Anda di halaman 1dari 51

BAB III

STRATEGI PENYELESAIAN ISU TERPILIH

3.1. Penetapan Gagasan dan Kegiatan Kreatif


3.1.1. Penetapan Gagasan
Berdasarkan isu prioritas yang telah dianalisis menggunakan teknik tapisan
isu dengan kriteria APKL dan USG yaitu “Belum Optimalnya Penyimpanan
Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di UPT. Puskesmas Dolok Masihul Kab.
Serdang Bedagai”, maka dihasilkan gagasan kreatif pemecahan masalah pada isu
tersebut yakni “Optimalisasi Proses Penyimpanan Berkas Rekam Medis
Rawat Jalan di UPT. Puskesmas Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai”

3.1.2. Kegiatan Kreatif


Berdasarkan gagasan kreatif di atas, penulis membuat kegiatan kreatif
yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan proses penyimpanan berkas rekam
medis rawat jalan di upt. puskesmas dolok masihul kab. serdang bedagai yaitu
sebagai berikut:
1. Pembuatan label nomer pada rak penyimpanan berkas rekam
medis.
Tahapan kegiatan dalam pembuatan label nomer pada rak penyimpanan
berkas rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan draf label nomor rekam medis
b. Mengkonsultasikandraf yang dibuat kepada atasan
c. Penempelan label pada rak penyimpanan berkas rekam medis
Output dari kegiatan ini adalah tersediannya label nomor untuk rak
penyimpanan berkas rekam medis
2. Merancang desain tracer (outgide) yang akan digunakan sebagai
petunjuk keluar masuknya berkas rekam medis.
Tahapan kegiatan dalam merancang desain tracer (outgide) yang akan
digunakan sebagai petunjuk keluar masuknya rekam medis adalah
sebagai berikut :

28
29

a. Mencari literasi dalam pembuatan tracer (outgide) terkait desain dan


bahan yang akan digunakan
b. Merancang beberapa draft desain tracer (outgide)
c. Melakukan konsultasi kepada atasan selaku mentor terkait draft
desain tracer (outgide) yang sudah dibuat dan bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan tracer (outgide).
d. Mencetak tracer (outgide)
Output dari kegiatan ini adalah tersedianya tracer (outgide) yang
digunakan sebagai penanda keluar masuk berkas rekam medis
3. Menyiapkan buku eksepedisi untuk berkas rekam medis masuk
dan keluar.
Tahapan kegiatan dalam menyiapkan buku eksepedisi untuk berkas
rekam medis masuk dan keluar adalah sebagai berikut :
a. Membuat kolom dibuku tentang apa saja yang harus tercantum di
dalam buku ekspedisi
b. Mengkonsultasikan buku ekspedisi yang dibuat kepada atasan
c. Sosialisasi cara penggunaan/pengisian buku ekspedisi yang telah
disetujui oleh atasan kepada staf puskesmas
Output dari kegiatan ini adalah terlaksananya pendokumentasian
untuk setiap rekam medis yang masuk dan keluar dari ruangan
penyimpanan
4. Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan
berkas rekam medis.
Tahapan kegiatan dalam membuat standar operasional prosedur (sop)
penyimpanan berkas rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Mencari materi dan literatur pembuatan rancangan Standar
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkasrekam medis
b. Membuat draft rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
penyimpanan berkas rekam medis
c. Mengkonsultasikan rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
penyimpanan berkas rekam medis
30

d. Mengajukan Pengesahan rancangan Standar Operasional Prosedur


(SOP) penyimpanan berkas rekam medis
e. Melakukan sosialisasi kepada staf puskesmas terkait Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang sudah disahkan oleh atasan
Output dari kegiatan ini adalah terwujudnya Standar Operasional
Prosedur pada pelayanan penyimpanan berkasrekam medis
5. Melakukan penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem
penomoran yang sudah ditentukan.
Tahapan kegiatan dalam membuat standar operasional prosedur (sop)
penyimpanan berkas rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Pemilahan berkas rekam medis sesuai no rekam medis
b. Pengurutan tata letak rekam medis di rak rekam medis
c. Penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran
yang sudah ditentukan
Output dari kegiatan ini adalah melakukan penyusunan berkas
rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan.

3.2. Relevansi Rencana Kegiatan Dengan Aktualisasi Agenda 2 (Nilai –


Nilai Dasar ASN, Core Value ASN BerAKHLAK)
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
tranformasi pengelolaan ASN menuju Pemerintahan yang berkelas dunia telah
diluncurkan core values ASN BerAKHLAK dan Employer Branding Bangga
Melayani Bangsa sesuai dengan Surat Edaran MenPANRB Nomor 20 Tahun 2021
tanggal 16 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer
Branding ASN.

3.2.1. Berorientasi Pelayanan


Berorientasi pelayanan adalah sikap dan perilaku kerja sebagai ASN dalam
memberikan pelayanan terbaik kepada penerima layanan yang meliputi
masyarakat, atasan, rekan kerja, unit kerja terkait, dan atau instansi lainnya.
31

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan


Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Asas penyelenggaraan
pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik
yaitu:
a. Kepentingan Umum
b. Kepastian Hukum
c. Kesamaan hak
d. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
e. Keprofesionalan
f. Partisipatif
g. Persamaan Perlakuan/Tidak Diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas
j. Fasilitas dan Perlakuan Khusus bagi kelompok rentan
k. Ketepatan waktu
l. Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “Berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat”, nilai dasar berorientasi pelayanan
menekankan terhadap pelayanan prima yang responsif dan berkualitas serta
mengutamakan kepuasan dari pelayanan yang diberikan sesuai dengan kata
kuncinya yaitu responsif, kualitas, dan kepuasan. Dalam mengimplementasikan
budaya berorientasi pelayanan, ASN perlu memahami mengenai beberapa hal
fundamental mengenai pelayanan publik, antara lain:
1. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi. Dengan demikian menjadi kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakannya baik dilakukan sendiri (oleh birokrasi
pemerintah) maupun bekerja sama dengan sektor swasta.
32

2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh


warga negara. Artinya, para birokrat penyelenggara pelayanan publik
harus paham bahwa semua fasilitas yang mereka nikmati (gedung,
peralatan, gaji bagi ASN, protokoler, dsb.) dibayar dengan pajak yang
dibayarkan oleh warga negara. Oleh karena itu, ASN harus paham
bahwa warga negara adalah agent (tuan) dan saudara adalah client
(pelayan).
3. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-
hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
Karena sifatnya yang demikian, sebagai seorang ASN harus paham
bahwa kegagalan dalam berkontribusi untuk menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas akan berakibat pada kegagalan kita
sebagai bangsa dalam mewujudkan cita-cita bersama.
4. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara
(proteksi).
Adapun panduan perilaku dari nilai dasar berorientasi pelayanan adalah :
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyakarat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
1. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
2. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
3. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
4. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
1. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
2. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
33

3. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,


tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
c. Melakukan perbaikan tiada henti
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
2. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

3.2.2. Akuntabel
Akuntabel adalah kewajiban sebagai seorang ASN untuk mempertanggung
jawabkan segala tindak tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina dan publik. Aspek-aspek akuntabilitas terdiri atas :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks
ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan
berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
34

d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless


without consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab
menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa
penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability),
akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan berbeda, yakni:
1. Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur
negara bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
Dalam hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian
kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai
kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang
penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
35

4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan
kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “Bertanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan”, nilai dasar akuntabel menekankan tanggungjawab
ASN terhadap segala tindakan ASN baik di dalam instansi maupun di luar
instansi. Kata kunci dari nilai dasar akuntabel yaitu integritas, konsisten, dapat
dipercaya dan transparan. Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, serta
disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien.
c. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.

3.2.3. Kompeten
Kompeten adalah kemampuan dan kewenangan yang dimiliki oleh seorang
ASN untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Konsepsi
kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi
Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
36

diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “Terus belajar dan mengembangkan
kapasitas”, nilai dasar kompeten menekankan ASN untuk terus mengembangkan
kompetensi dan kapabilitas masing-masing untuk menghasilkan ASN yang
memiliki kinerja terbaik dan ahli di bidangnya sesuai dengan kata kuncinya yaitu
kinerja terbaik, sukses, keberhasilan, learning agility, ahli dibidangnya. Adapun
panduan perilakunya adalah :
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
b. Membantu orang lain belajar
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik

3.2.4. Harmonis
Harmonis adalah kerjasama antar berbagai elemen sehingga elemen-
elemen tersebut dapat menghasilkan satu kesatuan yang luhur dan terintegrasi.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk
membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif, yaitu:
37

a. Membuat tempat kerja yang berenergi


Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi menghabiskan
separuh hidupnya di tempat kerja. Untuk itu tempat kerja harus dibuat
sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman saat bekerja.
Tata ruang yang baik dan keberadaan ruang terbuka sangat disarankan.
Desain ruang terbuka dapat meningkatkan komunikasi, hubungan
interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal mengurangi
terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikankontribusi
Selalu ingat dalam sebuah organisasi Anda bukan satu-satunya orang
yang menjalankan alur produktivitas. Ketika Anda sudah "mentok", ada
baiknya Anda mencari ide dari orang-orang yang berada dalam tim.
Hal tersebut mampu meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki
karyawan dalam sebuah bisnis atau organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu motivator terbaik
di lingkungan kerja. Demikian juga rasa memiliki. dengan membagi
kebahagiaan dalam organisasi kepada seluruh karyawan dapat
meningkatkan rasa kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para
karyawan.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “peduli dan menghargai
perbedaan”, nilai dasar harmonis menekankan sikap saling peduli dan saling
menghargai antar sesama sehingga tercipta suasana kerja yang damai dan
kondusif sesuai dengan kata kuncinya yaitu peduli, perbedaan dan selaras.
Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
b. Suka menolong orang lain
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

3.2.5. Loyal
Loyal adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang ASN untuk dapat
38

dan harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal
berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan,
tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Sedangkan beberapa ahli
mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai berikut:
a. Kepatuhan atau kesetiaan.
b. Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada
organisasi tempatnya bekerja.
c. Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau
sesuatu (misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan
tindakan orang tersebut.
d. Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan
dengan memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan
kepada seseorang atau sesuatu.
e. Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia,
sehingga untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat
mempengaruhi sisi emosional orang tersebut.
f. Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki,
mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan
keterikatan emosional.
g. Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja
untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara”, nilai dasar loyal menekankan seorang ASN
untuk memiliki komitmen dan mengabdi serta berdedikasi untuk mementingkan
kepentingan bangsa dan negara sesuaidengan kata kunci :
1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan
sesuatu atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan
sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
39

keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi


ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur
dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih
yang diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran,
kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang
diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik
dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang
mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan
untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara
sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran,
pendapat, ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih
sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Memegang Teguh Ideologi Pancasila, UUD 1945, Setia Pada NKRI
Serta Pemerintahan yang Sah
b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan, Instansi dan Negara
c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

3.2.6. Adaptif
Adaptif adalah kemampuan seorang ASN untuk terus berupaya mencapai
tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang
berubah-ubah agar tetap bertahan. Organisasi maupun individu dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan apa yang menjadi tuntutan perubahan. Banyak
persoalan pelayanan publik tidak dapat diselesaikan secara tuntas, bukan karena
persoalan kemampuan adaptabilitasnya yang rendah, tetapi justru karena peroslan-
40

persoalan kelembagaan dan kebijakan yang tidak memberi ruang yang cukup
untuk beradaptasi.
Ada 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK
yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya,
yaitu:
a. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Demikian pula dengan organisasi pemerintah, yang mempunyai tujuan-
tujuan penyelenggaraan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh peraturan
perundangan. Penetapan tujuan organisasi menjadi elemen budaya
adaptif pertama yang diperlukan, di mana pencapaiannya akan sangat
dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Perubahan lingkungan tidak
serta merta mengubah tujuan organisasi, tetapi adaptasi akan
menyesuaikan cara organisasi bekerja agar pencapaian tetap dilakukan
b. Cultural Values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional
yang sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Demikian pula
dengan ASN sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai yang
tersemat dalam budaya kerjanya, sehingga dituntut untuk
mengaplikasikannya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal
dan berkualitas
c. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam
kerangka piker dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang
digunakan dalam organisasi.
d. Corporate Values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat
juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam
organisasi.
e. Coporate Strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategistrategi
41

yang lebih operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi


secara terstruktur, efisien dan efektif.
f. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat
diterapkan di organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit budaya
adaptif dapat berkembang dan tumbuh di sebuah organisasi.
g. Problem Solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul
dalam organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan.
Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi
yang dilakukan oleh organisasi.
h. Partnership Working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan
partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling
menguatkan dalam penerapan budaya adaptif.
i. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting
dan tidak bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan
internal maupun eksternal organisasi.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “terus berinovasi dan antusian
dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan”, nilai dasar adaptif
menekankan seorang ASN untuk selalu beradaptasi dengan kondisi dan
lingkungan kerja yang berubah-ubah dengan terus berinovasi dan proaktif terhadap
segala hal perubahan yang terjadi sesuai dengan kata kuncinya yaitu inovasi,
antusias terhadap perubahan dan proaktif. Adapun panduanperilakunya adalah :
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas
c. Bertindak proaktif

3.2.7. Kolaboratif
Kolaboratif adalah kemampuan seorang ASN untuk dapat bekerjasama
42

satu sama lain sehingga tercapai sebuah hasil kerja terbaik dan berkualitas. Ansel
dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
a. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga.
b. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate.
c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan
hanya '„dikonsultasikan‟ oleh agensi publik.
d. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif.
e. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus
(bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik).
f. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi.
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka.
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas
mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan).
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai.
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik.
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong.
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Berdasarkan kalimat afirmasinya yakni “membangun kerjasama yang
sinergis)”, nilai dasar kolaboratif menekankan seorang ASN untuk selalu
bekerjasama dengan rekan kerja lain dikarenakan sistem kerja individu tidak lagi
menjadi sistem kerja yang berlaku sekarang melainkan sistem kerja yang harus
43

selalu berkolaborasi dan bersinergi dengan pihak lain untuk menghasilkan kinerja
yang berkualitas sesuai dengan kata kuncinya yaitu kesediaan bekerjasama dan
sinergi untuk hasil yang lebih baik. Adapun panduan perilakunya adalah :
a. Memberi Kesempatan Kepada Berbagai Pihak Untuk Berkontribusi
b. Terbuka Dalam Bekerja Sama Untuk Menghasilkan Nilai Tambah
c. Menggerakkan Pemanfaatan Berbagai Sumber Daya Untuk Tujuan
Bersama.
44

Tabel 3.1. Relevansi Rencana Kegiatan Dengan Core Value ASN BerAKHLAK
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Relevansi Dengan Agenda 2 (Core Value BerAKHLAK)
1 Pembuatan label 1. Pembuatan draf label nomor rekam medis Penulis membuat draf label nomor rekam medis yang diperlukan dengan cermat
nomer pada rak dan sebagai wujud komitmen penulis untuk membuat label nomor rekam medis
penyimpanan sesuai yang dibutuhkan (Loyal dan Berorientasi Pelayanan).
berkas rekam 2. Mengkonsultasikan draf yang dibuat kepada Penulis berkonsultasi dengan mentor agar kualitas draf label nomor yang dibuat
medis. atasan dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan draf label nomor
rekam medis untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem informasi perjalanan
dinas (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar sistem informasi yang dibuat selaras
dengan kebutuhan instansi (Harmonis)
3. Penempelan label pada rak penyimpanan rekam Penulis peduli dengan menempel label nomor rekam medis pada rak penyimpanan
medis untuk membantu rekan kerja agar lebih teliti dalam menyusun berkas rekam medis
(Harmonis).
Penulis menempel label nomor rekam medis sebagai wujud dedikasi dan
komitmen penulis untuk terus berkontribusi terhadap kebutuhan unit rekam medis
dengan menempel label nomor rekam medis medis di setiap rak penyimpanan
(Loyal dan Berorientasi Pelayanan).
45

2. Merancang 1. Mencari literasi dalam pembuatan tracer Penulis mengembangkan learning agility dengan mempelajari literasi pembuatan
desain trar (outgide) terkait desain dan bahan yang akan tracer (outgide) terkait desain dan bahan yang ajkan digunakan agar
(outgide) yang digunakan memaksimalkan hasil yang didapatkan dan pengetahuan penulis terkait pembuatan
akan digunakan tracer (outgide) (Kompeten).
sebagai petunjuk Penulis mempelajari literasi tentang tracer (outgide), proses pembuatan dan bahan
keluar masuknya yang akan digunakan sebagai wujud Integritas dan Tanggungjawab penulis
rekam medis untuk menghasilkan sistem penyimpanan berkas rekam medis yang lebih baik
(Akuntabel dan Berorientasi Pelayanan).
2. Merancang beberapa draft desain tracer (outgide) Penulis mempersiapkan beberapa draft desain tracer (outgide) sebagai salah satu
rencana awal agar sukses dan tercapainya keberhasilan dalam pembuatan tracer
(outgide) berkas rekam medis (Kompeten).
3. Melakukan konsultasi kepada atasan selaku Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait draft desain tracer (outgide) yang
mentor terkait draft desain tracer (outgide) yang dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
sudah dibuat dan bahan yang akan digunakan Pelayanan).
dalam pembuatan tracer (outgide). Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan tracer (outgide) untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan berkas rekam medis
(Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar tracer (outgide) yang dibuat selaras
dengan kebutuhan puskemas (Harmonis).
46

4. Mencetak tracer (outgide) (outgide) Penulis peduli dengan mencetak tracer (outgide) untuk membantu rekan kerja
agar mengetahui alur keluar masuknya berkas rekam medis dari rak penyimpanan
menggunakan tracer (outgide) (Harmonis).
Penulis mencetak tracer (outgide) sebagai wujud dedikasi dan komitmen penulis
untuk terus berkontribusi terhadap kebutuhan unit rekam medis dengan
menyediakan tracer (outgide) di ruang penyimpanan rekam medis (Loyal dan
Berorientasi Pelayanan).
5. Mensosialisasikan cara penggunakan tracer Penulis secara proaktif mensosialisasikan penggunaan tracer (outgide) kepada staf
(outgide) kepada staf puskesmas puskesmas terutama kepada petugas pelayanan pendaftaran(Adaptif).
3. Menyiapkan 1. Menyiapkan buku ekspedisi dan membuat kolom Penulis peduli dengan menyiapkan buku ekspedisi dan membuat kolom di buku
buku eksepedisi dibuku tentang apa saja yang harus tercantum di tetang apa saja yang harus tercantum sebagai wujud sinergi untuk hasil yang
untuk berkas dalam buku ekspedisi lebih baik (Kolaboratif)
rekam medis 2. Mengkonsultasikan buku ekspedisi yang dibuat Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait penggunaan buku ekspedisi yang
masuk dan keluar kepada atasan dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan penggunaan buku ekspedisi
untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan berkas rekam medis
(Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar tracer (outgide) yang dibuat selaras
47

dengan kebutuhan puskemas (Harmonis).


3. Sosialisasi cara penggunaan/pengisian buku Penulis secara proaktif mensosialisasikan cara penggunaan/pengisian buku
ekspedisi yang telah disetujui oleh atasan kepada ekspedisi kepada staf puskesmas terutama kepada petugas pelayanan
staf puskesmas pendaftaran(Adaptif).
4. Membuat Standar 1. Mencari materi dan literatur pembuatan Penulis mengembangkan learning agility dengan mempelajari literasi pembuatan
Operasional rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP) rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan digunakan agar
Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis. memaksimalkan hasil yang didapatkan dan pengetahuan penulis terkait pembuatan
penyimpanan SOP (Kompeten).
berkas rekam Penulis mempelajari literasi tentang SOP penyimpanan berkas rekam medis, dan
medis. tahapan proses pembuatannya sebagai wujud Integritas dan Tanggungjawab
penulis untuk menghasilkan Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan
berkas rekam medis yang lebih baik (Akuntabel dan Berorientasi Pelayanan).
2. Membuat draft rancangan Standar Operasional Penulis melakukan musyawarah dengan rekan kerja terkait pembuatan draf
Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis sebagai
medis wujud nasionalisme dan kepedulian (Loyal dan Harmonis)
Penulis membuat rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan
berkas rekam medis yang diperlukan dengan komitmendan sebagai wujud penulis
untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam
medis sesuai yang dibutuhkan (Akuntabel).
48

4. Mengkonsultasikan rancangan Standar Penulis berkonsultasi dengan mentor terkait Standar Operasional Prosedur (SOP)
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas yang dibuat dapat memberikan kepuasan terhadap penggunanya. (Berorientasi
rekam medis Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor terkait dengan pembuatan Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk mendapatkan hasil terbaik dalam sistem penyimpanan
berkas rekam medis (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor agar Standar Operasional Prosedir (SOP)
yang dibuat selaras dengan kebutuhan puskemas (Harmonis).
5. Mengajukan Pengesahan rancangan Standar Penulis proaktif melakukan pengajuan pengeshaan rancangan Standar
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis agar dapat
rekam medis disosialisasikan kepada staf puskesmas (Adaptif)
6. Melakukan sosialisasi kepada staf puskesmas Penulis melakukan sosialisasi terkait SOP Penyimpanan Berkas Rekam Medis
terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memanfaatkan sumber daya seperti grup whatsapp instansi sehingga lebih
sudah disahkan oleh atasan praktis dan dapat dilakukan secara terus menerus (Kolaboratif).
Penulis melakukan sosialiasi melalui grup WA sehingga tidak lagi memakan
tempat dan waktu yang lama sebagai wujud dari inovasi dan kreatif penulis
(Adaptif).
Penulis secara proaktif mensosialisasikan terkait SOP Penyimpanan Berkas
Rekam Medis kepada staf puskesmas (Adaptif).
49

5. Melakukan 1. Pemilahan berkas rekam medis sesuai no rekam Penulis bersinergi dengan rekan kerja terkait dalam pemilahan berkas rekam
penyusunan medis medis sesuai dengan nomor rekam medisdan membangun suasana yang
berkas rekam 2. Pengurutan tata letak rekam medis di rak rekam Penulis bersama rekan kerja secara proaktif melakukan pengurutan tata letak
medis sesuai medis rekam medis di rak penyimpanan berkas rekam medis (Adaptif)
dengan sistem 3. Penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan Penulis bersama rekan kerja melakukan penyusunan rekam medis sebagai wujud
penomoran yang sistem penomoran yang sudah ditentukan kerjasama penulis dengan rekan kerja dan menjadi kinerja terbaik dalam
sudah ditentukan penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan (Kolaboratif dan Kompeten).
50

3.3. Relevansi Rencana Aktualisasi Dikaitkan Dengan Agenda 3 (Kedudukan


Dan Peran PNS Dalam NKRI Menuju Smart Governance)
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi
tantangan-tantangan yang, kompleks dan terus berubah, pemerintah melalui UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk
mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini
merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral
serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.

3.3.1. Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik.
b. Pelayan publik.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya ASN bertugas untuk :
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut.
51

Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan


publik.
b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi
setiap warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu
ASN dituntut untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945,
Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat
ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
Kemudian Hak ASN yang diatur dalam UU ASN adalah sebagai berikut:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas.
b. Cuti.
c. Jaminan pensiun dan Jaminan hari tua (untuk PNS).
d. Perlindungan.
e. Pengembangan kompetensi
Pada pasal 92 UU ASN, ASN berhak mendapatkan perlindungan berupa :
a. Jaminan kesehatan.
b. Jaminan kecelakaan kerja.
c. Jaminan kematian.
d. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban ASN sesuai dengan UU ASN adalah :
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah.
52

b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.


c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang.
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan.
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam UU ASN disebutkan juga kode etik ASN sebagai landasan profesi
dan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Adapun kode etik ASN sesuai
dengan UU ASN adalah :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
f. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien.
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
53

pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.


j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN
Dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi ini adapun unsur-unsur
Manajemen ASN terkandung adalah
1. Profesionalitas yaitu guru sebagai ASN harus bertanggung jawab
terhadap tugasnya sebagai pendidik;
2. Wawasan global yaitu guru sebagai seorang ASN harus memiliki
wawasan yang luas terhadap bidang yang dimiliknya agar dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaraan bagi siswa secara baik dan
profesional; dan
3. Hospitality yaitu guru sebagai ASN harus mampu memberikan
pelayanan prima bagi siswa dalam hal membantu meningkatkan
kemampuan belajar dan kompetensi akademik yang mereka miliki.

3.3.2. Smart ASN


Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak
informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan
berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang
terdiversifikasi. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas
Perencanaan Transformasi Digital, Presiden menekankan 5 hal yang perlu
menjadi perhatian untuk percepatan transformasi digital, yakni :
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis,
baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor
pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor
54

penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (Oktari,
2020).
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, diperlukan literasi digital yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Literasi digital adalah
“kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai
literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.” (Law, dkk.,
2018). Literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara
produktif. (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Untuk menunjang percepatan transformasi digital telah disusun 4 modul
literasi digital, yaitu :
a. Cakap Bermedia Digital
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkatkeras
dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam cakap bermedia digital, perlu adanya penguatan pada
pengetahuan dasar menggunakan hardware digital, pengetahuan dasar
tentang search engine, pengetahuan dasar tentang media sosial dan
pengetahuan dasar tentang berbagai aplikasi dompet digital dan e-
commerce.
b. Etika Bermedia Digital.
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola
55

etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam etika


bermedia digital, perlu adanya penguatan pada pengetahuan dasar akan
peraturan dan regulasi yang berlaku, tata krama dan netiket,
pengetahuan dasar tentang hoax, pornografi, perundungan, dan
sebagainya, pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan
kolaborasi di ruang digital sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang
berlaku dan pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik di ruang
digital sesuai peraturan yang berlaku.
c. Budaya Bermedia Digital.
Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK. Dalam budaya bermedia digital, perlu adanya
penguatan pada pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara,
pengetahuan dasar membedakan informasi yang tidak sesuai dengan
nilai Pancasila, pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar dan pengetahuan dasar yang mendorong perilaku
konsumsi sehat dan mencintai produk dalam negeri.
d. Aman Bermedia Digital
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aman bermedia
digital, perlu adanya penguatan pada pengetahuan dasar fitur proteksi
perangkat keras, pengetahuan dasar dalam mencari informasi yang
valid, memahami spam dan phising, pengetahuan dasar fitur keamanan
platform digital dan rekam jejak digital, serta pengetahuan dasar
mengenai perlindungan diri atas penipuan (scam).
Smart ASN memiliki profil yang disiapkan untuk menghadapi era disrupsi
dan tantangan dunia yang semakin kompleks. Profil Smart ASN meliputi
integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan
56

bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa entrepreneurship dan memiliki jaringan


yang luas (networking). Berikut penjelasan 8 Profil SMART ASN:
1. Integritas yaitu konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan,
termasuk didalamnya tanggung jawab dan kejujuran.
2. Profesionalisme yaitu sikap yang menunjukkan berkompeten dalam
tugas
3. Nasionalisme yaitu bagaimana seseorang untuk memahami kondisi
bangsa dan negara.
4. Berwawasan global yaitu mempunyai pandangan ke depan tentang
perubahan yang dihadapi.
5. Menguasai teknologi informasi (IT) dan bahasa asing maksudnya dalam
perubahan zaman, ASN harus dibekali ilmu dan teknologi serta
kemampuan berbahasa asing.
6. Berjiwa hospitality maksudnya adalah keramahan dan melaksanakan
tugas
7. Networking maksudnya adalah ASN harus menguasai dunia digital agar
jangan ketinggalan baik dalam perkembangan informasi maupun tugas.
8. Entrepreneurship maksudnya adalah seorang ASN harus mempunyai
jiwa kewirausahaan.
57

Tabel 3.2. Relevansi Rencana Aktualisasi Dengan Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI Menuju Smart Governance

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Relevansi Dengan Agenda 3 (Manajemen ASN dan Smart ASN)
1 Pembuatan label nomer 1. Pembuatan draf label nomor Manajemen ASN
pada rak penyimpanan rekam medis  Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan

berkas rekam medis. 2. Mengkonsultasikan draf yang pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan membuat label rak nomer

dibuat kepada atasan pada rak penyimpanan rekam medis agar lebih baik. (Profesionalisme)

3. Penempelan label nomor  Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk menentukan
rekam medis pada rak dalam membuat draf label nomer rekam medis. (Wawasan Global)
penyimpanan berkas rekam  Penempelan label nomor rekam medis pada rak penyimpanan berkas rekam medis
medis adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan
pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)

Smart ASN
 Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf label nomer
rekam medis yang dapat membantu staf pendaftaran dan rekam medis dalam proses
penyimpanan berkas rekam medis
 Membuat label nomor rekam medis di rak penyimpanan berkas rekam medis
merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis untuk terus
58

menyediakan label nomor rekam medis agar pelayanan di unit rekam medis lebih
efektif. (Integritas).
 Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam membuat label
nomor rekam medis pada rak penyimpanan berkas rekam medis.(Hospitality)
2 Merancang desain tracer 1. Mencari literasi dalam Manajemen ASN
(outgide) yang akan pembuatan tracer (outgide)  Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
digunakan sebagai petunjuk terkait desain dan bahan yang pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan merancang desain tracer

keluar masuknya berkas akan digunakan (outgide) yang akan digunakan sebagai petunjuk keluar masuknya berkas medis.

rekam medis 2. Merancang beberapa draft (Profesionalisme)

desain tracer (outgide)  Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk mencari
3. Melakukan konsultasi literasi dalam pembuatan tracer (outgide) terkait desain serta bahan yang akan
kepada atasan selaku mentor digunakan dan merancang beberapa draf desain tracer (outgide). (Wawasan Global)
terkait draft desain tracer  Merancang desain tracer (outgide) adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai
(outgide) yang sudah dibuat perekam medis terhadap pelayanan pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan
dan bahan yang akan tugas. (Hospitality)
digunakan dalam pembuatan
tracer (outgide). Smart ASN
4. Mencetak tracer (outgide)  Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf tracer
5. Mensosialisasikan cara (outgide) yang dapat membantu staf pendaftaran dan rekam medis dalam mengontrol
59

penggunakan tracer (outgide) berkas rekam medis yang keluar dan masuk dan mengurangi kejadian missfile.
kepada staf puskesmas (Profesionalisme)
 Membuat draf tracer (outgide) merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam
medis untuk terus menyediakan tracer (outgide) agar pelayanan di unit rekam medis
lebih efektif. (Integritas).
 Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam mencetak tracer
(outgide) agar proses penyimpanan berkas rekam medis dapat berjalan dengan
baik.(Hospitality)
 Dalam mencari literasi dalam pembuatan tracer (outgide) penulis sebagai perekam
medis memanfaatkan internet melalui website sumber yang terpercaya.
(Menguasai IT)
3 Menyiapkan buku 1. Menyiapkan buku ekspedisi Manajemen ASN
eksepedisi untuk berkas dan membuat kolom dibuku  Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
rekam medis masuk dan tentang apa saja yang harus pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan menyiapkan buku

keluar tercantum di dalam buku eksepedisi untuk berkas rekam medis masuk dan keluar. (Profesionalisme)

ekspedisi  Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk menyiapkan
2. Mengkonsultasikan buku buku ekspedisi dan membuat kolom dibuku tentang apa saja yang harus tercantum di
ekspedisi yang dibuat kepada dalam buku ekspedisi. (Wawasan Global)
 Menyiapkan buku ekspedisi untuk berkas rekam medis keluar dan masuk adalah bentuk
60

atasan pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan di unit rekam
3. Sosialisasi cara medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
penggunaan/pengisian buku
ekspedisi yang telah Smart ASN
disetujui oleh atasan kepada  Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam menyediakan buku
staf puskesmas ekspedisi berkas rekam medis yang keluar dan masuk yang digunakan untuk membantu
staf pendaftaran dan rekam medis dalam mengontrol berkas rekam medis yang keluar
dan masuk dan mengurangi kejadian missfile. (Profesionalisme)
 Menyediakan buku ekspedisi berkas rekam medis yang keluar dan masuk merupakan
bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit rekam medis
lebih efektif. (Integritas).
 Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam menyediakan
buku ekspedisi berkas rekam medis keluar dan masuk agar dapat mengontrol setiap
berkas rekam medis yang keluar dari ruang penyimpanan.(Hospitality)
61

4 Membuat Standar 1. Mencari materi dan literatur Manajemen ASN


Operasional Prosedur pembuatan rancangan  Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
(SOP) penyimpanan berkas Standar Operasional pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan membuat draf Standar

rekam medis. Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis. (Profesionalisme)

penyimpanan berkas rekam  Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk mencari
medis. materi dan literatur pembuatan rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
2. Membuat draft rancangan penyimpanan berkas rekam medis. (Wawasan Global)
Standar Operasional  Membuat draf Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis
Prosedur (SOP) adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap pelayanan
penyimpanan berkas rekam pendaftaran dan rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
medis
3. Mengkonsultasikan Smart ASN
rancangan Standar  Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam membuat draf Standar
Operasional Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis yang dapat menjadi
penyimpanan berkas rekam acuan staf rekam medis dan pendaftaran dalam proses penyimpanan berkas rekam
medis medis. (Profesionalisme)
4. Mengajukan Pengesahan  Membuat draf Standar Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas rekam medis
rancangan Standar merupakan bentuk konsistensi penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit
Operasional Prosedur (SOP) rekam medis lebih efektif. (Integritas)
62

penyimpanan berkas rekam  Dalam Mencari materi dan literatur pembuatan rancangan Standar Operasional Prosedur
medis (SOP) penyimpanan berkas rekam medis penulis sebagai perekam medis
5. Melakukan sosialisasi memanfaatkan internet melalui website sumber yang terpercaya. (Menguasai IT)
kepada staf puskesmas
terkait Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang sudah
disahkan oleh atasan
5 Melakukan penyusunan  Pemilahan berkas rekam Manajemen ASN
berkas rekam medis sesuai medis sesuai no rekam medis  Penulis sebagai perekam medis bertangggungjawab terhadap pengoptimalan
dengan sistem penomoran  Pengurutan tata letak rekam pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan melakukan penyusunan

yang sudah ditentukan medis di rak rekam medis berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah ditentukan.
(Profesionalisme)
 Penyusunan berkas rekam
medis sesuai dengan sistem  Penulis sebagai perekam medis harus memiliki wawasan yang luas untuk melakukan

penomoran yang sudah Pemilahan berkas rekam medis sesuai no rekam medis. (Wawasan Global)

ditentukan  Penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan adalah bentuk pelayanan prima penulis sebagai perekam medis terhadap
pelayanan di unit rekam medis dalam melaksanakan tugas. (Hospitality)
63

Smart ASN
 Penulis sebagai perekam medis bertindak kompeten dalam melakukan pemilahan
berkas rekam medis sesuai no rekam medis (Profesionalisme)
 Pengurutan tata letak rekam medis di rak rekam medis merupakan bentuk konsistensi
penulis sebagai perekam medis agar pelayanan di unit rekam medis lebih efektif.
(Integritas).
 Penulis sebagai perekam medis memberikan pelayanan prima dalam melakukan
penyusunan berkas rekam medis sesuai dengan sistem penomoran yang sudah
ditentukan.(Hospitality)
64

3.4. Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : UPT. Puskesmas Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai


Identifikasi Isu :
4. Belum Optimalnya Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di UPT. Puskesmas
Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.
5. Belum Optimalnya Pelayanan Pendaftaran di UPT. Puskesmas Dolok Masihul Kab.
Serdang Bedagai.
6. Belum Optimalnya Pengisian Formulir Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di UPT.
Puskesmas Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.
Isu prioritas : “Belum Optimalnya Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di UPT.Puskesmas
Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai”.
Gagasan Pemecahan Isu :“Optimalisasi Proses Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di UPT.
Puskesmas Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai”
65

Tabel 3.3. Rancangan Aktualisasi


Kontribusi Terhadap
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Tujuan dan Sasaran
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1. Pembuatan label 1 Pembuatan draf Tersediannya label Penulis membuat draf label nomor Berkontribusi kepada: Penguatan nilai
nomer pada rak label nomor rekam nomor untuk rak rekam medis yang diperlukan Tujuan Organisasi: organisasi dalam
penyimpanan medis penyimpanan dengan cermat dan sebagai wujud Untuk mewujudkan pembuatan label
berkas rekam 2 Mengkonsultasikan berkasrekam medis komitmen penulis untuk membuat masyarakat yang mampu nomer pada rak
medis. draf yang dibuat label nomor rekam medis sesuai menjangkau pelayanan penyimpanan
kepada atasan yang dibutuhkan (Loyal dan kesehatan bermutu berkas rekam
3 Penempelan label Berorientasi Pelayanan). Sasaran Organisasi: medis adalah
pada rak Penulis berkonsultasi dengan mentor Terciptanya sistem efektif , yaitu
penyimpanan agar kualitas draf label nomor yang penyimpanan rekam medis penulis tanpa
rekam medis dibuat dapat memberikan kepuasan yang baik dan sesuai perintah atasan
terhadap penggunanya. dengan standard dengan membuat label
(Berorientasi Pelayanan). memperbaiki penomoran nomor pada rak
Penulis bersinergi dengan mentor yang belum sesuai agar penyimpanan
terkait dengan pembuatan draf label mudah di akses dalam berkas rekam
nomor rekam medis untuk pelayanan. medis untuk
66

mendapatkan hasil terbaik dalam mengurangi


sistem informasi perjalanan dinas kejadian missfile.
(Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor
agar sistem informasi yang dibuat
selaras dengan kebutuhan instansi
(Harmonis)
Penulis peduli dengan menempel
label nomor rekam medis pada rak
penyimpanan untuk membantu rekan
kerja agar lebih teliti dalam
menyusun berkas rekam medis
(Harmonis).
Penulis menempel label nomor
rekam medis sebagai wujud dedikasi
dan komitmen penulis untuk terus
berkontribusi terhadap kebutuhan
unit rekam medis dengan menempel
label nomor rekam medis medis di
67

setiap rak penyimpanan (Loyal dan


Berorientasi Pelayanan).
2. Merancang desain 1 Mencari literasi Tersedianya tracer Penulis mengembangkan learning Berkontribusi kepada: Penguatan nilai
tracer (outgide) dalam pembuatan (outgide) yang agility dengan mempelajari literasi Tujuan Organisasi: organisasi dalam
yang akan tracer (outgide) digunakan sebagai pembuatan tracer (outgide) terkait Untuk mewujudkan merancang desain
digunakan sebagai terkait desain dan penanda keluar desain dan bahan yang ajkan masyarakat yang mampu tracer (outgide)
petunjuk keluar bahan yang akan masuk berkas digunakan agar memaksimalkan menjangkau pelayanan adalah
masuknya rekam digunakan rekam medis hasil yang didapatkan dan kesehatan bermutu Bertanggungjawa
medis 2 Merancang pengetahuan penulis terkait Sasaran Organisasi: b dan Responsif ,
beberapa draft pembuatan tracer (outgide) Terciptanya sistem yaitu penulis
desain tracer (Kompeten). penyimpanan rekam medis Merancang desain
(outgide) Penulis mempelajari literasi tentang yang baik dan sesuai tracer (outgide)
3 Melakukan tracer (outgide), proses pembuatan dengan standard dengan yang akan
konsultasi dan bahan yang akan digunakan melaksanakan penggunaan digunakan
kepada atasan sebagai wujud Integritas dan tracer (outgide) agar sebagai petunjuk
selaku mentor Tanggungjawab penulis untuk mempermudah pelayanan. keluar masuknya
terkait draft menghasilkan sistem penyimpanan rekam medis
desain tracer berkas rekam medis yang lebih baik untuk mengurangi
(outgide) yang (Akuntabel dan Berorientasi kejadian missfile.
68

sudah dibuat dan Pelayanan).


bahan yang akan Penulis mempersiapkan beberapa
digunakan dalam draft desain tracer (outgide) sebagai
pembuatan tracer salah satu rencana awal agar sukses
(outgide). dan tercapainya keberhasilan dalam
4 Mencetak tracer pembuatan tracer (outgide) berkas
(outgide) rekam medis (Kompeten).
5 Mensosialisasikan Penulis berkonsultasi dengan mentor
cara penggunakan terkait draft desain tracer (outgide)
tracer (outgide) yang dibuat dapat memberikan
kepada staf kepuasan terhadap penggunanya.
puskesmas (Berorientasi Pelayanan).
Penulis bersinergi dengan mentor
terkait dengan pembuatan tracer
(outgide) untuk mendapatkan hasil
terbaik dalam sistem penyimpanan
berkas rekam medis (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor
agar tracer (outgide) yang dibuat
69

selaras dengan kebutuhan puskemas


(Harmonis).
Penulis peduli dengan mencetak
tracer (outgide) untuk membantu
rekan kerja agar mengetahui alur
keluar masuknya berkas rekam
medis dari rak penyimpanan
menggunakan tracer (outgide)
(Harmonis).
Penulis mencetak tracer sebagai
wujud dedikasi dan komitmen
penulis untuk terus berkontribusi
terhadap kebutuhan unit rekam
medis dengan menyediakan tracer di
ruang penyimpanan rekam medis
(Loyal dan Berorientasi
Pelayanan).
Penulis secara proaktif
mensosialisasikan penggunaan tracer
70

(outgide) kepada staf puskesmas


terutama kepada petugas pelayanan
pendaftaran (Adaptif).
3. Menyiapkan buku 1. Membuat kolom Terlaksananya Penulis peduli dengan menyiapkan Berkontribusi kepada: Penguatan nilai
eksepedisi untuk dibuku tentang apa pendokumentasian buku ekspedisi dan membuat kolom Tujuan Organisasi: organisasi dalam
berkas rekam saja yang harus untuk setiap rekam di buku tetang apa saja yang harus Untuk mewujudkan menyiapkan buku
medis masuk dan tercantum di dalam medis yang masuk tercantum sebagai wujud sinergi masyarakat yang mampu ekspedisi adalah
keluar buku ekspedisi dan keluar dari untuk hasil yang lebih baik menjangkau pelayanan Inovatif , yaitu
2. Mengkonsultasikan ruangan (Kolaboratif) kesehatan bermutu penulis
bukuekspedisi yang penyimpanan Penulis berkonsultasi dengan mentor Sasaran Organisasi: menyiapkan buku
dibuat kepada terkait penggunaan buku ekspedisi Adanya tertib administrasi eksepedisi untuk
atasan yang dibuat dapat memberikan dan pendokumentasian berkas rekam
3. Sosialisasi cara kepuasan terhadap penggunanya. yang baik untuk semua medis masuk dan
penggunaan/pengis (Berorientasi Pelayanan). berkas yang akan diambil keluar untuk
ian buku ekspedisi Penulis bersinergi dengan mentor dan digunakan baik untuk terlaksananya
yang telah disetujui terkait dengan penggunaan buku pelayanan atau keperluan pendokumentasian
oleh atasan kepada ekspedisi untuk mendapatkan hasil lainnya untuk setiap rekam
staf puskesmas terbaik dalam sistem penyimpanan medis yang masuk
berkas rekam medis (Kolaboratif). dan keluar dari
71

Penulis berkonsultasi dengan mentor ruangan


agar tracer (outgide) yang dibuat penyimpanan
selaras dengan kebutuhan puskemas
(Harmonis).
Penulis secara proaktif
mensosialisasikan cara
penggunaan/pengisian buku
ekspedisi kepada staf puskesmas
terutama kepada petugas pelayanan
pendaftaran (Adaptif).
4. Membuat Standar 1. Mencari materi Terwujudnya Penulis mengembangkan learning Berkontribusi kepada: Penguatan nilai
Operasional dan literatur Standar agility dengan mempelajari literasi Tujuan Organisasi: organisasi dalam
Prosedur (SOP) pembuatan Operasional pembuatan rancangan Standar Untuk mewujudkan membuat Standar
penyimpanan rancangan Prosedur pada Operasional Prosedur (SOP) yang masyarakat yang mampu Operasional
berkas rekam Standar pelayanan akan digunakan agar menjangkau pelayanan Prosedur (SOP)
medis. Operasional penyimpanan memaksimalkan hasil yang kesehatan bermutu adalah
Prosedur (SOP) berkasrekam medis didapatkan dan pengetahuan penulis Sasaran Organisasi: Bertanggungjawa
penyimpanan terkait pembuatan SOP (Kompeten). Untuk membuat standard b dan peduli ,
berkas rekam Penulis mempelajari literasi tentang operasional prosedur yang yaitu penulis
72

medis. SOP penyimpanan berkas rekam jelas terhadap prosedur Membuat Standar
2. Membuat draft medis, dan tahapan proses kerja dari penyimpanan Operasional
rancangan pembuatannya sebagai wujud berkas rekam medis di Prosedur (SOP)
Standar Integritas dan Tanggungjawab puskesmas penyimpanan
Operasional penulis untuk menghasilkan Standar berkas rekam
Prosedur (SOP) Operasional Prosedur (SOP) medis.untuk
penyimpanan penyimpanan berkas rekam medis terwujudnya
berkas rekam yang lebih baik (Akuntabel dan Standar
medis Berorientasi Pelayanan). Operasional
3. Mengkonsultasik Penulis melakukan musyawarah Prosedur pada
an rancangan dengan rekan kerja terkait pelayanan
Standar pembuatan draf Standar Operasional penyimpanan
Operasional Prosedur (SOP) penyimpanan berkas berkasrekam medis
Prosedur (SOP) rekam medis sebagai wujud
penyimpanan nasionalisme dan kepedulian
berkas rekam (Loyal dan Harmonis)
medis Penulis membuat rancangan Standar
4. Mengajukan Operasional Prosedur (SOP)
Pengesahan penyimpanan berkas rekam medis
73

rancangan yang diperlukan dengan komitmen


Standar dan sebagai wujud penulis untuk
Operasional membuat Standar Operasional
Prosedur (SOP) Prosedur (SOP) penyimpanan berkas
penyimpanan rekam medis sesuai yang dibutuhkan
berkas rekam (Akuntabel).
medis Penulis berkonsultasi dengan mentor
5. Melakukan terkait Standar Operasional Prosedur
sosialisasi (SOP) yang dibuat dapat
kepada staf memberikan kepuasan terhadap
puskesmas penggunanya. (Berorientasi
terkait Standar Pelayanan).
Operasional Penulis bersinergi dengan mentor
Prosedur (SOP) terkait dengan pembuatan Standar
yang sudah Operasional Prosedur (SOP) untuk
disahkan oleh mendapatkan hasil terbaik dalam
atasan sistem penyimpanan berkas rekam
medis (Kolaboratif).
Penulis berkonsultasi dengan mentor
74

agar Standar Operasional Prosedir


(SOP) yang dibuat selaras dengan
kebutuhan puskemas (Harmonis).
Penulis proaktif melakukan
pengajuan pengesahan rancangan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
penyimpanan berkas rekam medis
agar dapat disosialisasikan kepada
staf puskesmas (Adaptif)
Penulis melakukan sosialisasi terkait
SOP Penyimpanan Berkas Rekam
Medis memanfaatkan sumber
daya seperti grup whatsapp instansi
sehingga lebih praktis dan dapat
dilakukan secara terus menerus
(Kolaboratif).
Penulis melakukan sosialiasi melalui
grup WA sehingga tidak lagi
memakan tempat dan waktu yang
75

lama sebagai wujud dari inovasi dan


kreatif penulis (Adaptif).
Penulis secara proaktif
mensosialisasikan terkait SOP
Penyimpanan Berkas Rekam
Medis kepada staf puskesmas
(Adaptif).
5. Melakukan 1. Pemilahan berkas Tersusun dengan Penulis bersinergi dengan rekan Berkontribusi kepada: Penguatan nilai
penyusunan rekam medis benar dan baik kerja terkait dalam pemilahan berkas Tujuan Organisasi: organisasi dalam
berkas rekam sesuai no rekam berkas rekam medis rekam medis sesuai dengan nomor Untuk mewujudkan melakukan
medis sesuai medis sesuai nomor rekam medis dan membangun masyarakat yang mampu penyusunan berkas
dengan sistem 2. Pengurutan tata suasana yang kondusif menjangkau pelayanan rekam medis
penomoran yang letak rekam medis (Kolaboratif) kesehatan bermutu adalah Integritas
sudah ditentukan di rak rekam medis Penulis bersama rekan kerja secara Sasaran Organisasi: dan Profesional ,
3. Penyusunan berkas proaktif melakukan pengurutan tata Terciptanya sistem yaitu penulis
rekam medis letak rekam medis di rak penyimpanan rekam Melakukan
sesuai dengan penyimpanan berkas rekam medis medis yang baik dan sesuai penyusunan
sistem penomoran (Adaptif) standard operasional berkas rekam
yang sudah Penulis bersama rekan kerja prosedur dan label medis sesuai
76

ditentukan melakukan penyusunan rekam medis penomoran yang sudah dengan sistem
sebagai wujud kerjasama penulis diterapkan penomoran yang
dengan rekan kerja dan menjadi sudah ditentukan
kinerja terbaik dalam penyusunan agar tersusun
berkas rekam medis sesuai dengan dengan benar dan
sistem penomoran yang sudah baik berkas rekam
ditentukan (Kolaboratif dan medis sesuai nomor
Kompeten).
77

3.5. Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi


Rencana jadwal kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan di UPT. Puskesmas Dolok Masihul Kabupaten Serdang bedagai yang
akan dilaksanakan dari tanggal 27 Juni s/d 2 Agustus 2022. Jadwal kegiatan aktualisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
RENCANA JADWAL AKTUALISASI KEGIATAN
Bulan dan Tahun
Juni 2022 Juli 2022
No. Kegiatan
Minggu Minggu
IV I II III IV
1. Pembuatan label nomer pada
rak penyimpanan berkas
rekam medis
2. Merancang desain tracer
(outgide) yang akan digunakan
sebagai petunjuk keluar
masuknya rekam medis
3. Menyiapkan buku eksepedisi
untuk berkas rekam medis
masuk dan keluar
78

4. Membuat Standar Operasional


Prosedur (SOP) penyimpanan
berkas rekam medis.
5. Melakukan penyusunan berkas
rekam medis sesuai dengan
sistem penomoran yang sudah
ditentukan

Anda mungkin juga menyukai