Anda di halaman 1dari 11

Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.

id

KEPUTUSAN

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INDONESIA
( DPP PATELKI )

Nomor: 001/SK/DPP.PATELKI/1/2022

TENTANG
STANDAR UPAH DAN TUNJANGAN PROFESI
AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium


Medik Indonesia, setelah;
Menimbang : a. Bahwa organisasi profesi PATELKI memiliki peran dan
fungsi untuk mengeluarkan kebijakan dan standar
secara nasional;
b. bahwa standar upah dan tunjangan profesi pekerjaan
profesional Ahli Teknologi Laboratorium Medik belum
ditetapkan secara nasional;
c. bahwa rumusan standar tersebut telah dibahas dan
ditentukan secara musyawarah mufakat pada Rapat
Pimpinan Nasional X PATELKI;
d. Bahwa diperlukan ketetapan PATELKI agar menjadi
acuan standar upah dan tunjangan profesi Ahli
Teknologi Laboratorium medik di seluruh wilayah
Indonesia.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Bab V Pasal 11 ayat (1) tentang Peran


dan Fungsi;
2. Anggaran Rumah Tangga Bab III Pasal 11 tentang
Kewajiban dan Hak Anggota;
3. Keputusan-Keputusan Rapat Pimpinan Nasional X
PATELKI;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : 1. Rumusan standar upah dan tunjangan profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik Indonesia;
2. Rumusan standar tersebut menjadi acuan bagi fasilitas
pelayanan kesehatan dan instansi lainnya yang
menggunakan jasa profesional Ahli Teknologi
Laboratorium Medik;
3. Rumusan standar tersebut disesuaikan dengan regulasi
upah minimum regional wilayah dimana ahli teknologi
laboratorium medik bekerja;
4. Surat keputusan ini berlaku hingga penyesuaian baru
pada kebijakan dan perkembangan industri terhadap
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

pekerjaan profesional Ahli Teknologi Laboratorium


Medik Indonesia;
5. Rumusan standar upah dan tunjangan profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik Indonesia terlampir
dalam surat keputusan ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 7 Januari 2022

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INDONESIA
(DPP PATELKI)

KETUA UMUM SEKRETARIS JENDERAL

Atna Permana, S.KM.,M.Biomed Ally Kafesa, S.S.T.,M.Si


NAP. 31750011247 NAP. 32730106789
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

Lampiran : Surat Keputusan DPP PATELKI Nomor 001/SK/DPP.PATELKI/1/2022


Tanggal : 7 Januari 2022
Tentang : Standar Upah dan Tunjangan Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Indonesia

STANDAR UPAH

AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIK
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang


Tenaga Kesehatan bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan yang sangat penting untuk
meningkatan kualitas pelayanan kesehatan, yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tenaga kesehatan dikelompokan ke dalam tenaga medis, tenaga psikologi klinis,
tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga
keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional dan tenaga
kesehatan lain. Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis
adalah dokter sedangkan tenaga teknik biomedika adalah radiografer, elektromedis, Ahli
Teknologi Laboratorium medik (ATLM), fisikawan medik, radioterapis dan ortotik
prostetik.
Untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai upaya
kesehatan yang didukung antara lain sumber daya kesehatan yang memadai dan merata
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. Para Ahli Teknologi
Laboratorium Medik (ATLM) Indonesia sebagai salah satu unsur kekuatan pembangunan
nasional di bidang kesehatan mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang sama
dengan unsur-unsur kekuatan pembangunan lainnya dalam mewujudkan tujuan
nasional, khususnya dibidang yang berkaitan dengan profesinya.

1.2 Kompetensi dan Kewenangan ATLM

Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 170


Tahun 2018 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial, Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan
Manusia Bidang Teknologi Laboratorium Medik, ATLM memiliki 108 kompetensi dalam
melakukan pekerjaan di laboratorium. Dalam melakukan praktiknya, 108 kompetensi
tersebut dilindungi oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan dan Izin Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik.
Dalam menyelenggarakan praktiknya, ada beberapa komponen pekerjaan yang
memiliki hazard sehingga dapat menimbulkan risiko dengan tingkat tertentu. Dampak
yang ditimbulkan dapat berupa tertular dan atau kecacatan.
Oleh karena itu, dalam rangka menjaga dan melindungi ATLM dari pekerjaan yang
sangat berisiko, perlu dilakukan kajian terhadap jaminan kesehatan serta kompensasi dari
risiko yang timbul.
Dari 108 kompetensi yang dimiliki ATLM beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1 Mempersiapkan Pasien untuk Pengambilan Spesimen
2 Mempersiapkan Alat dan Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
3 Mempersiapkan Spesimen atau Sediaan untuk Pemeriksaan Laboratorium
4 Melakukan Penerimaan dan Pencatatan Pasien
5 Melakukan Flebotomi Vena dan Kapiler
6 Melakukan Pengambilan dan/atau Pengumpulan Spesimen selain Darah
7 Melakukan Pemeriksaan Urin
8 Melakukan Pemeriksaan Feses
9 Melakukan Pemeriksaan Sperma
10 Melakukan Pemeriksaan Transudat dan Eksudat
11 Melakukan Pemeriksaan Kimia Klinik Dasar
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

12 Melakukan Pemeriksaan Hematologi Dasar


13 Melakukan Pemeriksaan Hemostasis
14 Melakukan Pemeriksaan Imunologi Dasar
15 Melakukan Pemeriksaan Imunohematologi
16 Melakukan Pemeriksaan Screening NAPZA dan Psikotropika
17 Melakukan Pemeriksaan Logam Berat dalam Darah
18 Melakukan Analisis Keracunan pada Spesimen Darah dan Cairan Tubuh
19 Membuat Media dan Reagensia untuk Biakan Mikrobiologi
20 Melakukan Pemeriksaan Mikroskopis Preparat Langsung
21 Melakukan Pemeriksaan Mikroskopis Basil Tahan Asam (BTA)
22 Melakukan Pemeriksaan Mikroskopis Malaria
23 Melakukan Identifikasi dan Uji Kepekaan Bakteri Mycobacterium
tuberculosis
24 Melakukan Identifikasi dan Uji Kepekaan Bakteri
25 Melakukan Identifikasi dan Uji Kepekaan Jamur, Kapang, dan Yeast
26 Melakukan Identifikasi dan Uji Kepekaan Mikroba secara Semi-automatik
(Microbiology Analyzer)
27 Melakukan Pemeriksaan Virus pada Telur Berembrio
28 Melakukan Pemeliharaan Strain Mikroba
29 Melakukan Penanganan Jaringan
30 Melakukan Proses Jaringan
31 Melakukan Penanganan Sampel Sitopatologi
32 Melakukan Pembuatan Sediaan Histopatologi
33 Melakukan Potong Beku Jaringan
34 Melakukan Pembuatan Blok Sel
35 Melakukan Pewarnaan Histopatologi
36 Melakukan Pewarnaan Papanicolau
37 Melakukan Pewarnaan Histokimia
38 Melakukan Teknik Isolasi Asam Nukleat
39 Melakukan Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
40 Melakukan Teknik Identifikasi Asam Nukleat
41 Memilih dan Menguji Kualitas Alat dan Reagensia
42 Melakukan Kalibrasi Internal terhadap Alat Ukur Laboratorium
43 Melakukan Pemeliharaan dan Penanganan Masalah pada Mikroskop
44 Melakukan Pengendalian Mutu Internal Laboratorium
45 Membuat Dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
46 Melakukan Verifikasi terhadap Proses Analisis Sampel
47 Melakukan Penanganan Limbah Laboratorium
48 Melakukan Flebotomi Arteri dengan Penyulit
49 Melakukan Pemeriksaan Kimia Klinik Khusus
50 Melakukan Pemeriksaan Analisa Gas Darah
51 Melakukan Pemeriksaan Hematologi Khusus
52 Melakukan Pemeriksaan Sitologi Darah

1.3 Resiko Kerja ATLM yang timbul

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Fasyankes sebagai
institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki risiko
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM Fasyankes, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes.
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes meliputi bahaya fisik,
kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja. Potensi bahaya biologi
penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit merupakan risiko
kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang dapat menimbulkan penyakit
akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan dan teknologi di
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id
Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar keselamatan
akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan hingga fatal.
WHO pada tahun 2000 mencatat kasus infeksi akibat tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis B -14- sebesar 32%, Hepatitis
C sebesar 40%, dan HIV sebesar 5% dari seluruh infeksi baru. Panamerican Health
Organization tahun 2017 memperkirakan 8-12% SDM Fasyankes sensitif terhadap sarung
tangan latex. Di Indonesia berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tahun 1987-2016 terdapat 178
petugas medis yang terkena HIV AIDS. Berikut adalah gambaran resiko kerja ATLM :

1) Resiko Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja atau occupational diseases adalah penyakit yang diderita
sebagai akibat pemanjanan faktor-faktor yang timbul dari kegiatan pekerjaan. Di
dalam laboratorium terdapat berbagai jenis reagen yang digunakan sehingga ATLM
memiliki resiko penyakit akibat kerja yang diantaranya sebagai berikut :
a. Penggunaan reagen Ziehl-Neelsen carbol-fuchsin solution untuk pemeriksaan
mikroskopis TBC menurut Lembaran data keselamatan bahan (MSDS) menurut
Peraturan (UE) No. 1907/2006 No katalog 1109215. Diduga menyebabkan
kerusakan genetik dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ seperti hati,
ginjal, jantung melalui paparan yang lama atau berulang. Meskipun
menggunakan alat pelindung diri (APD) masker tetapi masih tetap akan terhirup.
Efek terpenting yang dapat diakibatkan dari hirupan, kontak dengan kulit, kontak
dengan mata ataupun tertelan, baik akut ataupun tertunda adalah pertahanan
saluran pernapasan, mengantuk, pening, tidak sadar, gangguan kardiovaskular,
kolaps, perubahan komponen sel darah, sakit kepala, kebingungan, kematian,
iritasi dan korosi, batuk, napas tersengal, resiko kebutaan, luka bakar dan efek
CMR sifat mutagenik cacat genetik terbukti;
b. Penggunaan reagen Etixbromida (ETBR) untuk pemeriksaan PCR dan zat bahan
kimia karsinogenik menyebabkan cancer kulit dan paru-paru.
c. Penggunaan Zat bahan kimia teratogenik kimia menyebabkan penyakit kongenital;
d. Penggunaan Zat bahan kimia logam berat menyebabkan bronkhitis, ganguan
ginjal, gangguan daya ingat, penyakit syaraf, hepatitis, anemi, infertil;
e. Penggunaan logam berat menyebabkan penyakit bronkitis, paringitis, gangguan
ginjal, perforasi sekat hidung, peny. Syaraf, hepatitis, gangguan ginjal, gangguan
daya ingat, insomnia, gangguan ginjal, anemi, infertil. peny, syaraf dan gangguan
emosi;
f. Penggunaan Formalin dalam pemeriksaan sitologi dan histologi yang dapat
menyebabkan iritasi, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia bersifat karsinogen;
g. Faktor bahaya ergonomic karena gerakan repetitive seperti memipet reagen
menyebabkan Carpel Tunel Sindrom (CTS) dan Tringer Finger.

2) Resiko Lingkungan Kerja


ATLM memiliki resiko tinggi terpapar berbagai penyakit infeksi karena pasien
yang melakukan pemeriksaan , bahan berbahaya beracun (B3) dan radiasi yang
diakibatkan oleh proses pelayanan di tempat bekerja. Proses yang memiliki resiko
tinggi diantaranya:
- Kontak langsung dengan suspect atau pelanggan yang menderita penyakit
menular seperti TBC, HIV, Hepatitis, Sifilis, Dipteri, Covid-19 all varian.
- Kontak spesimen pada saat pengambilan spesimen;
- Kontak wadah atau penampung saat distribusi spesimen ke laboratorium
rujukan;
- Kontak spesimen sebelum dilakukan pemeriksaan;
- Kontak spesimen saat pemeriksaan spesimen;
- Kontak saat penyimpanan, pembuatan atau penggunaan media dan reagensia
untuk seluruh pemeriksaan dan infeksi nosokomial;
- Penanganan limbah infeksius, B3 dan radiasi.
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

3) Resiko Kecelakaan Kerja


Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga dan tidak diharapkan maksudnya tidak dilatarbelakangi unsur kesengajaan
dan tidak direncanakan. Salah satu contoh kecelakaan kerja ATLM adalah :
a. Tertusuk jarum suntik saat pengambilan sampel darah pasien dapat
menyebabkan terinfeksi penyakit HIV, Hepatitis A, B, C dll.
b. Terpecik bahan sampel uji pasien (cairan tubuhnya seperti dari darah) dapat
menyebakan terinfeksi penyakit HIV, Hepatitis A, B, C dll.
c. Tertumpah bahan kimia/reagensia saat pemeriksaan contoh uji menyebabkan
luka bakar.
d. Terpercik bahan kimia menyebabkan iritasi mata.

1.4 Dasar Hukum


1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1199/MENKES/ PER/
X/ 2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Pedoman Pengadaan Tenaga
Kesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Praktik dan Izin
Penyelenggaraan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
4. Keputusan Gubernur setiap Provinsi seluruh Indonesia tentang Upah Minimum
Regional maisng-masing Kabupaten / Kota.
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

BAB II
STRUKTUR, KOMPONEN DAN FORMULASI UPAH

2.1 Struktur Aturan Upah

Proses pemberian upah terhadap pegawai memiliki struktur dan dan dasar
hukum yang jelas. Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam
memberikan upah terhadap pegawai. Namun, pemberian upah merupakan kewajiban
bagi perusahaan sebagai bentuk dan tindakan balas jasa yang diterima oleh tenaga
kerja atas prestasi atau jasa yang telah diberikannya kepada perusahaan. Berdasarkan
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa:
1. Pasal 1 : Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan dari
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan.
2. Pasal 88 :
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak eaktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan acara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk membayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
3. Pasal 89 :
1) Upah minimum sebagai dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat
terdiri dari atas :
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada
pencapaian kebutuhan hidup layak.
3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan
Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
4. Pasal 90 :
1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
2) Bagai pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id
3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.

Berdasarkan kajian Undang Undang Ketenagakerjaan tersebut, maka


perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan upah sesuai jenisnya kepada
pegawai tidak terkecuali untuk tenaga kesehatan. Hal ini dijelaskan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1199/Menkes/ Per/ X/ 2004 Tanggal
19 Oktober 2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan Dengan Perjanjian
Kerja Di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah yaitu :
- Pedoman sebagai mana dimaksud pada diktum kedua dimaksudkan untuk
memberikan acuan bagi Gubernur/ Bupati/ Walikota atau pimpinan sarana
kesehatan dalam melaksanakan pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian
kerja pada sarana kesehatan milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah
sesuai kewenangannya.
- Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah tenaga kesehatan
yang kedudukannya bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap
yang didayagunakan di sarana kesehatan milik Pemerintah dengan perjanjian
kerja dalam waktu tertentu.
- Sarana kesehatan milik swasta dalam mengadakan perjanjian kerja dengan
tenaga kesehatan dapat mengacu pada ketentuan ini .
- Hak Tenaga Kesehatan:
1) Memperoleh penghasilan / upah
2) Memperoleh pengkuan pengalaman kerja sesuai dengan masa kerja
3) Memperoleh tunjangan transport premi asuransi jiwa dan jaminan
pemeliharaan kesehatan sesuai peraturan yang berlaku di sarana kesehatan
tersebut
4) Memperoleh kesejahteraan / insentif yang ditetapkan oleh pimpinan,
misalnya jasa medik, lembur dan lain-lain
5) Memperoleh cuti yang ditetapkan oleh pimpinan
a. Cuti tahunan lamanya 12 hari kerja bagi tenaga kesehatan dengan
perjanjian kerja lebih dari satu tahun
b. Cuti hamil lamanya satu bulan sebelum melahirkan dan satu setengah
bulan setelah melahirkan bagi karyawati
c. Cuti sakit lamanya berdasarkan atas surat keterangan dokter
d. Selama menjalankan cuti hak-hak atas penghasilan / upah tetap dibayar
sebagaimana mestinya.
6) Menjalankan praktik di luar jam kerja sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
7) Berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila pemberi kerja tidak
memenuhi kewajibannya

Memperhatikan standar biaya hidup di setiap wilayah yang masih variatif, maka
turunan aturan dari peraturan menteri kesehatan tersebut harus tertuang dalam
putusan wilayah atau regional, dalam hal ini minimal keputusan gubernur setempat.
Keseluruhan aturan tersebut akan menjadi acuan bagi tenaga kerja, khususnya
ATLM dalam meninjau serta menuntut kesetaraan upah yang akan diterima sesuai
dengan pekerjaan dan jenjang pendidikan atau keahlian yang dimiliki.

2.2 Komponen Pekerjaan ATLM

Ahli Teknologi Laboratorium Medik memiliki kemampuan khusus dalam


melakukan pemeriksaan laboratorium klinik. Kemampuan tersebut tertuang dalam
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 170 Tahun 2018
Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas
Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial, Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia
Bidang Teknologi Laboratorium Medik, dimana ATLM memiliki 108 kompetensi dalam
melakukan pekerjaan di laboratorium hingga jenjang pendidikan S3 keilmuan
Laboratorium Medik
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

2.3 Formulasi Upah ATLM


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
1199/menkes/ per/ x/ 2004 tanggal 19 oktober 2004 tentang Pedoman Pengadaan
Tenaga Kesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah,
berikut model penyusunan struktur gaji tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja :
1. Gaji Pokok
Yang menentukan besar kecilnya gaji pokok tenaga kesehatan dengan
perjanjian kerja adalah faktor tingkat Pendidikan.

Tabel 3. Gaji pokok masing-masing tingkat Pendidikan


No Tingkat pendidikan Gaji pokok
3 D3 1,6 x UMR
4 Sarjana terapan (D4) 1,7 x UMR
6 Pasca sarjana (S2) 1,9 x UMR
2. Tunjangan
Tunjangan adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat
tenaga kesehatan mengemban tanggung jawab atau menanggung resiko
pekerjaan. Pekerjaan Ahli Teknologi Laboratorium Medik melakukan pekerjaan
secara professional berdasarkan kualifikasi pendidikan sehingga perlu
mendapatkan tunjangan profesi. Besarnya tunjangan profesi yaitu 0,3 x gaji
pokok.
Adapun tunjangan lain seperti tunjangan jabatan atau tunjangan
pengabdian. Besarnya tunjangan jabatan atau tunjangan pengabdian di daerah
terpencil setinggi-tingginya sama dengan besarnya gaji pokok. Tunjangan
kesejahteraan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja dapat tunjangan
materil berupa uang dan tunjangan non materil (berupa fasilitas) tunjangan
materil yang diberikan, maka tunjangan diberikan bersamaan pembayaran gaji,
karena tunjangan tersebut bersifat tetap.

Sehingga penghasilan Ahli Teknologi Laboratorium Medik terdiri dari :


Gaji pokok + Tunjangan profesi dan tunjangan lainya jika menduduki suatu
jabatan struktural atau berdasarkan kebijakan pemilik fasilitas pelayanan
kesehatan setempat
Jl. Kramat V Nomor 12B Jakarta Pusat 10430, website : www.patelki.or.id, e-mail : sekretariat.dpp@patelki.or.id

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas, PATELKI berharap seluruh fasilitas kesehatan dapat


merealisasikan kesejahteraan Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun di sarana kesehatan milik swasta
dapat memperoleh hak penghasilan sesuai standar yang telah ditetapkan mengacu
kepada pemerintah di Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1199/MENKES/PER/X/2004.
Semoga pedoman standar upah ini bermanfaat untuk keberlangsungan hidup
dan kesejahteraan untuk Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia.

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai