasi desain serta besaran ruang
berdasarkan kondisi tapak yang di buat berdasarkan desain pada bab IV.
6. Bab VI Hasil Desain
Bab ini menampilkan hasil kolaborasi teori dengan desain dalam bentuk
perspektif 3D, maket, banner serta animasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dasri, R. (2017). Peran dan Fungsi Lembaga Penunjang terhadap Agribisnis


Tanaman Hortikultura di Desa Bonto Marannu Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng.

Wardani, E. K., Santosa, H., & ... (2016). Pusat Penelitian Hortikultura
Universitas Brawijaya di Cangar Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis.
Jurnal ….

Anda mungkin juga menyukai