Anda di halaman 1dari 3

PERSEMBAHAN

BULAN SEPTEMBER

Pertama-tama, ingin aku sampaikan terima kasih kepada yang menciptakan


takdirku, takdirmu, dan takdir alam semesta. Terima kasih kepada tokoh-tokoh yang
memeriahkan Septemberku tahun lalu, maupun Septemberku tahun ini. Khususnya
terima kasih kepada Secret of the Sun, [tokoh yang aku sembunyikan namanya],
Nadin Amizah, Bali, Langit, Laut, dan Bulan.

Kamis, 1 September 2022 ;

September dibuka dengan adanya workshop seniman muda asal Indonesia


dengan nama panggung Secret of the Sun. Seniman muda ini belum terlalu dikenal
banyak orang, tetapi dengan cara ia menumpahkan memori dan rasa dalam sebuah
karya hingga cara ia berbicara mengenai kehidupan cukup membuatku terinspirasi
atas apa yang dibicarakannya.

Aku belajar bahwa sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan melalui sebuah
karya. Bahwa manusia adalah sebuah memori yang di mana memori tersebut tak akan
sepenuhnya hilang meski dengan cara apapun untuk menghapusnya selama manusia
itu belum tiada. Maka dari itu, tuangkan memori tersebut dalam sebuah karya,
sehingga dapat diingatkan kapanpun. Sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan
kepada seseorang melalui sebuah karya dan penikmat dari karyamu adalah seorang
yang sedang mengalami hal yang sama denganmu.

Disana kami diminta untuk melukis apa yang sedang kami rasakan. Sebuah
kertas tebal aku lukis dengan gambaran dua makhluk milik Pencipta sedang bertemu
kembali memberikan sebuah bunga yang merupakan tanda ia telah kembali,
meluangkan waktu untuk bercerita, dan kembali ke jalan masing-masing. Langit dan
laut merupakan gambaran hubungan yang mereka jalankan dulunya, hingga dijadikan
tempat untuk mengenang kembali.

Aku membutuhkan beberapa waktu untuk menggambarkan rinduku pada [tokoh


yang aku sembunyikan] tersebut. Perasaan rindu yang aku emban aku tuangkan dalam
secarik kertas dengan penuh rasa dan emosi. Hati ini berkata “kapan ya bisa ketemu
lagi setidaknya cerita sedikit”. Keesokannya, sebuah angan yang aku inginkan itu
terwujud. Kami kembali dengan keadaan yang sama sama babak belur. Langit dan
laut seakan kembali saling membantu dan menurunkan hujan sederas-derasnya setelah
sekian lama mendung berbohong.

Kamis, 8 September 2022 ;

Hari dan tanggal ini tak akan kutinggalkan. Pertama kalinya, yang dulunya
kudamba-dambakan ingin mendengar sambil benyanyi dengan penulis syair Sorai,
akhirnya terwujud. Sebuah konser persembahan Nadin Amizah merupakan konser
pertama yang aku lihat melalui panca indraku.

Pada bagian Rumpang dikepalaku hanya terngiang-ngiang “kapan mimpiku


akan terwujud?” sebuah pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Pada bagian Seperti
Tulang kepalaku hanya berisi masa lalu masa lalu buruk yang masih melekat
dikepalaku hingga saat ini aku masih mencoba untuk berdamai dan mulai
menertawakan masa-masa itu. Pada bagian Beranjak Dewasa aku berteriak sekeras-
kerasanya tanda kami sedang menjalankan masa-masa menuju dewasa dengan hal-hal
baik dan buruk selalu berdampingan. Pada bagian Hormat Kepada Angin kepalaku
hanya berisi jawaban dari lirik “biar laguku memanggilmu pulang” dengan jawaban
“angin, ini orangnya udah pulang” dan masa-masa di bulan Februari yang merupakan
masa-masa pertama kalinya aku mendengar Hormat Kepada Angin dengan kondisi
tanganku yang masih berdarah-darah. Dan pada bagian Sorak Sorai aku melirih dalam
hati “Nadin, ini orangnya udah balik, sihir lagumu berjalan dengan lancar juga”. Dan
lirik “mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu” yang selalu
kujadikan sarana pengikhlas seseorang yang Tuhan takdirkan untuk bertemu
denganku akhirnya kunyanyikan bersama penyairnya.

Kamis, 15 September 2022;

Kamis ketigaku kali ini merupakan hari keberangkatanku menuju pulau yang
selalu dijadikan tempat untuk mempelajari berbagai budaya. Bertemu dengan langit
dan laut merupakan hal yang selalu kuidam-idamkan sejak dahulu akhirnya
diwujudkan oleh Bali. Suatu destinasi aku suguhkan dengan berbagai cerita. Suara
deburan air laut itu seakan menjadi pembasuh hati yang dulunya terluka. Bukan hanya
langit, aku ingin laut mendengarkan cerita yang dulunya membuat aku terpuruk,
untuk pertama kalinya.
Bukan hanya langit, aku ingin laut menjadi sarana penyampaian ceritaku kepada
Tuhan. Walau aku tau memang ini akan terlihat aneh dimata orang yang kerjanya
cerita mulu sama orang. Aku tahu Tuhan akan selalu mengerti apa yang aku rasakan,
apa saja cerita dalam hidupku, hingga takdir-takdirku yang tak bisa diubah oleh
siapapun merupakan sesuatu milikNya.
Beberapa momen disana juga sempat aku abadikan dikepalaku yang di mana hingga
saat ini masih aku kenang.

Jumat, 30 September 2022;

Ditutup dengan candaan langit dan laut.

Anda mungkin juga menyukai