Anda di halaman 1dari 22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

TAHUN AJARAN 2017/2018

Sekolah : SMA NEGERI 1 BATU


Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Kelas / Semester : XI IPS / 2 (Genap)
Materi : MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Alokasi Waktu : 5 x 4 JP (@ 45 MENIT)

A. KOMPETENSI INTI
KI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)

3.7. Menganalisis jenis dan Mengidentifikasi Jenis dan karakteristik


penanggulangan bencana alam bencana alam.
melalui edukasi, kearifan lokal, dan 3.7.2. Menunjukkan siklus penanggulangan
pemanfaatan teknologi modern. bencana
3.7.3. Menganalisis persebaran wilayah rawan
bencana alam di Indonesia.
3.7.4. Mengidentifikasi lembaga – lembaga
yang berperan dalam penanggulangan
bencana alam.
3.7.5. Menganalisis penanggulangan bencana
alam melalui edukasi, kearifan lokal,
dan pemanfaatan teknologi modern
3.7.6. Menerapkan partisipasi masyarakat
dalam mitigasi bencana alam di
Indonesia
4.7. Membuat sketsa, denah, dan/atau 4.7.1. Membuat peta potensi bencana wilayah
peta potensi bencana wilayah setempat serta strategi mitigasi bencana
setempat serta strategi mitigasi berdasarkan peta tersebut.
bencana berdasarkan peta tersebut.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:


1. Siswa mampu mengidentifikasi Jenis dan karakteristik bencana alam.
2. Siswa mampu menunjukkan siklus penanggulangan bencana
3. Siswa mampu menganalisis persebaran wilayah rawan bencana alam di
Indonesia.
4. Siswa mampu mengidentifikasi lembaga – lembaga yang berperan dalam
penanggulangan bencana alam.
5. Siswa mampu menganalisis penanggulangan bencana alam melalui
edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi modern
6. Siswa mampu menerapkan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana
alam di Indonesia
7. Siswa mampu membuat peta potensi bencana wilayah setempat serta
strategi mitigasi bencana berdasarkan peta tersebut.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam
 Jenis dan karakteristik bencana alam.
 Siklus penanggu langan bencana.
 Siklus penanggu langan bencana.
 Lembaga-lembaga yang berperan dalam penanggulangan bencana alam.
 Penanggulangan bencana melalui edukasi kearifan lokal dan pemanfaatan
teknologi modern.
 Partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana alam di Indonesia.
 Membuat peta potensi bencana wilayah setempat serta strategi mitigasi
bencana berdasarkan peta tersebut.

Fakta:
 Indonesia dilalui dua jalur pegunungan dunia dan menjadi tempat
pertemuan tiga lempeng besar dunia, hal ini menyebabkan Indonesia
rawan terjadi Bencana Geologi.
 Indonesia terletak di Khatulistiwa dan berada pada posisi silang
diantara dua Benua dan dua Samudra, hal ini menyebabkan Indonesia
rawan terjadi bencana Klimatologis.
 Jumlah dan persebaran penduduk di Indonesia yang banyak menempati
daerah daerah yang rawan bencana semakin menambah fakator
kerentanan bencana.
Konsep:

Prinsip:
• Faktor penyebab bencana alam
• Keseimbangan alam dan lingkungan
• UU RI Nomor 24 tahun 2007
Yang menyatakan bahawa Bencana adalah Peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non
alam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Jadi jika suatu fenomena alam tidak mengganggu kehidupan manusia,
maka itu hanya disebut fenomena alam biasa dan tidak bisa disebut
bencana.
Prosedur:
Langkah – langkah dan upaya mengurangi resiko bencana
1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan
budaya sadar bencana;
3. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana;
4. identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman
bencana;
5. pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
6. pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
7. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan
lingkungan hidup
8. kegiatan mitigasi bencana lainnya.

E. METODE
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Ceramah, penugasan, diskusi, presentasi, kontekstual
3. Model : Inquiry
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Alat : Laptop, spidol, LCD, white board
2. Media : Powerpoint, Video, LKS, Peta
G. SUMBER BELAJAR
Sumber pembelajaran :
1. P. Yasinto Sindhu. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga
2. K. Wardiyatmoko. 2013. Geogrgafi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga
3. Video Tsunami; https://www.youtube.com/watch?v=oWzdgBNfhQU
4. Video longsor: https://www.youtube.com/watch?v=hQ-
PuycUVTY&list=WL&index=9&t=192s
5. Video Gempa:
https://www.youtube.com/watch?v=wQsizdbPngE&t=188s
6. Video Gunung Meletus:
https://www.youtube.com/watch?v=dHgnvOGEWL0&t=99s

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan  Apersepsi (absensi, doa)


 · Pemberian motivasi menggunakan berbagai 10 menit
tayangan dan pertanyaan yang berhubungan dengan
aktivitas manusia dan lingkungan dalam
hubungannya dengan mitigasi dan adaptasi bencana
alam.
 Penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Inti Mengamati:
 Peserta didik diminta membaca buku teks pelajaran
dan sumber lainnya yang memuat ulasan, gambar,
ilustrasi, dan animasi tentang jenis dan karakteristik
bencana alam, sebaran daerah rawan bencana alam di
Indonesia, 70’
 Peserta didik diminta untuk mengamati tayangan
video yang terkiat dengan mitigasi dan adaptasi
bencana alam.
Menanya:
 Peserta didik diminta mengajukan pertanyaan dan
hipotesis (perorangan atau kelompok) tentang jenis
dan karakteristik bencana alam, sebaran daerah
rawan bencana alam di Indonesia,
 Peserta didik diminta membuat pertanyaan setelah
mengamati tayangan video tentang mitigasi dan
adaptasi bencana alam.

Mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi):


 Peserta didik ditugasi untuk berdiskusi kelompok
tentang langkah mitigasi dan adaptasi bencana alam
(gempa, gunung api meletus, banjir, atau bentuk
bencana lainnya) jika terjadi di daerahnya, atau
 Peserta didik ditugasi untuk mencari informasi
tentang daerah rawan bencana alam dan strategi
mitigasinya
Mengasosiasi:
 Peserta didik diminta untuk menganalisis informasi
dan data yang diperoleh baik dari bacaan maupun
sumber terkait untuk mendapatkan kesimpulan
tentang karakteristik dan persebaran bencana alam di
Indonesia.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik diminta untuk mengomunikasikan hasil
diskusi yang telah dilakukan
3. Penutup  Post tes berupa tes tertulis tentang upaya
pengurangan bencana dan daerah rawan bencana. 10’
 Guru menginformasikan materi pada pertemuan
berikutnya

Pertemuan kedua
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan  Apersepsi (absensi, doa)


 Pemberian motivasi menggunakan berbagai 10 menit
tayangan dan pertanyaan yan berhubungan dengan
mitigasi bencana dan manfaat mitigasi bencana serta
lembaga penanggulangan bencana alam
 Penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Inti Menanya:
 Peserta didik diminta mengajukan pertanyaan dan
hipotesis (perorangan atau kelompok) tentang
kelembagaan penanggulangan bencana alam,
mitigasi bencana dan manfaat mitigasi bencana.
Mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi): 70’
 Peserta didik diminta untuk mengumpulkan berita
yang dimuat di koran atau majalah kemudian
dipamerkan di kelas sehingga peserta didik dapat
bertukar informasi tentang kelembagaan
penanggulangan bencana alam, mitigasi bencana dan
manfaat mitigasi bencana.
Mengasosiasi:
 Peserta didik diminta untuk menganalisi data yang
telah diperoleh mengenai peran kelmbagaan yang
diperoleh.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik diminta untuk mengomunikasikan hasil
analisis tentang kelembagaan penanggulangan
bencana alam, dan manfaat mitigasi bencana bentuk
tulisan mapun lisan yang dilengkapi dengan gambar
dan ilustrasi.
3. Penutup  Peserta didik dibawah. bimbingan guru merefleksi
penguasaan materi yang telah dipelajari. 10’

Pertemuan ketiga
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan  Apersepsi (absensi, doa)


 Pemberian motivasi menggunakan berbagai tayangan 10 menit
dan pertanyaan yang berhubungan dengan langkah
langkah mitigasi dan jalur evakuasi
 Penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Inti Mengamati:
 Peserta didik diminta untuk mengamati tayangan
video yang terkiat dengan pentingnya jalur evakuasi
Menanya:
 Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya
terkait video yang telah diamati 70’
Mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi):
 Peserta didik mengeksplorasi jalur evakuasi yang
tepat yang digunakan apabila ada bencana di tempat
sekitar sekolah)
Mengasosiasi:
 Peserta didik menganalisis keterkaitan antara bentuk
permukaan bumi setempat dengan jenis ancaman
bencana alamnya.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik diminta mengomunikasikan rencana
evakuasi ketika bencana alam terjadi di daerahnya.
3. Penutup  Peserta didik dibawah. bimbingan guru merefleksi
penguasaan materi yang telah dipelajari dengan 10’
membuat catatan penguasaan dan simpulan materi.

Pertemuan keempat
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan  Apersepsi (absensi, doa)


 Pemberian motivasi menggunakan berbagai tayangan 10 menit
dan pertanyaan yang berhubungan dengan peranan
mitigasi dan contoh kasus mitigasi bencana
 Penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Inti Mengamati:
 Peserta didik diminta untuk mengamati tayangan
video yang terkiat dengan peranan mitigasi dan
contoh kasus mitigasi bencana..
Menanya:
 Peserta didik diminta membuat pertanyaan setelah 70’
mengamati tayangan video tentang mitigasi dan
adaptasi bencana alam.
Mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi):
 Peserta didik ditugasi untuk berdiskusi kelompok
tentang langkah mitigasi dan adaptasi bencana alam
(gempa, gunung api meletus, banjir, atau bentuk
bencana lainnya) jika terjadi di daerahnya,
Mengasosiasi:
 Peserta didik menganalisis keterkaitan antara bentuk
permukaan bumi setempat dengan jenis ancaman
bencana alamnya.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik diminta untuk membuat rencana
pemberian bantuan kepada korban bencana alam
baik penggalangan dana, pengiriman bahan pangan
dan obat-obatan, maupun pengiriman tenaga
sukarelawan. Rancangan yang telah disusun
dikomunikasikan di depan kelas.
3. Penutup  Peserta didik dibawah. bimbingan guru merefleksi
penguasaan materi yang telah dipelajari dengan 10’
membuat catatan penguasaan dan simpulan materi.
I. PENILAIAN
I.1 Jenis dan Teknik Penilaian
Proyek:
Peserta didik diberi tugas membuat model langkah-langkah evakuasi
dan menentukan jalur evakuasi ketika bencana alam terjadi di daerahnya.
Observasi:
Peserta didik mengamati buku teks pelajaran dan sumber lainnya yang
memuat ulasan, gambar, ilustrasi, dan animasi tentang jenis dan karakteristik
bencana alam, sebaran daerah rawan bencana alam di Indonesia, upaya
pengurangan resiko bencana alam dan kelembagaan penanggulangan bencana
alam.
Portofolio:
Peserta didik membuat kliping
Tes:
 Menilai pemahaman peserta didik dalam penguasaan materi tentang
Jenis dan karakteristik ,sebaran daerah rawan bencana alam di
Indonesia
 Menilai pemahaman peserta didik dalam penguasaan materi tentang
usaha pengurangan resiko bencana alam serta kelembagaan
penanggulanganbencanaalam
Bentuk tes: dapat berupa pilihan ganda, tes uraian serta rubrik.

Batu, 22 Desember 2017


Mengetahui
Kepala SMAN 1 Batu Guru Geografi

Drs. Suprantiyo, M.M Drs. Bonari .


NIP.195909231987031009 NIP.196310302007011004
1. Penilaian Pengetahuan

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

Pilihan Ganda :
1. Perhatikan beberapa jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di
Indonesia berikut ini....
1. Gempa Bumi
2. Banjir
3. Gunung meletus
4. Angin puting beliung
5. Tanah Longsor
Dari jenis bencana alam di atas yang merupakan bencana alam geologis
adalah...
A. 1,2,3
B. 1 dan 3
C. 3,4,5
D. 4 dan 5
E. 1,2,3,4,5
2. Pola gerakan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang
konvergen mengakibatkan terbentuknya busur gunung api di Indonesia.
Dampak fenomena tersebut tersebut bagi Indonesia adalah…
A. Umumnya hutan di Indonesia berjenis hutan hujan tropic
B. Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas lautan
C. Sering terjadi gempa dan gunung meletus
D. Memiliki sumber daya alam hayati yang melimpah
E. Sering terjadi bencana banjir dan kekeringan
3. Berikut ini merupakan fungsi waduk yang terkait dengan pengendalian
bencana alam yaitu....
A. Waduk sebagai tempat rekreasi yang murah
B. Waduk sebagai PLTA
C. Waduk sebagai pusat pengendali Tata air
D. Waduk sebagai tempat yang baik untuk pengembangan perikanan
E. Waduk sebagai tempat pengembangan olah raga air
4. Tindakan terbaik yang harus dilakukan saat berada di dalam ruangan /
bangunan bila terjadi gempa adalah…
a. Menelepon pihak berwajib untuk memberitahu telah terjadi gempa
b. Berteriak dengan kencang meminta tolong pada orang lain
c. Diam ditempat hingga gempa berakhir dan bersikap tenang
d. Berlindung di bawah meja atau benda kokoh
e. Secepatnya keluar gedung dengan menggunakan lift
5. Di daerah B memiliki daerah peresapan air hujan yang luas, sedangkan di
daerah C hampir separuh lahan di gunakan sebagai daerah terbangun. Pada
waktu musim kemarau daerah C mengalami kekeringan, sedangkan di
daerah B tidak mengalami kekeringan. Perbedaan dampak yang dialami
oleh dua daerah tersebut karena ....
a. Di daerah B air hujan tidak dapat terserap ke tanah akibat banyaknya
lahan terbuka hijau yang dijadikan sebagai lahan terbangun
b. Di daerah C air hujan dapat terserap ke tanah akibat jumlah vegetasi
yang kurang
c. Di daerah B air hujan tidak dapat terserap ke tanah akibat jumlah
vegetasi yang kurang
d. Di daerah B air hujan dapat terserap ke tanah akibat banyaknya lahan
terbuka hijau yang dijadikan sebagai lahan terbangun
e. Di daerah C air hujan tidak dapat terserap maksimal karena lahan
banyak digunakan sebagai area terbangun

Lembar Kegiatan Siswa Mitigasi Bencana di Sekitar

1. Amati daerah sekitar rumah dan sekolah anda yang rawan terhadap
bencana, seperti gempa, banjir, tanah longsor
2. Buatlah Peta Mitigasi Bencana (Peta Resiko didaerahmu) yang
mengidentifikasi lokasi rawan bencana dan Peta jalur Evakuasi !
3. Cari Informasi langkah- langkah yang akan di lakukan bagi pemangku
jabatan/kapasitas daerah setempat jika bencana tersebut terjadi !
4. Buatlah Iklan layanan masyarakat yang digunakan untuk lingkungan
tempat tinggalmu !
Penilaian Sikap
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI IPS / 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Waktu Pengamatan : Pada saat proses pembelajaran
Topik : Mitigasi Bencana Alam
Indikator Pengembangan Sikap : Kepedulian, disiplin, toleran dan tanggung
jawab

1. BT (Belum Tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-


sungguh dalam menyelesaikan tugas
2. MT (Mulai Tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten
3. MB (Mulai Berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten
4. MK (Membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten
Observasi
Berikan nilai 1,2,3 atau 4 pada kolom-kolom sesuai pengamatan
Sikap Penilaian
No Nama Tanggung Rata-rata
Peduli Disiplin Toleran Predikat
Jawab Skor
1
2
3
Dst

Keterangan Skor :
1 = Kurang
2 = Sedang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
2. Penilaian Keterampilan
a. Tes Praktik

LEMBAR KINERJA PRESENTASI


Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI IPS /1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2016/2017
Waktu Pengamatan : Pada saat proses pembelajaran
Topik : Mitigasi Bencana Alam
Kinerja Presentasi
Jumlah
No Nama Kebenaran Penyajian Visual Nilai
Kreativitas Skor
Substansi Materi Grafis
1
2
3
Dst

Keterangan Skor :
1 = Kurang
2 = Sedang
3 = Baik
4 = Sangat Baik

Batu, 22 Desember 2017


Mengetahui
Kepala SMAN 1 Batu Guru Geografi

Drs. Suprantiyo, M.M Drs. Bonari .


NIP.195909231987031009 NIP.196310302007011004
Lampiran

RINGKASAN MATERI

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia yang menimbulkan korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut
definisi tersebut terdapat beberapa sebab yang dapat menimbulkan bencana,
sehingga menurut asalnya bencana dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1.Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Bencana alam
bersifat alamiah tanpa ada campur tngan manusia, sehingga lumpur lapindo bukan
merupakan bencana alam.

2.Bencana Nonalam
Bencana Nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3.Bencana Sosial
Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas kelompok, juga terorisme.
Jenis-jenis Bencana Alam

Bencana alam ada banyak sekali jenisnya, namun secara umum dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu bencana alam geologi, bencana alam, meteorologi, dan
bencana alam ekstra-terestial. Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Bencana Alam Geologis

Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan


bumi seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor.

2. Bencana Alam Klimatologis

Bencana alam meteorologi/hidrometeorologi merupakan bencana alam


yang berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada
suatu tempat yang khusus.

Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia


seperti banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi
sekarang ini adalah terjadinya pemanasan global.

3. Bencana Alam Extra-Terestrial

Bencana alam ekstra-terestial merupakan bencana alam yang terjadi di luar


angkasa. Bencana dari luar angkasa adalah datangnya berbagai benda langit
seperti asteroid atau gangguan badai matahari.

Meskipun dampaknya berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid


kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga bisa menimbulkan untuk
menabrak bumi.

Selain itu ada juga bencana alam hidrologis seperti intrusi air laut
(masuknya air laut ke dalam air tanah seperti yang terjadi di Kota Surabaya) dan
abrasi di pantai.

Ada juga bencana alam Biologis yang disebabkan oleh serangan makhluk
hidup, seperti serangan tomcat yang melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu,
hama wereng juga termasuk dalam kategori bencana ini
Mitigasi Bencana

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa pengertian


mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Berdasarkan pengertian di atas mitigasi bencana terbagi menjadi dua


macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. berikut
penjelasannya,

a) Mitigasi Struktural

Mitigasi strukural adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan bencana


yang dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik serta dengan
menggunakan pendekatan teknologi.

Contoh dari mitigasi struktural adalah pembuatan kanal khusus untuk


pencegahan banjir, alat pendeteksi akitivitas gunung yang masih aktif, bangunan
yang tahan gempa, dan juga alat pendeteksi dan peringatan jika terjadinya
gelombang Tsunami.

b) Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non –struktural adalah serangkaian upaya mengurangi dampak


bencana selain dari mitigasi struktural. Seperti upaya pembuatan kebijakan dan
pembuatan suatu peraturan.

Contoh dari mitigasi non struktural adalah pembuatan Undang-Undang


Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota yang baik, capacity building
masyarakat, ataupun menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna untuk
menambah pengetahuan masyarakat.

Tahap penanganan Bencana

Berdasarkan siklus waktunya, penanganan bencana terdiri atas 4 tahapan


sebagai beriku:
Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk
mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan sebelum
bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan
bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau,
penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa
Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian
bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan
korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya
mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.

Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan


bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana
penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan
korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.

Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti


semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal
sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak.
Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana yang
dilakukan.

Penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan lokal dan teknologi


modern

Terkait hal kebencanaan, memang pemerintah sudah mempunyai Badan


Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas), ataupun TNI,
Polri, serta Organisasi – Organisasi, komunitas – komunitas yang bergerak dalam
bidang kebencanaan maupun bidang kemanusiaan. Namun mengingat Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke dan terletak diantara dua Samudera, dua Benua, sangat penting sekali
mengajarkan ataupun mensosialisasikan pendidikan kebencanaan.

Pendidikan kebencanaan melingkupi banyak hal yang penting dalam


kehidupan masyarakat. misalnya saja, pendidikan mitigasi bencana, antisipasi
bencana, potensi becana di suatu daerah, atau sejarah bencana yang pernah terjadi
sebelumnya. Menerangkan dampak bencana terhadap masyarakat, dan bagaimana
menyelamatkan diri sendiri maupun individu yang sedang mengalami musibah
kebencanaan, mengingat bencana tak tahu pasti kapan datangnya namun melalui
pedidikan inilah kita pbisa mengantisipasi dan mengurangi resiko bencana yang
akan terjadi, selain itu pemerintah melalui badan – badan di bidang kebencanaan,
antariksa, geologi, maupun fisika juga memberikan informasi seputar keadaan
bumi yang kita tinggali ini. Adanya pendidikan bencana tidak menutup
kemungkinan bahwa dampak dari suatu bencana akan hilang, namun pendidikan
bencana paling tidak bisa mengurangi resiko kebencanaan yang terjadi entah
bencana alam maupun non-alam.

Sesungguhnya masyarakat Indonesia diwarisi dengan pengetahuan dari


berbagai peristiwa alam yang kerap terjadi. Karena posisi geografis dan
geologisnya yang tepat di atas pertemuan tiga lempeng samudra yang terus
bergerak dan sering bertumbukan, menyebabkan gempa dan tsunami kerap terjadi.
Kondisi wilayah Indonesia dengan banyaknya gunung api baik yang aktif maupun
yang sedang tertidur, memberikan banyak pengalaman empiris kejadian letusan
yang membawa korban. Dari pengalaman ini masyarakat lokal umumnya
memiliki pengetahuan lokal dan kearifan ekologi dalam memprediksi dan
melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya. Pengetahuan lokal tersebut
diperoleh dari pengalaman yang kaya akibat berinteraksi dengan ekosistemnya.
Sebagai contoh, masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa
Tengah, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya letusan. Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat disana
biasanya membaca tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti turunnya
hewan-hewan dari puncak atau keluar dari rimbun hutan, burung-burung atau
hewan lainnya mengeluarkan bunyi suara yang tidak biasa, atau adanya pohon-
pohon di sekeliling kawah yang kering dan mati layu.

Pendidikan dini mitigasi

Dalam UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana mitigasi


bencana didefinisikan sebagai sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Namun dalam implementasinya ke
masyarakat masih sangat minim akibatnya masyarakat terutama di wilayah rawan
bencana belum memiliki pengetahuan memadai akan kebencanaan dan tidak
mempunyai kemampuan adaptif dengan keadaan dan proses pemulihan pasca
bencana. Pengetahuan masyarakat tentang kearifan lokal terasa semakin menurun
karena kurang sosialisasi dan pembinaan. Karena itu peningkatan kesadaran dan
pemberdayaan masyarakat sangat mutlak diperlukan. Seiring dengan itu,
penggalian terhadap kearifan lokal sangat diperlukan karena memberikan
pemahaman dan panduan dalam lingkup tradisi lokal bagaimana menjalani
kehidupan sehari-hari, termasuk pengetahuan ciri-ciri bencana dan larangan
melakukan kegiatan yang merusak lingkungan atau keseimbangan ekosistem.
Menggali potensi kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat Nias dapat
dilakukan dengan melalui pendekatan partisipatif serta melibatkan dukungan
banyak pihak seperti budayawan, sosiolog, tokoh masyarakat dan pendidik.

Kearifan lokal yang mulai kurang dikenal dan dihayati dapat diformat
dalam bahasa publik, bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Budaya mitigasi
berbasis kearifan lokal perlu dibangun sejak dini dalam diri setiap elemen
masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya sehingga dapat
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Dalam hal ini, mitigasi
dibangun bukan pula hanya sebagai sistem peringatan dini tetapi ia menjadi
sebuah budaya dalam perilaku masyarakat. Langkah efektif yang bisa dilakukan
antara lain adalah melalui pembekalan kepada masyarakat baik melalui
pendidikan di bangku sekolah maupun pelatihan kepada masyarakat umum.
Pengetahuan tentang kebencanaan seyogianya menjadi muatan lokal di wilayah
yang paling rawan gempa. Pendidikan di sekolah bagi siswa sangat strategis untuk
menanamkan pengetahuan tentang kebencanaan sejak usia dini dan sosialisasi
tentang kearifan lokal yang dimiliki daerah tersebut. Sekolah adalah sarana yang
efektif, dimana dengan peran guru terhadap murid mampu mendorong
terbangunnya budaya mitigasi dalam lingkup sekolah dan keluarga.

Sesungguhnya banyak cara kreatif untuk melakukan sosialisasi,


diantaranya melalui pelatihan, penyuluhan dan simulasi. Materi yang
disosialisasikan berupa panduan yang sifatnya sederhana sehingga mudah
dipahami, mudah dibuat, dan dikemas menarik perhatian sesuai dengan daya
tangkap masyarakat. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
pengetahuan dan teknologi lokal, serta kelembagaan lokal yang mereka miliki
akan lebih mudah bila dapat dikomunikasikan dengan bahasa yang mereka
pahami.

Upaya lainnya dalam penguatan peran pemangku kepentingan lainnya


seperti pemda dalam penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui pemberian
pelatihan kepada aparatnya yang mencakup pemahaman mengenai kebijakan yang
mengatur tentang pengelolaan kebencanaan saat dan pasca bencana, memberikan
pelatihan menggunakan perangkat-perangkat sistem peringatan dini, atau
mendukung usaha preventif kebencanaan lainnya. Membangun kesiapsiagaan
dalam menghadapi dan pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara
menyeluruh dan terus menerus dengan komitmen penuh. Sudah saatnya pula kita
pula belajar menghargai, itikad baik untuk memelihara lingkungan dan upaya
positif masyarakat dalam mitigasi dapat diberi perhatian dan dukungan karena
telah berkontribusi bagi kepentingan banyak orang. Ini sangat efektif dalam
membangun budaya mitigasi, dan disinilah kebersamaan itu memiliki arti yang
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai