Bab 2
Bab 2
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Definisi Eduwisata
a. Edukasi
Edukasi adalah keadaan dimana penerima mendapatkan ilmu dan
pemahaman mengenai sesuatu yang baru. Edukasi tersebut mengajarkan
mengenai pengetahuan dalam rangka pengembangan kognitif (pengalaman
empiris) seseorang (Abibakrin, 2015).
b. Pariwisata
Suatu kegiatan yang telah direncanakan oleh individu atau kelompok
menuju suatu tempat dengan maksud mendapatkan kepuasan dari apa yang
direncanakan.(Sinaga, 2010:12).
c. Terminologi Eduwisata
Eduwisata adalah pengalaman pembelajaran dimana wisatawan
berkunjung pada suatu kawasan dengan tujuan untuk mendapat pengalaman
pembelajaran secara langsung pada suatu objek wisata (Rodger, 1998:28).
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Kategori Wisatawan
Wisatawan dibagi menjadi beberapa sifat, yaitu wisatawan modern
Idealis, wisatawan yang menyenangi kegiatan petualang dalam jangkauan
nasional secara individual. Wisatawan modern Materialis, wisatawan yang
menyadari bahwa gaya hedon adalah bagian wisatanya. Wisatawan
tradisional Idealis, wisatawan yang berpotensi melestarikan ketradisionalan
dan kelokala suatu daerah yang tidak tercampur baur dengan dunia modern.
Wisatawan tradisional Materialis, wisatawan yang mempertimbangkan
mengenai sisi ekonomis, kemudahan, jangkauan, serta pengeluaran total yang
dia gunakan saat berwisata (Kusumaningrum, 2009:18).
e. Batasan kepariwisataan
Batasan dalam kategori teknis dari kepariwisataan meliputi seluruh
keterkaitan dan faktor yang berpengaruh pada pendatang dalam menginap
dengan tujuan tidak tercampur dengan kepentingan yang lebih mendesak
secara permanen atau sementara (Hunziger dan Kraf dalam Irawan, 2010:11).
f. Unsur dalam kepariwisataan
Terdapat 5 unsur yang berpengaruh penting dalam dunia pariwisata.
Unsur tersebut saling terkikat dan mempunyai sisi potensi, yaitu akomodasi,
restoran dan jasa boga, transportasi, atraksi wisata, dan souvenir (Pendit,
1994).
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Kategori Mitigasi
Mitigasi adalah tindakan yang dapat membatasi atau mengurangi
dampak dari bencana alam, kerusakan lingkungan, dan bencana akibat
manusia. Mitigasi sendiri dibagi menjadi 2 kategori, 1. Mitigasi struktural,
meliputi tindakan berkenaan dengan konstruksi fisik yang dapat
menghindarkan atau mengurangi dampak bencana dengan bentuk
konstruksi, tindakan rekayasa pada bangunan. Pelindung bangunan, dan
segala yang terkain dengan fisik bangunan atau landscape. 2. Mitigasi non-
struktural, yang bertujuan sebagai preventif dari bencana yang dapat
dideteksi sebagai gejala, dapat melalui kebijakan, penyadaran masyarakat,
pengedukasian, komitmen, metode, dan kegiatan praktik pelatiha, juga
penyediaan informasi (ADPC Primer Team, 2005)
c. Siklus Mitigasi
Siklus mitigasi adalah segala proses yang dapat menghindarkan atau
mengecilkan dampak dari bencana, sehingga harus dilakukan sebelum
bencana terjadi. Kegiatan yang meliputi siklus ini antara lain adalah
penggambaran peta rawan bencana, penerapan struktur tahan bencana,
penanaman dan olah landscape, dan pengedukasian masyarakat maupun
pendatang pada kawasan rawan terdampak bencana.
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Definisi Bencana
Kejadian pada suatu kawasan yang menyebabkan ketidak
seimbangan alam, gangguan geologis, muncul dan jatuhnya korban jiwa,
kerugian setempat, dan memburuknya pelayanan pada masyarakat sehingga
membutuhkan tanggapan luar biasa dari berbagai pihak di luar kawasan
(DepKes RI, 2001).
e. Kategori Bencana
Berdasar sumber munculnya, dibagi menjadi, 1. Bencana alam, yaitu
bencana yang dimulai atau rangkaian peristiwa alami oleh alam. 2. Bencana
nonalam, yaitu bencana yang disebabkan dari rangkaian peristiwa sebagai
dampak kegiatan manusia secara tidak langsung. 3. Bencana sosial,
merupakan bencana yang disebabkan dari dampak kegiatan oleh manusia
secara langsung (UNISDR, 2005).
f. Terminologi Mitigasi bencana
Merupakan upaya dalam rangka pengurangan risiko bencana, baik
melalui peningkatan kualitas fisik atau penyadaran terhadap kepekaan
lingkungan bagi masyarakat (Pasal 1 ayat 6 PP 21, 2008).
5. Unsur Massa Kawasan Eduwisata Siaga Bencana
Untuk membentuk kawasan edukasi dan pariwisata, perlu adanya unsur-
unsur massa yang terpadu sehingga dapat mencapai tujuan pengedukasian pada
pengunjung dalam kemasan wisata,
a. Pusat Edukasi dan Rekreasi Pengurangan Risiko Bencana
(1) Latar Belakang Pemilihan Objek
Saat bencana mengguncang suatu kawasan, segala elemen
terdampak baik manusia, harta benda, maupun bangunan akan
mempengaruhi proses sosial yang terjadi di kawasan tersebut. Kepanikan
akan jatuhnya korban, rusaknya fasilitas, terputusnya jaringan, dan
kekhawatiran akan hilang dan hancurnya harta benda akan
mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang, sehingga akan berbuat
diluar dari kebiasannya. Ketidaktahunan mengenai apa langkah yang
harus dilakukan saat terjadi maupun pasca bencana akan menjadikan
commit tosesuai
individu akan bertindak user kepentingannya, sehingga lupa akan
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
prioritas yang sebenarnya harus dipatuhi. Dalam proses dan langkah yang
dilakukan tentu upaya yang dilakukan bagi individu baik dari segala
rentang usia dan gender mempunyai kepentingan dan kekuatan yang
berbeda dalam berperan pada proses mitigasi maupun penanggulangan
bencana.
Dengan bingkai aktivitas edukasi yang dipadukan dengan wisata
akan menanamkan dengan optimal tidak hanya bagi pengunjung dewasa,
namun anak-anak pun akan mudah memahami dan membentuk pola pikir
mengenai penanggulangan risiko bencana. Dalam massa ini pengunjung
juga mendapat edukasi mengenai kualitas keselamatan bangunan hingga
pada detail struktur tahan bencana pada bangunan. Konsep metode yang
digunakan dalam massa pusat edukasi pengurangan risiko bencana ini
adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dimana kegiatan-kegiatan yang
terlaksana melibatkan proses intelektual-emosional melalui asimilasi dan
kognitif dalam mengembangkan pemahaman dan perilaku sehingga
dapat memunculkan keaktifan pembelajar secara mental, fisik,
emosional, dan intelektual untuk mencapai keselarasan afeksi, kognitif,
dan psikomotorik. (A. Yasin, 1984:24)
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan lain sebagainya. Emosi inilah yang dapat memicu masyarakat terdampak
bencana lebih merasa hati-hati dan lebih peduli dengan alam daripada
masyarakat lainnya. Museum ini berusaha untuk mempengaruhi emosi dari
pengunjung dalam menggiring emosi tersebut menjadi produk perilaku yang
positif. Pengaruh dalam emosi sendiri dapat membentuk pola perilaku dalam
wujud peningkatan semangat, penurunan semangat, peningkatan rasa was-
was, penurungan konsentrasi, dan mempengaruhi sikap seseorang di waktu
yang akan datang (Syamsu, 2000).
(2) Definisi Museum
Museum merupakan sebuah fungsi lembaga permanen yang bertujuan
memajukan edukasi masyarakat, dengan sifat terbuka untuk segala kalangan,
tidak ekonomisentris, menjadi objek riset, tidak mengutamakan profit,
memamerkan objek terkait tema museum, dan tujuan pariwisata (Moh. Amir
Sutaarga, 1990/1991: 23).
(3) Definisi Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah berbagai alat yang menjadi pendukung
pemrosesan informasi, teknologi informasi digunakan dalam upaya
memudahkan sistem membagi tugas (Haag dan Keen, 1996). Teknologi
Informasi teknologi yang merupakan gabungan antara jarring-jaring
informasi dan teknologi sehingga mempunyai output visual, audio, dan
informasi data.(Williams dan Sawyer, 2003)
(4) Dokumentasi Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian dan kolektif informasi data tentang catatan,
draft, notulen, buku-buku, jurnal, transkrip, dan segala yang tertuang dan
masih layak atau dapat dibuat layak.(Arikunto, 2006:158)
B. Tinjauan Kebencanaan
1. Tsunami
a. Definisi Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan “tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Karakteristik Tsunami
Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya
gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan
bertambah atau berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah
pergerakan arah gelombang juga berubah. Amplitudo tsunami yang hanya
memiliki ketinggian satu meter di perairan dalam bisa meninggi hingga puluhan
meter di garis pantai (Puspito, 2010).
Selama perambatan, tinggi gelombang semakin besar akibat pengaruh
pendangkalan dasar laut. Ketika mencapai pantai, massa air akan merambat
naik menuju ke daratan. Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai
sangat dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan
jauhnya limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi dan
penggunaan lahan di wilayah pantai yang bersangkutan.
Gambar 2.2. Grafik Kedalaman, Kecaptan, dan Panjang Gelombang Tsunami Pesisir
(VSI Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Gerakan Tanah.
Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di
lapisan bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar
yang terjadi di bawah permukaan laut, maka sangat berpotensi
terjadinya tsunami.
- Riakan Air Laut (Tsunami Forerunners ).
Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan adalah deretan
osilasi atau riakan muka laut yang mendahului kedatangan tsunami
utama. yang dengan mudah dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut
dengan tipikal amplitudo dan perioda yang lebih kecil.
- Surutnya Muka Laut (Initial Withdrawal Bore).
Dalam beberapa tulisan baik yang popular maupun ilmiah
mengemukakan tentang hadirnya penarikan mudur muka air laut
sebelum tsunami utama mencapai pantai. Dari hasil rekaman tsunami,
Murty (1977) mengemukakan ada ratusan kasus dimana penarikan
mundur muka laut ini terjadi.
- Pengamatan Indera Penciuman Dan Indera Perasa.
Saksi mata mengemukakan bahwa saat sebelum tsunami datang
terjadi angin dengan berhawa agak dingin bercampur dengan bau
garam laut yang cukup kuat, hal ini kemungkinan besar akibat olakan
air laut di lepas pantai. (Adhitya, dkk, 2009)
c. Penyebab Tsunami
Menurut BNPB (2012) Sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan
bahwa kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun
1600 – 2012. Sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90% dari tsunami
tersebut disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik, 9% akibat aktivitas
vulkanik dan 1% oleh tanah longsor yang terjadi dalam tubuh air (danau atau
laut) maupun longsoran dari darat yang masuk ke dalam tubuh air.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Penanggulangan Tsunami
Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana dapat terlihat
dari belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan
yang kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan
tempat evakuasi warga juga merupakan salah satu contoh kurangnya
kemampuan dalam menghadapi bencana. Peta bahaya dan peta risiko yang telah
dibuat belum dimanfaatkan secara optimal dalam program pembangunan dan
pengurangan risiko bencana yang terpadu. Terdapat kecenderungan bahwa
Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) hanya dianggap sebagai biaya
tambahan, bukan bagian dari investasi pembangunan yang dapat menjamin
pembangunan berkelanjutan. Maka segala faktor berpotensi yang dapat
mengakibatkan pembangkitan tsunami perlu mendapat perhatian khusus
(BNPB, 2012).
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Gempa Bumi
a. Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan
batuan. Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan
relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempabumi
akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif (Bakornas PB, 2007)
b. Karakteristik Gempa Bumi
Gempa bumi tektonik merupakan jenis gempa yang paling banyak
merusak bangunan yang terjadi karena ada pelepasan stress energi yang
tertimbun di dalam batu – batuan karena pergerakan dalam bumi (Adhitya, dkk,
2009). Gempa bumi yang berpotensi tsunami merupakan gempabumi dengan
pusat gempa di dasar laut berkekuatan gempa >7 SR dengan kedalaman kurang
dari 60-70 Km dan terjadi deformasi vertical dasar laut dengan magnitudo
gempa lebih besar dari 6 ,0 Skala Richter serta jenis patahan turun (normal
faulth) atau patahan naik (thrush faulth).
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
besar dan menebang pohon yan sudah rapuh serta tidak membiasakan
memarkir kendaraan dibawah pohon besar. (4) Jika tidak penting sekali
hindari berpergian apabila langit tampak awan gelap dan menggantung. (5)
Mengembangkan sikap sadar informasi cuaca dengan selalu mengikuti
prakiraan cuaca. (6) Penyiapan lokasi yang aman untuk tempat pengungsian
sementara.
b) Saat Bencana,
(1) Segera berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin
kencang menerjang. (2) Jika memungkinkan segeralah menjauh dari lokasi
kejadian karenq proses terjadinya angin puting beliung berlangsung sangat
cepat.(3) Jika saat terjadi angin puting beliung kita sedang berada didalam
rumah rumah semi permanen/rumah kayu, hingga bangunan beroyang,
segeralah keluar rumah untuk mencari perlindungan di tempat (4) Hidari
berteduh dibawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur kabel listrik.
Ancaman puting beliung biasanya berlangsung 5 hingga 10 menit, sehingga
jangan terburu-buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin
kencang belum benar-benar reda.
4. Kebakaran
a. Definisi Kebakaran
kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan
keinginan manusia. (Ramli, 2010)
b. Karakteristik Api dan Kebakaran
api mengalami empat tahapan mulai dari tahap permulaan hingga menjadi
besar,
1) Incipien Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk
partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu
2) Smoldering Stage ( Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat sebagai
“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Penanggulangan Kebakaran
- Teknik pendinginan
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan
kebakaran dengan cara semprotan air dan uap penyerap kalor ke lokasi
atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan
mati. Pembatasan oksigen
- Penghilangan bahan bakar dan Pemutusan Rangkaian api
Api akan mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dipadamkan dengan menghilangkan atau
mengurangi bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation. Teknik
starvation juga dapat dilakukan dengan menyemprot bahan yang
terbakar dengan busa.
Cara terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah
terjadinya reaksi berantai dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia
mempunyai sifat pemisah oleh atom-atom kimia. (Ramli, 2010)
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Preseden
1. Preseden Pusat Edukasi dan Rekreasi Pengurangan Risiko Bencana
Honjo Bosaikan Disaster Prevention Centre
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Menonton jalannya simulasi asap Gambar 2.7. Simulasi kekakuan rangka
lewat CCTV bangunan terhadap gempa
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.10. Poster tentang kursi multifungsi Gambar 2.11. Alat presentasi berupa meja
yang dapat menjadi kompor proyektor yang berkontur lahan Tokyo
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Advanced Shoring
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Saat terjadi bencana di sekitar Tokyo, taman Tokyo Rinkai ini menjadi
daerah operasi utama dalam penanganan bencana dengan beberapa fasilitas
tanggap daruratnya, antara lain adalah kamp manajemen bencana, lembaga
informasi, ruang koordinator pencegahan adan penangnan bencana, serta
fasilitas bantuan medis yang terhubung dengan pusat medis disekitarnya. Dalam
pengaturan landscapenya, taman ini memiliki beberapa fungsi umum pada ruang
terbuka, diantaranya adalah,
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.25. Dokumentasi Outdoor Taman Edukasi (waktu normal)
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.28. Suasana Penghawaan Kebakaran Gambar 2.29. Penerapan teknologi dalam
dalam Museum memvisualkan kebencanaan
Gambar 2.30. Kelas berbagi pengalaman Gambar 2.31. Visualisasi Runtuhan Gempa
kebencaan menggunakan teknologi
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Kesimpulan Preseden
Kesimpulan Preseden Bangunan Pusat Pengurangan Risiko Bencana
Menerapkan konsep yang dibawakan adalah nuansa menyenangkan
commit to user
yang menegangkan. Pendeskripsian mengenai kebencanaan dengan metode
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MITIGASI STRUKTURAL
MITIGASI
NONSTRUKTURAL
MITIGASI
NONSTRUKTURAL
commit to user
51