28
29
3.2.2. Akuntabel
Akuntabel adalah kewajiban sebagai seorang ASN untuk mempertanggung
jawabkan segala tindak tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina dan publik. Aspek-aspek akuntabilitas terdiri atas :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks
ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan
berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
34
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan
kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “Bertanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan”, nilai dasar akuntabel menekankan tanggungjawab
ASN terhadap segala tindakan ASN baik di dalam instansi maupun di luar
instansi. Kata kunci dari nilai dasar akuntabel yaitu integritas, konsisten, dapat
dipercaya dan transparan. Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, serta
disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien.
c. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3.2.3. Kompeten
Kompeten adalah kemampuan dan kewenangan yang dimiliki oleh seorang
ASN untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Konsepsi
kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi
Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
36
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “Terus belajar dan mengembangkan
kapasitas”, nilai dasar kompeten menekankan ASN untuk terus mengembangkan
kompetensi dan kapabilitas masing-masing untuk menghasilkan ASN yang
memiliki kinerja terbaik dan ahli di bidangnya sesuai dengan kata kuncinya yaitu
kinerja terbaik, sukses, keberhasilan, learning agility, ahli dibidangnya. Adapun
panduan perilakunya adalah :
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
b. Membantu orang lain belajar
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
3.2.4. Harmonis
Harmonis adalah kerjasama antar berbagai elemen sehingga elemen-
elemen tersebut dapat menghasilkan satu kesatuan yang luhur dan terintegrasi.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk
membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif, yaitu:
37
3.2.5. Loyal
Loyal adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang ASN untuk dapat
38
dan harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal
berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan,
tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Sedangkan beberapa ahli
mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai berikut:
a. Kepatuhan atau kesetiaan.
b. Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada
organisasi tempatnya bekerja.
c. Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau
sesuatu (misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan
tindakan orang tersebut.
d. Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan
dengan memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan
kepada seseorang atau sesuatu.
e. Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia,
sehingga untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat
mempengaruhi sisi emosional orang tersebut.
f. Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki,
mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan
keterikatan emosional.
g. Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja
untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara”, nilai dasar loyal menekankan seorang ASN
untuk memiliki komitmen dan mengabdi serta berdedikasi untuk mementingkan
kepentingan bangsa dan negara sesuaidengan kata kunci :
1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan
sesuatu atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan
sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
39
3.2.6. Adaptif
Adaptif adalah kemampuan seorang ASN untuk terus berupaya mencapai
tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang
berubah-ubah agar tetap bertahan. Organisasi maupun individu dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan apa yang menjadi tuntutan perubahan. Banyak
persoalan pelayanan publik tidak dapat diselesaikan secara tuntas, bukan karena
persoalan kemampuan adaptabilitasnya yang rendah, tetapi justru karena peroslan-
40
persoalan kelembagaan dan kebijakan yang tidak memberi ruang yang cukup
untuk beradaptasi.
Ada 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK
yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya,
yaitu:
a. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Demikian pula dengan organisasi pemerintah, yang mempunyai tujuan-
tujuan penyelenggaraan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh peraturan
perundangan. Penetapan tujuan organisasi menjadi elemen budaya
adaptif pertama yang diperlukan, di mana pencapaiannya akan sangat
dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Perubahan lingkungan tidak
serta merta mengubah tujuan organisasi, tetapi adaptasi akan
menyesuaikan cara organisasi bekerja agar pencapaian tetap dilakukan
b. Cultural Values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional
yang sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Demikian pula
dengan ASN sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai yang
tersemat dalam budaya kerjanya, sehingga dituntut untuk
mengaplikasikannya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal
dan berkualitas
c. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam
kerangka piker dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang
digunakan dalam organisasi.
d. Corporate Values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat
juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam
organisasi.
e. Coporate Strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategistrategi
41
3.2.7. Kolaboratif
Kolaboratif adalah kemampuan seorang ASN untuk dapat bekerjasama
42
satu sama lain sehingga tercapai sebuah hasil kerja terbaik dan berkualitas. Ansel
dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
a. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga.
b. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate.
c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan
hanya '„dikonsultasikan‟ oleh agensi publik.
d. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif.
e. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus
(bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik).
f. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi.
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka.
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas
mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan).
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai.
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik.
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong.
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “membangun kerjasama yang
sinergis)”, nilai dasar kolaboratif menekankan seorang ASN untuk selalu
bekerjasama dengan rekan kerja lain dikarenakan sistem kerja individu tidak lagi
menjadi sistem kerja yang berlaku sekarang melainkan sistem kerja yang harus
43
selalu berkolaborasi dan bersinergi dengan pihak lain untuk menghasilkan kinerja
yang berkualitas sesuai dengan kata kuncinya yaitu kesediaan bekerjasama dan
sinergi untuk hasil yang lebih baik. Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Memberi Kesempatan Kepada Berbagai Pihak Untuk Berkontribusi
b. Terbuka Dalam Bekerja Sama Untuk Menghasilkan Nilai Tambah
c. Menggerakkan Pemanfaatan Berbagai Sumber Daya Untuk Tujuan
Bersama.
44
Tabel 3.1. Relevansi Rencana Kegiatan Dengan Core Value ASN BerAKHLAK
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Relevansi Dengan Agenda 2 (Core Value BerAKHLAK)
1 Pembuatan label 1. Pembuatan draf label nomor rekam medis Penulis membuat draf label nomor rekam medis yang diperlukan dengan cermat
nomer pada rak dan sebagai wujud komitmen penulis untuk membuat label nomor rekam medis
penyimpanan sesuai yang dibutuhkan (Loyal dan Berorientasi Pelayanan).
berkas rekam 2. Mengkonsultasikan draf yang dibuat kepada Penulis berkonsultasi dengan mentor agar kualitas draf label nomor yang dibuat
medis. atasan dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan draf label nomor
rekam medis untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem informasi perjalanan
dinas (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar sistem informasi yang dibuat selaras
dengan kebutuhan instansi (Harmonis)
3. Penempelan label pada rak penyimpanan rekam Penulis peduli dengan menempel label nomor rekam medis pada rak penyimpanan
medis untuk membantu rekan kerja agar lebih teliti dalam menyusun berkas rekam medis
(Harmonis).
Penulis menempel label nomor rekam medis sebagai wujud dedikasi dan
komitmen penulis untuk terus berkontribusi terhadap kebutuhan unit rekam medis
dengan menempel label nomor rekam medis medis di setiap rak penyimpanan
(Loyal dan Berorientasi Pelayanan).
45
2. Merancang 1. Mencari literasi dalam pembuatan tracer Penulis mengembangkan learning agility dengan mempelajari literasi pembuatan
desain trar (outgide) terkait desain dan bahan yang akan tracer (outgide) terkait desain dan bahan yang ajkan digunakan agar
(outgide) yang digunakan memaksimalkan hasil yang didapatkan dan pengetahuan penulis terkait pembuatan
akan digunakan tracer (outgide) (Kompeten).
sebagai petunjuk Penulis mempelajari literasi tentang tracer (outgide), proses pembuatan dan bahan
keluar masuknya yang akan digunakan sebagai wujud Integritas dan Tanggungjawab penulis
rekam medis untuk menghasilkan sistem penyimpanan berkas rekam medis yang lebih baik
(Akuntabel dan Berorientasi Pelayanan).
2. Merancang beberapa draft desain tracer (outgide) Penulis mempersiapkan beberapa draft desain tracer (outgide) sebagai salah satu
rencana awal agar sukses dan tercapainya keberhasilan dalam pembuatan tracer
(outgide) berkas rekam medis (Kompeten).
3. Melakukan konsultasi kepada atasan selaku Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait draft desain tracer (outgide) yang
mentor terkait draft desain tracer (outgide) yang dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
sudah dibuat dan bahan yang akan digunakan Pelayanan).
dalam pembuatan tracer (outgide). Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan tracer (outgide) untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan berkas rekam medis
(Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar tracer (outgide) yang dibuat selaras
dengan kebutuhan puskemas (Harmonis).
46
4. Mencetak tracer (outgide) (outgide) Penulis peduli dengan mencetak tracer (outgide) untuk membantu rekan kerja
agar mengetahui alur keluar masuknya berkas rekam medis dari rak penyimpanan
menggunakan tracer (outgide) (Harmonis).
Penulis mencetak tracer (outgide) sebagai wujud dedikasi dan komitmen penulis
untuk terus berkontribusi terhadap kebutuhan unit rekam medis dengan
menyediakan tracer (outgide) di ruang penyimpanan rekam medis (Loyal dan
Berorientasi Pelayanan).
5. Mensosialisasikan cara penggunakan tracer Penulis secara proaktif mensosialisasikan penggunaan tracer (outgide) kepada staf
(outgide) kepada staf puskesmas puskesmas terutama kepada petugas pelayanan pendaftaran(Adaptif).
3. Menyiapkan 1. Menyiapkan buku ekspedisi dan membuat kolom Penulis peduli dengan menyiapkan buku ekspedisi dan membuat kolom di buku
buku eksepedisi dibuku tentang apa saja yang harus tercantum di tetang apa saja yang harus tercantum sebagai wujud sinergi untuk hasil yang
untuk berkas dalam buku ekspedisi lebih baik (Kolaboratif)
rekam medis 2. Mengkonsultasikan buku ekspedisi yang dibuat Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait penggunaan buku ekspedisi yang
masuk dan keluar kepada atasan dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan penggunaan buku ekspedisi
untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan berkas rekam medis
(Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar tracer (outgide) yang dibuat selaras
47
4. Mengkonsultasikan rancangan Standar Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait Standar Operasional Prosedur (SOP)
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas yang dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
rekam medis Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan
berkas rekam medis (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar Standar Operasional Prosedir (SOP)
yang dibuat selaras dengan kebutuhan puskemas (Harmonis).
5. Mengajukan Pengesahan rancangan Standar Penulis proaktif melakukan pengajuan pengeshaan rancangan Standar
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis agar dapat
rekam medis disosialisasikan kepada staf puskesmas (Adaptif)
6. Melakukan sosialisasi kepada staf puskesmas Penulis melakukan sosialisasi terkait SOP Penyimpanan Berkas Rekam Medis
terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memanfaatkan sumber daya seperti grup whatsapp instansi sehingga lebih
sudah disahkan oleh atasan praktis dan dapat dilakukan secara terus menerus (Kolaboratif).
Penulis melakukan sosialiasi melalui grup WA sehingga tidak lagi memakan
tempat dan waktu yang lama sebagai wujud dari inovasi dan kreatif penulis
(Adaptif).
Penulis secara proaktif mensosialisasikan terkait SOP Penyimpanan Berkas
Rekam Medis kepada staf puskesmas (Adaptif).
49
5. Melakukan 1. Pemilahan berkas rekam medis sesuai no rekam Penulis bersinergi dengan rekan kerja terkait dalam pemilahan berkas rekam
penyusunan medis medis sesuai dengan nomor rekam medisdan membangun suasana yang
berkas rekam 2. Pengurutan tata letak rekam medis di rak rekam Penulis bersama rekan kerja secara proaktif melakukan pengurutan tata letak
medis sesuai medis rekam medis di rak penyimpanan berkas rekam medis (Adaptif)
dengan sistem 3. Penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan Penulis bersama rekan kerja melakukan penyusunan rekam medis sebagai wujud
penomoran yang sistem penomoran yang sudah ditentukan kerjasama penulis dengan rekan kerja dan menjadi kinerja terbaik dalam
sudah ditentukan penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan (Kolaboratif dan Kompeten).
50
penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (Oktari,
2020).
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, diperlukan literasi digital yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Literasi digital adalah
“kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai
literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.” (Law, dkk.,
2018). Literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara
produktif. (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Untuk menunjang percepatan transformasi digital telah disusun 4 modul
literasi digital, yaitu :
a. Cakap Bermedia Digital
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkatkeras
dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam cakap bermedia digital, perlu adanya penguatan pada
pengetahuan dasar menggunakan hardware digital, pengetahuan dasar
tentang search engine, pengetahuan dasar tentang media sosial dan
pengetahuan dasar tentang berbagai aplikasi dompet digital dan e-
commerce.
b. Etika Bermedia Digital.
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola
55
Tabel 3.2. Relevansi Rencana Aktualisasi Dengan Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI Menuju Smart Governance
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Relevansi Dengan Agenda 3 (Manajemen ASN dan Smart ASN)
1 Pembuatan label nomer 1. Pembuatan draf label nomor Manajemen ASN
pada rak penyimpanan rekam medis Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
berkas rekam medis. 2. Mengkonsultasikan draf yang pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan membuat label rak nomer
dibuat kepada atasan pada rak penyimpanan rekam medis agar lebih baik. (Profesionalisme)
3. Penempelan label nomor Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk menentukan
rekam medis pada rak dalam membuat draf label nomer rekam medis. (Wawasan Global)
penyimpanan berkas rekam Penempelan label nomor rekam medis pada rak penyimpanan berkas rekam medis
medis adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan
pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
Smart ASN
Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf label nomer
rekam medis yang dapat membantu staf pendaftaran dan rekam medis dalam proses
penyimpanan berkas rekam medis
Membuat label nomor rekam medis di rak penyimpanan berkas rekam medis
merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis untuk terus
58
menyediakan label nomor rekam medis agar pelayanan di unit rekam medis lebih
efektif. (Integritas).
Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam membuat label
nomor rekam medis pada rak penyimpanan berkas rekam medis.(Hospitality)
2 Merancang desain tracer 1. Mencari literasi dalam Manajemen ASN
(outgide) yang akan pembuatan tracer (outgide) Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
digunakan sebagai petunjuk terkait desain dan bahan yang pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan merancang desain tracer
keluar masuknya berkas akan digunakan (outgide) yang akan digunakan sebagai petunjuk keluar masuknya berkas medis.
desain tracer (outgide) Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk mencari
3. Melakukan konsultasi literasi dalam pembuatan tracer (outgide) terkait desain serta bahan yang akan
kepada atasan selaku mentor digunakan dan merancang beberapa draf desain tracer (outgide). (Wawasan Global)
terkait draft desain tracer Merancang desain tracer (outgide) adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai
(outgide) yang sudah dibuat perekam medis terhadap pelayanan pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan
dan bahan yang akan tugas. (Hospitality)
digunakan dalam pembuatan
tracer (outgide). Smart ASN
4. Mencetak tracer (outgide) Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf tracer
5. Mensosialisasikan cara (outgide) yang dapat membantu staf pendaftaran dan rekam medis dalam mengontrol
59
penggunakan tracer (outgide) berkas rekam medis yang keluar dan masuk dan mengurangi kejadian missfile.
kepada staf puskesmas (Profesionalisme)
Membuat draf tracer (outgide) merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam
medis untuk terus menyediakan tracer (outgide) agar pelayanan di unit rekam medis
lebih efektif. (Integritas).
Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam mencetak tracer
(outgide) agar proses penyimpanan berkas rekam medis dapat berjalan dengan
baik.(Hospitality)
Dalam mencari literasi dalam pembuatan tracer (outgide) penulis sebagai perekam
medis memanfaatkan internet melalui website sumber yang terpercaya.
(Menguasai IT)
3 Menyiapkan buku 1. Menyiapkan buku ekspedisi Manajemen ASN
eksepedisi untuk berkas dan membuat kolom dibuku Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
rekam medis masuk dan tentang apa saja yang harus pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan menyiapkan buku
keluar tercantum di dalam buku eksepedisi untuk berkas rekam medis masuk dan keluar. (Profesionalisme)
ekspedisi Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk menyiapkan
2. Mengkonsultasikan buku buku ekspedisi dan membuat kolom dibuku tentang apa saja yang harus tercantum di
ekspedisi yang dibuat kepada dalam buku ekspedisi. (Wawasan Global)
Menyiapkan buku ekspedisi untuk berkas rekam medis keluar dan masuk adalah bentuk
60
atasan pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan di unit rekam
3. Sosialisasi cara medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
penggunaan/pengisian buku
ekspedisi yang telah Smart ASN
disetujui oleh atasan kepada Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam menyediakan buku
staf puskesmas ekspedisi berkas rekam medis yang keluar dan masuk yang digunakan untuk membantu
staf pendaftaran dan rekam medis dalam mengontrol berkas rekam medis yang keluar
dan masuk dan mengurangi kejadian missfile. (Profesionalisme)
Menyediakan buku ekspedisi berkas rekam medis yang keluar dan masuk merupakan
bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit rekam medis
lebih efektif. (Integritas).
Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam menyediakan
buku ekspedisi berkas rekam medis keluar dan masuk agar dapat mengontrol setiap
berkas rekam medis yang keluar dari ruang penyimpanan.(Hospitality)
61
rekam medis. Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis. (Profesionalisme)
penyimpanan berkas rekam Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk mencari
medis. materi dan literatur pembuatan rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
2. Membuat draft rancangan penyimpanan berkas rekam medis. (Wawasan Global)
Standar Operasional Membuat draf Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis
Prosedur (SOP) adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan
penyimpanan berkas rekam pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
medis
3. Mengkonsultasikan Smart ASN
rancangan Standar Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf Standar
Operasional Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis yang dapat menjadi
penyimpanan berkas rekam acuan staf rekam medis dan pendaftaran dalam proses penyimpanan berkas rekam
medis medis. (Profesionalisme)
4. Mengajukan Pengesahan Membuat draf Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis
rancangan Standar merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit
Operasional Prosedur (SOP) rekam medis lebih efektif. (Integritas)
62
penyimpanan berkas rekam Dalam Mencari materi dan literatur pembuatan rancangan Standar Operasional Prosedur
medis (SOP) penyimpanan berkas rekam medis penulis sebagai perekam medis
5. Melakukan sosialisasi memanfaatkan internet melalui website sumber yang terpercaya. (Menguasai IT)
kepada staf puskesmas
terkait Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang sudah
disahkan oleh atasan
5 Melakukan penyusunan Pemilahan berkas rekam Manajemen ASN
berkas rekam medis sesuai medis sesuai no rekam medis Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
dengan sistem penomoran Pengurutan tata letak rekam pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan melakukan penyusunan
yang sudah ditentukan medis di rak rekam medis berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah ditentukan.
(Profesionalisme)
Penyusunan berkas rekam
medis sesuai dengan sistem Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk melakukan
penomoran yang sudah Pemilahan berkas rekam medis sesuai no rekam medis. (Wawasan Global)
ditentukan Penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap
pelayanan di unit rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
63
Smart ASN
Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam melakukan pemilahan
berkas rekam medis sesuai no rekam medis (Profesionalisme)
Pengurutan tata letak rekam medis di rak rekam medis merupakan bentuk konsistensi
penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit rekam medis lebih efektif.
(Integritas).
Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam melakukan
penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan.(Hospitality)
64
medis. SOP penyimpanan berkas rekam jelas terhadap prosedur Membuat Standar
2. Membuat draft medis, dan tahapan proses kerja dari penyimpanan Operasional
rancangan pembuatannya sebagai wujud berkas rekam medis di Prosedur (SOP)
Standar Integritas dan Tanggungjawab puskesmas penyimpanan
Operasional penulis untuk menghasilkan Standar berkas rekam
Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) medis.untuk
penyimpanan penyimpanan berkas rekam medis terwujudnya
berkas rekam yang lebih baik (Akuntabel dan Standar
medis Berorientasi Pelayanan). Operasional
3. Mengkonsultasik Penulis melakukan musyawarah Prosedur pada
an rancangan dengan rekan kerja terkait pelayanan
Standar pembuatan draf Standar Operasional penyimpanan
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas berkasrekam medis
Prosedur (SOP) rekam medis sebagai wujud
penyimpanan nasionalisme dan kepedulian
berkas rekam (Loyal dan Harmonis)
medis Penulis membuat rancangan Standar
4. Mengajukan Operasional Prosedur (SOP)
Pengesahan penyimpanan berkas rekam medis
73
ditentukan melakukan penyusunan rekam medis penomoran yang sudah dengan sistem
sebagai wujud kerjasama penulis diterapkan penomoran yang
dengan rekan kerja dan menjadi sudah ditentukan
kinerja terbaik dalam penyusunan agar tersusun
berkas rekam medis sesuai dengan dengan benar dan
sistem penomoran yang sudah baik berkas rekam
ditentukan (Kolaboratif dan medis sesuai nomor
Kompeten).
77