Anda di halaman 1dari 7

Perkuliahan Keterampilan Dasar Komunikasi

Pertemuan Pertama

Unsur-unsur Komunikasi
Prasyarat komunikasi.

Dalam berkomunikasi, dibutuhkan syarat-syarat tertentu sebagai berikut:

1) Komunikator: yang menyampaikan pesan. Bisa berupa seseorang yang sedang


berbicara, perusahaan, organisasi.

Ruang lingkup psikologi komunikasi dalam unsur komunikator terutama berbicara


terhadap kemampuan dalam mempersuasi komunikan. Menurut Onong Uchjana
Effendy dalam Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, tujuan komunikator secara
teologis yaitu mengubah sikap, opini, perilaku, kepercayaan, ataupun agama,
karenanya ruang lingkup dalam memahami unsur komunikator sangatlah luas.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, ketika komunikator berkomunikasi yang berpengaruh


bukan saja apa yang ia katakan tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t
communicate what he says, he communicate what he is (dalam Jalaludin Rahmat
Psikologi Komunikasi). Ia tidak menyuruh pendengar memperhatikan apa yang ia
katakan, pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-
kadang siapa lebih penting dari apa. Aristoteles menyatakan, bahwa persuasi tercapai
karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan
pembicaraannya kita menganggap dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat
percaya pada orang-orang yang baik daripada orang lain : Ini berlaku umumnya pada
masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan
pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan
personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan
persuasinya ; sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang
paling efektif yang dimilikinya (dalam Prof. Jalaludin Rahmat Psikologi Komunikasi).

Aristoteles menyebut karakter personal pembicara sebagai Ethos. Ethos terdiri dari
pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral
character, good will). Nina Syam menyatakan bahwa Ethos mengajarkan para
ilmuwan tentang pentingnya rambu-ramnu normatif dalam perkembangan ilmu yang
merupakan kunci utama bagi hubungan antara produk ilmu dengan user (Prof. Nina
W. Syam). Hovland dan Weis (dalam Jalaludin Rahmat Psikologi Komunikasi),
menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari Expertise (keahlian) dan trustworthiness
(dapat dipercaya). Nasihat dokter kita ikuti, karena dokter memiliki keahlian. Tetapi
omongan pedagang yang memuji barangnya agak sukar kita percayai karena kita
meragukan kejujurannya karena tidak memiliki trustworthiness. Jalaluddin Rakhmat
mengatakan ethos terdiri dari kredibilitas, atraksi, dam kekuasaan, sebagai
penghormatan pada Aristoteles. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate
tentang sifat-sifat komunikator, artinya tidak inheren dalam diri komunikator dan
berkenaan dengan sifat-sifa komunikator karena kredibilitas itu masalah persepsi.
Kredibilitas berubah bergantung pada pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang
dibahas, dan situasi. Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang
komunikator sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut Prior Ethos.

Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal, kita membentuk
gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komunikator
atau dari pengalaman wakilan (vicarious experience). Ada dua komponen yang paling
penting berkaitan dengan kredibilitas ialah keahlian dan kepercayaan. Keahlian
adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam
hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan adalah kesan komunikate
tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Atraksi berkaitan dengan daya
tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung menyenangi orang-
orang yang tampan atau cantik, yang banyak kesamaannya dengan kita, dan memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dari kita (dalam Jalaludin Rahmat Psikologi
Komunikasi). Shelly Chaiken, seorang psikolog cantik dari University of
Massachusets, menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi
dengan studi lapangan. Ia mengkritik penelitian laboratorium yang meragukan
pengaruh atraksi fisik. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena
menarik ia memiliki daya persuasif. Kekuasaan dalam kerangka teori Kelman, adalah
kemampuan menimbulkan ketundukan. Ketundukan timbul dari interaksi antara
komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat
memaksakan kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang
sangat penting. French dan Raven (dalam Jalaludin Rahmat Psikologi Komunikasi)
menghasilkan lima klasifikasi kekuasaan, yaitu : Kekuasaan koersif, kekuasaan
keahlian, kekuasaan informasional, kekuasaan rujukan, dan kekuasaan legal. Apa
pun jenis kekuasaan yang dipergunakan, ketundukan adalah pengaruh yang paling
lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi. Dengan begitu, kekuasaan
sepatutnya digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator.

2) Pesan: isi atau yang disampaikan oleh komunikator. Bisa berupa ide, perasaan,
pemikiran, dan lain-lain

Berbicara tentang pesan tidak terlepas dari kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the
power of words. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Kitab suci Al-
Qur’an menyebutkan penciptaan manusia dengan mengatakan, “Dia menciptakan
manusia, mengajarnya pandai bicara.” (55 : 2-3).

Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tertentu. Cara-cara ini kita sebut Pesan Paralinguistik.
Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan
bahasa, misalnya dengan isyarat ; ini disebut Pesan Ekstralinguistik. Hubungan antara
bahasa dengan proses berpikir dikemukakan dalam teori Whorf (Whorfian
Hyphotesis). Secara singkat teori ini dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang
dunia di bentuk oleh bahasa ; dan karena berbeda bahasa, pandangan kita tentang
dunia pun berbeda pula (dalam Jalaludin Rahmat Psikologi Komunikasi). Secara
selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa yang
berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula. Misalnya orang Sunda
mempunyai sekian banyak perasaan yang dapat diungkapkan dalam bahasa Sunda,
tetapi tidak ada dalam bahasa Indonesia.

Aristoteles menyatakan bahwa pesan terdiri dari organisasi pesan, struktur, dan
imbauan pesan. Organisasi pesan kaitannya dengan sistematika penulisan, yang
terdiri dari : deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Alan H. Monroe
(Rakhmat, 1991:297) menyarankan lima langkah penyusunan pesan :

• attention (perhatian)
• need (kebutuhan)
• satisfaction (pemuasan)
• visualization (visualisasi)
• action (tindakan).
Imbauan pesan kaitannya dengan isi pesan, yang terdiri dari imbauan rasional,
imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran, dan imbauan motivasional..

3) Komunikan: yang menerima pesan. Bisa berupa orang (secara individu)


ataupun sekelompok orang/massa.

Kajian komunikasi yang paling sering adalah pada unsur komunikan terutama perilaku
atau reaksi komunikan. Pada diri komunikan atau komunikate, psokolog memberikan
karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang
mempengaruhi perilaku komunikasinya. Seorang psikolog, memandang komunikasi
pada perilaku manusia komunikan. Tugas ahli linguistiklah yang membahas
komponen-komponen yang membentuk struktur pesan. Tugas ahli tekniklah yang
menganalisa beberapa ‘noise’, yang terjadi di jalan sebelum pasan sampai pada
komunikan, dan beberapa pesan yang hilang. Psikologi mulai masuk ketika
membicarakan bagaimana manusia memproses pesan yang diterimanya dan
bagaimana cara berpikir dan cara melihat manusia dipengaruhi oleh lambang-
lambang yang dimiliki.

Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan
menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekita kita. Hubungan kita dengan orang
lain akan menentukan kualitas hidup. Bila orang lain atau komunikan tidak memahami
gagasan Anda, bila pesan Anda menjengkelkan mereka, bila Anda tidak berhasil
mengatasi masalah pelik karena komunikan menentang pendapat Anda dan tidak
mau membantu Anda, maka Anda telah gagal dalam berkomunikasi. Maka dari itu
peranan komunikan atau komunikate sangat penting dalam keberhasilan suatu
komunikasi. Komunikasi itu berhasil apabila adanya persamaan persepsi atau makna
antara komunikator dengan komunikate (R/S = 1). Maka dari itu salah satu fokus
utama dari psikologi komunikasi yaitu komunikan atau komunikate.

4) Saluran: media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.


• Sarana komunikasi cetak: berbagai macam barang yang dicetak, yang dapat
digunakan dalam menyampaikan informasi. Misalnya: bulletin, koran, tabloid,
pamflet, spanduk, brosur, dsb.
• Sarana audio: sarana komunikasi dengan menggunakan indra pendengaran
(audio). Contohnya: telepon, komunikasi langsung, HP, radio, dll.
• Sarana visual: sarana berkomunikasi dengan menggunakan indrapenglihatan
(visual). Contohnya: slide, email, foto.
• Sarana audio visual: sarana berkomunikasi yang menggunakan indra
pendengaran sekaligus penglihatan (audio dan visual), seperti televisi, video.
Lebih lengkap mengenai kelebihan dan kelemahan setiap sarana komunikasi,
lihat tabel berikut:

5) Respons: reaksi, tanggapan, umpan balik atau feed back sebagai hasil
komunikasi yang terjadi. Diharapkan, informasi yang diharapkan bisa dipahami
oleh kedua belah pihak.
Ilustrasi syarat terjadinya komunikasi

Setiap pengalaman komunikasi menghasilkan satu atau lebih fungsi. Misalnya,


komunikasi dapat menolong kita untuk mengetahui siapa diri kita, atau memapankan
suatu hubungan dengan seseorang atau mencoba untuk mengubah sikap dan
perilaku, baik diri kita maupun orang lain. Ada tiga fungsi utama komunikasi, yaitu:

1) Memahami diri sendiri dan orang lain


Salah satu kunci komunikasi adalah memahami diri sendiri dan orang lain. Jika kita
ingin mengetahui tentang orang lain maka kita akan mengetahui tentang diri kita
dan jika kita ingin mengetahui diri kita maka kita akan belajar bagaimana orang
lain mempengaruhi kita. Dengan kata lain, kita bergantung pada komunikasi untuk
membangun kesadaran diri kita. Kita membutuhkan umpan balik setiap waktu dari
orang lain dan orang lain secara tetap juga membutuhkan feedback dari kita.
2) Memapankan Hubungan yang Bermakna
Dalam rangka membangun suatu hubungan, kita tidak dapat hanya memikirkan
diri kita sendiri, tetapi kita harus mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan
orang lain. Dalam suatu hubungan interpersonal, kelompok kecil, dan kontak
komunikasi publiklah kebutuhan dasar sosial kita bertemu. Komunikasi
menawarkan kita kesempatan untuk memuaskan apa yang disebut Willian Schutz
sebagai “kebutuhan kita untuk iklusi, kontrol, dan afeksi”. Iklusi adalah kebutuhan
kita untuk bersama dengan orang lain, untuk mengadakan kontak sosial. Kontrol
adalah kebutuhan kita untuk merasa bahwa kita itu mampu bertanggung jawab,
bahwa kita mampu bekerja sama dan mengelola lingkungan kita. Afeksi adalah
kebutuhan kita untuk menyatakan dan menerima cinta atau kasih sayang.
3) Mengubah Sikap dan Perilaku
Dalam interaksi antarpribadi, kelompok kecil dan komunikasi publik, setiap individu
memiliki kesempatan untuk mempengaruhi orang lain, baik secara dasar atau
tidak. Kita menghabiskan banyak waktu untuk mencoba mempengaruhi orang lain
agar berfikir, seperti apa yang kita pikir, bertindak sebagaimana kita lakukan, dan
menyukai apa yang kita sukai. Kadang kala upaya kita berhasil atau gagal.

Anda mungkin juga menyukai