ANALISIS PERUMUSAN
RINTISAN-INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penyusun panjakan kehadirat ALLAH SWT, karena atas kuasa dan
kehendak-Nya Catatan Hasil Analisis Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga
oleh Kementerian Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPPA)
Republik Indonesia dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah
untuk memberikan masukan dan saran perbaikan pada Indikator Ketahanan
Keluarga Indonesia yang nantinya diharapkan menjadi dokumen acuan atau dasar
implementasi ketahanan keluarga dan selaras dengan yang sudah pernah
dikembangkan berdasarkan kajian dan penelitian yang dilakukan oleh penyusun
sebagai pakar bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga di Indonesia.
Laporan ini berisi empat bagian. Pertama, pendahuluan yang menguraikan latar
belakang dan tujuan serta metode penulisan. Kedua, teori dan sejarah perumusan
indikator ketahanan keluarga meliputi didalamnya teori dan ideology
pembangunan keluarga serta sejarah penelitian dan perumusan indikator
ketahanan keluarga. Ketiga, perumusan indeks ketahanan keluarga oleh KPPPA
yang meliputi landasan aturan, perumusan rintisan indikator ketahanan keluarga,
dan pengembangan model operasional pendataan ketahanan keluarga. Keempat,
catatan hasil analisis perumusan indikator ketahanan keluarga oleh KPPPA yang
menguraikan 1) kedudukan dan tujuan indikator ketahanan keluarga; 2) teori dan
lingkup ketahanan keluarga; 3) validitas indikator ketahanan keluarga; 4)
implementasi pengumpulan data; dan 5) saran perbaikan indikator ketahanan
keluarga. Terakhir adalah penutup dan Lampiran.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada KPPPA atas kepercayaan yang telah
diberikan. Semoga catatan hasil analisis perumusan Indikator Ketahanan Keluarga
ini dapat memberi manfaat dan menyediakan catatan masukan dan saran serta
perbaikan yang dapat dipertimbangkan oleh KPPPA dalam perbaikan indikator
katahanan keluarga.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI Ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR Iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan & Metode Penulisan 3
TEORI DAN SEJARAH PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN
5
KELUARGA
Teori dan Ideologi Pembangunan Keluarga 5
Sejarah Penelitian dan Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga 9
Sejarah Penelitian Ketahanan Keluarga 9
Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga 9
PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA OLEH KPPPA 15
Landasan Aturan 15
Perumusan Rintisan Indikator Ketahanan Keluarga 15
Pengembangan Model Operasional Pendataan Ketahanan Keluarga 21
CATATAN HASIL ANALISIS PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN
29
KELUARGA OLEH KPPPA
Kedudukan dan Tujuan Indikator Ketahanan Keluarga 29
Teori dan Lingkup Ketahanan Keluarga 30
Validitas Indikator Ketahanan Keluarga 31
Implementasi Pengumpulan Data 41
Saran Perbaikan Indikator Ketahanan Keluarga 42
PENUTUP 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Keluarga Indonesia didasarkan pada dua Undang
Undang utama yaitu Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, dan Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009
(amandement UU Nomor 10 Tahun 1992) tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Undang Undang
Perkawinan menyediakan landasan atau syarat syah nya suatu
pernikahan dalam membangun atau membentuk keluarga. Pasal 1
menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula aturan
mengenai hak dan kewajiban suami-istri pada pasal 31 menyatakan
bahwa suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah
tangga. Pasal tersebut menjadi dasar struktur keluarga yang akan
berdampak pada fungsi keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil pembangun institusi
masyarakat. Perhatian terhadap keluarga sebagai institusi sosial
terkecil diawali oleh hasil kajian bahwa masalah sosial berkaitan
dengan kehidupan keluarga, sehingga banyak para pembaharu sosial
yang memandang bahwa keluarga sebagai dasar kesehatan
masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya
manusia (SDM), keluarga merupakan institusi pertama dan utama
penentu pembangunan SDM. Terdapat dua penjelasan sederhana
terhadap konsep atau kerangka fikir tersebut. Penjelasan pertama
adalah karena di keluargalah seorang individu tumbuh berkembang,
dimana tingkat pertumbuhan dan perkembangan tersebut
menentukan kualitas individu yang kelak akan menjadi pemimpin
masyarakat bahkan pemimpin bangsa dan negara. Penjelasan kedua
adalah karena di keluargalah aktivitas utama kehidupan seorang
individu berlangsung (Sunarti, 2001).
Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa
depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin. Tujuan pembangunan keluarga yang tercantum
dalam UU 52/2009 menekankan kepada peningkatan kualitas
2
Tulisan bagian ini dirujuk dari berbagai sumber yang telah dikaji
Sunarti sejak 1999 dalam melakukan pengembangan dan perumusan
indikator ketahanan keluarga (Sunarti, 2001). Adapun
pengembangan lingkup ketahanan keluarga dalam visualisasi bentuk
rumah telah dikembangkan sejak 2008 dalam “Family Kit” dan
dicetak secara luas pada Tahun 2013, dan terus dikembangkan dalam
bentuk yang lebih lengkap pada 2015 dan 2017.
Ketahanan
Keluarga
LANDASAN ATURAN
Landasan aturan KPPPA merumuskan dan mengembangan Indeks
dan Indikatr Ketahana Keluarga meliputi:
1. Peraturan Menteri PP & PA No 06 Tahun 2013 tentang
Pembangunan Keluarga, pasal 19 ayat (1) hurup c yang
mengamanahkan penyusunan indeks ketahanan dan
kesejahteraan keluarga;
2. Peraturan Menteri PP dan PA tersebut merupakan implementasi
mandat Undang Undang No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, pasal 48 ayat (2) yang mengamanatkan penyusunan
Peraturan Menteri untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan
keluarga.
Selain menggunakan landasan tersebut, Bab ini ditulis dengan
mengacu pada beberapa dokumen perumusan indikator ketahanan
keluarga yang dilakukan KPPPA yang diantaranya meliputi : 1) hasil
kajian dan telaahan Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan
Keluarga tentang Review Program, Kegiatan di
Kementerian/Lembaga Berkaitan Dengan Indikator Ketahanan
Keluarga Tahun 2015; 2) buku Pembangunan Ketahanan Keluarga
2016 yang diterbitkan kerjasama KPPPA dengan BPS; 3) buku
Pedoman Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Ketahanan
Keluarga di Tingkat Desa1; demikian juga 4) Laporan Kajian
Bappenas mengenai Pembangunan Keluarga Tahun 2016.
1
Euis Sunarti. Point-poin Catatan Pengantar FGD DISKURSUS TERKAIT INDIKATOR
KETAHANAN KELUARGA. Diselenggarakan Yayasan Perak, Jakarta …. 2017
16
NO. PERNYATAAN
LEGALITAS DAN STRUKTUR (LS)
1 Bapak dan Ibu memiliki surat nikah yang dikeluarkan oleh KUA
2 Semua anak memiliki akte kelahiran
Semua anggota keluarga (suami, istri, dengan atau tanpa anak) tinggal
3
dalam satu rumah
KETAHANAN FISIK (KF)
Semua anggota keluarga mampu makan lengkap (nasi, sayur, ikan, tempe,
4
tahu, buah) dua kali per hari
5 Ada anggota keluarga yang menderita penyakit akut/ kronis
6 Ada anggota keluarga yang menderita masalah gizi
Rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah antara orangtua dan
7
anak
KETAHANAN EKONOMI (KE)
8 Keluarga memiliki rumah
9 Suami dan/atau Istri mempunyai penghasilan tetap per bulan minimal Rp
19
2.655.000
Suami dan/atau Istri memiliki pekerjaan tetap dengan pendapatan berapa
10
saja
Suami dan/atau Istri mempunyai tabungan dalam bentuk uang minimal
11
sebesar Rp 7.900.000
Anggota keluarga memiliki asuransi kesehatan (atau BPJS) atau lainnya,
12
minimal 1 orang
13 Keluarga mampu membayar listrik per bulan
14 Keluarga mampu membayar pendidikan anak minimal hingga tingkat SMP
15 Anak yang putus sekolah
16 Anggota keluarga yang berusia 15 tahun ke atas minimal berpendidikan SMP
KETAHANAN SOSIAL PSIKOLOGI (KSP)
17 Terjadi kekerasan antar suami dan istri
18 Terjadi kekerasan antar orangtua dan anak
Anggota keluarga terlibat masalah seperti mencuri, tawuran, berkelahi, kabur
19 dari rumah, narkoba, ditilang SIM, melanggar lalu lintas, memukul dan
lainnya
Anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, ide,
20 keinginan, kebutuhannya, menceritakan cita-cita, mengemukakan yang
tidak disukai dan lainnya
Suami dan Istri saling menghargai, menyayangi, berbagi pendapat, saling
21
menolong, bekerjasama
KETAHANAN SOSIAL BUDAYA (KSB)
Anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti pengajian,
22 posyandu, kerjabakti, kematian, kelahiran. Ronda, kesenian, penyuluhan,
pelatihan
Anggota keluarga memberi perhatian dan merawat orangtua lanjut usia (di
23
atas 60th)
Anggota keluarga berkomunikasi dengan baik, termasuk dengan keluarga
24
besarnya
25 Anggota keluarga melakukan kegiatan agama secara rutin
KEMITRAAN GENDER (KG)
26 Ayah menyisihkan waktu khusus bersama anak
27 Ibu menyisihkan waktu khusus bersama anak
28 Suami dan Istri berbagi peran dengan baik
Suami dan Istri bersama-sama mengelola secara terbuka keuangan keluarga,
29 merencanakan keuangan, saling melapor keadaan keuangan, berdiskusi
apabila ada masalah keuangan dan lainnya
Suami dan Istri merencanakan bersama jumlah anak yang diinginkan atau
30
alat kontrasepsi yang dipakai
NO INDIKATOR 30 INDIKATOR 24
Legalitas dan Struktur (LS)
Apakah Bapak dan Ibu memiliki surat
Adakah legalitas perkawinan suami-istri
1 nikah yang dikeluarkan oleh KUA atau
yang ditunjukkan dengan buku nikah?
Catatan Sipil?
Adakah legalitas anak yang ditunjukkan Apakah semua anak memiliki akte
2
dengan akte kelahiran ? kelahiran?;
Adakah keutuhan keluarga yang Apakah semua anggota keluarga
ditunjukkan dengan tinggal bersama (suami, istri, dengan atau tanpa anak)
3
dalam ikatan keluarga (suami,istri, dengan tinggal dalam satu rumah dan tidak
atau tanpa anak)? ada perpisahan?
Ketahanan Fisik (KF)
Apakah semua anggota keluarga
Makanan lengkap minimal dua kali sehari mampu makan lengkap (nasi, sayur,
1
untuk semua anggota keluarga ikan, tempe, tahu, buah) dua kali per
hari?
Apakah ada anggota keluarga yang
Adakah anggota keluarga yang menderita
2 menderita penyakit akut/ kronis atau
penyakit akut/kronis atau cacat ?
cacat bawaan?
Apakah ada anggota keluarga yang
Adakah anggota keluarga yang menderita
3 menderita masalah gizi (kurus sekali
masalah gizi ?
atau gemuk sekali atau kerdil/kuntet)?
Rumah yang ditempati memiliki ruang Apakah rumah yang ditempati
4 tidur terpisah/ada sekat antara orang tua memiliki ruang tidur terpisah antara
dan anak orangtua dan anak?
Ketahanan Ekonomi (KE)
1 Keluarga punya kepemilikan rumah? Apakah keluarga memiliki rumah?;
Apakah Suami dan/atau Istri
Suami dan/atau istri mempunyai mempunyai penghasilan tetap per
2
penghasilan tetap per bulan minimal UMR bulan sebesar Rp 250.000 per orang
per bulan?
Apakah Suami dan/atau Istri
Suami dan/atau istri memiliki pekerjaan
3 mempunyai tabungan dalam bentuk
tetap dengan pendapatan berapa saja
uang minimal sebesar Rp 500 000?
Suami dan/atau istri mempunyai Apakah anggota keluarga memiliki
4 tabungan dalam bentuk uang minimal asuransi kesehatan (atau BPJS) atau
sebesar 3 kali UMR lainnya, minimal 1 orang?
Minimal satu anggota keluarga memiliki Apakah keluarga pernah menunggak
5
asuransi kesehatan membayar listrik?
Apakah keluarga pernah menunggak
Keluarga mampu membayar pengeluaran
6 membayar iuran atau keperluan
untuk kebutuhan listrik
pendidikan anak?
Keluarga mampu membayar pengeluaran
7 untuk pendidikan anak minimal hingga Adakah anak yang putus sekolah?
tingkat SMP
Adakah anak yang Drop Out dari
8
sekolah ?
Anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas
9
minimal berpendidikan SMP
Ketahanan Sosial – Psikologis (KSP)
Adakah terjadi kekerasan antar suami- Adakah terjadi kekerasan antar suami
1
istri? dan istri?
Adakah terjadi kekerasan antar orangtua- Adakah terjadi kekerasan antar
2
anak? orangtua dan anak?
Adakah anggota keluarga yang
terlibat masalah (seperti mencuri,
Adakah anggota keluarga yang terlibat
3 tawuran, berkelahi, memalak, narkoba,
masalah pelanggaran hukum?
ditilang SIM, melanggar lalu lintas,
memukul dan lainnya)?
Anak diberikan kesempatan untuk
4
mengemukakan pendapat
21
1. Pengumpulan Data.
Terdapat dua jenis ukuran yaitu Indeks dan skala. Indeks dan skala
merupakan gabungan untuk suatu variabel. Skala dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dan memiliki struktur
intensitas, sehingga dipandang memiliki kualitas yang lebih baik dari
indeks (Singarimbun dan Effendi, 1985). Beberapa karakteristik
pengukuran adalah (Azwar, 1999); 1) merupakan pembandingan
antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya, 2) hasilnya
dinyatakan secara kuantitatif, 3) hasilnya bersifat deskriptif. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1985), dalam penelitian terdapat empat
aktivitas pokok proses pengukuran yaitu: 1) penentuan dimensi
variabel penelitian, 2) perumusan ukuran masing-masing dimensi, 3)
Penentuan tingkat ukuran yang akan digunakan (apakah nominal,
ordinal, interval, atau rasio), dan 4) menguji tingkat validitas dan
reliabilitas dari alat ukur. Tahap penyusunan ukuran / indikator terdiri
atas: 1) perumusan konsep, 2) perumusan definisi Operasional, 3)
penentuan peubah, 4) penetapan skala dan sistem skoring, 4)
pengujian kesahihan dan keterandalan alat ukur. Sedangkan tahap
penyusunan indeks meliputi : 1) menyeleksi pertanyaan, 2) melihat
hubungan bivariate maupun multivariate dari pertanyaan (items)
yang hendak dimasukkan karena secara teoritis pertanyaan yang
mengukur suatu variabel harus berhubungan satu sama lain, 3)
menentukan skor, 4) penetapan cara penghitungan. Penyusunan
skala dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti metode
bogardus, metode thurstone, metode Guttman atau Skalogram, atau
metode perbedaan semantik.
Kajian apa saja yang digunakan sebagai acuan, metode apa yang
digunakan, dan bagaimana proses justifikasi munculnya 5 komponen
ketahanan keluarga yang digunakan sebagai landasan perumusan
indikatornya? Penelaahan hal tersebut sangat penting bagi berbagai
pihak yang terlibat dalam kajian dan pembangunan ketahanan
keluarga untuk menilai dan memutuskan persetujuan tehadap
komponen yang ditetapkan.
1. Legalitas dan Struktur (LS). Komponen ini meliputi dua hal yaitu
legalitas dan struktur. Legalitas dibagi menjadi dua yaitu legalitas
perkawinan dan legalitas kelahiran. Definisi operasional legalitas
didapatkan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Undang-Undang no. 23 Tahun 2002 pasal 5 yaitu pencatatan
yang menjadi alat bukti yang sah. Legalitas perkawinan berupa
buku nikah istri dan buku nikah suami. Legalitas kelahiran
ditegaskan pada pasal 27 ayat (2) berupa akte kelahiran.
Komponen ini dibagi menjadi 3 (tiga) indikator, yaitu :
1) Kepemilikan rumah
2) kepemilikan penghasilan tetap per bulan minimal UMR bagi
suami atau istri
3) kepemilikan pekerjaan tetap dengan pendapatan berapa saja
bagi suami atau istri
4) Kepemilikan tabungan dalam bentuk uang minimal sebesar 3
kali UMR dari suami atau istri
5) Kepemilikan asuransi kesehatan bagi minimal satu anggota
keluarga
6) Kemampuan membayar pengeluaran untuk kebutuhan listrik
37
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibu memiliki surat nikah yang dikeluarkan oleh KUA atau Catatan
Sipil ?
2. Apakah semua anak memiliki akte kelahiran ?
3. Apakah semua anggota keluarga (suami, istri, dengan atau tanpa
anak) tinggal dalam satu rumah dan tidak ada perpisahan ?
4. Apakah semua anggota keluarga mampu makan lengkap (nasi,
sayur, ikan, tempe, tahu, buah) dua kali per hari ?
5. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
akut/kronis atau cacat bawaan ?
6. Apakah ada anggota keluarga yang menderita masalah gizi
(kurus sekali atau gemuk sekali atau kerdil/kuntet) ?
7. Apakah rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah
antara orangtua dan anak ?
8. Apakah keluarga memiliki rumah ?
9. Apakah Suami dan/atau Istri mempunyai penghasilan tetap per
bulan sebesar Rp250.000/per orang per bulan ?
10. Apakah Suami dan/atau Istri mempunyai tabungan dalam
bentuk uang minimal sebesar Rp500.000 ?
11. Apakah anggota keluarga memiliki asuransi kesehatan (atau
BPJS) atau lainnya, minimal 1 orang ?
12. Apakah keluarga pernah menunggak membayar listrik ?
13. Apakah keluarga pernah menunggak membayar iuran atau
keperluan pendidikan anak ?
14. Adakah anak yang putus sekolah ?
15. Adakah terjadi kekerasan antar suami dan istri ?
16. Adakah terjadi kekerasan antar orangtua - anak ?
17. Adakah anggota keluarga yang terlibat masalah pelanggaran
hukum ?
18. Apakah anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan sosial
seperti pengajian, posyandu, kerjabakti, kematian, kelahiran,
ronda, kesenian, penyuluhan, pelatihan ?
19. Apakah anggota keluarga memberi perhatian dan merawat
orangtua lanjut usia di atas 60 tahun ?
20. Apakah anggota keluarga melakukan kegiatan agama secara
rutin ?
21. Apakah Ayah menyisihkan waktu khusus bersama anak ?
22. Apakah Ibu menyisihan waktu khusus bersama anak ?
46