Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rahmad Riyadi

Nim. : 201040039
Prodi. : Pgmi-2
Tgs. : Resume

BAB I
KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN TEMATIK
DI SEKOLAH DASAR

A. Pendahuluan
Sebelum memasuki bangku sekolah anak terbiasa memandang dan mempelajari yang terjadi
disekitarnya atau yang dialami sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistic)
mereka tidak melihat secara parsial (terpisah-pisah) sayangnya ketika memasuki situasi
belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka terkadang mengalami kesulitan untuk
memahami fenomena yang terjadi di masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan
pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran dengan mata pelajaran yang memisahkan
penyajian antara satu mata pelajaran dengan pelajaran yang lainnya akan mengakibatkan
permasalahan yang cukup serius terutama bagi peserta didik usia sekolah dasar kelas I, II dan
III. Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran- mata pelajaran
tersebut membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman
belajar yang bersifat artifisial, atau pengalaman belajar dibuat-buat. Oleh Karena itu, proses
pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar terutama untuk kelas-kelas awal, harus
dirancang secara tepat karena akan.
Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi
anak. Pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran terpadu secara efektif dan membantu menciptakan kesempatan kepada peserta
didik untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitar dengan
pandangan yang
utuh dengan pembelajaran tematik peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dan
mengidentifikasi, mengumpulkan menilai dan mengumpulkan informasi yang ada disekitar
secara bermakna.
Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi peserta didik untuk
belajar selanjutnya. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat peserta didik.
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa peristiwa otentik yang terjadi di
dalam rentang waktu belajar.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut: guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi single actor yang mendominasi
aktivitas dalam proses pembelajaran. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok
harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok. Guru perlu
bersikap akomodatif terhadap ide ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
perencanaan pembelajaran.

1. Teori Pembelajaran Tematik


Robin Fogarty dan Collins and Dixon (dalam Sri Hayati dkk. , 2004: 45) mengemukakan
pendapatnya tentang pembelajaran tematik. Menurut Robin Fogarty ada tiga dimensi dalam
pembelajaran tematik, yaitu :
1. Vertikal Spiral, yaitu mengembangkan materi pembelajaran dan kurikulum yang
terintegrasi secara vertikal, dari kelas rendah ke ke kelas tinggi, dengan
pengembangan tema dan pendalaman materi pembelajaran sesuai dengan
karakteristik, latar belakang, minat dan usia peserta didik pada setiap kelas.
2. Horizontal Band, yaitu pengembangan materi pembelajaran, baik ruang lingkup dan
kedalamannya (scope/width and depthness) yang disesuaikan dengan tujuan mata
pelajaran yang dipadukan. Dengan demikian, ada integrasi pengalaman belajar dalam
suatu mata pelajaran (within discipline), dan pada hal yang sama juga bisa
dikembangkan pengalaman belajar yang tematik dengan melibatkan berbagai mata
pelajaran (across several disciplines).
3. Cyrcle, yaitu pengintegrasian berbagai pengalaman belajar yang menyangkut
kemampuan, konsep, dan topik berbagai mata pelajaran (integration of skills, themes,
concepts, and topics across disciplines).

Penyusunan model pembelajaran tematik ini pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang
dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait, dengan tujuan:
1. Memberikan wawasan tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran tematik.
2. Memberikan keterampilan tentang menyusun perencanaan pembelajaran (memetakan
kompetensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi
3. desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi secara tematik
dalam pembelajaran.
4. Membimbing guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran tematik.
5. Memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya
kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan
terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran
tematik

B. Konsep Perancangan Pembelajaran tematik


Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983: 72). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan,
diantaranya: (1) peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2)
peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) peserta didik
mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks
tema yang jelas; (6) peserta didik mampu lebih bergairah belajar, karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7) guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
di sekolah dasar (SD/MI), terutama pada saat penggalian tema-tema perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan mata pelajaran.
2. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya.
3. 3. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat peserta
didik.
5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6. Tema yang dipilih hendaknya memepertimbangkan kurikulum yang berlaku serta
harapan masyarakat.
7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Berikut ini diuraikan beberapa manfaat yang dapat dipetik dengan pelaksanaan pembelajaran
tematik, antara lain:
1. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena
tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
2. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik.
3. Dengan pemaduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasaan materi
pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. Pengalaman belajar antar mata
pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan menyeluruh pembelajaran
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan peserta didik karena lebih aktif dan
otonom dalam pemikirannya.
4. Motivasi belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran antar mata
pelajaran.

C. Pengertian Pembelajaran Tematik

Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang
tokoh pendidikan, yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran
interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupakan
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu
peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran jadi bermakna bagi peserta
didik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu,
dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema
”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran

Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang
studi lain, seperti IPS, Bahasa, Agama dan Seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan
dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada
peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik
adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin
tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Adapun tujuan
pembelajaran tematik antara lain:
1. Memusatkan perhatian peserta didik mudah pada suatu tema materi yang jelas;
2. Mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang
sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Memudahkan guru dalam mempersiapkan dan menyajikan bahan ajar yang efektif.
BAB II
LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN TEMATIK

A. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

Hilda Karli dan Margaretha (2002: 15) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pembelajaran
tematik, yaitu sebagai berikut:
1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami sesuatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat
memotivasi anak untuk belajar. Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik
b. Memberikan pengalaman langsung
c. Pemisahan mata pembelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
e. Bersifat fleksibel.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.

B. Prinsip Pembelajaran Tematik

Berikut ini dikemukakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran tematik yaitu meliputi: 1)


prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran tematik, 3) prinsip evaluasi dan
4) prinsip reaksi. Prinsip penggalian tema antara lain : 1) Tema hendaknya tidak terlalu luas,
namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, 2) Tema harus
bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta
didik untuk belajar selanjutnya, 3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak, 4) Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat
anak, 5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar, 6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan
kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, 7) Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Waktu pembelajaran tematik bisa bermacam-macam


yaitu: (1) pembelajaran tematik yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi
yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara tematik; (2) Pembelajaran tematik bersifat
temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak
mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembelajaran tematik secara spontan memiliki
karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak
berdasarkan mata pelajaran.

C. Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta
didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences)
sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi
atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu
saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya
sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta
didik dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Peserta
didik selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.

2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta
didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran
tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta
didik harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan
perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun
sosial.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9) UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
BAB III
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN TEMATIK

Menurut Robin Fogarty ada beberapa model dalam merencanakan pembelajaran terpadu.
Namun, tidak semuanya tepat diterapkan dalam implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Setidaknya, ada dua model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok
atau tepat diterapkan yaitu model jaring laba-laba (webbing) dan model keterhubungan
(connected).

A. Model Jaring Laba-laba (Webbed)


Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu materi dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam
mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik. Penetapan tema dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Tema ditentukan dari lingkungan yang terdekat dengan peserta didik atau dimulai dari
hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang
kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju ke hal yang abstrak.
2. Setelah mempelajari kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata
pelajaran, penetapan tema bias dilakukan dengan melihat kemungkinan materi
pembelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan
beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.

B. Model Keterhubungan (connected)


Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang sengaja diusahakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang
dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan di hari berikutnya, bahkan
ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada
semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (interdisiplin).

C. Model Terpadu (Integrated Model)


Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini
diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan menetapkan
prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih di dalam mata pelajaran. Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep
keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran
misalnya: matematika, IPA, IPS, Agama dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di
antara berbagai mata pelajaran tersebut. Keuntungan dari model ini adalah peserta didik
mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa mata pelajaran itu.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
DAN PENGHAMBAT PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN TEMATIK

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah guru,
peserta didik, sarana dan prasarana serta lingkungan, disamping ini bahwa faktor-faktor ini
juga dapat menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik.

A. Guru
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi model
pembelajaran tematik. Keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik ini terutama
berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki oleh guru. Berikut ini beberapa
aspek yang mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
tematik.
1. Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik Pandangan dan
pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan sangat mempengaruhi guru
dalam penerapan pembelajaran tematik. Guru yang menganggap mengajar hanya
sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap
mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik.
2. Latar belakang pendidikan guru Latar belakang pendidikan guru minimal memenuhi
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1)
seperti disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28
tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Pengalaman mengajar Pengalaman mengajar guru sangat mempengaruhi keberhasilan
penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini terutama berhubungan dengan tingkat
pemahaman guru akan karakteristik peserta didik SD/MI terutama di kelas rendah dan
penguasaan guru terhadap keterampilan mengajar.

B. Faktor peserta didik


Peserta didik adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya,
akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak
selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang terlihat pada peserta didik yang menjadi
subjek penelitian di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang. Dilihat dari usia biologis
peserta didik di sekolah baik, sedang maupun kurang rata-rata di antara tujuh sampai dengan
delapan tahun, akan tetapi setiap peserta didik memiliki kemampuan belajar yang berbeda.
Menurut Sanjaya (2006:52) kemampuan belajar peserta didik dapat dikelompokkan pada
peserta didik berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

C. Sarana dan Prasarana


Dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang spesifik untuk
menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya dengan sarana yang
dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat
diimplementasikan. Selain itu juga sekolah telah dilengkapi dengan prasarana yang memadai,
seperti penerangan dan jalan menuju sekolah yang cukup baik. Dalam keadaan minimal,
kondisi ini tentunya tidak menghambat penerapan pembelajaran tematik. Pembelajaran
tematik dapat terlaksana dengan baik pada sekolah kategori baik sedang maupun kurang,
yang memiliki perbedaan secara nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya.
Kondisi ini dapat dipahami karena kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu
guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006:53) keuntungan
bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana adalah pertama dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar, kedua dapat memberikan berbagai pilihan
pada peserta didik untuk belajar.

Anda mungkin juga menyukai