Anda di halaman 1dari 35

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

TEKNIK PENGAMANAN TINGKAT DASAR

MODUL
STRATEGI PENGUMPULAN DATA PELANGGARAN
DAN
INVESTIGASI PELANGGARAN TATA TERTIB

Penulis :
Maulana Luthfiyanto, Amd.IP, S.H

Badan Pengambangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi


Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Tahun 2019
Hak Cipta @ Pada : BPSDM Hukum Dan HAM
Edisi Tahun 2019

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia
JL. H. Rasuna Said Kav 6 - 7 Kuningan, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta, Indonesia - 12940

Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran dan


Investigasi Pelanggaran Tata Tertib

Jakarta – BPSDM - 2019


_hlm : 15 x 21 cm

Isbn : xxx – xxxx – xx – x

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok bahasan

BAB II MATERI POKOK I


A. Indikator Keberhasilan
B. Uraian Strategi Pengumpulan Data
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi

BAB III MATERI POKOK II


A. Indikator Keberhasilan
B. Uraian Investigasi Pelanggaran tata Tertib
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Tindak Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

ii
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmattullah wabarakatuh

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Esa, karena atas segalasRahmat dan Hidayah Nya, sehingga penyusunan
modul pelatihan bagi petugas pemasyarakatan dengan judul “Strategi
Pengumpulan Data Pelanggaran dan Investigasi Pelanggaran Tata Tertib”
dapat terselesaikan meski dalam waktu yang relatife sangat singkat.

Dalam Kesempatan ini pula kami menyampaikan bahwa dengan


penyusunan modul ini diharapkan sebagai generasi penerus insan
pemasyarakatan akan lebih mengetahui, mengenal dan memahami
seginnga dapat mengerti bahwa tugas kedinaskan yang kita lakukan adalh
suatu tugas yang sangat mulia yaitu tugas membimbing, membina dan
melayani mereka para generasi penerus bangsa Indonesia yang
melakukan pelanggaran hukum, selain itu pulan bahwa tugas keseharian
kita akan senantiasa di pantau dan di monitoring oleh masyarakat dan
akan sangat lekat dengan adanya penyimpangan serta pelanggaran.

Petugas Pemasyarakatan akan senantiasa terhintar dari


penyimpangan dan pelanggaran jika kita mau memaknai bahwa tugas
adalah suatu penghargaan yang sangat luhur dari Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, maka bekerjalah dengan baik sesuai dengan petunjuk
dan Standar Operasional Prosedur (SOP), insyaallah jika itu kita
laksanakan dengan klita akan dpat melaksanakan tugas mulia ini dengan
penuh penghargaan dan kebahagian …

Wassalamualaikum Warohmatulalah Wabarokatuh…

Penyusun
BAB I
PENDAHUALUAN

A. Latar Belakang
Semakin kompleksnya permasalahan tugas yang harus di
selesaikan oleh petugas pemasyarakatan, dimana seorang petugas
pemasyarakatan senantiasa dituntut menjadi manusia super dan multi
kemampuan, dengan adanya tantangan yang sangat berat ini petugas
pemasyakatan akan selalu bimbang, jika mampu bertahan dan
melawannya petugas pemasyarakatan akan aman dan semakin baik,
akan tetapi jika tidak mampu melawan nya tentunya segala
permasalahan akan selalu di hadapi dan akan semakin terpelosoknya
didalamnya.
Dengan maraknya permasalahan ini tentunya petugas
pemasyarakatan membutuhkan suatu panduan, petunjuk, pedoman
sebagai pegangan dalam melaksanakan tugas ini. Banyaknya
pelanggaran, banyaknya laporan-laporan yang di alamatkan kepada
dinas baik itu kepada Unit Pelaksana Teknis, Kantor Wilayah atau pun
kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, ini menunjukan suatu
keterbukaan dan sangat perlu untuk direspon, ditangani dengan cepat
dan serius.
Perlunya suatu kinerja yang salah satunya diukur dari
kemampuan menyediakan layanan publik yang efisien, efektif dan
akuntabel bagi seluruh masyarakat, dalam pelayanan publik ini kita
akan memberi kesempatan pada masyarakat untuk menyampaikan
keluhan atau pengaduan mana kala pelayanan yang diterimanya tidak
sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan
oleh pemberi layanan, mengapa demikian karena tugas petugas
pemasyarakatan saat ini akan lebih banyak memberikan pelayanan
sebagai wujud dari pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan
dan masyarakat.

1
Seperti yang tertuang dalam undang-undang nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 18 ayat (c) bahwa masyarakat
berhak mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan.
Kondisi-kondisi ini memerlukan perhatian serius dalam upaya
memperbaiki manajemen pelayanan pengaduan pelayanan publik.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, dalam hal ini Direktorat Keamanan dan Ketertiban
telah menyusun Standar Pelayanan Penagaduan yang dapat menjadi
acuan bagi petugas pemasyartakatan dalam memberikan layanan
pengaduan secara optimal terutama bagi masyarakat luas.
Dalam persepsi dan pengertian masyarakat, tentunya standar
akan mempermudah masyarakat dalam menyampaikan pengaduannya,
antara lain dengan ketersediaanya layanan hotline, faksimili dan situs
web sebagai sarana memepermudah pengaduan.
Setiap kegiatan atau pekerjaan yang melibatkan banyak orang
kemungkinan terjadinya kesalahpahaman, salah pengertian,
miskomunikasi dan ketidakakuratan informasi antar pelaku, amatlah
tinggi. Hal-hal ini mengundang terjadinya kekecewaan antar pihak-
pihak tersebut, Dalam rangka memudahkan petugas Layanan
Pengaduan pada Ditjen PAS, Kantor Wilayah dan UPT
Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan
pengaduan maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah modul
tentang bagaimana prosedur Pelayanan Pengaduan Startegi
Pengumpulan Data Pelanggaran dan Investigasi Pelanggaran Tata
Tertib dengan harapan agar para petugas dapat secara mandiri belajar
memahami dan melaksanakan penerimaan Pelayanan Pengaduan
Pengumpulan Data Pelangaran.
Tidak jarang ditemukan pelanggaran tata tertib oleh petugas
mengingat beban yang ditanggung cukup berat, baik yang pelanggaran
disiplin maupun kode etik. Sehingga perlu dibuat paying hukum dalam
penanganan dan penyelesaian masalah tersebut. Adapun dalam

2
pelaksanaan penyelesaian suatu pelanggaran tata tertib tertuang dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Republik Indonesia Nomor : PAS-423.PK.01.04.06 Tahun
2015 Tentang Standar Pelayanan Pengaduan yang didalamnya
mengatur tentang Investigasi Pelanggaran Tata Tertib.

B. Deskripsi Singkat

Sebagaimana dijelaskan bahwa memberikan petunjuk yang jelas


kepada semua petugas layanan pengaduan, Direktorat Jenderal
Pemasyakatan sebagai regulator kebijakan teknis telah mengeluarkan
beberapa kebijakan teknis sehubungan dengan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi petugas pemasyarakatan berupa Peraturan Menteri,
Keputusan Ditjen, Pedoman, Standar, dan SOP yang didalamya
mengatur tentang Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran dan
Investigasi Pelanggaran Tata Tertib.
Adapun Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran meliputi :
1. Sumber Pengumpulan Data
2. Surveillence Narapidana
3. Monitoring Lapangan
4. Lembar Informasi Pengawasan, dan

Investigasi Pelanggaran Tata Tertib meliputi :


1. Pengumpulan data dan informasi
2. Penilaian dan analisis data dan informasi
3. Pendistribusian data dan informasi

3
4. Evaluasi dan pemutakhiran data dan informasi
5. Lembar kerja analisis investigasi
a. Kronologi
b. Modus operandi
c. Resiko pelanggaran
d. Analisis peraturan
e. Proses penanganan pelanggaran
C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dari pembelajaran ini ada 2, yaitu :


1. Hasil Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul Strategi Pengumpulan data dan
Inverstigasi Pelanggaran Tatib, peserta mampu memproses
pengaduan yang diterima.
2. Indikator Pembelajaran
Setelah mengikuti mempelajari Modul Strategi Pengumpulan data
dan Inverstigasi Pelanggaran Tatib, peserta mampu;
a. Menjelaskan strategi pengumpulan data
b. Melaksanakan investigasi pelanggaran tata tertib

4
D. Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan

1. Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran;


a. Sumber Pengumpulan Data;
b. Surviellance Narapidana;
c. Monitoring Lapangan;
d. Lembar Informasi Pengawasan.
2. Investigasi Pelanggaran Tata Tertib;
a. Pengumpulan Data dan Informasi;
b. Penilaian dan Analisis Data dan Informasi;
c. Pendistribusian Data dan Informasi;
d. Evaluasi dan Pemutakhiran Data dan Informasi;
e. Lembar Kerja Analisis Investigasi.

5
BAB II
MATERI POKOK I
STRATEGI PENGUMPULAN DATA PELANGGARAN
Indikator Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi pokok I, peserta pelatihan mampu
menjelaskan strategi pengumpulan data pelanggaran.

A. URAIAN STRATEGI PENGUMPULAN DATA PELANGGARAN


Strategi Pengumpulan Data merupakan suatu teknik / cara / langkah
untuk memperoleh data dalam suatu penelitian yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Strategi Pengumpulan Data Pelanggaran adalah suatu teknik/cara
perolehan data pelanggaran yang dilakukan untuk menjadi dasar
pertimbangan di tahapan selanjutnya dalam penanganan /
penyelesaian suatu masalah.
Dalam strategi pengumpulan data pelanggaran di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, menjelaskan beberapa sub
materi yang terdiri dari :
1. Sumber Pengumpulan Data
Sumber pengumpulan data pelanggaran pada Lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berasal dari penerimaan
pengaduan dimana pengaduan ini harus menjadi perhatian petugas
unit layanan pengaduan.

6
Adapun yang harus menjadi perhatian dalam proses penerimaan
pengaduan adalah :
a. Ada identitas pengadu / pelapor yang jelas, yaitu sekurang-
kurangnya meliputi nama, alamat dan nomor telepon;
b. Ada Substansi yang jelas terkait dengan dugaan pelanggaran
yang meliputi nama lengkap, jenis kelamin, unit kerja, jenis
pelanggaran yang dilakukan, dan jabatan petugas yang diduga
melakukan pelanggaran;
c. Adanya kronologis kejadian yang jelas yang sistematis dengan
menyebutkan waktu dan tempat kejadian;
d. Ada surat kuasa dari pengadu pada pihak lain apabila
diwakilkan;
e. Dalam hal pengaduan tidak dilengkapi dengan identitas namun
syarat lainnya terpenuhi maka petugas layanan pengaduan
dapat menindaklanjuti pengaduan tersebut.
Petugas layanan pengaduan diperbolehkan untuk tidak
menindaklanjuti laporan pengaduan jika :
a. Tidak ada keterangan yang jelas terkait substansi dan
kronologis kejadian;
b. Peristiwa/kejadian sudah lewat dari 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal diterimanya pengaduan;
c. Sudah pernah dilakukan klarifikasi baik oleh Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah
Kemenkumham, dan maupun UPT Pemasyarakatan;

7
Adapun kewenangan penanganan pengaduan :
a. Pengaduan yang ditangani oleh ULP UPT Pemasyarakatan
adalah materi pengaduan yang terkait layanan pemasyarakatan
dan atau pengaduan yang melibatkan sesame WBP;
b. Pengaduan yang ditangani oleh ULP Kantor Wilayah adalah
materi pengaduan yang mencakup :
1) Materi pengaduan yang terkait perbaikan layanan UPT dan
Divisi Pemasyarakatan;
2) Materi pengaduan yang terkait dengan dugaan
pelanggaran etik dan dugaan pelanggaran disiplin pegawai
pemasyarakatan di UPT dan Divisi Pemasyarakatan.
c. Pengaduan yang ditangani oleh ULP Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan adalah :
1) Materi pengaduan yang terkait perbaikan layanan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
2) Materi pengaduan yang terkait dengan dugaan
pelanggaran etik dan dugaan pelanggaran disiplin pegawai
Direktorat Jenderal Pemasyaralatan;
3) Materi pengaduan yang menyangkut dengan dugaan
pelanggaran etik, dugaan pelanggaran disiplin dan
perbaikan pelayanan pemasyarakatan ditingkat UPT
maupun di wilayah yang berdampak nasional dan menarik
perhatian masyarakat/publik.
Penentuan berdampak nasional dan menarik perhatian
masyarakat diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

8
Mekanisme Penerimaan Pengaduan

Adapun bentuk mekanisme dari penerimaan pengaduan meliputi :


a. Laporan pengaduan terkait dugaan pelanggaran kode etik
dapat disampaikan oleh pegawai, narapidana/tahanan/anak
atau masyarakat;
b. Laporan pengaduan dapat disampaikan secara langsung atau
tidak langsung;
c. Dalam menerima pengaduan, petugas layanan pengaduan
harus memperkenalkan diri dengan benar;
d. Dalam menerima pengaduan, petugas layanan pengaduan
harus bersikap ramah dan mengedepankan prinsip 3 (tiga) S
(salam, sapa, senyum);
e. Dalam penerimaan pengaduan, petugas layanan pengaduan
wajib memperhatikan prinsip layanan pengaduan;
f. Petugas layanan pengaduan wajib mencetat setiap laporan
pengaduan pada buku register pengaduan;
g. Buku register pengaduan wajib diketahui dan ditandatangani
oleh pejabat structural yang bertanggung jawab mengenai
pengaduan;

9
h. Petugas layanan pengaduan menyampaikan berkas
pengaduan yang telah lengkap secara administrative kepada
petugas yang melakukan pemeriksaan awal.
2. Surveilance/Pengawasan Narapidana

Yang dimaksud dengan surveillance/pengawasan narapidana


adalah kegiatan pengawasan, analisis dan inteprestasi yang
sistematis secara terus menerus kepada narapidana dalam
memperoleh pengumpulan data.
Dalam hal ini pengawasan dilakukan dengan beberapa teknik, yang
meliputi :
a. Pemeriksaan narapidana
1) Menerima informasi terkait narapidana dan tahanan yang
akan masuk dan keluar Lapas dan Rutan;
2) Mencocokan fisik dan identitas narapidana dan tahanan
dengan kelengkapan dokumen dari Kepala Lapas dan
Rutan maupun instansi penegak hukum lainnya;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan yang akan
masuk dan keluar Lapas dan Rutan;
5) Melakukan konfirmasi kepada Karupam, Kepala
Pengamanan dan Kalapas atau Karutan saat ada
narapidana dan tahanan yang dileuarkan pada malam hari;
6) Memberikan konfirmasi pengeluaran narapidana dan
tahanan pada malam hari;

10
7) Mengizinkan narapidana dan tahanan keluar Lapas dan
Rutan pada malam hari;
8) Membuat laporan.
b. Penjagaan Lingkungan blok
1) Menyerahkan inventaris, tugas, dan tanggung jawab ke
petugas regu pengamanan pengganti;
2) Menerima inventaris, tugas, tanggung jawab;
3) Menyampaikan informasi penting;
4) Menerima informasi penting;
5) Membuat dan menandatangani berita acara;
6) Membuka, menutup, dan mengunci pintu gerbang halaman
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
7) Membuka pintu diluar jam yang telah ditentukan hanya
untuk keperluan dinas;
8) Melakukan pemeriksaan narapidana dan tahanan;
9) Memberikan izin dan mencatat narapidana dan tahanan
masuk dan keluar lingkungan blok hunian;
10) Menjaga agar tidak ada narapidana dan tahanan yang
keluar masuk lingkungan blok hunian dengan tidak sah;
11) Mengawasi lalu lintas orang yang keluar masuk yang
melalui lingkungan blok;
12) Menggeledah orang dan barang yang akan keluar masuk
lingkungan blok hunian;
13) Membantu melaksanakan penggeledahan insidentil di
lingkungam blok dan kamar hunian;
14) Membuat laporan.
c. Penjagaan Blok
1) Menyerahkan inventaris, tugas dan tanggung jawab ke
petugas regu pengamanan pengganti;
2) Menerima inventaris, tugas dan tanggung jawab;
3) Menyampaikan informasi penting;

11
4) Menerima informasi penting;
5) Membuat dan menandatangani berita acara serah terima;
6) Membuka, menutup, dan mengunci pintu gerbang halaman
luar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
7) Membuka pintu diluar jam yang telah ditentukan hanya
untuk keperluan dinas;
8) Mengeluarkan narapidana dan tahanan dari dalam kamar
hunian sesuai jadwal kegiatan;
9) Mengawasi agar tidak ada narapidana dan tahanan yang
keluar masuk blok hunian secara tidak sah;
10) Mengawasi lalu lintas orang yang keluar masuk blok;
11) Menggeledah orang dan barang yang akan keluar masuk
blok;
12) Membantu melaksanakan penggeledahan insidentil;
13) Mengawasi pelaksanaan pembagian makanan dan
minuman;
14) Menerima, mencatat, dan menyampaikan keluahan dan
pengaduan narapidana dan tahanan kepada kepala regu;
15) Mengawasi kegiatan kebersihan di lingkungan blok dan
kamar;
16) Memberitahu tata cara kehidupan dan perilaku di dalam
blok sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
17) Membuat laporan.
Dengan melakukan teknik diatas yang merupakan pengaplikasian
pengawasan narapidana sebagaimana telah tertuang pada SOP
dalam Standar Pencegahan Gangguan Keamanan dan Ketertiban,
akan sangat mendukung diperolehnya data baik data pelanggaran
maupun data lain yang diperlukan.
3. Monitoring Lapangan
Suatu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk dapat memberikan
informasi tentang sebab dan akibat yang dilaksanakan dan dapat di

12
diimplementasikan sehingga jika diperlukan perubahan, perbaikan
akan menghasilkan data dalam proses pengumpulan data.
Pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada obyek
penelitian untuk mengadakan penelitian secara langsung. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang valid dengan
pengamatan langsung dan wawancara.
Monitoring lapangan relative lebih aktif untuk pencarian /
pengumpulan data meliputi beberapa teknik. Berikut beberapa
teknik monitoring lapangan yang dapat dilakukan untuk
pengumpulan data :
a. Pemeriksaan Orang;
1) Menanyakan keperluan orang yang akan masuk ke dalam
Lapas dan Rutan;
2) Meminta orang yang akan memasuki area halaman untuk
menunjukan identitas berupa: KTP, SIM, Kartu Pelajar dan
Passport;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Mengizinkan atau Melarang orang untuk masuk ke dalam
Lapas dan Rutan;
5) Menukar kartu identitas dengan kartu tanda pengenal;
6) Memberikan stempel pada tangan kanan orang yang akan
masuk ke dalam Lapas dan Rutan;
7) Mengarahkan orang sesuai dengan keperluannya dan/atau
mengdidentifikasi orang yang akan keluar dari Lapas dan
Rutan;
8) Mengamankan orang yang diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban;
9) Memeriksa orang yang keluar pada malam hari atau diluar
jam dinas;
10) Membuat laporan.

13
b. Pemeriksaan Petugas;
1) Menanyakan keperluan petugas yang akan masuk ke
dalam Lapas dan Rutan;
2) Mengingatkan petugas yang akan memasuki area Lapas
dan Rutan untuk menitipkan barang bawaanya di dalam
loker atau tempat yang disediakan;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Melarang masuk petugas diluar jam tugasnya, kecuali
mendapat izin atasan;
5) Melarang masuk petugas yang tidak menggunakan
seragam dinas pada saat jam dinas;
6) Mengidentifikasi setiap petugas yang keluar dari dalam
Lapas dan Rutan;
7) Memeriksa petugas yang keluar pada malam hari atau
diluar jam dinas;
8) Membuat laporan.
c. Pemeriksaan Narapidana/tahanan;
1) Menerima informasi terkait narapidana dan tahanan yang
akan masuk dan keluar Lapas dan Rutan;
2) Mencocokkan fisik dan identitas narapidana dan tahanan
dengan kelengkapan dokumen dari Kepala Lapas dan
Rutan maupun instansi penegak hukum lainnya;
3) Melakukan penggeledahan;
4) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan yang akan
masuk dan keluar Lapas dan Rutan;
5) Mencatat jumlah narapidana dan tahanan yang akan
masuk dan keluar Lapas dan Rutan;
6) Memberikan konfirmasi pengeluaran narapidana dan
tahanan pada malam hari;
7) Memberikan konfirmasi pengeluaran narapidana dan
tahanan pada malam hari;

14
8) Memberikan konfirmasi pengeluaran narapidana dan
tahanan pada malam hari;
9) Mengizinkan narapidana dan tahanan keluar Lapas dan
Rutan pada malam hari;
10) Membuat laporan.
d. Pemeriksaan Kendaraan

1) Memeriksa kendaraan yang masuk ke dalam Lapas dan


Rutan;
2) Melarang kendaraan yang tidak diperkenanakan masuk ke
dalam Lapas dan Rutan;
3) Mencatat nomor kendaraan yang akan masuk ke dalam
Lapas dan Rutan;
4) Menggeledah kendaraan;
5) Menggeledah orang yang berada di dalam kendaraan;
6) Mengarahkan kendaraan sesuai dengan keperluannya;
7) Mengidentifikasi kendaraan yang keluar Lapas dan Rutan;
8) Mengidentifikasi kendaraan yang keluar Lapas dan Rutan;
9) Memeriksa kendaraan yang keluar pada malam hari atau
diluar jam dinas;
10) Membuat laporan.

15
e. Pemeriksaan Barang

1) Menanyakan keperluan barang yang dibawa masuk dan


keluar dalam Lapas dan Rutan untuk kepentingan
kunjungan atau dinas;
2) Meminta surat jalan membawa barang apabila barang yang
dibawa masuk dan keluar Lapas dan Rutan digunakan
untuk kepentingan dinas;
3) Menggeledah barang;
4) Mengizinkan atau melarang barang untuk dibawa masuk ke
dalam Lapas dan Rutan;
5) Mengamankan barang yang diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban;
6) Membuat laporan.
4. Lembar Informasi Pengawasan
Merupakan lembar Verifikasi (pemeriksaan awal) yang dibuat /
dilakukan untuk mengkonfirmasi aduan dengan mengumpulkan
berbagai bukti obyektif.
Uraian
a. Verifikasi dilakukan untuk menentukan unsur pelanggaran
berdasarkan syarat subjektif dan objektif;
b. Pemeriksaan syarak subjektif meliputi nama lengkap, jenis
kelamin, unit kerja, dan jabatan petugas yang diduga melakukan
pelanggaran;

16
c. Syarat subjektif dinyatakan lengkap jika sekurang-kurangnya
terdapat nama dan unit kerja petugas yang diduga melakukan
pelanggaran;
d. Pemeriksaan syarat objektif meliputi dengan menyebutkan waktu
dan tempat pelanggaran itu dilakukan;
e. Syarat objektif finyatakan lengkap jika disebutkan waktu dan
tempat pelanggaran itu dilakukan;
f. Apabila syarat subjektif dan objektif tidak lengkap, maka petugas
yang memeriksa pengaduan harus melakukan verifikasi kepada
pengadu / pelapor untuk melengkapi pengaduan atau laporan;
g. Untuk pengaduan langsung, pemberitahuan tersebut
disampaikanoleh bagian yang menangani pengaduanseketika
sejak pengaduan diterima. Untuk pengaduan yang tidak
langsung pemberitahuan disampaikan oleh bagian yang
menangani pengaduan secara tertulis paling lambat 3 (tiga) hari
kerja;
h. Pengadu / pelapor harus melengkapi pengaduan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari setelah surat pemberitahuan diterima;
i. Jika pengadu / pelapor tidak melengkapi pengaduan
sebagaimana disebutkan dalam poin (c) dan poin (e) dalam
batas waktu tersebut maka pengaduan tidak dapat
ditindaklanjuti;
j. Terhadap pengaduan yang tidak ditindaklanjuti maka petugas
yang memeriksa pengaduan wajib memberitahu kepada
pengadu dengan mengirimkan surat pemberitahuan bahwa
pengaduan tidak dapat ditindaklanjuti;
k. Surat pemberitahuan bahwa pengaduan tidak dapat
ditindaklanjuti ditandatangani oleh Kasubdit Pelayanan
Pengaduan;
l. Jika pengaduan tidak dapat ditindaklanjuti namun identitas
pengadu tidak diketahui maka petugas yang memeriksa

17
pengaduan wajib menuliskan keterangan “tidak ditindaklanjuti” di
buku register pengaduan beserta alasannya;
m. Apabila syarat objektif dan syarat subjektif terpenuhi petugas
penerima akan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Awal yang
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan;
n. Setelah pemeriksaan awal selesai dilakukan, petugas yang
memeriksa pengaduan mengklasifikasikan dugaan pelanggaran
menjadi :
1) Pengaduan yang berhubungan perbaikan pelayanan
pemasyarakatan;
2) Pengaduan yang berhubungan dengan dugaan pelanggaran
kode etik;
3) Pengaduan yang berhubungan dengan dugaan pelanggaran
disiplin pegawai;
4) Pengaduan yang berhubungan dengan dugaan tindak pidana;
5) Pengaduan yang berkaitan antar sesame WBP.

B. LATIHAN
Bentuk latihan yang dimaksud dalam proses pengumpulan data
pelanggaran meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pengumpulan data
pelanggaran?
2. Sebutkan strategi pengumpulan data pelanggaran di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan?

C. Rangkuman
Dalam proses pengumpulan data pelanggaran khususnya di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan meliputi beberapa
teknik/cara, yaitu melalui sumber pengumpulan data, pengawasan
narapidana/tahanan, dan monitoring lapangan. Sumber pengumpulan

18
data dalam hal ini adalah penerimaan pengaduan. Dalam proses
pelayanan pengaduan, petugas unit pelayanan pengaduan harus
memperhatikan beberapa poin utama dalam standar pelayanan
pengaduan, antara lain; prinsip dasar pelayanan pengaduan,
persyarakatan laporan pengaduan, kewenangan penanganan
pengaduan dan bagaimana tata cara atau mekanisme penanganan
pengaduan.

D. Evaluasi Materi Pokok I


1. Bagaimana pemahaman petugas tentang strategi pengumpulan
data pelanggaran?
2. Bagaimana kemampuan petugas dalam melakukan penerimaan
pengaduan?

E. UMPAN BALIK
1. Apakah materi dalam modul mudah dipahami oleh peserta
pelatihan?
2. Apakah waktu yang ditentukan cukup untuk menyampaikan materi
modul kepada peserta pelatihan?
3. Apakah sarana pembelajaran yang disediakan dapat
mempermudah peserta dalam memahami materi modul?

19
BAB III
MATERI POKOK II
INVESTIGASI PELANGGARAN TATA TERTIB

Indikator Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi pokok II, peserta pelatihan mampu
malaksanakan investigasi pelanggaran tata tertib.

F. URAIAN
Investigasi adalah upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan,
pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan
temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan kebenaran atau
bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan
kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian. Investigasi
merupakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah melalui
tahapan pemeriksaan awal, beberapa hal yang harus di perhatikan
dalam melakukan investigasi sebagai berikut :
1. Dalam melakukan investigasi, petugas yang menangani dilarang :
a. Menggunakan kekerasan;
b. Menggunakan kata-kata dan sikap yang kasar, melakukan
penekanan, kebohongan, intimidasi, atau perlakuan keras
terhadap pengadu / pelapor, saksi, saksi ahli, dan atau terlapor.
2. Dalam melaksanakan investigasi, petugas wajib melakukan
koordinasi dan konsultasi dengan pejabat terkait ditempat
terjadinya dugaan pelanggaran;
3. Investigasi dilakukan dengan mengumpulkan dan menelaahalat
bukti dan barang bukti;
4. Alat bukti meliputi keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk dan keterangan teradu / terlapor.

20
Investigasi juga mencakup proses pengumpulan alat bukti yang
meliputi :
1. Pemeriksaan saksi / pelapor / pengadu;
a. Saksi / pelapor / pengadu diperiksa secara tersendiri tetapi
boleh dipertemukan yang satu dengan yang lain dan mereka
wajib memberikan keterangan sebenarnya;
b. Pemeriksaan saksi / pelapor / pengadu dilakukan dengan
wawancara yang kemudian dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan saksi / pelapor / pengadu;
c. Dalam memberikan keterangan, saksi / lapor / pengadu berhak
untuk :
1) Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi serta
bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
2) Memberikan keterangan secara bebas tanpa tekanan;
3) Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
4) Dirahasiakan identitasnya apabila diperlukan.
d. Perlindungan kepada saksi / pelapor / pengadu diberikan
berdasarkan pertimbangan atas pentingnya keterangan saksi
dan resiko keamanan yang dihadapi oleh saksi / pelapor /
pegadu;
e. Pertimbangan resiko keamanan didasarkan pada :
1) Adanya ancaman, intimidasi, dan penganiayaan fisik;
2) Dalam hal saksi / pelapor / pengadu adalah pegawai
pemasyarakatan, resiko keamanan mencakup adanya
tindakan pembalasan administratif kepegawaian dan
jaminan hak kepegawaian
f. Bentuk perlindungan saksi berupa :
1) Dirahasiakan identitasnya;
2) Dapat tidak dihadirkan dipersidangan.

21
g. Perlindungan terhadap saksi / pelapor / pengadu diberikan oleh
bagian yang menangani pengaduan ;
h. Pemberian hak saksi / pelapor / pengadu dilakukan sejak
penerimaan pengaduan dan berakhir sampai dengan
penjatuhan sanksi moral oleh pejabat pembina kepegawaian;
i. Tanggung jawab perlindungan saksi / pelapor / pengadu
diberikan oleh bidang yang menangani pengaduan
j. Saksi / pelapor / pengadu atas inisiatif sendiri dapat
menjatuhkan permohona perlindungan secara tertulis kepada
bidang yang menangani penanganan pengaduan;
k. Terhadap saksi / pelapor / pengadu yang tidak meminta
perlindungan, pejabat yang berwenang menangani penegakan
kode etik dapat memberikan perlindungan setelah
memertimbangkan pentingnya keterangan saksi dan resiko
keamanan yang dihadapi oleh saksi;
l. Perlindungan dapat diberikan setelah adanya surat perintah
pemberian perlindungan dari pejabat yang berwenang;
m. Surat perintah pemberian perlindungan disuse oleh bagian
yang menangani pengaduan dan ditanda tangani oleh direktur
teknis yang bertanggun jawab di bidang pengaduan atau
kepala divisi pemasyarakatan;
n. Bagi WBP yang menjadi saksi / pelapor / pengadu, bagian yang
menangai pengaduan menyampaikan surat perintah pembelian
perlindungan kepada kepala UPT tempat WBP berada.
2. Pemeriksaan ahli
Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa ahli meliputi :
a. Dalam pemeriksaan lanjutan, jika dianggap perlu petugas yang
memeriksa pengaduan dapat meminta keterangan ahli;
b. Jika ahli berasal dari jajaran pemasyarakatan, permohonan
permintaan ahli dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan permintaan ahli kepada direktur teknis yang tugas

22
dan fungsinya terkait dengan dugaan pelanggaran yang
dilakukan;
c. Jika ahli berasal dari luar pemasyarakatan, permohonan
permintaan ahli dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan menjadi saksi ahli kepada yang bersangkutan;
d. Surat permohonan permintaan ahli dibuat oleh petugas yang
memeriksa pengaduan dan ditandatangani oleh direktur teknis
yang bertanggung jawab dibidang penanganan pengaduan
atau kepala divisi pemasyarakatan.
3. Pemeriksaan Alat Bukti Surat Dan Petunjuk
Selain keterangan saksi dan ahli, pemeriksaan alat bukti dapat juga
dilakukan terhadap surat dan petunjuk.
4. Pemeriksaan teradu / terlapor
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam :
a. Investigasi teradu / terlapor berhak untuk diberitahukan dengan
jelas dalam Bahasa yang dimengerti olehnya tentang dugaan
pelanggaran yang dilakukannya;
b. Dalam hal teradu / terlapor memberikan keterangan, petugas
yang memeriksa pengaduan wajib mencatat dalam berita acara
sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh teradu / terlapor
sendiri;
c. Petugas yang memeriksa pengaduan wajib menanyakan
kepada teradu / terlapor apakah ia menghendaki didengarnya
saksi yang dapat menguntungkan baginya;
d. Jika teradu / terlapor memiliki saksi yang dapat menguntungkan
baginya maka petugas yang memeriksa pengaduan wajib
memanggil dan meminta keterangan saksi tersebut serta
mencatat dalam berita acara;
e. Petugas yang memeriksa pengaduan wajib menawarkan
kepada teradu / terlapor bahwa untuk kepentingan pembelaan,
teradu / terlapor berhak mendapat pendampingan dari petugas

23
batuan hokum dari bagian yang menangani advokasi dan
bantuan hukum di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
f. Pemeriksaan terhadap keterangan teradu dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan teradu;
g. Dalam hal petugas yang memeriksa pengaduan menerima
lebih dari satu jenis pengaduan yang dilakukan oleh orang yang
sama maka petugas dapat menggabungkan pemeriksaan
dugaan pelanggaran kode etik terhadap teradu.
5. Pemeriksaan Barang Bukti
Barang-barang bukti yang diperiksa meliputi :
a. Selain pemeriksaan alat bukti, dalam investigasi juga dilakukan
pemeriksaan terhadap barang bukti;
b. Pencatatan barang bukti dilakukan pada buku register barang
bukti;
c. Penyimpanan barang bukti dilakukan oleh bagian yang
menangani pengaduan.
Penilaian Dan Analisis Data Dan Informasi
Setelah data hasil investigasi terkumpul secara lengkap, maka tahap
selanjutnya adalah analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah
sedemikian rupa sehingga tercapai suatu kesimpulan. Mengingat data
yang ada sifatnya beragam, maka teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang telah diperoleh,
kemudian dihubungkan dengan aturan-aturan yang ada atau teori
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian dicari
pemecahannya dengan cara menganalisa, yang pada akhirnya akan
dicapai kesimpulan untuk menentukan hasilnya.
Dalam hal pengaduan, analisis data dan informasi dilaksanakan
melaui rapat koordinasi untuk menentukan klasifikasi jenis dan
kewenangan penanganan pengaduan dan media bagi layanan
pengaduan untuk menyampaikan hasil pemeriksaan awal dan lanjutan

24
kepada seluruh peserta rapat, sedangkan laporan hasil penyelesaian
pengaduan berupa berita acara pemeriksaan yang harus disusun
berdasarkan hasil pemeriksaan dan rapat koordinasi sesuai dengan
format yang ada.

Berikut ini adalah uraian terkait Rapat Koordinasi :


1. Rapat koordinasi penanganan pengaduan dilaksanakan untuk
menentukan klasifikasi, jenis, dan kewenangan penanganan
pengaduan;
2. Rapar koordinasi penanganan pengaduan sekurang-kurangnya
dihadiri oleh bagian yang menangani pengaduan, bagian yang
menangani kode etik, bagian yang menangani kepegawaian dan
bagian yang menangani bidang teknis yang berhubungan dengan
substansi pengaduan;
3. Untuk kepentingan rapat koordinasi ini, petugas yang menangani
pengaduan wajib membuat surat undangan rapat koordinasi
pengaduan, yang ditandatangani oleh kepala bidang / Sub
Direktorat yang menangani pengaduan;
4. Dalam rapat koordinasi pengaduan, bagian layanan pengaduan
menyampaikan hasil pemeriksaan awal dan lanjutan kepada
seluruh peserta rapat;
5. Penentuan klasifikasi dilakukan dengan musyawarah mufakat
setelah dengan mendengar penjelasan dari seluruh peserta rapat;
6. Hasil keputusan rapat terkait penentuan klasifikasi pengaduan
dianggap sah jikarapat dihadiri oleh sekurang-kurangnya
perwakilan dari 2 (dua) bagian terkait;
7. Hasil rapat koordinasi di dokumentasikan dalam bentuk notulen
rapat penanganan pengaduan dan dilampirkan pada berita acara
pemeriksaan.

25
Pendistribusian dan Pemutakhiran Data
Pendistribusian dan Pemutakhiran Data hasil investigasi yang telah di
analisis kemudian dituangkan dalam bentuk laporan penyelesaian
pengaduan berupa berita acara yang harus disusun berdasarkan hasil
pemeriksaan dan rapat koordinasi sesuai dengan format yang telah
ditentukan.
Uraian :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan rapat koordinasi penanganan
pengaduan, petugas yang menangani pengaduan wajib membuat
Berita Acara Pemeriksaan;
2. Berita acara pemeriksaan memuat :
a. Tanggal dibuatnya berita acara;
b. Kesimpulan mengenai ada atau tidaknya dugaan pelanggaran
kode etik/pelanggaran disiplin/pelanggaran pidana, dengan
menyebut waktu, tempat, dan keadaan pada waktu
pelanggaran dilakukan;
c. Kesimpulan mengenai perbaikan system pelayanan;
d. Nama dan tempat tinggal dari teradu dan atau saksi,
keterangan mereka;
e. Catatan mengenai berang bukti.
3. Setiap berita acara pemeriksaan ditandatangani oleh pejabat yang
membuat dan ditandatangani pula oleh pihak yang memberi
keterangan setelah mereka menyetujui isinya;
4. Dalam hal teradu dan atau saksi tidak bersedia membubuhkan
tanda tangannya, bagian yang memeriksa pengaduan wajib
mencetat hal itu dalam berita acara dengan menyebutkan
alasannya;
5. Dalam hal kesimpulan dalam Berita Acara menyatakan terdapat
dugaan penyimpangan layanan pemasyarakatan, bagian layanan
pengaduan wajib menyampaikan Berita Acara hasil pemeriksaan
berikut ke Kepala UPT / Kepala satker yang terkait;

26
6. Dalam hal kesimpulan dalam berita acara menyatakan terdapat
dugaan pelanggaran kode etik, bagian layanan pengaduan wajib
menyampaikan berita acara hasil pemeriksaan berikut berkasnya
kebagian yang menangani kode etik;
7. Dalam hal kesimpulan dalam berita acara menyatakan terdapat
dugaan pelanggaran disiplin, bagian layanan pengaduan wajib
menyampaikan berita acara hasil pemeriksaan berikut berkasnya
kebagian yang menangani penegakan disiplin (kepegawaian);
8. Jika teradu / terapor diduga melakukan lebih dari satu pelanggaran
maka hasil pemeriksaandapat dituangkan dalam satu berita acara
pemeriksaan yang sama;
9. Salinan berita acara hasil pemeriksaan disampaikan juga kepada
terlapor / teradu;
10. Dalam hal tidak terdapat dugaan pelanggaran kode etik dan kode
perilaku / disiplin / dugaan pidana, maka petugas yang menangani
pengaduan wajib melakukan klarifikasi kepada pengadu;
11. Klarifikasi kepada pengadu dilakukan secara tertulis dengan
mengirimkan surat klarifikasi pengaduan.

G. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan investigasi?
2. Sebutkan tahapan-tahapan dalam melakukan investigasi!

H. RANGKUMAN
Dalam melaksanakan investigasi pelanggaran tata tertib harus
mengedepankan objektivitas, data, dan informasi yang diperoleh
harus benar – benar dapat diuji validitas dan reliabilitasnya.

27
I. EVALUASI MATERI POKOK II
1. Bagaimana pemahaman petugas tentang investigasi?
2. Bagaimana pemahaman petugas tentang tahapan pelaksanaan
investigasi pelanggaran tata tertib?

J. UMPAN BALIK
1. Apakah materi dalam modul mudah dipahami oleh peserta
pelatihan?
2. Apakah waktu yang ditentukan cukup untuk menyampaikan
materi modul kepada peserta pelatihan?
3. Apakah sarana pembelajaran yang disediakan dapat
mempermudah peserta dalam memahami materi modul?

28
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Keamanan dan ketertiban pada Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara merupakan target utama dalam
penyelenggaraan pemasyarakatan guna mengoptimalkan proses
pembinaan narapidana dan pelayanan tahanan. Keadaan tersebut
dapat terwujud apabila petugas, narapidana, dan tahanan
melaksanakan semua kegiatan di dalam Lapas / Rutan sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.
Adanya pelanggaran, baik dari petugas, narapidana, ataupun tahanan
sangat berpengaruh dalam terwujudnya penyelenggaraan pengamaan
di Lapas / Rutan. Perkelahian, pelarian, kerusuhan, dan perbedaan
perlakuan antar narapidana karena suatu kepentingan merupakan
hambatan-hambatan yang sangat mempengaruhi terwujudnya
Keamanan dan Ketertiban di Lapas / Rutan.

B. Tindak Lanjut
Perlu adanya penyelesaian guna mengantisipasi terjadinya hal-hal
yang merupakan hambatan dalam terwujudnya Keamanan dan
Ketertiban di Lapas / Rutan. Perolehan data, pengumpulan bukti,
pemeriksaan saksi dalam suatu pelanggaran yang dilakukan baik oleh
petugas, narapidana, maupun tahanan akan menjadi acuan dalam
pertimbangan penyelesaian masalah dalam proses investigasi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Pada Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

Buku
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Modul Standar Pelayanan
Pengaduan
(Jakarta : Ditjen Pemasyarakatan, 2015)
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Standar Pencegahan Gangguan
Keamanan dan Ketrtiban Lapas dan Rutan
(Jakarta : Ditjen Pemasyarakatan, 2015)
1

Anda mungkin juga menyukai