id
KEPUTUSAN
Nomor: 001/SK/DPP.PATELKI/1/2022
TENTANG
STANDAR UPAH DAN TUNJANGAN PROFESI
AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
MEMUTUSKAN
Menetapkan : 1. Rumusan standar upah dan tunjangan profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik Indonesia;
2. Rumusan standar tersebut menjadi acuan bagi fasilitas
pelayanan kesehatan dan instansi lainnya yang
menggunakan jasa profesional Ahli Teknologi
Laboratorium Medik;
3. Rumusan standar tersebut disesuaikan dengan regulasi
upah minimum regional wilayah dimana ahli teknologi
laboratorium medik bekerja;
4. Surat keputusan ini berlaku hingga penyesuaian baru
pada kebijakan dan perkembangan industri terhadap
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 7 Januari 2022
STANDAR UPAH
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STRUKTUR, KOMPONEN DAN FORMULASI UPAH
Proses pemberian upah terhadap pegawai memiliki struktur dan dan dasar
hukum yang jelas. Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam
memberikan upah terhadap pegawai. Namun, pemberian upah merupakan kewajiban
bagi perusahaan sebagai bentuk dan tindakan balas jasa yang diterima oleh tenaga
kerja atas prestasi atau jasa yang telah diberikannya kepada perusahaan. Berdasarkan
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa:
1. Pasal 1 : Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan dari
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan.
2. Pasal 88 :
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak eaktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan acara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk membayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
3. Pasal 89 :
1) Upah minimum sebagai dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat
terdiri dari atas :
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada
pencapaian kebutuhan hidup layak.
3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan
Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
4. Pasal 90 :
1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
2) Bagai pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id
3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Memperhatikan standar biaya hidup di setiap wilayah yang masih variatif, maka
turunan aturan dari peraturan menteri kesehatan tersebut harus tertuang dalam
putusan wilayah atau regional, dalam hal ini minimal keputusan gubernur setempat.
Keseluruhan aturan tersebut akan menjadi acuan bagi tenaga kerja, khususnya
ATLM dalam meninjau serta menuntut kesetaraan upah yang akan diterima sesuai
dengan pekerjaan dan jenjang pendidikan atau keahlian yang dimiliki.
BAB III
PENUTUP