Anda di halaman 1dari 2

Alberto Alvando J.

Viki
19010641
Lima Jalan Pumbuktian Tuhan Menurut Thomas Aquinas

Pertama, Adanya penggerak pertama. Dalam kehidupan ini, Aquinas menegaskan bahwa
banyak hal selalu berada dalam gerak. Sudah pasti bahwa segala sesuatu yang bergerak, pasti
digerakkan oleh sesuatu yang lain. Bisa dipastikan bahwa di dalam sesuatu yang lain itu terdapat
potensi untuk bergerak, tetapi terhadap penggerak awal tidak terdapat potensi untuk bergerak
namun sudah punya aktualitas untuk menggerakkan. Sejumlah hal tidak diragukan lagi bergerak,
kendati tidak dapat menyebabkan pergerakannya sendiri. Hal in dikarenakan keyakinan Thomas
bahwa tidak ada rantai penyebab pergerakan yang tiada batas, tentu ada Penggerak Pertama yang
tidak digerakkan oleh segala hal lain. Penggerak Pertama itu haruslah melampaui segala sesuatu
dan Penggerak pertama itu juga harus berupa kekuatan yang maha besar, sehingga sudah barang
pasti bahwa bukan manusia ataupun makhluk serupa manusia. Penggerak pertama tidak menjadi
penggerak yang digerakan. Penggerak pertama yang tidak lagi digerakkan ini adalah Allah.

Kedua, hubungan sebab-akibat. Dalam menjelaskan jalan kedua ini pembahasannya akan
sampai pada akhirnya penyebab awal segala sesuatu itu adalah Tuhan. Manusia sejatinya sudah
menemukan berbagai jenis akibat dan sekaligus penyebab efisien dari kasus tersebut. Sorang
tukang kebun jika kita menyangkal aktivitasnya, maka kita tidak memperoleh kebun yang bersih
sebagai efeknya. Selalu ada system dalam penyebab-penyebab efisien. Orang tua si tukang kebun
adalah penyebab efisien si tukang kebun sendiri. Pandai besi adalah penyebab efisisen dari alat-
alat yang digunakan oelh si tukang kebun. Sebagaimana dalam kasus gerak, tidak ada ciptaan
yang dapat menjadi penyebab dirinya sendiri, dan rantai kausalitas yang tiada batas adalah
mustahil, sehingga tentu ada Penyebab Pertama, yang disebut Allah. Thomas Aquinas telah
menggunakan prinsip kausalitas dalam membuktikan akan eksistensi Tuhan dalam quinque viae.
Yang ditegaskan oleh Aquinas bahwa pemikiran dan pencarian yang demikian akan terarah atau
tiba pada satu Penyebab Efisien Pertama yang dikenal dan disebut orang sebagai Tuhan.

Ketiga, adanya kontinjensi dan Nesesitas. Pembuktian ketiga ini dapat dipahami sebagai
sesuatu itu dapat tidak ada dan juga dapat ada sewaktu-waktu, namun yang sudah ada itupun
dapat menjadi tidak ada lagi. Keberadaan semua hal yang teramati tampaknya seolah-olah
mungkin saja tidak ada. Apabila semua hal dapat tidak ada, tentunya pernah terjadi ketiadaan
segalanya, dan jika demikian segalanya akan senantiasa tidak ada. Misalnya saja pohon. Pohon
dapat ada, dapat juga tidak ada. Sebelunya tidak ada, tetapi kemudian ada (tumbuh), dan kelak
Alberto Alvando J. Viki
19010641
lenyap/mati. Bisa dipahami bahwa pohon itu bisa ada tetapi juga bisa tidak ada. Aquinas
kemudian sampai pada pandangan bahwa segala sesuatu yang ada tidak mendapatkan eksistensi
dari dirinya sendiri dan tidak pula dari esensinya. Jika segala sesuatu dalam realitas bersifat
relatif, maka pada saat tertentu pernah tidak ada satupun hal yang memiliki eksistensi. Jadi,
pernah segala sesuatu tidak ada. Akan tetapi, jika demikian, maka tidak ada sesuatupun yang
dapat ada, bahkan sampai sekarangpun tidak ada sesuatu yang ada, karena sesuatu hanya dapat
ada kalau disebabkan oleh sesuatu yang sudah lebih dahulu ada.
Namun dari segi pemikiran Aquinas bisa dikatakan bahwa pasti ada sesuatu yang
memiliki eksistensi yang bersifat niscaya; eksistensinya bersifat keharusan karena harus
memberikan eksistensi kepada yang lain, dan dalam hal contoh di atas memberikan eksistensi
kepada ayam. Dan realitas eksistensi itulah yang disebut oleh semua orang dengan nama
“Tuhan”.

Keempat, sesuatu yang sempurna. Dibalik adanya sesuatu yang kurang baik, kurang
mulia dan segala sesuatu yang menurut penilaian kurang, pasti ada yang paling baik, paling
mulia dan segala sesuatu yang paling baik. Teori ini mau menunjukkan keseharian pengalaman
manusia yang kurang akan banyak hal, memberikan gambaran adanya sesuatu yang memiliki
kelebihan yang bisa dikatakan sempurna. Tidak mungkin yang kurang baik memberikan yang
kurang baik kepada manusia. Tentulah yang paling baik yang memberikannya. Dengan adanya
hal itu, menurut Aquinas ada suatu realitas yang paling sempurna. Dan itulah yang disebut
“Tuhan”.

Kelima, eksistensi yang berkemampuan mengarahkan sampai ke tujuan. Manusia


diciptakan pasti mempunyai tujuan yang harus dipenuhi atau dicapai. Arah semua aksi menuju
suatu akhir dapat diamati dalam semua hal dan terjadi seturut hukum kodrat atau alam. Segala
sesuatu yang tanpa intelek memiliki kecenderungan yang terarah kepada suatu tujuan
berdasarkan panduan dari sesuatu yang intelek. Ini disebut Allah.

Anda mungkin juga menyukai