Anda di halaman 1dari 6

Unggun Dwi Prasetyo - F1F019044

Kesenjangan Sosial di Negara Berkembang


Studi Kasus : Perbandingan Kesenjangan Sosial di India dan Afrika Selata

I. Pendahuluan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negara berkembang merupakan negara
yang memiliki ciri-ciri, seperti pertanian tradisional yang merupakan faktor produksi primer.
Sedangkan menurut Maluyu Hasibuan, negara berkembang adalah suatu negara yang struktur
ekonominya belum berkembang sebagaimana yang di harapkan. Negara berkembang belum
mampu memanfaatkan semua faktor produksi yang di miliki untuk meningkatkan
kemakmuran penduduknya sehingga tetap dalam kemiskinan dan kemelaratan. Contoh
negara berkembang antara lain Indonesia, Thailand, India, Afghanistan, dan Afrika Selatan.
Negara berkembang juga memiliki berbagai permasalahan, salah satunya adanya
permasalahan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat.

Dalam tulisan ini, akan membahas perbandingan kesenjangan sosial di India dan Afrika
Selatan. Robert Chambers menjelaskan bahwa kesenjangan sosial adalah seluruh gejala yang
muncul di dalam lapisan masyarakat karena adanya bentuk perbedaan dalam hal keuangan
dan yang lainnya di antara masyarakat yang menempati suatu daerah tertentu. Pembahasan
kesenjangan sosial di kedua negara tersebut akan memakai teori fungsionalisme struktural.
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi
yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang
saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal
fungsi dari elemen-lemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi
(Agus,dkk. 2012).

Kesenjangan di India dan Afrika Selatan akan dibandingkan melalui metode Comparing
Few Countries. Jumlah negara dalam perbandingan seperti itu dapat bervariasi pada batas
atas, tetapi menurut definisi selalu lebih besar dari atau sama dengan dua. Metode ini sering
disebut metode komparatif perbadingan terfokus yang sebanding (Hague,dkk. 1992) Metode
ini akan menghasilkan analisis yang jauh lebih mendalam. Dalam metode ini negara menjadi
unit analisis, maka dari itu jenis perbandingan ini disebut sebagai case-oriented, dan
fokusnya cenderung pada persamaan dan perbedaan antar negara daripada hubungan analisis
antar variable (Landman & Carvalho, 2008). Dari perbandingan tersebut dapat diperoleh
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan obyek negara dengan memakai alat
pembanding yang sama.

II. Pembahasan

India merupakan negara berkembang di Asia Selatan dengan mayoritas penduduknya


penganut agama Hindu. India menerapkan sistem kasta yang kuat. Manusmriti, yang secara
luas dianggap sebagai buku paling penting tentang hukum Hindu mengakui dan
membenarkan sistem kasta sebagai dasar keteraturan masyarakat. Sistem kasta adalah cara
umat Hindu membagi masyarakat menjadi empat kategori utama, Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Selama berabad-abad, kasta telah mendikte hampir setiap aspek
kehidupan agama dan sosial orang India, dengan setiap kelompok menempati tempat tertentu
dalam hierarki yang kompleks ini. Sistem memberikan banyak hak istimewa pada kasta atas,
dan sanksi penindasan untuk kasta bawah yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
istimewa. Seringkali dikritik karena tidak adil dan regresif, tapi sistem kasta tetap hampir
tidak berubah selama berabad-abad, menjebak orang ke dalam tatanan sosial tetap.

Kasta adalah penentu kekuasaan, ketidaksetaraan ekonomi, dan kemiskinan yang terus-
menerus di India kontemporer. Sehingga, keberadaan sistem kasta tersebut menjadi penyebab
utama kesenjangan sosial di India. Keberadaan sistem kasta membuat orang-orang dengan
kasta rendah tidak dapat mengakses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang setara dengan
orang-orang di kasta yang lebih tinggi. Hal tersebut juga turut memparah kesenjangan di
bidang ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari data tahun 2021 dimana 1 persen teratas
orang kaya di India memiliki 33 persen kekayaan negara. Kemudian 10 persen teratas
memiliki 64,6 persen kekayaan di India.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara berkembang di Benua Afrika. Afrika Selatan
memiliki sejarah politik apartheid (pembedaan warna kulit) yang panjang. Meskipun politik
apartheid telah berakhir ketika Nelson Mandela menjabat presiden pada tahun 1990, akan
tetapi ketimpangan sosial antara kulit hitam dan kulit putih masih terjadi. Upaya pemerintah
sekarang telah gagal untuk menghapus warisan apartheid dan kolonialisme yang
menyebabkan kesenjangan antara kaya dan miskin, dengan 3.500 orang dewasa memiliki
kekayaan yang lebih dari 32 juta orang termiskin. Afrika Selatan merinci kesenjangan yang
semakin dalam di negara itu dengan menunjukkan perbedaan pendapatan dan gaya hidup
antara pria dan wanita kulit putih, dan pria dan wanita kulit hitam. Pada tahun 2019, Bank
Dunia menempatkan Afrika Selatan sebagai negara yang paling timpang di dunia, artinya
perekonomian Afrika Selatan tidak memberikan manfaat yang sama bagi semua warganya.

Misalnya lebih dari 30% orang kulit hitam di Afrika Selatan yang memiliki pekerjaan dan
kebanyakan dari mereka bekerja di posisi perawatan bergaji rendah atau menempati
pekerjaan tidak tetap. Selain itu, Sebagian besar rumah tangga Kulit Hitam harus membayar
sendiri untuk layanan perawatan kesehatan, dan tidak mampu membeli bantuan medis.
Ditambah hanya 10% rumah tangga orang kulit hitam yang mampu membayar bantuan
medis. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah rumah tangga kulit putih yang
mampu membayar akses kesehatan sebesar 70%.

Sejalan dengan teori fungsionalisme struktural yang menafsirkan masyarakat sebagai


sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Kesenjangan sosial di India
dan Afrika Selatan juga berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat yang telah bertahan
selama bertahun-tahun. Apabila dibandingkan melalui metode Comparing Few Countries
dengan fokus pada persamaan dan perbedaan antar negara, baik kesenjangan di India ataupun
di Afrika Selatan memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Berikut adalah tabel
persamaan dan perbedaan kudeta di Guinea dan Myanmar :

Tabel 1.1 Persamaan kesenjangan sosial di India dan Afrika Selatan

Indikator Persamaan
Upaya Pemerintah Baik pemerintah di India ataupun di Afrika Selatan sama-
sama telah gagal untuk menghapuskan kesenjangan sosial
yang telah terjadi selama bertahun-tahun.
Persebaran Kekayaan Kekayaan sebagaian besar penduduk India dan Afrika Selatan
sama-sama dipegang oleh sebagian kecil penduduk yang kaya
raya.

Tabel 1.2 Perbedaan kesenjangan sosial di India dan Afrika Selatan

Indikator India Afrika Selatan


Penyebab Utama Faktor utama kesenjangan di Penyebab utama kesenjangan
India disebabkan oleh adalah di Afrika Selatan disebabkan
sistem kelas yang telah oleh adanya warisan
bertahan selama ratusan apartheid dari era kolonial
tahun. yang masih bertahan hingga
saat ini.

III. Kesimpulan

India merupakan negara berkembang di Asia Selatan dengan mayoritas penduduknya


penganut agama Hindu. India menerapkan sistem kasta yang kuat. Manusmriti, yang secara
luas dianggap sebagai buku paling penting tentang hukum Hindu mengakui dan
membenarkan sistem kasta sebagai dasar keteraturan masyarakat. Kasta adalah penentu
kekuasaan, ketidaksetaraan ekonomi, dan kemiskinan yang terus-menerus di India
kontemporer. Sehingga, keberadaan sistem kasta tersebut menjadi penyebab utama
kesenjangan sosial di India. Keberadaan sistem kasta membuat orang-orang dengan kasta
rendah tidak dapat mengakses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang setara dengan
orang-orang di kasta yang lebih tinggi. Hal tersebut juga turut memparah kesenjangan di
bidang ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari data tahun 2021 dimana 1 persen teratas
orang kaya di India memiliki 33 persen kekayaan negara. Kemudian 10 persen teratas
memiliki 64,6 persen kekayaan di India.

Afrika Selatan merupakan salah satu negara berkembang di Benua Afrika. Afrika Selatan
memiliki sejarah politik apartheid (pembedaan warna kulit) yang panjang. Meskipun politik
apartheid telah berakhir ketika Nelson Mandela menjabat presiden pada tahun 1990, akan
tetapi ketimpangan sosial antara kulit hitam dan kulit putih masih terjadi. Upaya pemerintah
sekarang telah gagal untuk menghapus warisan apartheid dan kolonialisme yang
menyebabkan kesenjangan antara kaya dan miskin, dengan 3.500 orang dewasa memiliki
kekayaan yang lebih dari 32 juta orang termiskin. Pada tahun 2019, Bank Dunia
menempatkan Afrika Selatan sebagai negara yang paling timpang di dunia, artinya
perekonomian Afrika Selatan tidak memberikan manfaat yang sama bagi semua warganya.

Apabila dibandingkan melalui metode Comparing Few Countries dengan fokus pada
persamaan dan perbedaan antar negara, baik kesenjangan di India ataupun di Afrika Selatan
memiliki beberapa persamaan yaitu pemerintah sama-sama gagal mengatasi kesenjangan dan
kekayaan sebagian besar orang hanya dikuasai oleh sebagian kecil. Terkait perbedaan, India
dan Afrika Selatan memiliki perbedaan penyebab utama kesenjangan. Dimana di India
disebabkan oleh sistem kasta dan di Afrika Selatan disebabkan oleh warisan politik
apartheid.

IV. Daftar Pustaka

Akhmad, R. (2018). Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons. Eufoni


Journal Vol. 2 No. 2.

Anthony, S. (2021). South Africa Wealth Gap Unchanged Since Apartheid, Says World
Inequality Lab. Diakses melalui TIME : https://time.com/6087699/south-africa-wealth-gap-
unchanged-since-apartheid/ pada 14 Desember 2021

Data, A. I. D. I. S. (2016). Recent trends in wealth inequality in India. Economic & Political
Weekly, 51(50), 59.

Deaton, A., & Dreze, J. (2002). Poverty and inequality in India: a re-examination. Economic
and political weekly, 3729-3748.

Ingrid Woolard. (2002). An Overview Of Poverty And Inequality In South Africa. Working
Paper prepared for DFID (SA).
Kompas. (2021). Sistem Kasta Berusia Ribuan Tahun di India yang Jadi Alat Diskriminasi
Sosial. Diakses melalui
https://internasional.kompas.com/read/2021/04/04/072115370/sistem-kasta-berusia-ribuan-
tahun-di-india-yang-jadi-alat-diskriminasi?page=all. Pada 14 Desember 2021.

May, J. (1998). Poverty and inequality in South Africa. Indicator South Africa, 15(2), 53-58.

Anda mungkin juga menyukai