Anda di halaman 1dari 41

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tipologi Pengembangan Kawasan Eduwisata Di Watukarung Pacitan


dengan Pendekatan Mitigasi Bencana.
1. Definisi Pengembangan
Pengembangan adalah metode penerjemahan unsur rancangan ke dalam
bentuk fisik. Pengembangan tersebut berusaha menyelesaikan permasalahan
dari rencana rancangan. Pengembangan tidak hanya berfokus pada analisis, tapi
juga faktor-faktor dari awal hingga akhir rancangan (Alim Sumarn, 2012).
2. Definisi Kawasan
Kawasan adalah letak daerah pilihan yang bersifat khusus, dengan
batasan fungsi maupun tujuan (Nia, 2008).
a. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan
Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Departemen
Permukiman, Ditjen Penataan Ruang (2002), mengkategorikan 3 prinsip
dasar dalam pengembangan kawasan, yaitu sebagai pusat pertumbuhan,
kawasan harus berusaha menjadi pendampak kawasan sekitarnya maupun
dalam skala kota. Selain itu dalam pengelolaan pola pengembangan, kawasan
harus berusaha mengintegrasi unsur-unsur dari kawasan sendiri dengan
prinsip kesetaraan. Kategori berikutnya adalah kawasan berkembang harus
saling terikat dan berkerjasama dengan segala yang berpengaruh dan terkait
sehingga dapat memaksimalkan potensi kawasan.
b. Tinjauan Kawasan Konservasi Alam
Terdapat rumusan mengenai pengkategorian konservasi lingkungan
yang tertera padaa UU RI No.5 Th 1990 tentang konservasi sumber daya alam
hayati, Peraturan Pemerintah RIP No. 68 Th 1998 mengenai kawasan suaka
alam dan pelesatarian alam, dan UU No. 41 Th 1999 mengenai kehutanan,
yaitu:
1) Kawasan Suaka Alam
Merupakan kawasan pada daratan maupun perairan yang
commit
berfungsi pokok to userkawasan pengawetan keanekaragaman
sebagai

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tumbuhan dan satwa serta ekosistem yang mewadahi kegiatan biota


didalamnya.
2) Kawasan Cagar Alam
Merupakan kawasan suaka alam yang memiliki kekhasan
karakteristik oleh vegetasi, tumbuhan, maupun ekosistem dan
perkembangan berlangsung secara alami.
3) Kawasan Suaka Margasatwa
Merupakan kawasan suaka alam yang berkarakteristik condong
pada satwa dan dilakukan pembinaaan habitat.
4) Kawasan Pelestarian Alam
Merupakan kawasan yang melindungi ekosistem yang ada dengan
dimanfatkan secara zonasi dan digunakan secara lestari untuk
keperluan edukasi dan penelitian.
5) Kawasan Taman Wisata Alam
Merupakan kawasan pelestarian yang dimanfaatkan sebagai objek
pariwisata dan rekreasi alam.

3. Definisi Eduwisata
a. Edukasi
Edukasi adalah keadaan dimana penerima mendapatkan ilmu dan
pemahaman mengenai sesuatu yang baru. Edukasi tersebut mengajarkan
mengenai pengetahuan dalam rangka pengembangan kognitif (pengalaman
empiris) seseorang (Abibakrin, 2015).
b. Pariwisata
Suatu kegiatan yang telah direncanakan oleh individu atau kelompok
menuju suatu tempat dengan maksud mendapatkan kepuasan dari apa yang
direncanakan.(Sinaga, 2010:12).
c. Terminologi Eduwisata
Eduwisata adalah pengalaman pembelajaran dimana wisatawan
berkunjung pada suatu kawasan dengan tujuan untuk mendapat pengalaman
pembelajaran secara langsung pada suatu objek wisata (Rodger, 1998:28).
commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Kategori Wisatawan
Wisatawan dibagi menjadi beberapa sifat, yaitu wisatawan modern
Idealis, wisatawan yang menyenangi kegiatan petualang dalam jangkauan
nasional secara individual. Wisatawan modern Materialis, wisatawan yang
menyadari bahwa gaya hedon adalah bagian wisatanya. Wisatawan
tradisional Idealis, wisatawan yang berpotensi melestarikan ketradisionalan
dan kelokala suatu daerah yang tidak tercampur baur dengan dunia modern.
Wisatawan tradisional Materialis, wisatawan yang mempertimbangkan
mengenai sisi ekonomis, kemudahan, jangkauan, serta pengeluaran total yang
dia gunakan saat berwisata (Kusumaningrum, 2009:18).
e. Batasan kepariwisataan
Batasan dalam kategori teknis dari kepariwisataan meliputi seluruh
keterkaitan dan faktor yang berpengaruh pada pendatang dalam menginap
dengan tujuan tidak tercampur dengan kepentingan yang lebih mendesak
secara permanen atau sementara (Hunziger dan Kraf dalam Irawan, 2010:11).
f. Unsur dalam kepariwisataan
Terdapat 5 unsur yang berpengaruh penting dalam dunia pariwisata.
Unsur tersebut saling terkikat dan mempunyai sisi potensi, yaitu akomodasi,
restoran dan jasa boga, transportasi, atraksi wisata, dan souvenir (Pendit,
1994).

4. Definisi Pendekatan Mitigasi Bencana


a. Definisi Mitigasi
Mitigasi adalah tindakan struktural dan non-strouktural dalam upaya
mengurangi bahkan menghindari dampak oleh bencana. Mitigasi struktural
berkaitan dengan pencegahan melalui konstruksi fisik atau rekayasa
landscape, massa, dan prasarana lainnya. Mitigasi non-struktural berkaitan
dengan kesadaran, metode, penanaman pengetahuan, komitmen, serta
metode dan praktik sebagai daya upaya (ADPC Primer Team, 2005).
Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari
bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
commit
bencana, baik melalui to user
pembangunan fisik maupun penyadaran dan

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No24, 2007:


P1A9 dan P1A6)

b. Kategori Mitigasi
Mitigasi adalah tindakan yang dapat membatasi atau mengurangi
dampak dari bencana alam, kerusakan lingkungan, dan bencana akibat
manusia. Mitigasi sendiri dibagi menjadi 2 kategori, 1. Mitigasi struktural,
meliputi tindakan berkenaan dengan konstruksi fisik yang dapat
menghindarkan atau mengurangi dampak bencana dengan bentuk
konstruksi, tindakan rekayasa pada bangunan. Pelindung bangunan, dan
segala yang terkain dengan fisik bangunan atau landscape. 2. Mitigasi non-
struktural, yang bertujuan sebagai preventif dari bencana yang dapat
dideteksi sebagai gejala, dapat melalui kebijakan, penyadaran masyarakat,
pengedukasian, komitmen, metode, dan kegiatan praktik pelatiha, juga
penyediaan informasi (ADPC Primer Team, 2005)

c. Siklus Mitigasi
Siklus mitigasi adalah segala proses yang dapat menghindarkan atau
mengecilkan dampak dari bencana, sehingga harus dilakukan sebelum
bencana terjadi. Kegiatan yang meliputi siklus ini antara lain adalah
penggambaran peta rawan bencana, penerapan struktur tahan bencana,
penanaman dan olah landscape, dan pengedukasian masyarakat maupun
pendatang pada kawasan rawan terdampak bencana.

Bagan 1.2. Siklus Mitigasi


commit to Primer
(ADPC user Team, 2005)

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Definisi Bencana
Kejadian pada suatu kawasan yang menyebabkan ketidak
seimbangan alam, gangguan geologis, muncul dan jatuhnya korban jiwa,
kerugian setempat, dan memburuknya pelayanan pada masyarakat sehingga
membutuhkan tanggapan luar biasa dari berbagai pihak di luar kawasan
(DepKes RI, 2001).
e. Kategori Bencana
Berdasar sumber munculnya, dibagi menjadi, 1. Bencana alam, yaitu
bencana yang dimulai atau rangkaian peristiwa alami oleh alam. 2. Bencana
nonalam, yaitu bencana yang disebabkan dari rangkaian peristiwa sebagai
dampak kegiatan manusia secara tidak langsung. 3. Bencana sosial,
merupakan bencana yang disebabkan dari dampak kegiatan oleh manusia
secara langsung (UNISDR, 2005).
f. Terminologi Mitigasi bencana
Merupakan upaya dalam rangka pengurangan risiko bencana, baik
melalui peningkatan kualitas fisik atau penyadaran terhadap kepekaan
lingkungan bagi masyarakat (Pasal 1 ayat 6 PP 21, 2008).
5. Unsur Massa Kawasan Eduwisata Siaga Bencana
Untuk membentuk kawasan edukasi dan pariwisata, perlu adanya unsur-
unsur massa yang terpadu sehingga dapat mencapai tujuan pengedukasian pada
pengunjung dalam kemasan wisata,
a. Pusat Edukasi dan Rekreasi Pengurangan Risiko Bencana
(1) Latar Belakang Pemilihan Objek
Saat bencana mengguncang suatu kawasan, segala elemen
terdampak baik manusia, harta benda, maupun bangunan akan
mempengaruhi proses sosial yang terjadi di kawasan tersebut. Kepanikan
akan jatuhnya korban, rusaknya fasilitas, terputusnya jaringan, dan
kekhawatiran akan hilang dan hancurnya harta benda akan
mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang, sehingga akan berbuat
diluar dari kebiasannya. Ketidaktahunan mengenai apa langkah yang
harus dilakukan saat terjadi maupun pasca bencana akan menjadikan
commit tosesuai
individu akan bertindak user kepentingannya, sehingga lupa akan

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prioritas yang sebenarnya harus dipatuhi. Dalam proses dan langkah yang
dilakukan tentu upaya yang dilakukan bagi individu baik dari segala
rentang usia dan gender mempunyai kepentingan dan kekuatan yang
berbeda dalam berperan pada proses mitigasi maupun penanggulangan
bencana.
Dengan bingkai aktivitas edukasi yang dipadukan dengan wisata
akan menanamkan dengan optimal tidak hanya bagi pengunjung dewasa,
namun anak-anak pun akan mudah memahami dan membentuk pola pikir
mengenai penanggulangan risiko bencana. Dalam massa ini pengunjung
juga mendapat edukasi mengenai kualitas keselamatan bangunan hingga
pada detail struktur tahan bencana pada bangunan. Konsep metode yang
digunakan dalam massa pusat edukasi pengurangan risiko bencana ini
adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dimana kegiatan-kegiatan yang
terlaksana melibatkan proses intelektual-emosional melalui asimilasi dan
kognitif dalam mengembangkan pemahaman dan perilaku sehingga
dapat memunculkan keaktifan pembelajar secara mental, fisik,
emosional, dan intelektual untuk mencapai keselarasan afeksi, kognitif,
dan psikomotorik. (A. Yasin, 1984:24)

(2) Definisi Pusat Edukasi dan Rekreasi


Pusat adalah inti atau dasar urusan yang frekuensi aktivitas tinggi
dan menjadi daya tarik dari lingkungan disekitarnya. (Poerdarminto,
W.J.S, 2003). Edukasi adalah runtutan usaha untuk menciptakan
pengaruh pada orang lain baik dari individu, kelompok, keluarga, dan
masyarakat untuk mencapai keselarasan perilaku dengan lingkungan
maupun tujuan lain. (Setiawati, 2008). Rekreasi merupakan aktivitas
yang mempengaruhi kebutuhan seseorang dalam upaya pemulihan dan
peningkatan sisi jasmani dan rohani dengan cara melakukan aktivitas di
waktu senggang sehingga menimbulkan kepuasan yang ingin dituju
pelakunya. (Doel, 1967)

commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(3) Definisi Pengurangan Risiko Bencana


Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan perilaku
dengan tujuan untuk meminimalisir faktor dari penyebab risiko bencana,
dampak terhadap harta benda, korban manusia dan alam, dan
meningkatkan siapsiaga dari peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia dan alam. (UNISDR, 2009)
b. Kamp Pelatihan Tanggap Darurat Bencana
(1) Latar Belakang Pemilihan Objek
Indonesia dengan karakterisitik lapisan daratan dan lautan yang
bervariasi menjadikan Indonesia mempunyai berbagai destinasi wisata
yang unik. Namun mengingat Indonesia berada pada pertemuan lempeng
yang rawan akan tumbukan, keberagaman tersebut dapat menjadi
permasalahan sendiri saat terjadinya bencana alam. Dampak-dampak
yang diakibatkan bencana pun dapat pula beragam antar suatu daerah
yang terdampak dengan daerah lain. Sedangkan mobilitas dari organisasi
tanggap bencana juga membutuhkan waktu untuk mencapai spot
terdampak bencana, tergantung juga dengan sulitnya medan yang
ditempuh yang dapat berubah setelah ikut terdampak bencana.
Dalam hal ini, merupakan waktu yang sangat krusial dimana
masyarakat terdampak namun masih dalam keadaan baik tidak
mengetahui apa yang seharusnya dapat mereka lakukan sesuai prosedur
yang tepat dan benar baik menyelamatkan, membantu para korban lain,
dan banyak penanganan lainnya. Dengan adanya Kamp Pelatihan ini,
masyarakat luas dapat memperoleh edukasi secara praktik untuk
memperoleh pengalaman sesuai prosedur yang tepat dalam membantu
upaya penyelamatan masyarakat terdampak bencana oleh ahlinya yang
tentunya dapat mengurangi dampak lebih buruk bencana. Selama ini di
Indonesia sendiri hanya terdapat workshop-workshop pelatihan tanggap
darurat bencana yang dinilai kurang efektif, tidak kontinu, dan tidak
terbuka bagi masyarakat luas, namun di beberapa negara rawan bencana
seperti Jepang, konsep kamp pelatihan ini sudah diterapkan.
commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman

Dalam neraca diatas, produk pembelajaran yang paling efektif


adalah dengan pengalaman secara langsung, dengan metode peniruan
atau lambang verbal (unsur abstrak). Dari teori pengalaman ini dapat
disimpulkan semakin pada puncak kerucut, akan semakin abstrak faktor
pembentuk pesan informasi. Proses pengedukasian yang efektif dapat
diwujudkan dengan pengalaman secara lansung dalam tiruan sehingga
melibatkan indra dengar, penglihatan, penciuman, perasaan, dan
perabaan. (Dale Edgar, 1945)
(2) Definisi Kamp
Kamp adalah kegiatan luar ruang yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan konasi secara berkala. Kemampuan
yang didapat akan meningkat sesuai dengan intensitas dan pemahaman
akan menganalisa kegiatan.(Ardianus dan Yufiarti, 2006)
(3) Definisi Pelatihan
Pelatihan adalah cara untuk melatih peningkatan seseorang pada
pekerjaan yang sedang dalam bidangnya, atau yang berkaitan dengan
bidangnya.(Gomes, 2003:197).
(4) Definisi Tanggap Darurat Bencana
Tanggap darurat bencana merupakan rangkaian dari aktivitas yang
dilaksanakan sesegera mungkin saat terjadu atau pasca bencana dalam
mengatasu dampak yang semakin memburuk, aktivitas yang terkait
commitdan
meliputi penyelamatan to user
evakuasi, pengkolektifan harta, pemenuhan

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebutuhan primer, perlindungan bagi korban, penyelamatan secara


mendalam, dan pemulihan sementara sarana dan prasarana.(PK BNPB
No10 2008)
(5) Kegiatan Penanggulangan Bencana
Dengan memberukan pengarahan, terdapat pelayanan bagi terdampak
meliputi evakuasi, pengungsian sementara, pertolomgan cepat tanggap,
peralatan medis dan mobilitas, dapur umum, pendistribusian bantuan,
dan penyediaan air serta sanitasi.(PMI, 2012)

c. Taman Edukasi Bencana


(1) Latar Belakang Pemilihan Objek
Adanya ruang terbuka hijau pada suatu kawasan berperan
penting dalam menjaga stabilitas kawasan. Selain memberikan wadah
bersosialisasi, ruang terbuka ini dapat menjadi sarana untuk saling
bertukar pikiran. Dalam upaya mendukung kawasan eduwisata mitigasi
bencana, ruang terbuka ini dapat menjadi elemen penting dalam proses
tersalurkannya wawasan edukasi nonformal antara masyarakat,
pengunjung, dan para ahli mengenai kebencanaan. Proses sosialisasi
inilah yang hendak ditekankan dalam mengembangkan pola pikir dan
perilaku pengunjung baik dewasa maupun anak-anak dengan ahli
kebencanaan maupun ahlinya.
Proses sosialisasi dengan pengembangan pola pikir dinilai efektif
sesuai dengan pernyataan soekamto (1990:71) bahwa sosialisasi
meliputi proses individu untuk tertib dan peka terhadap lingkungannya
serta menyerasikan interaksi dan pemahaman yang diwujudkan dalam
konformitas dan nonkonformitas serta penghindaran dari konflik.
Sehingga penerima sosialisasi dengan tujuan pencari pemahaman akan
mendapatkan pengaruh yang berusaha mengikuti apa yang diarahkan
oleh pemberi informasi dari pengedukasi. Selain itu, dengan konsep
ruang terbuka dapat menjadikan taman edukasi lebih ramah anak.
Namun pengolahan ruang terbuka ini harus diolah sedemikian sehingga
commit
saat terjadi bencana dapattomudah
user diakses yang sekaligus dapat menjadi

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tempat berlindung, sehingga pemusatan penanggulangan bencana dapat


terwadahi secara maksimal dan terstruktur.
(2) Definisi Taman Edukasi
Taman edukasi adalah pemberian edukasi di luar ruang dengan
tujuan agar siswa mudah dalam menganalisis dan merasakan
lingkungan secara nyata, sehingga merespon sadarnyabakan
memelihara lingkungan dan memberikan dampak yang baik setelah
tujuan tercapai bagi lingkungan dan alam sekitarnya.(Tri IL, 2008:5)
(3) Prinsip Taman Edukasi
Anak yang teredukasi dengan bermain akan membentuk
kepribadian dengan watak yang baik, dimana permainan adalah wahana
yang tepat dalam penerimaan respon otak anak.(Rijsdorp dalam
Sukintaka,
1992: 1)
(4) Prinsip Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan dalam bertindak dengan
teratur dan tepat, mengolah maksud dan pikiran dengan rasional
sehingga dapat dengan mudah mengenali lingkungan dan antisipasi
dengan seoptimalmungkin. Kemampuan ini menafsirkan kemampuan
mental untuk membentuk pemikiran secara rasional. Kemampuan ini
perlu dilatih secara kontinu dalam rangka membentuk pribadi yang stabil
dalam memproses pikiran dengan tingkah laku yang tepat (Wechsler
David, 2011).

d. Museum Informasi Teknologi dan Dokumentasi Bencana


(1) Latar Belakang Pemilihan Objek
Suatu daerah yang telah terdampak bencana, akan meninggalkan bekas
perasaan bagi masyarakat yang merasakan sendiri kejadian secara nyata.
Perasaan itulah yang menimbulkan kesan emosi yang unik, dimana emosi
tersebut terdiri dari berbagai macam penyebab yang terlibat dan
commit
menciptakan baik emosi to user keterkejutam, penyesalan, kekecewaan,
kesedihan,

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan lain sebagainya. Emosi inilah yang dapat memicu masyarakat terdampak
bencana lebih merasa hati-hati dan lebih peduli dengan alam daripada
masyarakat lainnya. Museum ini berusaha untuk mempengaruhi emosi dari
pengunjung dalam menggiring emosi tersebut menjadi produk perilaku yang
positif. Pengaruh dalam emosi sendiri dapat membentuk pola perilaku dalam
wujud peningkatan semangat, penurunan semangat, peningkatan rasa was-
was, penurungan konsentrasi, dan mempengaruhi sikap seseorang di waktu
yang akan datang (Syamsu, 2000).
(2) Definisi Museum
Museum merupakan sebuah fungsi lembaga permanen yang bertujuan
memajukan edukasi masyarakat, dengan sifat terbuka untuk segala kalangan,
tidak ekonomisentris, menjadi objek riset, tidak mengutamakan profit,
memamerkan objek terkait tema museum, dan tujuan pariwisata (Moh. Amir
Sutaarga, 1990/1991: 23).
(3) Definisi Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah berbagai alat yang menjadi pendukung
pemrosesan informasi, teknologi informasi digunakan dalam upaya
memudahkan sistem membagi tugas (Haag dan Keen, 1996). Teknologi
Informasi teknologi yang merupakan gabungan antara jarring-jaring
informasi dan teknologi sehingga mempunyai output visual, audio, dan
informasi data.(Williams dan Sawyer, 2003)
(4) Dokumentasi Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian dan kolektif informasi data tentang catatan,
draft, notulen, buku-buku, jurnal, transkrip, dan segala yang tertuang dan
masih layak atau dapat dibuat layak.(Arikunto, 2006:158)
B. Tinjauan Kebencanaan
1. Tsunami
a. Definisi Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan “tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).
commit to user

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Karakteristik Tsunami
Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya
gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan
bertambah atau berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah
pergerakan arah gelombang juga berubah. Amplitudo tsunami yang hanya
memiliki ketinggian satu meter di perairan dalam bisa meninggi hingga puluhan
meter di garis pantai (Puspito, 2010).
Selama perambatan, tinggi gelombang semakin besar akibat pengaruh
pendangkalan dasar laut. Ketika mencapai pantai, massa air akan merambat
naik menuju ke daratan. Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai
sangat dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan
jauhnya limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi dan
penggunaan lahan di wilayah pantai yang bersangkutan.

Gambar 2.2. Grafik Kedalaman, Kecaptan, dan Panjang Gelombang Tsunami Pesisir
(VSI Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)

Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut.


Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa
mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan
pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak
lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya
jarang merasakan adanya tsunami. Terdapat beberapa karakteristik
munculnya tsunami, diantara lain adalah

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Gerakan Tanah.
Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di
lapisan bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar
yang terjadi di bawah permukaan laut, maka sangat berpotensi
terjadinya tsunami.
- Riakan Air Laut (Tsunami Forerunners ).
Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan adalah deretan
osilasi atau riakan muka laut yang mendahului kedatangan tsunami
utama. yang dengan mudah dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut
dengan tipikal amplitudo dan perioda yang lebih kecil.
- Surutnya Muka Laut (Initial Withdrawal Bore).
Dalam beberapa tulisan baik yang popular maupun ilmiah
mengemukakan tentang hadirnya penarikan mudur muka air laut
sebelum tsunami utama mencapai pantai. Dari hasil rekaman tsunami,
Murty (1977) mengemukakan ada ratusan kasus dimana penarikan
mundur muka laut ini terjadi.
- Pengamatan Indera Penciuman Dan Indera Perasa.
Saksi mata mengemukakan bahwa saat sebelum tsunami datang
terjadi angin dengan berhawa agak dingin bercampur dengan bau
garam laut yang cukup kuat, hal ini kemungkinan besar akibat olakan
air laut di lepas pantai. (Adhitya, dkk, 2009)

c. Penyebab Tsunami
Menurut BNPB (2012) Sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan
bahwa kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun
1600 – 2012. Sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90% dari tsunami
tersebut disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik, 9% akibat aktivitas
vulkanik dan 1% oleh tanah longsor yang terjadi dalam tubuh air (danau atau
laut) maupun longsoran dari darat yang masuk ke dalam tubuh air.

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Penanggulangan Tsunami
Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana dapat terlihat
dari belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan
yang kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan
tempat evakuasi warga juga merupakan salah satu contoh kurangnya
kemampuan dalam menghadapi bencana. Peta bahaya dan peta risiko yang telah
dibuat belum dimanfaatkan secara optimal dalam program pembangunan dan
pengurangan risiko bencana yang terpadu. Terdapat kecenderungan bahwa
Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) hanya dianggap sebagai biaya
tambahan, bukan bagian dari investasi pembangunan yang dapat menjamin
pembangunan berkelanjutan. Maka segala faktor berpotensi yang dapat
mengakibatkan pembangkitan tsunami perlu mendapat perhatian khusus
(BNPB, 2012).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi tsunami antarai


adalah, (1) Membuat sistem peringatan dini. (2) Relokasi daerah permukiman
yang rawan tinggi terhadap ancaman tsunami. (3) Edukasi kepada masyarakat
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami. (4) Membuat jalan atau
lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami. (5) Menanami daerah pantai
dengan tanaman yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang (6)
Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami. (7) Membuat
dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan. (Anonim,
piba.tdmrc.org, 2010)

VSI Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan 5 cara


strategis mengurangi dampak tsunami,
a. Pemanfaatan batuan baik alami maupun buatan pemecah gelombang
b. Pembuatan bangunan sarana penyelamatan diri
c. Pembangunan dinding penahan tsunami sesuai standar
d. Pembangunan struktur bangunan dengan tiang yang melebihi perkiraan
tinggi gelombang tsunami setelah sampai daratan
commit
e. Pemanfaatan hutan bakauto user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Gempa Bumi
a. Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan
batuan. Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan
relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempabumi
akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif (Bakornas PB, 2007)
b. Karakteristik Gempa Bumi
Gempa bumi tektonik merupakan jenis gempa yang paling banyak
merusak bangunan yang terjadi karena ada pelepasan stress energi yang
tertimbun di dalam batu – batuan karena pergerakan dalam bumi (Adhitya, dkk,
2009). Gempa bumi yang berpotensi tsunami merupakan gempabumi dengan
pusat gempa di dasar laut berkekuatan gempa >7 SR dengan kedalaman kurang
dari 60-70 Km dan terjadi deformasi vertical dasar laut dengan magnitudo
gempa lebih besar dari 6 ,0 Skala Richter serta jenis patahan turun (normal
faulth) atau patahan naik (thrush faulth).

Tabel 2.1. Skala Intensitas Gempa Bumi (SR)

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2. Skala Intensitas Gempa Bumi (MMI)

c. Penyebab Gempa Bumi


Penyebab gempabumi tektonik dikarenakan adanya proses tektonik
akibat pergerakan kulit/lempeng bumi dan aktivitas sesar dipermukaan bumi
serta pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan
tanah, aktivitas gunungapi, ledakan Nuklir (Bakornas PB, 2007).
d. Penanggulangan Gempa Bumi
(1) Berat atau Massa Rumah
Berat bangunan atau massa tiap-tiap benda dalam bangunan, apabila
terjadi gempa, masing-masing akan mengalami pergerakan atau perpindahan
massa. Semakin tinggi massanya, semakin besar gerakannya. Oleh karena itu
dalam pemilihan materi bangunan, usahakan jangan memilih material yang
berat. Usahakan untuk memilih material yang ringan namun kuat, aman, dan
murah.

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2) Denah Bangunan


Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah
bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal
yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena
kurangnya efek torsi dan kekuatannya yang lebih merata.
(3) Kekuatan Bahan dan Mutu Pelaksanaan
Perkembangan teknologi dalam dunia konstruksi melahirkan
materialmaterial bangunan yang bermutu tinggi sehingga dapat memberikan
kekuatan terhadap sebuah bangunan. Namun perlu digarisbawahi bahwa sebaik
apapun mutu sebuah material, tidak akan menghasilkan konstruksi yang kokoh
apabila proses instalasi yang dilakukan oleh pekerja bangunan salah. Apabila
kita menggunakan adukan beton dengan kualitas tinggi, namun bila
pelaksanaannya kurang baik semisal pemadatannya kurang atau perawatan
pasca pengecorannya (curing) kurang baik, maka tidak akan bisa dihasilkan
kualitas bangunan yang layak.
(4) Kekakuan Kontruksi
Kekakuan konstruksi sangat penting dalam mendukung ketahanan
terhadap getaran gempa. Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah setiap
komponen bangunan harus saling terikat kuat antara satu dengan yang lain,
sehingga terjadi kesatuan struktur bangunan sehingga semua unsur bekerja
bersama-sama sebagai satu kesatuan.

3. Badai dan Badai Cempaka


a. Definisi Badai dan Badai Cempaka
Angin Badai atau angin topan adalah pusaran angin kencang dengan
kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di
antara garis balik utara dan selatan. Angin paling kencang yang tejadi di daerah
tropis ini umumnya berputar dengan radius kilometer di sekitar daerah sistem
tekanan rendah yang ektrim dengan kecepatan sekitar 20km/jam. (PERBUP
Klaten tahun 2014 Tentang Panduan Kebencanaan)

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Karakteristik Badai Cempaka


Belombang badai menerjang pantai dalam bentuk arus melingkar dan
tidak membanjiri daerah yang lebih tinggi. Tenaga angin yang meniup selama
beberapa jam yang memiliki tekanan dan hisapan yang kuat sehingga dapat
merobohkan bangunan. Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan
bagian yang non structural seperti atap,antenna,papan reklame, dan sebagainya.
Badai yang terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal tenggelam.
Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras yang dapat menimbulkan
bencana lainnya seperti tanah longsor dan banjir. Dampak siklon tropis
Cempaka berupa:
1. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di selatan Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Lombok. 2. Angin kencang hingga 20 knot
berpotensi terjadi di wilayah selatan Jawa. 3. Gelombang tinggi 1,25-2,5 meter
di perairan selatan Jawa Timur hingga selatan NTB, Samudera Hindia selatan
Bali dan selatan NTB. 4. Gelombang tinggi 2,5-4 meter di perairan selatan
Banten hingga selatan Jawa Tengah, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa.
c. Penyebab Badai Cempaka

Siklon tropis Cempaka yang menerjang seluruh wilayah pesisir Pantai


Selatan merupakan fenomena alam yang terjadi pada bagian atmosfer bumi
yang terbentuk di atas permukaan laut yang hangat dan tidak merata pada
kawasan tropis. Angin badai disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Siklus utama dalam munculkan Badai Cempaka ini adalah sistem
perubahan iklim yang tidak stabil pada iklim tropis, dimana adanya perbedaan
penyinaran radiasi menyebabkan terjadinya suhu permukaan laut menjadi naik
sehingga terbentuk pusat tekanan rendah yang dapat memicu terjadinya siklon
tropis yang dimulai dengan ganguan tropis seperti, depresi tropis, badai tropis
dan siklon tropis.
d. Penanggulangan Badai Cempaka
a) Sebelum bencana,
(1) Melakukan sosialisasi mengenai puting beliung, baik difinisi, gejala awal,
karakteristik, bahaya dan mitigasinya. (2) Menyusun peta rawan bencana
commit to user
angin puting beliung berdasarkan data hitoris. (3) Memangkas ranting pohon

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

besar dan menebang pohon yan sudah rapuh serta tidak membiasakan
memarkir kendaraan dibawah pohon besar. (4) Jika tidak penting sekali
hindari berpergian apabila langit tampak awan gelap dan menggantung. (5)
Mengembangkan sikap sadar informasi cuaca dengan selalu mengikuti
prakiraan cuaca. (6) Penyiapan lokasi yang aman untuk tempat pengungsian
sementara.
b) Saat Bencana,
(1) Segera berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin
kencang menerjang. (2) Jika memungkinkan segeralah menjauh dari lokasi
kejadian karenq proses terjadinya angin puting beliung berlangsung sangat
cepat.(3) Jika saat terjadi angin puting beliung kita sedang berada didalam
rumah rumah semi permanen/rumah kayu, hingga bangunan beroyang,
segeralah keluar rumah untuk mencari perlindungan di tempat (4) Hidari
berteduh dibawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur kabel listrik.
Ancaman puting beliung biasanya berlangsung 5 hingga 10 menit, sehingga
jangan terburu-buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin
kencang belum benar-benar reda.
4. Kebakaran
a. Definisi Kebakaran
kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan
keinginan manusia. (Ramli, 2010)
b. Karakteristik Api dan Kebakaran
api mengalami empat tahapan mulai dari tahap permulaan hingga menjadi
besar,
1) Incipien Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk
partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu
2) Smoldering Stage ( Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat sebagai
“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.

commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3. Dampak Kebakaran

Tabel 2.4. Gas Hasil Pembakaran Dan Sumber Pembakaran

c. Penanggulangan Kebakaran
- Teknik pendinginan
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan
kebakaran dengan cara semprotan air dan uap penyerap kalor ke lokasi
atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan
mati. Pembatasan oksigen
- Penghilangan bahan bakar dan Pemutusan Rangkaian api
Api akan mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dipadamkan dengan menghilangkan atau
mengurangi bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation. Teknik
starvation juga dapat dilakukan dengan menyemprot bahan yang
terbakar dengan busa.
Cara terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah
terjadinya reaksi berantai dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia
mempunyai sifat pemisah oleh atom-atom kimia. (Ramli, 2010)
commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Kriteria Penanggulangan Kebakaran

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Preseden
1. Preseden Pusat Edukasi dan Rekreasi Pengurangan Risiko Bencana
Honjo Bosaikan Disaster Prevention Centre

Gambar 2.3. Tampak Depan Honjo Bosaikan

Honjo Bosaikan merupakan wahana edukasi wisata yang menyediakan


banyak simulasi bencana yang umum terjadi di Jepang seperti gempa bumi,
kebakaran, dan angin kencang. Tidak hanya pemaparan mengenaj penjelasan
mengenai bencana itu sendiri tapi juga pengedukasian mengenai cara
menyelamatkan diri yang benar. Pusat pembelajaran keselamatan ini
dioperasikan oleh Tokyo Fire Department di mana wadah untuk dapat
mempelajari perilaku pencegahan bencana ketika mengalami bencana. Terdapat
teater Pencegahan Bencana dan 5 bagian uji coba seperti Bagian Simulasi
Gempa Bumi, Bagian Pengalaman Banjir Perkotaan, Bagian Asap Kebakaran,
Bagian Pelatihan Pemadaman Kebakaran, dan Bagian Simulasi Hujan badai.

a. Tujuan Didirikannya Bousai kan


Membangunkan kesadaran dan memastikan bahwa risiko bencana
ekstrim Tokyo tetap menjadi ingatan dan sadar akan prioritas keselamatan
di benak warga kota.

b. Konsep Pengedukasian Penanggulangan Bencana

Memberikan pengalaman yang memungkinkan pengunjung berlatih


mencoba untuk membuatnya melalui beberapa masa kritis dimana
mengedukasi bagaimana anda akan bertahan selama 72 jam. Konsep yang
commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibawakan adalah nuansa menyenangkan yang menegangkan.


Pendeskripsian mengenai kebencanaan dengan metode visualisasi
dokumentasi dan deskripsi bahaya serta penderitaan mengerikan dari setiap
bencana, menggunakan anekdot, statistik, dan grafik.

c. Alur tur edukasi kebencanaan


(1) Kebakaran
(a) Simulasi dalam ruangan berasap, pergerakan untuk tidak
memasukkan asap
(b) Pergerakan pengunjung untuk menghindari kepulan asap dengan
melewati lorong berasap dengan menunduk
(c) Pencarian jalan keluar dengan menunduk dan menggunakan tangan
sebagai indra peraba serta pengenalan terhadap tanda keluar darurat
(d) Pelatihan penggunaan tabung fire extinguisher dari posisi tubuh,
pengambilan, pembukaan segel, cara pembawaan, cara penekanan,
dan cara penyemprotan.
(2) Gempa Bumi dan Tsunami
(a) Simulasi dalam ruangan bergoyang
(b) Membentuk agar tidak pada situasi panik
(c) Perlindungan dengan peralatan terbatas
(d) Perlindungan sementara pada tubuh
(e) Pengenalan ruang sehingga tidak berada pada posisi berbahaya akibat
perabot
(f) Pelatihan evakuasi dan penutupan peralatan listrik dan gas saat gempa
mulai mereda dan kembali kembali
(g) Penolongan pertama terhadap korban terdekat
(h) Pengedukasian mengenai furniture berat yang terpasang/tersambung
secara permanen
(i) Miniatur bracing struktur bangunan
(j) Edukasi dan tips arahan prioritas saat terjadi gempa di dalam ruang
(3) Evakuasi Asap Kebakaran
(a) Metode evakuasi melalui lorong dan penanda
commit to user
(b) Pemantauan melalui cctv

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(4) Badai Taifun


(a) Simulasi penggunaan jas hujan sebagai pelindung, bukan paying
(b) Penggunaan boot khusus dan peralatan pelindung kepala
(c) Ruangan diberikan efek hujan badai dan angin

d. Potensi Kontinuitas Wahana Edukasi Wisata

Pada tahun 2013, sekitar 12.000 orang mengunjungi Honjo Bousai-kan.


"Orang-orang dari segala usia datang, tetapi tahun lalu pemerintah
memutuskan untuk mendorong lebih banyak hal ini ke dalam kurikulum
sekolah, dan sekarang anak-anak usia sekolah sudah mulai datang
Melakukan kontrak berkelanjutan dengan sekolah dan terdapat tawaran
paket yang menguntungkan kedua belah pihak.

Gambar 2.5. Simulasi asap pada gedung


Gambar 2.4. rekomendasi bahan yang tidak
mudah terbakar bertingkat

Gambar 2.6. Menonton jalannya simulasi asap Gambar 2.7. Simulasi kekakuan rangka
lewat CCTV bangunan terhadap gempa

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.8. Guide menjelaskan tahapan


simulasi Gambar 2.9. Ruangan mensimulasikan
keadaan Badai

Gambar 2.10. Poster tentang kursi multifungsi Gambar 2.11. Alat presentasi berupa meja
yang dapat menjadi kompor proyektor yang berkontur lahan Tokyo

Gambar 2.12. Pengedukasian mengenai Gambar 2.13. Simulasi pengalaman pada


pengguanaan alat pemadam kebakaran ruangan berasap

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Preseden Kamp Pelatihan Tanggap Darurat Bencana


Guardian Centers of Georgia

Gambar 2.15. Guardian Centers of Georgia

Konsep : Games, Kegiatan, Latihan


Sub Konsep : Bor / Skenario / Simulasi
Target Penerima Pelatihan,
Kelompok PRIMER : Pelatih / Guru / Fasilitator
Kelompok SEKUNDER : Anak-anak
Sub-kelompok : Remaja usia sekolah menengah (12-18 tahun)

Menghadirkan latihan tanggap bencana yang realistis, dengan


keterlibatan berbagai organisasi, para ahli struktur, para ahli kebencanaan, para
ahli medis pra-rumah sakit, dan lain sebagainya. Latar belakang dibentuknya
kawasan ini adalah untuk mengedukasi dan memberikan pengajaran mengenai
perencanaan, wawasan, dan pengalaman melakukan penanggulangan bencana
dan pra bencana dengan berbagai pelatihan dan kursus terintegrasi dalam satu
kawasan. Kompleks yang digunakan pada sepanjang tahun ini memungkinkan
ribuan peserta pada suatu waktu untuk berlatih dalam suasana kebencanaan
yang realistis.Pelatihan yang tersedia dalam guardian centre ini antara lain
adalah,

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pelatihan kendaraan dan Mesin Ekstrakasi

Gambar 2.16. Pelatihan kendaraan dan Mesin Ekstrakasi


Penggunaan dan pengoperasian kendaraan dan mesin yang memenuhi
standar NFPA 1006 yang merupakan persembahan hibrida dari pelatihan
penyelamatan kendaraan dan mesin.

b. Penyelamatan pada Permukaan Air

Gambar 2.17. Pelatihan WaterRescue

Kelas Penyelamatan Air Permukaan yang diajarkan di Guardian Centers,


Georgia adalah kursus yang memenuhi standar NFPA 1006 yang memenuhi dan
melampaui standar yang ditetapkan.

c. Heavy Equipment Rigging Specialist (H.E.R.S)

Gambar 2.18. Pelatihan HERS

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pelatihan keruntuhan struktural untuk menilai dan memitigasi semua


jenis keruntuhan di semua jenis bangunan untuk memfasilitasi operasi rigging
dan derek dalam penyelamatan korban.

d. Advanced Shoring

Gambar 2.19. Advanced Shoring


Advanced Shoring adalah pelatihan gaya keruntuhan struktural menyeluruh
untuk menilai dan mengurangi semua jenis keruntuhan di semua jenis bangunan.

e. Tim Manajemen Bencana – Gempa Bumi

Gambar 2.20. Pelatihan Tim Mnajemen Bencana


Merupakan latihan 48 jam yang dirancang untuk tim manajemen insiden
dengan minimal 100 anggota. Pelatihan ini dirancang untuk melatih kemampuan
untuk memvalidasi proses pemberitahuan, proses penerapan, tanggapan atas
suatu insiden, dan pengembangan Rencana Aksi Insiden untuk periode operasi
awal dalam jangka waktu tertentu. Kursus unik ini menawarkan tantangan
kepada tim manajemen insiden dengan melakukan mobilisasi dan penyebaran
aktual ke lokasi yang ditentukan. Tim harus membuat pos Komando Insiden,
basis operasi, mendukung persyaratan logistik untuk insiden yang sedang
berlangsung, dan mengoordinasi demobilisasi personel.

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Rope Rescue Level I dan II

Gambar 2.21. Pelatihan Rope Rescue


Pelatihan mitigasi dari bencana menggunakan prosedur tali temali sesuai
standar keamanan dengan pengawasan para ahli.

g. Pre-Hospital Trauma Life Support (PHTLS)

Gambar 2.22. Pelatihan PHTLS


Program ini didasarkan pada filosofi perawatan trauma pra-rumah sakit,
menekankan perawatan pasien trauma multi-sistem sebagai entitas unik dengan
kebutuhan khusus. PHTLS mempromosikan pemikiran kritis sebagai landasan
untuk memberikan perawatan yang berkualitas dengan peralatan terbatas (GCG
Course Catalog, 2016).

commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Preseden Taman Edukasi Bencana


Tokyo Rinkai Disaster Prevention Park

Gambar 2.23. Tampak Mata Burung Tokyo Rinkai

Lokasi : Ariake, Koto-ku, Tokyo


Jam Buka : 9:30a.m. to 5:00p.m.(Entry is till 4:30p.m.)
Biaya Masuk : Tidak ada

Gambar 2.24. Siteplan Tokyo Rinkai

Saat terjadi bencana di sekitar Tokyo, taman Tokyo Rinkai ini menjadi
daerah operasi utama dalam penanganan bencana dengan beberapa fasilitas
tanggap daruratnya, antara lain adalah kamp manajemen bencana, lembaga
informasi, ruang koordinator pencegahan adan penangnan bencana, serta
fasilitas bantuan medis yang terhubung dengan pusat medis disekitarnya. Dalam
pengaturan landscapenya, taman ini memiliki beberapa fungsi umum pada ruang
terbuka, diantaranya adalah,

commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Elemen taman Outdoor (Waktu normal)


1) Tempat bertukar pikiran dan sharing antara ahli dan organisasi mitigasi bencana
dengan warga sekitar mengenai kebencanaan
2) Tempat bermain anak yang adaptif terhadap kemungkinan bencana, sehingga
anak secara tidak langsung berlatih proses kemitigasian bencana
3) Menjadi pusat sosialisasi antara warga setempat yang efektif dan penanaman
konsep bahwa tempat ini merupakan area berlindung dna titik pemusatan yang
aman saat terjadinya bencana
4) Pertukaran informasi pencegahan bencana untuk pihak terkait dan pelatihan
anak
5) Pengalaman belajar dan pelatihan langsung bagi pengunjung taman
6) Fungsi alami dari area tepi laut Tokyo, sebagai ruang terbuka hijau bagi kawasan
disekitarnya.
7) Penyediaan informasi dan rekreasi dengan memanfaatkan integrasi kota dan
daerah pesisir yang menarik

commit to user
Gambar 2.25. Dokumentasi Outdoor Taman Edukasi (waktu normal)

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Elemen taman Outdoor (Waktu Kebencanaan)


1) Pembentukan markas untuk saat-saat bencana
2) Menempatkan kantor pusat lokal
3) Pengumpulan informasi pada saat bencana
4) Pusat kumpul terkait melakukan kegiatan darurat medis
5) Sebuah base camp untuk pasukan pertahanan diri, pemadam kebakaran dan
pasukan pendukung area luas seperti polisi dan medis
6) Berbagi informasi dan pelakuan untuk kegiatan medis dan penyelamatan
7) Penyediaan peralatan dan fasilitas untuk pelaksanaan triase

Gambar 2.26. Dokumentasi Outdoor Taman Edukasi (saat bencana)

4. Preseden Museum Informasi Teknologi dan Dokumentasi Bencana


Kobe Earthquake Memorial Museum, Kobe Japan

Gambar 2.27. Kobe Earthquake Museum

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kobe Earthquake Memorial Museum ini menerapkan konsep pemberian


pengalaman mengenai gempa bumi Hanshin-Awaji yang terjadi di tahun 1995
pada generasi menerus sehingga dapat matang dalam menyiapkan antisipasi
bencana kedepannya. Penerapan dalam pemberian pengalaman dengan tampilan
grafis layar, computer, audio, foto dokumentasi, potongan video, model diorama
saat terjadi dan proses rekontruksi pasca bencana, serta peninggalan dari korban
terdampak.

Gambar 2.28. Suasana Penghawaan Kebakaran Gambar 2.29. Penerapan teknologi dalam
dalam Museum memvisualkan kebencanaan

Gambar 2.30. Kelas berbagi pengalaman Gambar 2.31. Visualisasi Runtuhan Gempa
kebencaan menggunakan teknologi

Gambar 2.32. Miniatur Dampak Gempa dalam


Kota

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1) Massa Barat Museum

Gambar 2.33. Massa Barat Museum


Massa barat dominan dalam pemberian pengetahuan umum mengenai bencana
seperti apa dan dampak yang diakibatkan saat Kobe terkena gempa. Museum ini
terbagi menjadi beberapa zona, dimana salah satu zona terdapat Ruang Bimbingan,
merupakan ruang diskuasi mengenai korban yang menceritakan secara langsung
atau masih terkait dengan keluarga korban saat gempa bumi kobe (durasi 30 – 40
menit). Zona 2 merupakan Manajemen Bencana & Aktivitas Mitigasi, berisi
pengetahuan tentang manajemen bencana saat terjadi gempa, berpartisipasi dalam
lokakarya, dan pameran. Zona 3 berisi Memori Gempa Bumi, menampilkan
miniatur gedung maupun segala yang terdampak baik saat maupun pasca
(rekontrusi) bencana. Zona 4 merupakan upaya Menghidupkan kembali Gempa
Bumi, memvisualisasikan dan merasakan pengalaman seperti saat kejadian dengan
berbagai efek pendukung yang ditunjukkan di Great Earthquake Hall (durasi film 7
menit).
(2) Massa Timur Museum

Gambar 2.34. Massa Timur Museum


Massa timur sendiri yang memiliki 5 lantai yang mempresentasikan
keadaan saat gempa berlangsung baik melalui pengindraan mata dan
pendengaran. Terdapat efek teriakan orang, visualisasi gedung runtuh, asap yang
mengepung, dan ledakancommit to user Zona yang lain memberikan tampilan
akibat runtuhan.

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

video mengenai gempa sekaligus pesan yang akan disampaikan mengenai


semangat menguatkan, mengantisipasi, dan sadar baik sesama manusia maupun
alam untuk anak cucu. Terdapat juga miniature mengenai dampak gempa,
maupun pemulihan sesaat setelah gempa. Terdapat pula peninggalan dari korban
yang terkena dampak reruntuhan dan penjelasannya. Pada gedung ini tidak
hanya berisi mengenai gempa namun juga banjir, topan, dan tsunami yang
pernah melanda. Terdapat pula wahana permainan anak yang berhubungan
dengan kebencanaan.
5. Preseden Struktur Tahan Bencana
a. Roponggi Hills Mori Tower

Gambar 2.35. Tampak Depan Riponggi Tower

Bangunan 54 lantai yang berlokasi di Roponggi, Minato, Tokyo ini


termasuk dalam salah satu bangunan tertinggi di Tokyo dengan ketinggian 238
meter. Bangunan yang digunakan sebagai kantor, restoran, dan juga retail ini
terbilang bangunan tahan gempa. Selain perkuatan pipa baja, teknologi peredam
guncangan yaitu oil damper juga digunakan. Bangunan dilengkapi dengan 192
peredam getaran yang berisi cairan peredam. Peredam semi aktif tersebut berisi
minyak kental, ketika bangunan mulai bergetar, peredam akan menyeimbangkan
bangunan. Minyak dalam peredam tergelincir ke arah yang berlawanan dari arah
getaran gempa atau angin sehingga melawan dan meminimalkan goyangan pada
bangunan.

commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.36. Konsep Pereduksi Dampak Bencana

(1) Isolator Seismik


Kombinasi dari dua jenis isolator seismik, bantalan karet laminasi timbal dan
bantalan karet laminasi berkekuatan tinggi, memungkinkan struktur untuk menahan
gaya tarik gempa, mengurangi getaran hingga satu setengah hingga seperempat, dan
mencegah kerusakan pada anggota struktur.

Gambar. 2.37. Konsep Isolator Seismik

commit to user

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2) Peredaman Seismik


Dinding peredaman seismik memiliki inti viskos yang sangat fleksibel dan
disuntikkan ke dalam struktur kotak pelat baja. Ketika pelat baja independen di
dalamnya bergerak, inti memberikan resistansi, sementara peredam minyak
menyerap energi gelombang seismik, untuk mengurangi getaran. Tembok ini efektif
terhadap getaran yang diinduksi angin juga, lebih meningkatkan keamanan dan
kenyamanan gedung.

Gambar. 2.38. Konsep Peredaman Seismik

(3) Tabung Baja Tulang Beton [CFT]


Kolom-kolom ini adalah tabung baja dengan dinding setinggi 36 mm yang
diisi dengan beton berkekuatan tinggi (48 hingga 60 N / mm²). Tabung-tabung baja
menjadi pelinding di luar beton dan mencegah retak dan jatuh, sehingga kolom dapat
mempertahankan kekuatannya.

Gambar. 2.39. Konsep Tabung Baja

commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Laboratorium – Office Fa-Bo

Gambar. 2.40. Tampak Depan Fa-Bo

Bangunan unik ini merupakan sebuah kantor dan laboratorium


Komatsu Seiren, firma tekstil Jepang yang berlokasi di Perfektur
Ishikawa. Bangunan tiga lantai ini dilingkupi dengan lapisan luar 1031
batang karbon fiber yang terpasang dari atap ke tanahnya di berbagai
arahnya. Batang yang kuat dan fleksibel ini dapat melindungi bangunan
dari goncangan gempa bumi. Di dalam lapisan batang tersebut terdapat
layar lain yang terdiri dari 2778 batang yang menambahkan kestabilan
pada bangunannya.

Gambar. 2.41. Tampak Mata Burung Fa-Bo

Ketika gempa bumi terjadi, bangunan akan bergoyang dari sisi


ke sisi. Batangnya tentu akan merenggang lalu menarik kembali
bangunan ke asalnya untuk mencegah bangunan bergoncang. Sebelum
memasang batangan tersebut, Kengo Kuma and Associates sebagai
perancang bangunan menambahkan kekuatan dinding bangunan dengan
jangkar di strukturnya sehingga mencegah bangunan dapat menahan
tegangan tarik dan mencegah tanah naik.
Strukturnya tampak seperti laba-laba raksasa yang membuat
jaring yang tidak bisa dihancurkan, dengan gedung di pusatnya. Ratusan
commit to user
serat karbon membasmi bangunan ke tempat itu. Dihiasi dengan beton

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

minimalis, struktur ini memberikan kekuatan dan stabilitas, elemen-


elemen kunci terhadap kejadian cuaca yang keras seperti gempa bumi.
Bangunan ini berdiri setinggi tiga lantai, melampirkan ruang pameran
dan ruang kerajinan untuk pengunjung, dan diatapi dengan taman atap
yang rapi untuk memanfaatkan hujan.
Serat karbon dan beton yang kuat memastikan kelangsungan
hidup bangunan melalui bahkan gempa yang paling kuat sekalipun.
Sebagai bahan hijau dan berkelanjutan, serat karbon adalah masa depan
yang ringan arsitektur. Serat karbon sangat kuat, mampu menahan berat
lebih dari baja tetapi beratnya 90% lebih sedikit. Untuk mendapatkan
rincian seluk-beluknya, Kuma menggunakan komposit serat karbon
termoplastik yang disebut Rod Batang CABKOMA.

Gambar. 2.42. Implementasi Serat Karbon pada Landscape

Gambar. 2.43. Diagram serat karbon mereduksi getaran seismic horizontal

D. Kesimpulan Preseden
Kesimpulan Preseden Bangunan Pusat Pengurangan Risiko Bencana
Menerapkan konsep yang dibawakan adalah nuansa menyenangkan
commit to user
yang menegangkan. Pendeskripsian mengenai kebencanaan dengan metode

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

visualisasi dokumentasi dan deskripsi bahaya serta penderitaan mengerikan dari


setiap bencana, menggunakan anekdot, statistik, dan grafik.
Alur tur edukasi kebencanaan dimulai dari kebencanaan kebakaran yang
meliputi simulasi dalam ruangan berasap, pergerakan untuk tidak memasukkan
asap, pergerakan pengunjung untuk menghindari kepulan asap dengan melewati
lorong berasap dengan menunduk, pencarian jalan keluar dengan menunduk dan
menggunakan tangan sebagai indra peraba serta pengenalan terhadap tanda
keluar darurat, pelatihan penggunaan tabung fire extinguisher dari posisi tubuh,
pengambilan, pembukaan segel, cara pembawaan, cara penekanan, dan cara
penyemprotan.
Alur kedua adalah kebencanaan Gempa Bumi dan Tsunami yang
meliputi simulasi dalam ruangan bergoyang, membentuk agar tidak pada situasi
panik, perlindungan dengan peralatan terbatas, perlindungan sementara pada
tubuh, pengenalan ruang sehingga tidak berada pada posisi berbahaya akibat
perabot, pelatihan evakuasi dan penutupan peralatan listrik dan gas saat gempa
mulai mereda dan kembali kembali, penolongan pertama terhadap korban
terdekat, dan pengedukasian mengenai furniture berat yang
terpasang/tersambung secara permanen. Alur ketiga adalah kebencanaan pada
saat Evakuasi Asap Kebakaran yang meliputi metode evakuasi melalui lorong
dan penanda, pemantauan melalui cctv. Alur terakhir merupakan kebencanaan
Badai Taifun yang meliputi simulasi penggunaan jas hujan sebagai pelindung,
penggunaan boot khusus dan peralatan pelindung kepala, dan nuansa ruangan
diberikan efek hujan badai dan angina.
Konsep yang ditawarkan pada Preseden ini dapat menarik perhatian yang
dapat memberikan Potensi Kontinuitas Wahana Edukasi Wisata berupa kontrak
berkelanjutan dengan sekolah dan terdapat tawaran paket yang menguntungkan
kedua belah pihak. Selain itu sistem struktur yang diterapkan dapat berupa
batang karbon fiber yang mengikat massa sehingga meredam guncangan saat
terjadi gempa.

commit to user

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Kesimpulan Tinjauan Data

MITIGASI STRUKTURAL

MITIGASI
NONSTRUKTURAL

MITIGASI
NONSTRUKTURAL

commit to user

51

Anda mungkin juga menyukai