Anda di halaman 1dari 4

Resensi Novel

Tuhan Maha Asyik

Guru Pembimbing :
Dra. Alis Marliati

Disusun Oleh:
Ilham Makhna Akbar

SMA Negeri 1 Baleendah


Jl. R.A.A Wiranata Kusumah No.30, Baleendah, Kec. Baleendah,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40375
2021/2022
Memperkenalkan ke-Maha Asyik-an Tuhan

Judul : Tuhan Maha Asyik


Pengarang : Sujiwo Tejo & Dr. Mn. Kamba
Penerbit   : Imania
Tahun Terbit : Cetakan XIV, November 2019
Jumlah Hal : 245 halaman
ISBN        : 978-602-7926-29-5

“Orang-orang yang mengaku beragama yang justru gaduh mempersoalkan


siapa-siapa saja yang boleh masuk surga dan siapa-siapa saja calon penghuni
neraka.”

       Buku Tuhan Maha Asyik merupakan salah satu dari sekian banyak karya
yang telah diciptakan oleh Sujiwo Tejo. Sujiwo Tejo memperkenalkan dirinya
sebagai dalang wayang kulit dan wayang orang Jawa, juga dalang wayang
topeng (kerte) Madura. Selain Sujiwo Tejo yang menulis buku Tuhan Maha
Asyik juga yaitu DR. MN. Kamba. Dr.Mn.Nur Samad Kamba, ia merupakan
dosen pengampu Tasawuf pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung sejak 1998-sekarang. 

Buku ini dibuka dengan theme song Tuhan Maha Asyik, prolog oleh
Pandita Mpu Jaya Prema, kemudian 28 bab inti, ditutup dengan epilog oleh
Pastor Antonius Benny Susetyo, dan biodata singkat penulis.

Pesan atau makna dalam buku ini disampaikan melalui dialektika  dari 8
tokoh dengan latar belakang berbeda-beda, taraf ekonomi keluarganya berbeda-
beda, pekerjaan orang tua mereka berbeda-beda, hingga kesukaan mereka pun
berbeda-beda. Akan tetapi, mereka semua adalah teman sekelas dan sekaligus
sahabat. Kedelapan tokoh tersebut yaitu Buchori, Kapitayan, Parwati,
Christine, Samin, Dharma, dan Pangestu.

Kedelapan tokoh tersebut saling mempertanyakan tentang segala hal.


Mulai dari mempertanyakan tentang kehendak, nasib, kebhinekaan, dll. Setiap
babnya membahas hal-hal yang berbeda tetapi tetap berkesinambungan. Tidak
lain karena memang narasi yang digambarkan adalah tentang kehidupan anak-
anak pada umumnya, yang bersekolah, bermain, berdiskusi mengerjakan tugas,
membantu orang tuanya, dll.

Kedelapan anak tersebut tidak hanya mempertanyakan segala hal. Akan


tetapi, mereka mempunyai argumen yang kuat juga. Dialektika mereka mampu
menyadarkan pembaca terhadap dogma-dogma mainstream yang justru
miskonsepsi yang telah tersebar selama ini. Bahwa selama ini, keyakinan kita
dalam beragama justru menjauhkan kita dari makna beragama yang sejati.
Karena kita selama ini selalu disibukan dengan ritual-ritual formal. Padahal
Tuhan sendiri berharap dan selalu mengajak untuk terus berhubungan dengan-
Nya di setiap ruang dan waktu. Seharusnya agama-agama mengajarkan
kebijaksanaan dan kearifan. Akan tetapi, orang-orang yang mengaku beragama
yang justru gaduh mempersoalkan siapa-siapa saja yang boleh masuk surga dan
siapa-siapa saja calon penghuni neraka.

Di dalam buku ini, penulis hendak menyampaikan pesan bahwa Tuhan


itu sangat asyik ketika definisi atau pemahaman tentang-Nya tidak dimonopoli
oleh pihak tertentu, sekalipun pihak yang mengaku paling agamis. Penulis
bahkan menyatakan bahwa Tuhan itu tidak terdefinisikan dan logika manusia
tidak akan menjangkau-Nya. Tuhan adalah segala-galanya, kemanapun kita
memandang, di situlah letak wajah Tuhan. Menjalin hubungan dengan Tuhan
bukan dengan pendekatan persepsional dan konseptual, melainkan dengan
intimasi cinta (hal 121).

Buku ini ditutup dengan paragraf, “agama bukanlah paguyuban tempat


berkumpul-kumpul membentuk jamaah eksklusif, apalagi melakukan pameran
ritual untuk menyombongkan diri.”

Kelebihan: karena pembawaan atau alur cerita yang sangat relate dengan
kehidupan sehari-hari, buku ini dapat dibaca oleh semua golongan. Apalagi
bagi orang-orang yang suka berfilosofis tentang kehidupan ini, mereka akan
‘merasa’ berdialog dengan tokoh-tokoh di dalam buku ini.

Kekurangan: dalam beberapa topik, dibutuhkan pemahaman ekstra untuk


memahami maksud yang penulis ingin sampaikan. Artinya, dibutuhkan
setidaknya pemahaman dasar terlebih dahulu bagi si pembaca untuk dapat lebih
mudah menikmati makna dari setiap topik yang terdapat dalam buku tersebut.

Diresensi Oleh Ilham Makhna Akbar


Kelas XII Bahasa

Anda mungkin juga menyukai