Anda di halaman 1dari 4

Melemang

Hujan yang turun tadi sore telah membasuh seluruh kota, kini malam yang masih
mentah ditaburi titik-titik lebut air. Angin sesekali berhembus menyusupkan rasa dingin
sampai ke tulang. Cantik dan indah dua kata yang sangat pas untuk menggambarkan
keindahan kota pada malam hari.

“Killa... waktunya untuk tidur!” teriakan mama membuyarkan lamunannya


“iya ma...” jawabnya dengan lembut

Syakilla Azzahra seorang gadis berusia 15 tahun yang baru menginjak bangku SMA.
Orang-orang sering memanggilnya Killa. Desa Karang Raja, nama tempat itu sudah tidak
asing lagi ditelianganya. Bagaimana mungkin dia lupa nama tempat itu, sedangkan tempat itu
yang menjadi saksi kehidupan masa kecilnya. Malam ini menjadi malam yang sangat panjang
bagi Killa karena ia tidak sabar untuk ke sana.

Tok... tok..., suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan. “Killa, Mama boleh masuk?”
“Iya ma”
“Barang-barang kamu udah siap?”
“Beres ma, semuanya udah lengkap hehe” Jawabnya ditambah dengan cengiran khas miliknya
“Heem... seneng banget kayaknya liburan besok” goda mamanya
“Iya dong besokkan liburan ke rumah nenek”
“ Eits... tapi inget kamu izin libur jadi tugas-tugas dari sekolah harus selesai dibuat oke!”
“Oke maaa” sambil mengacungkan kedua jempolnya
“Udah, sekarang kamu tidur besok harus bangun pagi-pagi jangan sampai kesiangan, nanti
mama tinggal loh”
“Siap bos”

***

Suara bising klakson saling bersautan di tengah kemacetan dan panasnya mentari tidak
menjadi alasan untuk orang-orang berhenti beraktivitas. Killa yang mulai tidak nyaman
dengan kemacetan semakin tidak sabar untuk cepat-cepat sampai ke tujuan.

“Sampainya masih lama pa?” tanya Killa


“Sebentar lagi Killa” Jawab ayah Killa
Di dalam mobil tidak banyak percakapan hangat yang terlontar dari mulut keluarga
kecil itu, hanya pertanyaan-pertanyaan Killa yang terus berulang-ulang beberapa menit sekali
“kapan sampai ketujuan?” sepanjang perjalanan. Beberapa jam perjalanan kemudian,
keheningan menerpa mereka, 6 jam berada di dalam mobil membuat Killa lelah dan bosan.
Di tengah lamunannya Killa terkesima dengan apa yang dilihatnya matanya terbelalak
melihat pemandangan desa Karang Raja yang indah ditambah dengan hamparan sawah yang
membentang luas yang sudah menguning, membuatnya tidak sabar untuk turun.
Sesampainya di rumah nenek Killa langsung berlari menghampiri nenek untuk
bersalaman serta berpelukan kepada nenek yang sangat ia sayangi itu. Tidak lupa ia juga
bersalaman dengan paman dan bibinya yang sudah duluan sampai.
“Bibi, dimana Syifa?” tanya Killa
“Oh... tadi Syifa udah keluar duluan, mungkin ke arah sawah”
“Oke, makasih infonya bi”
Setelah menaruh tasnya, Killa buru-buru pergi ke sawah yang ia lihat tadi. Matanya
selalu berbinar-binar saat melihat pemandangan desa.

“Killa!” terdengar teriakan seorang perempuan yang membuat Killa otomatis menoleh ke arah
suara teriakan itu. Perempuan itu berlari menghampiri Killa sambil melentangkan kedua
tangannya.
“Syifa” sahut Killa. Killa pun juga melentangankan tangannya menyambut pelukan hangat
perempuan itu, sangkin senangnya Killa berjingkrak kegirangan.
“Kamu kapan sampai?” Tanya Killa sambil melepaskan pelukan
“Aku sudah sampai dari tadi pagi, kamu sih lama banget”
“Hehehe, sorry biasalah jalanan kota macet banget”
“Huh... mulai deh” kesal perempuan itu.
Mereka pun berbincang-bincang di saung pinggir sawah, sampai mereka lupa waktu.
“eh hampir petang, gara-gara keasikan ngobrol” ucap Killa
“Ya udah kita balik dulu tempat nenek, mungkin sudah banyak orang disana”

***

Sepanjang jalan pulang, mereka melihat orang-orang sangat antusias dan bergotong
royong untuk menyambut acara yang diadakan 1 tahun sekali itu, masing-masing rumah
sudah mempersiapkan pembakaran lemang di depan rumah mereka.
Sesampai di rumah nenek sudah banyak sanak saudara yang berkumpul di depan
rumah untuk bersiap membakar lemang Tradisi melemang merupakan tradisi turun menurun
dan sangat melekat dengan warga desa Karang Raja Muara Enim. Melemang dilaksanakan
oleh masyarakat Karang Raja setiap 10 Muharram untuk memperingati tahun baru Islam
sembari ucapan kepada Allah Subhannahu wa Ta”alla yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya berupa hasil bumi yang berlimpah ruah untuk seluruh warga desa Karang Raja.

“Udah ah... ayok kita bantuin mereka aja, nggak enak kalo cuma diem di sini” ajak Syifa
sambil bergegas ke halaman rumah nenek

Killa dan Syifa segera membantu. Killa mencuci ketan hitam dan putih yang merupakan
bahan utama lemang sedangkan Syifa mempersiapkan isian lemang. Isian lemang beraneka
ragam di mulai dari kelapa parut, pisang, labu bahkan ada juga yang durian. Walaupun
membakar lemang membutuhkan waktu yang lama tidak ada satu wargapun yang terlihat
mengeluh bahkan setiap masuk waktu sholat warga kompak sholat berjamaah terlebih dahulu
dan setelah itu melanjutkan lagi kegiatan mereka masing-masing. Sampai berkumandangnya
azan Isya semua warga Karang Raja beristirahat sebentar dan segera melaksanakan sholat
Isya.
“Shifa aku udah nggak sabar makan lemang” seru Killa
“Sama, ku juga udah nggak sabar, apalagi udah lama banget nggak makan lemang. Kalo di
tempatku ada sih yang jual lemang, tapi cuma sekedar jualan bukan kayak tempat nenek gini,
rasanya juga beda banget. Pokoknya enak di sini”
“Bener banget Syif” sahut Killa

***

Setelah sholat Isya semua orang-orang berkumpul di depan rumah masing-masing untuk
segera menyantap lemang yang telah mereka buat tadi. Lemang yang sudah jadi ada yang
dibagikan pada siapapun yang datang ke desa Karang Raja baik sanak saudara ataupun bukan.
Killa dan Shifa langsung menyerbu lemang yang di depan mata mereka. Killa sangat suka
dengan lemang ketan putih dengan isian kelapa sedangkan Shifa sangat suka dengan lemang
hitam dengan isian pisang. Sambil memakan lemang, mereka berdua sambil mengobrol
dengan nenek mereka.
“Bagaimana Syifa Killa, enak gak lemangnya? Tanya nenek
“Enak banget nek” sahut Killa. Sedangkan Syifa hanya mengacungkan jempolkan tanda
setuju apa yang dikatakan Killa.
“Dulu setiap tahun, semua orang pasti membuat lemang. Banyak tetangga yang berkumpul di
lapangan untuk memperingati tahun baru Islam. Nenek bersyukur sekali, di desa ini budaya
yang di wariskan dari nenek moyang kita terdahulu masih terjaga dan dilaksanakan setiap
tahunnya. Yang nenek khawatirkan adalah anak cucu nenek nanti apakah nanti akan
meneruskan tradisi yang sudah menjadi identitas desa Karang Raja ini? Apalagi
perkembangan zaman berseta kesibukan yang membuat semua orang jadi melupakan adat
istiadat mereka.” ujar nenek
Nenek menatap kami satu-persatu cucunya dan mengungkapkan harapannya “kalian
adalah harapan bangsa ini. Sesibuk apapun kalian jangan pernah melupakan budaya, cintailah
dan lestarikanlah budaya Indonesia jangan pernah membuatnya budaya dan tradisi kita yang
kaya ini sedikit-sedikit hilang seakan-akan ditelan samudra. Kalau bukan generasi muda
seperti kalian siapa lagi yang akan meneruskan tradisi serta budaya yang kita miliki ini.”
Kami tersenyum mendengar pesan nenek. Menurut kami benar yang dikatakan nenek
generasi mudalah yang harus menjaga semua tradisi dan budaya Indonesia. Perkembangan
dan kemajuan teknologi memanglah penting tetapi itu bukan menjadi kita meninggalkan
warisan dari nenek moyang kita yang merupakan identitas dari Indonesia itu sendiri. Mulai
sekarang kami akan melestarikan budaya beserta tradisi yang ada dan tidak melupakannya.

Anda mungkin juga menyukai