MODUL
STRATEGI PENGUMPULAN DATA
PELANGGARAN
DAN
INVESTIGASI PELANGGARAN TATA TERTIB
Penulis :
Maulana Luthfiyanto, Amd.IP, S.H
Hak Cipta @ Pada : BPSDM Hukum Dan
HAM
Edisi Tahun 2019
i
Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran
dan
Investigasi Pelanggaran Tata Tertib
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pokok Bahasan dan Sub
Pokok bahasan
ii
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Tindak Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang
Semakin kompleksnya permasalahan tugas
yang harus di selesaikan oleh petugas
pemasyarakatan, dimana seorang petugas
pemasyarakatan senantiasa dituntut menjadi manusia
super dan multi kemampuan, dengan adanya
tantangan yang sangat berat ini petugas pemasyakatan
akan selalu bimbang, jika mampu bertahan dan
melawannya petugas pemasyarakatan akan aman dan
semakin baik, akan tetapi jika tidak mampu melawan
nya tentunya segala permasalahan akan selalu di
hadapi dan akan semakin terpelosoknya didalamnya.
Dengan maraknya permasalahan ini tentunya
petugas pemasyarakatan membutuhkan suatu
panduan, petunjuk, pedoman sebagai pegangan dalam
melaksanakan tugas ini. Banyaknya pelanggaran,
banyaknya laporan-laporan yang di alamatkan kepada
dinas baik itu kepada Unit Pelaksana Teknis, Kantor
1
Wilayah atau pun kepada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, ini menunjukan suatu keterbukaan
dan sangat perlu untuk direspon, ditangani dengan
cepat dan serius.
Perlunya suatu kinerja yang salah satunya diukur
dari kemampuan menyediakan layanan publik yang
efisien, efektif dan akuntabel bagi seluruh masyarakat,
dalam pelayanan publik ini kita akan memberi
kesempatan pada masyarakat untuk menyampaikan
keluhan atau pengaduan mana kala pelayanan yang
diterimanya tidak sesuai dengan harapan atau tidak
sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh pemberi
layanan, mengapa demikian karena tugas petugas
pemasyarakatan saat ini akan lebih banyak
memberikan pelayanan sebagai wujud dari pembinaan
terhadap warga binaan pemasyarakatan dan
masyarakat.
Seperti yang tertuang dalam undang-undang
nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal
18 ayat (c) bahwa masyarakat berhak mendapatkan
tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan.
2
Kondisi-kondisi ini memerlukan perhatian serius dalam
upaya memperbaiki manajemen pelayanan pengaduan
pelayanan publik.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, dalam hal ini Direktorat
Keamanan dan Ketertiban telah menyusun Standar
Pelayanan Penagaduan yang dapat menjadi acuan
bagi petugas pemasyartakatan dalam memberikan
layanan pengaduan secara optimal terutama bagi
masyarakat luas.
Dalam persepsi dan pengertian masyarakat,
tentunya standar akan mempermudah masyarakat
dalam menyampaikan pengaduannya, antara lain
dengan ketersediaanya layanan hotline, faksimili dan
situs web sebagai sarana memepermudah pengaduan.
Setiap kegiatan atau pekerjaan yang melibatkan
banyak orang kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman, salah pengertian, miskomunikasi dan
ketidakakuratan informasi antar pelaku, amatlah tinggi.
Hal-hal ini mengundang terjadinya kekecewaan antar
pihak-pihak tersebut, Dalam rangka memudahkan
3
petugas Layanan Pengaduan pada Ditjen PAS, Kantor
Wilayah dan UPT Pemasyarakatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan pengaduan
maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah modul
tentang bagaimana prosedur Pelayanan Pengaduan
Startegi Pengumpulan Data Pelanggaran dan
Investigasi Pelanggaran Tata Tertib dengan harapan
agar para petugas dapat secara mandiri belajar
memahami dan melaksanakan penerimaan Pelayanan
Pengaduan Pengumpulan Data Pelangaran.
Tidak jarang ditemukan pelanggaran tata tertib
oleh petugas mengingat beban yang ditanggung cukup
berat, baik yang pelanggaran disiplin maupun kode etik.
Sehingga perlu dibuat paying hukum dalam
penanganan dan penyelesaian masalah tersebut.
Adapun dalam pelaksanaan penyelesaian suatu
pelanggaran tata tertib tertuang dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia Nomor :
PAS-423.PK.01.04.06 Tahun 2015 Tentang Standar
4
Pelayanan Pengaduan yang didalamnya mengatur
tentang Investigasi Pelanggaran Tata Tertib.
B. Deskripsi Singkat
5
Adapun Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran
meliputi :
1. Sumber Pengumpulan Data
2. Surveillence Narapidana
3. Monitoring Lapangan
4. Lembar Informasi Pengawasan, dan
6
Tujuan dari pembelajaran ini ada 2, yaitu :
1. Hasil Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul Strategi Pengumpulan
data dan Inverstigasi Pelanggaran Tatib, peserta
mampu memproses pengaduan yang diterima.
2. Indikator Pembelajaran
Setelah mengikuti mempelajari Modul Strategi
Pengumpulan data dan Inverstigasi Pelanggaran
Tatib, peserta mampu;
a. Menjelaskan strategi pengumpulan data
b. Melaksanakan investigasi pelanggaran tata tertib
D. Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan
8
BAB II
MATERI POKOK I
STRATEGI PENGUMPULAN DATA PELANGGARAN
Indikator Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi pokok I, peserta pelatihan mampu
menjelaskan strategi pengumpulan data pelanggaran.
13
Mekanisme Penerimaan Pengaduan
15
2. Surveilance/Pengawasan Narapidana
16
dokumen dari Kepala Lapas dan Rutan
maupun instansi penegak hukum lainnya;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan
yang akan masuk dan keluar Lapas dan
Rutan;
5) Melakukan konfirmasi kepada Karupam,
Kepala Pengamanan dan Kalapas atau
Karutan saat ada narapidana dan tahanan
yang dileuarkan pada malam hari;
6) Memberikan konfirmasi pengeluaran
narapidana dan tahanan pada malam hari;
7) Mengizinkan narapidana dan tahanan
keluar Lapas dan Rutan pada malam hari;
8) Membuat laporan.
b. Penjagaan Lingkungan blok
1) Menyerahkan inventaris, tugas, dan
tanggung jawab ke petugas regu
pengamanan pengganti;
2) Menerima inventaris, tugas, tanggung
jawab;
17
3) Menyampaikan informasi penting;
4) Menerima informasi penting;
5) Membuat dan menandatangani berita
acara;
6) Membuka, menutup, dan mengunci pintu
gerbang halaman sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan;
7) Membuka pintu diluar jam yang telah
ditentukan hanya untuk keperluan dinas;
8) Melakukan pemeriksaan narapidana dan
tahanan;
9) Memberikan izin dan mencatat narapidana
dan tahanan masuk dan keluar lingkungan
blok hunian;
10) Menjaga agar tidak ada narapidana dan
tahanan yang keluar masuk lingkungan blok
hunian dengan tidak sah;
11) Mengawasi lalu lintas orang yang keluar
masuk yang melalui lingkungan blok;
12) Menggeledah orang dan barang yang akan
keluar masuk lingkungan blok hunian;
18
13) Membantu melaksanakan penggeledahan
insidentil di lingkungam blok dan kamar
hunian;
14) Membuat laporan.
c. Penjagaan Blok
1) Menyerahkan inventaris, tugas dan
tanggung jawab ke petugas regu
pengamanan pengganti;
2) Menerima inventaris, tugas dan tanggung
jawab;
3) Menyampaikan informasi penting;
4) Menerima informasi penting;
5) Membuat dan menandatangani berita
acara serah terima;
6) Membuka, menutup, dan mengunci pintu
gerbang halaman luar sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan;
7) Membuka pintu diluar jam yang telah
ditentukan hanya untuk keperluan dinas;
19
8) Mengeluarkan narapidana dan tahanan
dari dalam kamar hunian sesuai jadwal
kegiatan;
9) Mengawasi agar tidak ada narapidana dan
tahanan yang keluar masuk blok hunian
secara tidak sah;
10) Mengawasi lalu lintas orang yang keluar
masuk blok;
11) Menggeledah orang dan barang yang akan
keluar masuk blok;
12) Membantu melaksanakan penggeledahan
insidentil;
13) Mengawasi pelaksanaan pembagian
makanan dan minuman;
14) Menerima, mencatat, dan menyampaikan
keluahan dan pengaduan narapidana dan
tahanan kepada kepala regu;
15) Mengawasi kegiatan kebersihan di
lingkungan blok dan kamar;
20
16) Memberitahu tata cara kehidupan dan
perilaku di dalam blok sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
17) Membuat laporan.
Dengan melakukan teknik diatas yang merupakan
pengaplikasian pengawasan narapidana
sebagaimana telah tertuang pada SOP dalam
Standar Pencegahan Gangguan Keamanan dan
Ketertiban, akan sangat mendukung diperolehnya
data baik data pelanggaran maupun data lain yang
diperlukan.
3. Monitoring Lapangan
Suatu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk dapat
memberikan informasi tentang sebab dan akibat
yang dilaksanakan dan dapat di diimplementasikan
sehingga jika diperlukan perubahan, perbaikan
akan menghasilkan data dalam proses
pengumpulan data.
Pengumpulan data dengan cara terjun langsung
pada obyek penelitian untuk mengadakan
penelitian secara langsung. Hal ini dimaksudkan
21
untuk mendapatkan data yang valid dengan
pengamatan langsung dan wawancara.
Monitoring lapangan relative lebih aktif untuk
pencarian / pengumpulan data meliputi beberapa
teknik. Berikut beberapa teknik monitoring
lapangan yang dapat dilakukan untuk pengumpulan
data :
a. Pemeriksaan Orang;
1) Menanyakan keperluan orang yang akan
masuk ke dalam Lapas dan Rutan;
2) Meminta orang yang akan memasuki area
halaman untuk menunjukan identitas
berupa: KTP, SIM, Kartu Pelajar dan
Passport;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Mengizinkan atau Melarang orang untuk
masuk ke dalam Lapas dan Rutan;
5) Menukar kartu identitas dengan kartu
tanda pengenal;
22
6) Memberikan stempel pada tangan kanan
orang yang akan masuk ke dalam Lapas
dan Rutan;
7) Mengarahkan orang sesuai dengan
keperluannya dan/atau mengdidentifikasi
orang yang akan keluar dari Lapas dan
Rutan;
8) Mengamankan orang yang diduga dapat
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
9) Memeriksa orang yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas;
10) Membuat laporan.
b. Pemeriksaan Petugas;
1) Menanyakan keperluan petugas yang
akan masuk ke dalam Lapas dan Rutan;
2) Mengingatkan petugas yang akan
memasuki area Lapas dan Rutan untuk
menitipkan barang bawaanya di dalam
loker atau tempat yang disediakan;
23
3) Melakukan penggeledahan;
4) Melarang masuk petugas diluar jam
tugasnya, kecuali mendapat izin atasan;
5) Melarang masuk petugas yang tidak
menggunakan seragam dinas pada saat
jam dinas;
6) Mengidentifikasi setiap petugas yang
keluar dari dalam Lapas dan Rutan;
7) Memeriksa petugas yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas;
8) Membuat laporan.
c. Pemeriksaan Narapidana/tahanan;
1) Menerima informasi terkait narapidana
dan tahanan yang akan masuk dan keluar
Lapas dan Rutan;
2) Mencocokkan fisik dan identitas
narapidana dan tahanan dengan
kelengkapan dokumen dari Kepala Lapas
dan Rutan maupun instansi penegak
hukum lainnya;
3) Melakukan penggeledahan;
24
4) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan
yang akan masuk dan keluar Lapas dan
Rutan;
5) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan
yang akan masuk dan keluar Lapas dan
Rutan;
6) Memberikan konfirmasi pengeluaran
narapidana dan tahanan pada malam hari;
7) Memberikan konfirmasi pengeluaran
narapidana dan tahanan pada malam hari;
8) Memberikan konfirmasi pengeluaran
narapidana dan tahanan pada malam hari;
9) Mengizinkan narapidana dan tahanan
keluar Lapas dan Rutan pada malam hari;
10) Membuat laporan.
25
d. Pemeriksaan Kendaraan
26
6) Mengarahkan kendaraan sesuai dengan
keperluannya;
7) Mengidentifikasi kendaraan yang keluar
Lapas dan Rutan;
8) Mengidentifikasi kendaraan yang keluar
Lapas dan Rutan;
9) Memeriksa kendaraan yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas;
10) Membuat laporan.
e. Pemeriksaan Barang
27
Rutan untuk kepentingan kunjungan atau
dinas;
2) Meminta surat jalan membawa barang
apabila barang yang dibawa masuk dan
keluar Lapas dan Rutan digunakan untuk
kepentingan dinas;
3) Menggeledah barang;
4) Mengizinkan atau melarang barang untuk
dibawa masuk ke dalam Lapas dan Rutan;
5) Mengamankan barang yang diduga dapat
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
6) Membuat laporan.
4. Lembar Informasi Pengawasan
Merupakan lembar Verifikasi (pemeriksaan awal)
yang dibuat / dilakukan untuk mengkonfirmasi
aduan dengan mengumpulkan berbagai bukti
obyektif.
28
Uraian
a. Verifikasi dilakukan untuk menentukan unsur
pelanggaran berdasarkan syarat subjektif dan
objektif;
b. Pemeriksaan syarak subjektif meliputi nama
lengkap, jenis kelamin, unit kerja, dan jabatan
petugas yang diduga melakukan pelanggaran;
c. Syarat subjektif dinyatakan lengkap jika
sekurang-kurangnya terdapat nama dan unit
kerja petugas yang diduga melakukan
pelanggaran;
d. Pemeriksaan syarat objektif meliputi dengan
menyebutkan waktu dan tempat pelanggaran itu
dilakukan;
e. Syarat objektif finyatakan lengkap jika
disebutkan waktu dan tempat pelanggaran itu
dilakukan;
f. Apabila syarat subjektif dan objektif tidak
lengkap, maka petugas yang memeriksa
pengaduan harus melakukan verifikasi kepada
29
pengadu / pelapor untuk melengkapi pengaduan
atau laporan;
g. Untuk pengaduan langsung, pemberitahuan
tersebut disampaikanoleh bagian yang
menangani pengaduanseketika sejak pengaduan
diterima. Untuk pengaduan yang tidak langsung
pemberitahuan disampaikan oleh bagian yang
menangani pengaduan secara tertulis paling
lambat 3 (tiga) hari kerja;
h. Pengadu / pelapor harus melengkapi pengaduan
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah
surat pemberitahuan diterima;
i. Jika pengadu / pelapor tidak melengkapi
pengaduan sebagaimana disebutkan dalam poin
(c) dan poin (e) dalam batas waktu tersebut
maka pengaduan tidak dapat ditindaklanjuti;
j. Terhadap pengaduan yang tidak ditindaklanjuti
maka petugas yang memeriksa pengaduan wajib
memberitahu kepada pengadu dengan
mengirimkan surat pemberitahuan bahwa
pengaduan tidak dapat ditindaklanjuti;
30
k. Surat pemberitahuan bahwa pengaduan tidak
dapat ditindaklanjuti ditandatangani oleh
Kasubdit Pelayanan Pengaduan;
l. Jika pengaduan tidak dapat ditindaklanjuti
namun identitas pengadu tidak diketahui maka
petugas yang memeriksa pengaduan wajib
menuliskan keterangan “tidak ditindaklanjuti” di
buku register pengaduan beserta alasannya;
m. Apabila syarat objektif dan syarat subjektif
terpenuhi petugas penerima akan membuat
Laporan Hasil Pemeriksaan Awal yang
digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan;
n. Setelah pemeriksaan awal selesai dilakukan,
petugas yang memeriksa pengaduan
mengklasifikasikan dugaan pelanggaran menjadi
:
1) Pengaduan yang berhubungan perbaikan
pelayanan pemasyarakatan;
2) Pengaduan yang berhubungan dengan
dugaan pelanggaran kode etik;
31
3) Pengaduan yang berhubungan dengan
dugaan pelanggaran disiplin pegawai;
4) Pengaduan yang berhubungan dengan
dugaan tindak pidana;
5) Pengaduan yang berkaitan antar sesame
WBP.
B. LATIHAN
Bentuk latihan yang dimaksud dalam proses
pengumpulan data pelanggaran meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pengumpulan
data pelanggaran?
2. Sebutkan strategi pengumpulan data pelanggaran
di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan?
C. Rangkuman
Dalam proses pengumpulan data pelanggaran
khususnya di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan meliputi beberapa teknik/cara, yaitu
melalui sumber pengumpulan data, pengawasan
32
narapidana/tahanan, dan monitoring lapangan.
Sumber pengumpulan data dalam hal ini adalah
penerimaan pengaduan. Dalam proses pelayanan
pengaduan, petugas unit pelayanan pengaduan harus
memperhatikan beberapa poin utama dalam standar
pelayanan pengaduan, antara lain; prinsip dasar
pelayanan pengaduan, persyarakatan laporan
pengaduan, kewenangan penanganan pengaduan
dan bagaimana tata cara atau mekanisme
penanganan pengaduan.
E. UMPAN BALIK
1. Apakah materi dalam modul mudah dipahami oleh
peserta pelatihan?
33
2. Apakah waktu yang ditentukan cukup untuk
menyampaikan materi modul kepada peserta
pelatihan?
3. Apakah sarana pembelajaran yang disediakan
dapat mempermudah peserta dalam memahami
materi modul?
34
BAB III
MATERI POKOK II
INVESTIGASI PELANGGARAN TATA TERTIB
Indikator Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi pokok II, peserta pelatihan mampu
malaksanakan investigasi pelanggaran tata tertib.
F. URAIAN
Investigasi adalah upaya penelitian, penyelidikan,
pengusutan, pencarian, pemeriksaan dan
pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya
untuk mengetahui/membuktikan kebenaran atau
bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan
susunan kejadian. Investigasi merupakan
pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah melalui
tahapan pemeriksaan awal, beberapa hal yang harus
di perhatikan dalam melakukan investigasi sebagai
berikut :
1. Dalam melakukan investigasi, petugas yang
menangani dilarang :
35
a. Menggunakan kekerasan;
b. Menggunakan kata-kata dan sikap yang kasar,
melakukan penekanan, kebohongan, intimidasi,
atau perlakuan keras terhadap pengadu /
pelapor, saksi, saksi ahli, dan atau terlapor.
2. Dalam melaksanakan investigasi, petugas wajib
melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
pejabat terkait ditempat terjadinya dugaan
pelanggaran;
3. Investigasi dilakukan dengan mengumpulkan dan
menelaahalat bukti dan barang bukti;
4. Alat bukti meliputi keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk dan keterangan teradu /
terlapor.
Investigasi juga mencakup proses pengumpulan alat
bukti yang meliputi :
1. Pemeriksaan saksi / pelapor / pengadu;
a. Saksi / pelapor / pengadu diperiksa secara
tersendiri tetapi boleh dipertemukan yang satu
dengan yang lain dan mereka wajib
memberikan keterangan sebenarnya;
36
b. Pemeriksaan saksi / pelapor / pengadu
dilakukan dengan wawancara yang kemudian
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
saksi / pelapor / pengadu;
c. Dalam memberikan keterangan, saksi / lapor /
pengadu berhak untuk :
1) Memperoleh perlindungan atas keamanan
pribadi serta bebas dari ancaman yang
berkenaan dengan kesaksian yang akan,
sedang, atau telah diberikannya;
2) Memberikan keterangan secara bebas
tanpa tekanan;
3) Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
4) Dirahasiakan identitasnya apabila
diperlukan.
d. Perlindungan kepada saksi / pelapor / pengadu
diberikan berdasarkan pertimbangan atas
pentingnya keterangan saksi dan resiko
keamanan yang dihadapi oleh saksi / pelapor /
pegadu;
37
e. Pertimbangan resiko keamanan didasarkan
pada :
1) Adanya ancaman, intimidasi, dan
penganiayaan fisik;
2) Dalam hal saksi / pelapor / pengadu
adalah pegawai pemasyarakatan, resiko
keamanan mencakup adanya tindakan
pembalasan administratif kepegawaian dan
jaminan hak kepegawaian
f. Bentuk perlindungan saksi berupa :
1) Dirahasiakan identitasnya;
2) Dapat tidak dihadirkan dipersidangan.
g. Perlindungan terhadap saksi / pelapor /
pengadu diberikan oleh bagian yang
menangani pengaduan ;
h. Pemberian hak saksi / pelapor / pengadu
dilakukan sejak penerimaan pengaduan dan
berakhir sampai dengan penjatuhan sanksi
moral oleh pejabat pembina kepegawaian;
38
i. Tanggung jawab perlindungan saksi / pelapor /
pengadu diberikan oleh bidang yang
menangani pengaduan
j. Saksi / pelapor / pengadu atas inisiatif sendiri
dapat menjatuhkan permohona perlindungan
secara tertulis kepada bidang yang menangani
penanganan pengaduan;
k. Terhadap saksi / pelapor / pengadu yang tidak
meminta perlindungan, pejabat yang
berwenang menangani penegakan kode etik
dapat memberikan perlindungan setelah
memertimbangkan pentingnya keterangan
saksi dan resiko keamanan yang dihadapi oleh
saksi;
l. Perlindungan dapat diberikan setelah adanya
surat perintah pemberian perlindungan dari
pejabat yang berwenang;
m. Surat perintah pemberian perlindungan disuse
oleh bagian yang menangani pengaduan dan
ditanda tangani oleh direktur teknis yang
39
bertanggun jawab di bidang pengaduan atau
kepala divisi pemasyarakatan;
n. Bagi WBP yang menjadi saksi / pelapor /
pengadu, bagian yang menangai pengaduan
menyampaikan surat perintah pembelian
perlindungan kepada kepala UPT tempat WBP
berada.
2. Pemeriksaan ahli
Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa
ahli meliputi :
a. Dalam pemeriksaan lanjutan, jika dianggap
perlu petugas yang memeriksa pengaduan
dapat meminta keterangan ahli;
b. Jika ahli berasal dari jajaran pemasyarakatan,
permohonan permintaan ahli dilakukan dengan
mengajukan surat permohonan permintaan ahli
kepada direktur teknis yang tugas dan
fungsinya terkait dengan dugaan pelanggaran
yang dilakukan;
c. Jika ahli berasal dari luar pemasyarakatan,
permohonan permintaan ahli dilakukan dengan
40
mengajukan surat permohonan menjadi saksi
ahli kepada yang bersangkutan;
d. Surat permohonan permintaan ahli dibuat oleh
petugas yang memeriksa pengaduan dan
ditandatangani oleh direktur teknis yang
bertanggung jawab dibidang penanganan
pengaduan atau kepala divisi pemasyarakatan.
3. Pemeriksaan Alat Bukti Surat Dan Petunjuk
Selain keterangan saksi dan ahli, pemeriksaan alat
bukti dapat juga dilakukan terhadap surat dan
petunjuk.
4. Pemeriksaan teradu / terlapor
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam :
a. Investigasi teradu / terlapor berhak untuk
diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa yang
dimengerti olehnya tentang dugaan
pelanggaran yang dilakukannya;
b. Dalam hal teradu / terlapor memberikan
keterangan, petugas yang memeriksa
pengaduan wajib mencatat dalam berita acara
41
sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh
teradu / terlapor sendiri;
c. Petugas yang memeriksa pengaduan wajib
menanyakan kepada teradu / terlapor apakah ia
menghendaki didengarnya saksi yang dapat
menguntungkan baginya;
d. Jika teradu / terlapor memiliki saksi yang dapat
menguntungkan baginya maka petugas yang
memeriksa pengaduan wajib memanggil dan
meminta keterangan saksi tersebut serta
mencatat dalam berita acara;
e. Petugas yang memeriksa pengaduan wajib
menawarkan kepada teradu / terlapor bahwa
untuk kepentingan pembelaan, teradu / terlapor
berhak mendapat pendampingan dari petugas
batuan hokum dari bagian yang menangani
advokasi dan bantuan hukum di Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan;
f. Pemeriksaan terhadap keterangan teradu
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
teradu;
42
g. Dalam hal petugas yang memeriksa pengaduan
menerima lebih dari satu jenis pengaduan yang
dilakukan oleh orang yang sama maka petugas
dapat menggabungkan pemeriksaan dugaan
pelanggaran kode etik terhadap teradu.
5. Pemeriksaan Barang Bukti
Barang-barang bukti yang diperiksa meliputi :
a. Selain pemeriksaan alat bukti, dalam
investigasi juga dilakukan pemeriksaan
terhadap barang bukti;
b. Pencatatan barang bukti dilakukan pada buku
register barang bukti;
c. Penyimpanan barang bukti dilakukan oleh
bagian yang menangani pengaduan.
Penilaian Dan Analisis Data Dan Informasi
Setelah data hasil investigasi terkumpul secara
lengkap, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.
Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian rupa
sehingga tercapai suatu kesimpulan. Mengingat data
yang ada sifatnya beragam, maka teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
43
Analisis data kualitatif ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang telah diperoleh,
kemudian dihubungkan dengan aturan-aturan yang
ada atau teori yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Kemudian dicari pemecahannya dengan
cara menganalisa, yang pada akhirnya akan dicapai
kesimpulan untuk menentukan hasilnya.
Dalam hal pengaduan, analisis data dan informasi
dilaksanakan melaui rapat koordinasi untuk
menentukan klasifikasi jenis dan kewenangan
penanganan pengaduan dan media bagi layanan
pengaduan untuk menyampaikan hasil pemeriksaan
awal dan lanjutan kepada seluruh peserta rapat,
sedangkan laporan hasil penyelesaian pengaduan
berupa berita acara pemeriksaan yang harus disusun
berdasarkan hasil pemeriksaan dan rapat koordinasi
sesuai dengan format yang ada.
44
Berikut ini adalah uraian terkait Rapat Koordinasi :
1. Rapat koordinasi penanganan pengaduan
dilaksanakan untuk menentukan klasifikasi, jenis,
dan kewenangan penanganan pengaduan;
2. Rapar koordinasi penanganan pengaduan
sekurang-kurangnya dihadiri oleh bagian yang
menangani pengaduan, bagian yang menangani
kode etik, bagian yang menangani kepegawaian
dan bagian yang menangani bidang teknis yang
berhubungan dengan substansi pengaduan;
3. Untuk kepentingan rapat koordinasi ini, petugas
yang menangani pengaduan wajib membuat surat
undangan rapat koordinasi pengaduan, yang
ditandatangani oleh kepala bidang / Sub Direktorat
yang menangani pengaduan;
4. Dalam rapat koordinasi pengaduan, bagian layanan
pengaduan menyampaikan hasil pemeriksaan awal
dan lanjutan kepada seluruh peserta rapat;
5. Penentuan klasifikasi dilakukan dengan
musyawarah mufakat setelah dengan mendengar
penjelasan dari seluruh peserta rapat;
45
6. Hasil keputusan rapat terkait penentuan klasifikasi
pengaduan dianggap sah jikarapat dihadiri oleh
sekurang-kurangnya perwakilan dari 2 (dua) bagian
terkait;
7. Hasil rapat koordinasi di dokumentasikan dalam
bentuk notulen rapat penanganan pengaduan dan
dilampirkan pada berita acara pemeriksaan.
48
dituangkan dalam satu berita acara pemeriksaan
yang sama;
9. Salinan berita acara hasil pemeriksaan
disampaikan juga kepada terlapor / teradu;
10. Dalam hal tidak terdapat dugaan pelanggaran
kode etik dan kode perilaku / disiplin / dugaan
pidana, maka petugas yang menangani pengaduan
wajib melakukan klarifikasi kepada pengadu;
11. Klarifikasi kepada pengadu dilakukan secara
tertulis dengan mengirimkan surat klarifikasi
pengaduan.
G. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan investigasi?
2. Sebutkan tahapan-tahapan dalam melakukan
investigasi!
H. RANGKUMAN
Dalam melaksanakan investigasi pelanggaran tata
tertib harus mengedepankan objektivitas, data, dan
49
informasi yang diperoleh harus benar – benar dapat
diuji validitas dan reliabilitasnya.
J. UMPAN BALIK
1. Apakah materi dalam modul mudah dipahami
oleh peserta pelatihan?
2. Apakah waktu yang ditentukan cukup untuk
menyampaikan materi modul kepada peserta
pelatihan?
3. Apakah sarana pembelajaran yang disediakan
dapat mempermudah peserta dalam
memahami materi modul?
50
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Keamanan dan ketertiban pada Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara
merupakan target utama dalam penyelenggaraan
pemasyarakatan guna mengoptimalkan proses
pembinaan narapidana dan pelayanan tahanan.
Keadaan tersebut dapat terwujud apabila petugas,
narapidana, dan tahanan melaksanakan semua
kegiatan di dalam Lapas / Rutan sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.
Adanya pelanggaran, baik dari petugas, narapidana,
ataupun tahanan sangat berpengaruh dalam
terwujudnya penyelenggaraan pengamaan di Lapas /
Rutan. Perkelahian, pelarian, kerusuhan, dan
perbedaan perlakuan antar narapidana karena suatu
kepentingan merupakan hambatan-hambatan yang
sangat mempengaruhi terwujudnya Keamanan dan
Ketertiban di Lapas / Rutan.
51
B. Tindak Lanjut
Perlu adanya penyelesaian guna mengantisipasi
terjadinya hal-hal yang merupakan hambatan dalam
terwujudnya Keamanan dan Ketertiban di Lapas /
Rutan. Perolehan data, pengumpulan bukti,
pemeriksaan saksi dalam suatu pelanggaran yang
dilakukan baik oleh petugas, narapidana, maupun
tahanan akan menjadi acuan dalam pertimbangan
penyelesaian masalah dalam proses investigasi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2015 Tentang Pengamanan Pada
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara
Buku
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
Modul Standar Pelayanan Pengaduan
(Jakarta : Ditjen Pemasyarakatan, 2015)
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
Standar Pencegahan Gangguan
1
Keamanan dan Ketrtiban Lapas dan
Rutan
(Jakarta : Ditjen Pemasyarakatan, 2015)