Anda di halaman 1dari 4

Bahan Ajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian

Hilmi Arija Fachriyan, M.Si.

I. SAINS DAN PERTANIAN

1. Sains dan Ilmu


Setelah merenungkan bagaimana secara tidak sengaja manusia mendapatkan
pengetahuan dari pengalaman, kita dapat bertanya-tanya apakah pengetahuan itu sama
dengan ilmu ? Kalau pengetahuan tidak sama dengan ilmu, kita pun dapat bertanya-tanya
bilamana pengetahuan itu berubah menjadi ilmu ? Karena sering juga kita mendengar
orang berbicara mengenai sains, kita pun dapat bertanya-tanya apa perbedaan antara ilmu
dan sains ?
Kata sains berasal dari kata Inggris science. Kata ini pun diturunkan dari kata Yunani
scire yang makna harfiahnya ialah mengetahui. Karena itu sains sebagai suatu kegiatan
dapat diartikan sebagai cara-cara untuk mengetahui. Selain itu sains juga dapat diartikan
sebagai kumpulan pengetahuan yang telah mengalami pemberian, penggolongan, dan
pendefinisian untuk menemukan berbagai keteraturan hubungan di antara berbagai
butir pengetahuan di dalamnya yang berlaku secara umum. Dalam makna seperti ini
sains sudah biasa kita sebut ilmu pengetahuan, walaupun makna asli ilmu di dalam
bahasa Arab sebenarnya sama saja dengan pengetahuan.

2. Sains sebagai Ilmu Pengetahuan


Manusia dilahirkan ke dunia dengan dilengkapi otak sebagai alat untuk berfikir dan
bernalar. Itulah ciri yang membedakannya dari makhluk hidup yang lain. Walaupun
misalnya harimau juga mempunyai otak, otak itu hanya dapat digunakannya untuk
mengingat apa yang telah terjadi. Ingatan itu kemudian disimpan sebagai pengalaman.
Kalau hal serupa terjadi lagi harimau dapat menggunakan pengalaman itu untuk
memberikan tanggapan. Lain halnya dengan manusia karena pengalamannya itu
kemudian dapat dirangkai-rangkaikan untuk dijadikan suatu kumpulan pengetahuan yang
saling kait-mengait. Kumpulan pengetahuan ini yang kemudian dapat pula digunakan
mengembangkan pengetahuan baru berkat daya ramalnya dinamakan sains atau ilmu
pengetahuan.
3. Ilmu-ilmu Pertanian Sebagai Ilmu Empirik
Dalam usaha bercocoktanam dan pemeliharaan hewan pun manusia mengumpulkan
pengalaman. Salah satu pengalaman pertama manusia mengenai bercocoktanam yang
tercatat dalam sejarah ialah mengenai ditemukannya pengetahuan tentang
perkembangbiakan pohon kurma yang terjadi secara seksual. Pada zaman peradaban
Babilonia telah diketahui bahwa satu pohon kurma tidak dapat berkembangbiak tanpa
adanya pohon kurma yang lain yang belainan jenis kelaminnya. Bagaimana caranya
mereka mengetahui hal itu ?Mungkin sekali dari pengalaman para petani menyingkirkan
semua pohon kurma yang mandul dan tidak menghasilkan kurma, karena dianggap
mubazir untuk dipelihara. Ternyata setelah semua pohon itu disingkirkan, pohon lainnya
pun tidak mampu berproduksi, karena pohon yang tadinya menghasilkan kurma itu adalah
pohon betina dan pohon yang disingkirkan itu adalah pohon jantan. Peristiwa tersebut
tercatat dalam sejarah terjadi pada zaman Babilonia (Ronan, 1982).
Tampaklah bahwa pengetahuan muncul karena pengalaman. Bahwa dalam
pengembangan pengetahuan pengalaman itu diperlukan untuk mendukung atau menolak
kebenaran suatu pendapat tercatat dalam sejarah dalam bentuk suatu hadis yang sahih
(Muslim, Kitab 43 Bab 38, Hadis 140-141): Melihat orang-orang yang sedang
menyerbuki bunga kurma, Nabi bertanya: ”Apa yang sedang kamu perbuat?” Setelah
diberitahu apa yang mereka kerjakan, Nabi berkata lagi: ”Barangkali lebih baik jika
tidak kamu lakukan itu.” Setelah tenyata kemudian buah kurma itu berguguran dan Nabi
diberitahu, Nabi berkata: ”Aku hanya seorang manusia, jika perintahku mengenai
agama, ikutilah. Kalau yang kuperintahkan mengenai sesuatu itu dari pendapatku
sendiri, aku hanya seorang manusia juga.” Dalam peristiwa yang sama tetapi sedikit
berbeda redaksinya, Nabi berkata (Ibnu Majah IV:1259, Hadis 5830-5832): ”Kamu lebih
mengetahui soal duniamu.”
Hikmah yang dapat diperoleh dari kedua hadis ini ialah bahwa pendapat seseorang
itu gugur kalau kenyataan yang diamati tidak sesuai dengan pendapat tersebut. Dari pola
berpikir ini muncullah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman atau empirisme
(Yunani : empeira – pengalaman). Ilmu pengetahuan empirik ini pada mulanya adalah
buah pikiran Ibnu Khaldun dan kemudian diserap menjadi milik orang Eropa dalam
Zaman Kebangkitan Eropa serta dikembangkan menjadi tulang punggung sains modern
oleh Francis Bacon.
Dalam bidang kegiatan pertanian juga banyak sekali pengetahuan yang telah
dikumpulkan berdasarkan pengalaman dalam perjalanan sejarah. Pengalaman-
pengalaman itu kemudian dihimpun menjadi sekumpulan ilmu terapan yang dinamakan
ilmu-ilmu pertanian. Salah satu ciri ilmu terapan ialah bahwa semua yang terdapat dalam
ilmu itu akhirnya dapat diterangkan dengan menggunakan ilmu dasar. Dalam hal ilmu-
ilmu pertanian, semua peristiwa yang menyangkut pengetahuan tentang alam dapat
diterangkan oleh biologi, dan semua peristiwa biologi dapat diterangkan oleh ilmu kimia
yang akhirnya dapat pula diterangkan dengan menggunakan ilmu fisika. Dalam hal ilmu
pertanian yang berkaitan dengan perilaku manusia, semuanya dapat diterangkan oleh ilmu
ekonomi dan ilmu sosial.

4. Ilmu dalam Kegiatan Pertanian


Usaha pertanian pada dasarnya bersandar pada kegiatan menyadap energi surya agar
menjadi energi kimia melalui peristiwa fotosintesis. Hasil fotosintesis ini kemudian
menjadi bagian tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan manusia sebagai bahan
makanan, bahan sandang dan papan, sumber energi, dan bahan baku industri. Untuk dapat
menghasilkan bahan-bahan organik itu tumbuhan dan hewan harus dapat hidup di dalam
suatu lingkungan yang terdiri atas tanah, air, dan udara pada suatu iklim yang sesuai.
Karena itu ilmu-ilmu pertanian mencakup ilmu tanah, ilmu tata air, dan ilmu cuaca
dan iklim yang tergolong ke dalam kelompok ilmu-ilmu lingkungan kehidupan dan
budidaya.
Tumbuhan yang dipelihara manusia dengan sengaja agar dapat memberikan manfaat
kita namakan tanaman, sedangkan hewan yang dipelihara untuk hal yang sama kita sebut
ternak. Setelah lingkungan kehidupan dan budidaya yang sesuai untuk tanaman dan
ternak tersedia, segala usaha pertanian belum dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
ilmu-ilmu yang memecahkan persoalan pembudidayaannya. Ilmu-ilmu yang termasuk
dalam kelompok budidaya ini ialah ilmu budidaya tanaman atau agronomi, hortikultura
yang menyangkut budidaya sayuran, buah-buahan, dan tanaman-hias, budidaya hutan,
ilmu budidaya ternak, ilmu budidaya perairan, proteksi tanaman, kedokteran hewan,
keteknikan kelautan dan keteknikan pertanian.
Sebagian hasil usaha pertanian digunakan langsung sebagai makanan manusia atau
pangan dan makanan ternak atau pakan. Penggunaannya sudah tentu haruslah dengan
menganut azas manfaat. Karena itu dipandang dari segi kepentingan manusia harus
diketahui cara menyajikan makanan yang baik dari segi kebersihan, kesehatan, dan daya
beli masyarakat. Itulah sebabnya ilmu-ilmu pertanian juga mencakup ilmu gizi
masyarakat dan sumberdaya keluarga, sedangkan untuk permasalahan pakan diperlukan
juga suatu ilmu yang berkenaan dengan hal itu dan disebut ilmu makanan ternak atau
ilmu pakan. Hasil usaha pertanian itu sebagian juga tidak digunakan secara langsung
tetapi diubah bentuknya sehingga lebih tahan lama atau lebih mudah dicerna. Untuk hal
itu ilmu-ilmu pertanian juga mencakup teknologi pangan dan gizi, serta bioteknologi.
Bioteknologi ini dapat dipelajari sebagai bagian teknologi pangan dan gizi atau juga
sebagai bagian dari biologi, yaitu di dalam mikrobiologi.
Penggerak usaha pertanian adalah manusia. Karena itu kelancaran usaha pertanian
sangat bergantung pada sikap dan perilaku manusia penggeraknya. Perilaku dan sikap
manusia ini ditentukan oleh sikapnya dalam mencari nafkah bagi kehidupannya yang
dibahas dalam ilmu ekonomi pertanian. Selain itu sikap hidup ini juga tergantung sekali
pada caranya bermasyarakat. Oleh karena itu ilmu-ilmu pertanian juga mencakup
sosiologi pedesaan. Permasalahan penting yang mencakup sikap hidup manusia
penggerak usaha pertanian ini adalah juga bagaimana caranya mereka itu dapat dengan
segera memahami perkembangan baru dalam berbagai teknik budidaya dan pemasaran.
Untuk itu ilmu komunikasi pertanian adalah faktor kunci yang penting yang
menjembatani hasil penelitian pertanian dengan pengusaha pertanian sebagai manusia
penggerak usaha pertanian.

5. Sains Pertanian Bertumpu pada Ilmu-ilmu Dasar


Semua ilmu dan teknologi yang mencakup ilmu-ilmu pertanian yang telah disebutkan
tadi bertumpu pada ilmu-ilmu dasar fisika, kimia, dan biologi. Selain itu ilmu-ilmu ini
sangat tergantung pada matematika dan statistika sebagai bahasa komunikasi ilmiah.
Karena itu kesemua ilmu dasar ini dapat dianggap sebagai ilmu-ilmu penunjang dalam
ilmu-ilmu pertanian.

Anda mungkin juga menyukai