Anda di halaman 1dari 11

BioEdu

Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi


Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

VALIDITAS LKPD PENGAMATAN ANGIOSPERMAE DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA


HERBARIUM UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PESERTA DIDIK KELAS X
The Validity of Observation Student Worksheets on Angiospermae Topic by Using Herbarium Media to
Train Science Process Skills of Grade X Students

Dinda Dwi Pratiwi


Program studi S1 Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya
Gedung C3 Lt. 2 Jalan Ketintang, Surabaya 60231
email: dindapratiwi16030204036@mhs.unesa.ac.id

Rinie Pratiwi Puspitawati dan Eva Kristinawati Putri


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Gedung C3 Lt.2 Jalan Ketintang, Surabaya 60231
email: riniepratiwi@unesa.ac.id dan evaputri@unesa.ac.id

Abstrak
Keterampilan proses dasar merupakan keterampilan mendasar yang perlu dikuasai peserta didik untuk
melakukan penelitian dalam memenuhi tuntutan pembelajaran abad 21 yang dapat dilatihkan dengan menekankan
kegiatan pengamatan atau penyelidikan sebagai pengalaman belajar langsung untuk penemuan konsep secara mandiri.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan LKPD pengamatan dan media herbarium untuk
melatihkan keterampilan proses dasar dalam mendukung pembelajaran angiospermae dengan mengenalkan ciri
morfologi yang khas dari beberapa famili tumbuhan obat familiar yang valid berdasarkan hasil validitas. Jenis
penelitian ini menggunakan model pengembangan R & D (Research and Development) yang selanjutnya kedua produk
divalidasi oleh tiga validator, yaitu dosen biologi ahli materi, dosen biologi ahli media dan guru biologi SMA
menggunakan instrumen berupa lembar validasi. Validitas LKPD pengamatan dinilai berdasarkan kesesuaian aspek
yang dimuat yaitu aspek penyajian (syarat teknis), aspek isi (syarat didaktik), aspek kegiatan pembelajaran dalam
melatihkan keterampilan proses dasar antara lain keterampilan mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,
menginferensi dan mengomunikasi, serta aspek kebahasaan (syarat konstruksi), sedangkan validitas media herbarium
dinilai berdasarkan aspek penampilan, aspek kesesuaian dengan pembelajaran dan aspek kepraktisan penggunaan. Data
hasil validasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil validasi menunjukkan bahwa LKPD pengamatan
angiospermae dan media herbarium yang dikembangkan sangat valid digunakan untuk melatihkan keterampilan proses
dasar dengan perolehan skor keseluruhan berturut-turut sebesar 3,73 dan 3,62, sehingga dapat dinyatakan layak yang
ditinjau dari aspek validitas.
Kata kunci: Keterampilan proses dasar, Validitas, LKPD Pengamatan, Herbarium, Angiospermae

Abstract
Basic process skills are fundamental skills that students need to research in the demands of 21st century learning
that can be trained by emphasizing observation activities as a direct learning experience for concept discovery
independently. The research aimed to produce observation student worksheets and herbarium media to train basic
process skills to support learning on angiospermae topic with introducing the unique morphological characteristic of
some familiar medicinal plant families based on validity results. This type of development research used the R & D
(Research and Development) model and then two product were validated by the three validators, consisting of Biology
lecturer of material expert, Biology lecturer of media expert and senior high school Biology teacher using validation
sheets. The validity of observation student worksheets was assessed based suitabillity of the aspects contained, namely
presentation, content, learning activities to train basic process skills included observing, classifying, predicting,
inferring and communicating, as well as linguistic aspects, while the validity of herbarium media was assessed based
appearance, suitabillity with learning, and practical use aspects. The validation data was analyzed in descriptive
quantitative manner. The validation results showed that observation student worksheets on angiospermae topic and

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 49


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

herbarium media were developed with a very valid category to train the basic process skills with the overall score in
order of 3.73 and 3.62, so that it could be declared feasible in terms of aspects of validity.
Keywords: Basic process skills, Validity, Observation student worksheets, Herbarium, Angiospermae.

pembelajaran biologi masih belum dilatihkan secara


PENDAHULUAN optimal dan menyeluruh (Depdiknas, 2003; Ratnasari
Keterampilan proses merupakan keterampilan dkk., 2017). Selama ini masih banyak peserta didik
yang diperlukan peserta didik dalam melakukan suatu menggunakan metode hafalan untuk memahami konsep
penelitian untuk menemukan dan mengkomunikasikan biologi seperti halnya dalam mengingat ciri atau
hasil temuannya (Hosnan, 2014). Menurut Permendikbud karakteristik, persamaan maupun perbedaan suatu objek
No. 104 Tahun 2014 dalam Kurikulum 2013, serta bioproses yang terjadi.
keterampilan proses digolongkan atas dua macam, yaitu Berdasarkan Kurikulum 2013, pengajaran biologi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terhadap materi plantae khususnya pada submateri
terintegrasi. Penguasaan keterampilan proses sangat angiospermae dipilih karena memiliki cakupan materi
dituntut dalam pembelajaran abad 21 yang dikarenakan yang luas mengenai keanekaragaman tumbuhan tertinggi
keterampilan tersebut memiliki pengaruh yang lebih di bumi dengan ciri morfologi yang bervariasi sehingga
besar terhadap pengembangan keterampilan mental penting untuk dipelajari. Menurut Permendikbud No. 37
peserta didik seperti berpikir kritis, pengambilan Tahun 2018, submateri angiospermae tercantum dalam
keputusan dan penyelesaian suatu masalah dengan KD 3.8 yaitu “Menggolongkan tumbuhan ke dalam
menggunakan metode ilmiah agar dapat dipraktikkan divisinya berdasarkan ciri umum yang dimiliki dengan
dalam kehidupan sehari-hari (Damopoli dkk., 2018). mengkaitkan peranannya dalam kehidupan” dan KD 4.8
Mengingat keterampilan proses sangat penting yaitu “Menuliskan data hasil pengamatan ciri morfologi
bagi peserta didik, maka perlu dilatihkan melalui dan analisis kekerabatan fenetik dan filogenetik
pembelajaran berbasis keterampilan proses dengan tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan”. Agar
menekankan kegiatan penyelidikan atau pengamatan tuntutan dari kedua KD tersebut dapat tercapai dalam
sebagai pengalaman belajar langsung dengan melibatkan pembelajaran, maka peserta didik perlu untuk dilatihkan
pemikiran dan panca indera mereka. Adanya keterampilan proses dasar secara penuh meliputi
pengalaman-pengalaman yang dilatihkan tersebut secara keterampilan mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,
berkelanjutan dapat mengembangkan keterampilan menginferensi dan mengomunikasi dengan menekankan
proses dalam diri peserta didik dan dapat lebih kegiatan pengamatan.
menghayati proses yang sedang dilakukan (Aktamis dan Namun berdasarkan hasil penyebaran angket pada
Ergin, 2008). Didukung adanya pendapat Ango (2002) observasi awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 14
yang menjelaskan bahwa keterampilan proses juga dapat Surabaya diketahui bahwa sebanyak 78% peserta didik
membangun pemahaman peserta didik terhadap konsep masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
maupun fakta yang sedang dipelajari dan meningkatkan angiospermae karena jarang dilakukannya kegiatan
daya ingat mereka dalam jangka waktu yang lama. pengamatan seperti mendeskripsikan ciri morfologi suatu
Menurut Rustaman (2015), implementasi tumbuhan yang diamati meliputi perawakan, batang,
keterampilan proses pada pembelajaran sains tidak dapat daun dan bunga, mengklasifikasikan tumbuhan ke dalam
dipisahkan terutama dalam biologi. Oleh sebab itu, perlu suatu kelompok yang sama dan menganalisis hubungan
diterapkannya keterampilan proses dalam biologi yang kekerabatan fenetiknya. Beberapa kegiatan tersebut
karakteristik pembelajarannya berhubungan dengan hanya dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan
serangkaian proses penemuan dalam mempelajari dan secara langsung agar proses pembelajaran menjadi lebih
memahami suatu konsep (Yokhebed dkk., 2012). Hal ini bermakna dan materi yang disampaikan mudah untuk
tentunya dapat mengarahkan peserta didik untuk aktif dipahami. Oleh karena itu diperlukan adanya bahan ajar
dalam melakukan suatu proses penemuan secara mandiri yang berisi panduan untuk melakukan pengamatan
dan memungkinkan mereka tidak hanya sebatas untuk angiospermae yaitu Lembar Kegiatan Peserta Didik
menguasai pengetahuan berupa konsep atau fakta, namun (LKPD) pengamatan yang memuat tugas dan langkah-
juga belajar tentang proses penemuannya. langkah kinerja dalam menyelesaikan tugas tersebut
Adanya fakta yang ditemukan di lapangan (Rahman dan Amri, 2013).
menunjukkan bahwa keterampilan proses dalam

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 50


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

Disisi lain suatu LKPD dapat dikatakan baik, jika memberikan pengalaman belajar baru serta bermakna
didalamnya memuat variasi stimulus yang didukung bagi mereka.
melalui penggunaan media pembelajaran (Widjajanti, Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
2008). Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan oleh Setiawan dkk. (2014) bahwa LKPD
perlu memanfaatkan media herbarium yang merupakan klasifikasi tumbuhan dengan memanfaatkan spesimen
salah satu media realita visual dengan memodifikasi awetan efektif dalam melatihkan keterampilan proses
spesimen tumbuhan asli dalam bentuk awetan kering peserta didik dengan persentase sebesar 96,67%. Adapun
sebagai alternatif ketersediaan bahan penunjang penelitian yang dilakukan Marlina dkk. (2016)
pengamatan (Murni dkk., 2015). Menurut Sadiman dkk. menyatakan bahwa media herbarium inventarisasi
(2010), herbarium memiliki banyak keunggulan sebagai tumbuhan obat pada subpokok bahasan angiospermae
media pembelajaran visual yang baik dengan memenuhi layak digunakan sebagai media dalam pembelajaran.
ketiga ciri yaitu ciri fiksatif yang mampu merekam dan Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini
menunjukkan konsep sebenarnya, ciri manipulatif yang bertujuan untuk menghasilkan LKPD pengamatan
mampu menunjukkan objek secara konkret dan dapat angiospermae dengan memanfaatkan media herbarium
dimodifikasi dalam bentuk awetan untuk mendukung untuk melatihkan keterampilan proses peserta didik kelas
kepentingan guru dalam mengajar, dan ciri distributif X yang valid berdasarkan hasil validitas sehingga layak
yang mampu mendukung penggunaan media yang tidak untuk diujicobakan.
bergantung pada waktu tanpa harus mengambil spesimen METODE
segar berkali-kali di lapangan. Selain itu, herbarium juga Jenis penelitian pengembangan ini mengacu pada
memiliki fungsi yaitu sebagai sarana identifikasi yang model R & D (Research and Development) yang terdiri
dapat memudahkan peserta didik melakukan klasifikasi atas tujuh tahapan tanpa dilakukan ujicoba pemakaian
dan identifikasi tumbuhan berdasarkan ciri morfologinya dan produksi secara massal. Adapun sasaran pada
(Primiani & Susianingsih, 2010). penelitian ini yaitu LKPD pengamatan angiospermae
Adanya pemanfaatan media herbarium dalam dengan memanfaatkan media herbarium untuk
LKPD pengamatan ini bertujuan untuk mengenalkan ciri melatihkan keterampilan proses peserta didik. Tahap
morfologi yang khas atau ciri diagnostik dari beberapa pengembangan dan validasi produk dilakukan pada bulan
famili tumbuhan obat familiar yang morfologinya belum Maret sampai Mei 2020 di Jurusan Biologi FMIPA
diketahui oleh peserta didik secara langsung. Hal ini Universitas Negeri Surabaya dan SMA Negeri 14
dikarenakan tidak semua jenis dari tumbuhan obat Surabaya.
tersebut dapat ditemukan di lingkungan sekolah yang Metode validasi dalam penelitian ini dilakukan
mewakili suatu famili tertentu dan kelengkapan organnya oleh dua dosen biologi (ahli materi dan ahli media) dan
juga bergantung pada waktu seperti organ bunga, satu guru biologi SMA Negeri 14 Surabaya sebagai
sehingga guru belum pernah memanfaatkannya sebagai validator dengan menggunakan dua instrumen berupa
objek dalam pengamatan. Sesuai dengan penelitian Majid lembar validasi pada LKPD dan media herbarium.
(2013) yang menjelaskan bahwa herbarium sangat Validitas LKPD diukur berdasarkan kesesuaian
diperlukan dalam pembelajaran biologi, sebab media ini aspek menggunakan lembar validasi LKPD diantaranya
dapat mengkoleksi tumbuhan yang jarang ditemukan di yaitu aspek penyajian pada syarat teknis, aspek isi pada
lingkungan sekolah untuk mendukung pembelajaran. syarat didaktik, aspek kegiatan pembelajaran dalam
Melalui penggunaan LKPD pengamatan melatihkan keterampilan proses dasar, dan aspek
angiospermae dengan memanfaatkan media herbarium kebahasaan pada syarat konstruksi. Selain itu, validitas
pada penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta media herbarium juga diukur berdasarkan kesesuaian
didik untuk menemukan dan memperkuat konsep aspek yang dimiliki pada herbarium menggunakan
maupun fakta yang dipelajari terkait klasifikasi dan lembar validasi media yaitu aspek penampilan, aspek
kekerabatan fenetik tumbuhan berdasarkan persamaan kesesuaian dengan materi pembelajaran, dan aspek
ciri-ciri morfologi dengan mengkaitkan peranannya kepraktisan penggunaan media.
dalam kehidupan melalui spesimen tumbuhan obat Hasil uji validitas produk yang diperoleh berupa
familiar. Hal ini didukung oleh Ashyar (2012) yang skor dari masing-masing validator menggunakan
menjelaskan bahwa adanya sumber belajar yang disajikan penilaian skala likert dengan rentang skor 1-4.
secara konkret dan dapat dibawa langsung ke kelas Selanjutnya skor dianalisis secara deskriptif kuantitatif
menjadikan pembelajaran yang dilakukan tidak bersifat menggunakan rumus kelayakan validitas LKPD dan
verbalisme, meningkatkan keaktifan peserta didik, dan media herbarium yang dapat dilihat sebagai berikut:

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 51


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

∑Rata-rata skor dari seluruh aspek Keberadaan masing-masing LKPD tersebut dapat
Rumus Kelayakan Validitas = memberikan kemudahan bagi para penggunanya dalam
∑ aspek yang divalidasi
proses pembelajaran angiospermae. Namun penggunaan
Berdasarkan hasil perhitungan dari masing-masing LKPD pegangan guru hanya berfokus untuk
rumus kelayakan validitas tersebut, maka diperoleh skor memudahkan guru dalam menggunakan LKPD dan
yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan kategori. Skor membimbing peserta didik dalam melakukan pengamatan
dapat dikategorikan valid apabila mencapai ≥ 2,51 agar tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini
sehingga layak untuk diujicobakan kepada peserta didik dikarenakan LKPD tersebut memuat adanya petunjuk
dengan interpretasi data yang tercantum pada Tabel 1 penggunaan LKPD, uraian aktivitas keterampilan proses
berdasarkan Riduwan (2013). dasar yang dilatihkan dan kunci jawaban.
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Data Validitas Adapun karakteristik yang dimiliki dari LKPD
pengamatan ini yaitu menggunakan pendekatan
keterampilan proses dengan menyajikan langkah-langkah
keterampilan proses dasar seperti keterampilan
mengamati,mengklasifikasi, memprediksi, menginferensi
dan mengomunikasi sebagai panduan peserta didik untuk
melakukan kegiatan pengamatan yang baik dan
dilengkapi dengan fitur berupa instruksi kinerja yang
jelas pada setiap aktivitas disertai pemanfaatan media
HASIL DAN PEMBAHASAN herbarium untuk menunjang kegiatan pengamatan
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah melalui penggunaan lima spesimen tumbuhan obat
LKPD pengamatan angiospermae dengan memanfaatkan familiar. Berikut ini terdapat uraian langkah-langkah
media herbarium untuk melatihkan keterampilan proses pembelajaran keterampilan proses dasar yang dilatihkan
peserta didik yang valid. LKPD pengamatan yang dalam LKPD pada Tabel 2.
dikembangkan terdiri dari dua kegiatan dengan topik Tabel 2. Langkah keterampilan proses dalam LKPD
yang berbeda yaitu LKPD 1 “Klasifikasi dan kekerabatan pengamatan angiospermae
angiospermae” dan LKPD 2 “Peranan angiospermae Langkah Keterampilan
No. Uraian
dalam kehidupan”. Berikut ini tampilan cover LKPD Proses Dasar
yang dapat dilihat pada Gambar 1. 1 Memuat aktivitas pengumpulan
data terhadap keberadaan objek
berupa herbarium yang disajikan
pada LKPD 1 dan bacaan artikel
pada LKPD 2 dengan melibatkan
keseluruhan indera dengan
semaksimal mungkin.
2 Memuat aktivitas pengelompokkan
objek berupa herbarium yang
diamati berdasarkan persamaan ciri
dengan tepat.
3 Memuat aktivitas meramalkan
dampak atau pengaruh dari suatu
(a) (b) peristiwa pada bacaan artikel yang
kemungkinan dapat terjadi
Gambar 1. Tampilan cover LKPD (a) untuk peserta (perkiraan) berdasarkan penalaran
didik dan (b) untuk guru 4 Memuat aktivitas menarik
kesimpulan suatu objek atau
Berdasarkan tampilan cover LKPD pada Gambar peristiwa berdasarkan fakta,
1, menunjukkan bahwa terdapat dua LKPD yaitu untuk konsep maupun prinsip yang telah
diketahui.
peserta didik dan pegangan guru. Secara umum 5 Memuat aktivitas penyampaian
penyusunan kedua LKPD ini mengacu pada Depdiknas pengetahuan kepada orang lain
(2008) sehingga memiliki format unsur yang sama dengan jelas baik secara lisan dan
tertulis berdasarkan hasil
meliputi judul, alokasi waktu, kompetensi dasar, tujuan temuannya.
pembelajaran, petunjuk pembelajaran, rangkuman materi
(informasi singkat), langkah kegiatan pembelajaran
keterampilan proses dasar, tugas, informasi pendukung
seperti glosarium dan daftar pustaka.

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 52


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

mengklasifikasi masih belum membimbing peserta didik


Gambar 2. Salah satu tampilan fitur instruksi kinerja dengan baik untuk lebih mengoptimalkan penggunaan
keterampilan proses dasar dalam LKPD herbarium, serta penggunaan bahasa yang kurang
Selain itu, terdapat tampilan media herbarium
memotivasi peserta didik. Terdapat pula masukan yang
pada penelitian ini yang dapat diamati pada Gambar 3.
diberikan pada media herbarium yaitu label etiket tempel
perlu diberi amplop, perlunya penggunaan gambar
spesimen tumbuhan dalam keadaan segar, organ yang
diawetkan masih belum lengkap karena mengawetkan
ranting bukan organ batang, dan munculnya jamur pada
spesimen tumbuhan rosella.

Produk yang divalidasi terlebih dahulu adalah


LKPD pengamatan angiospermae untuk mengetahui
kelayakan LKPD dengan menilai kesesuaian aspek-aspek
Gambar 3. Tampilan Media Herbarium yang dimuat menggunakan lembar validasi LKPD.
Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa Berikut hasil perolehan validasi LKPD yang dapat
herbarium yang dikembangkan memiliki beberapa diketahui pada Tabel 3.
komponen penting yaitu spesimen awetan kering
Tabel 3. Hasil Validasi LKPD Pengamatan
tumbuhan, alas herbarium, dan label etiket yang dikoleksi
Angiospermae
dalam bentuk album agar penggunaannya diharapkan
Skor Rata-
lebih praktis dalam pembelajaran. Media herbarium juga No Aspek yang dinilai
V1 V2 V3 rata
memiliki cover pada album yang masing-masing memuat 1 Syarat Teknis
gambar spesimen tumbuhan obat familiar di bagian cover a. Desain cover menarik dan
4 3 4 3,67
depan dan uraian singkat latar belakang penggunaan sesuai dengan isi LKPD

herbarium di bagian cover belakang untuk menarik minat


belajar peserta didik yang dicantumkan pada Gambar 4.

(a) (b)
Gambar 4. Tampilan Cover Album Herbarium
(a) Bagian Depan dan (b) Bagian
Belakang
Saat penilaian validasi berlangsung, para validator
tidak hanya memberikan skor melainkan juga
memberikan beberapa masukan agar produk yang
ditelaah berupa LKPD pengamatan angiospermae dan
media herbarium dapat memenuhi syarat penyusunan
LKPD dan kriteria pemilihan media pembelajaran yang
baik. Terdapatnya masukan dari validator sangat
membantu peneliti untuk melakukan perbaikan pada
kedua produk tersebut. Adapun masukan yang diberikan
pada LKPD yaitu penggunaan warna pada judul perlu
dibedakan agar terlihat lebih menarik, belum
mencantumkan indikator, tidak semua referensi yang
dicantumkan disitasi pada LKPD, instruksi kinerja
langkah keterampilan proses dasar mengamati dan

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 53


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Skor
Rata-
No Aspek yang dinilai Berdasarkan Tabel 3, penilaian validasi LKPD
V1 V2 V3 rata
b. Tampilan fisik LKPD pengamatan mendapatkan rata-rata skor pada keseluruhan
(kesesuaian ukuran LKPD,
4 4 4 4 aspek sebesar 3,73 dalam kategori sangat valid
layout, dan jenis dan ukuran
tulisan) berdasarkan interpretasi oleh Riduwan (2013). Hasil
c. Kesesuaian judul LKPD
4 4 4 4
validasi tersebut menandakan bahwa LKPD ini dapat
dengan materi
digunakan dalam pembelajaran angiospermae untuk
d. Kesesuaian alokasi waktu
dalam LKPD dengan 4 4 4 4 mencapai indikator keterampilan proses dasar yang
pembelajaran dilatihkan dan telah memenuhi syarat penyusunan LKPD
e. Kesesuaian tujuan
pembelajaran dengan KD dan 4 2 4 3,33 yang baik.
indikator Ditinjau dari aspek penyajian pada syarat teknis
f. Keruntutan petunjuk
pengerjaan LKPD
4 3 4 3,67 yang mengatur tentang penyajian LKPD terkait
g. Kesesuaian penulisan daftar penggunaan tulisan, gambar dan penampilan (Widjajanti,
pustaka dengan aturan sistem 4 3 4 3,67 2008). Berdasarkan penilaian validasi LKPD yang
APA
dilakukan pada tujuh komponen aspek penyajian dalam
Rata-rata skor validasi 3,71
Sangat syarat ini mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,71 yang
Kategori valid dapat dikategorikan sangat valid sehingga penyusunan
2. Syarat Didaktik syarat LKPD yang baik telah terpenuhi yaitu dengan
a. Kebenaran konsep materi
angiospermae yang disajikan 4 4 4 4
mencantumkan identitas LKPD yang lengkap seperti
dalam LKPD judul, tujuan pembelajaran, alokasi waktu dan petunjuk
a. Kesesuaian LKPD dengan pengerjaan dilengkapi dengan daftar pustaka dan
4 3 4 3,67
peserta didik
memiliki penampilan yang menarik.
Rata-rata skor validasi 3,84
Sangat Skor penilaian tertinggi yang diperoleh sebesar 4,00
Kategori valid menunjukkan adanya kesesuaian pada komponen judul,
3. Kegiatan LKPD dalam melatihkan keterampilan proses
dasar alokasi waktu dan tampilan fisik LKPD. Adapun
a. Melatihkan keterampilan 4 2 4 3,33 komponen desain cover pada LKPD mendapatkan skor
mengamati
3,67 yang menunjukkan bahwa gambar yang disajikan
b. Melatihkan keterampilan 4 1 4 3
mengklasifikasi dapat mewakili isi atau materi sehingga tidak
c. Melatihkan keterampilan 4 3 4 3,67 membingungkan peserta didik. Namun berdasarkan
memprediksi
d. Melatihkan keterampilan 4 3 4 3,67 penilaian dan masukan dari salah satu validator
menginferensi mengungkapkan bahwa penggunaan warna pada judul
e. Melatihkan keterampilan 4 3 4 3,67
harus dibedakan sehingga perlu dilakukan perbaikan agar
mengomunikasi
Rata-rata skor validasi 3,47 terlihat lebih menarik dan dapat memfokuskan peserta
Kategori Sangat didik terhadap materi dalam LKPD yang ditandai adanya
valid perolehan skor 3,00. Menurut Prastowo (2013), cover
4. Syarat Konstruksi
yang menyajikan gambar dengan jelas dapat
a. Pengunaan kalimat dalam 4 4 4 4
LKPD jelas dan tidak menyampaikan materi secara efektif daripada tulisan
menimbulkan makna ganda sehingga lebih mudah diingat dan didukung adanya
b. Penggunaan bahasa dalam 4 4 4 4
kombinasi warna yang sesuai dapat menjadikan LKPD
LKPD mudah dipahami
peserta didik dan sesuai lebih menarik. Sebagaimana pendapat Salirawati (2006)
dengan PUEBI yang menyebutkan bahwa LKPD harus memiliki
c. Penggunaan bahasa dalam 3 4 4 3,67
LKPD dapat mengajak peserta penampilan yang menarik karena yang dilihat pertama
didik untuk interaktif kali adalah penampilan dari covernya sehingga dapat
Rata-rata skor validasi 3,84
memotivasi peserta didik untuk belajar menggunakan
Kategori Sangat
LKPD tersebut.
valid
Rata-rata skor validasi total LKPD 3,73 Komponen kebenaran penulisan daftar pustaka
Kategori Sangat dengan aturan sistem APA telah sesuai yang ditunjukkan
valid
dengan perolehan skor sebesar 3,67. Keberadaan daftar
Keterangan: pustaka perlu dicantumkan dalam LKPD agar
V1 : Validator 1 (Dosen Ahli materi) memudahkan peserta didik untuk mengkaji lebih lanjut
V2 : Validator 2 (Dosen Ahli media) materi berdasarkan sumber referensi yang tersedia
V3 : Validator 3 (Guru Biologi) (Depdiknas, 2008). Namun berdasarkan masukan dan

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 54


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

penilaian dari salah satu validator menjelaskan tidak sesuai dan menjadi karakteristik dari LKPD yang
semua yang tercantum dalam daftar pustaka disitasi dikembangkan sehingga memenuhi tuntutan KD dalam
dalam LKPD dan ditandai dengan perolehan skor 3,00 kurikulum 2013 untuk menekankan kegiatan pengamatan
sehingga perlu dilakukan perbaikan. melalui pembelajaran pendekatan keterampilan proses.
Adapun penilaian pada aspek penyajian yang Penilaian komponen pada aspek ini mencakup lima
mendapatkan skor terendah adalah komponen kesesuaian langkah-langkah pembelajaran keterampilan proses dasar
tujuan pembelajaran sebesar 3,33. Hal ini dikarenakan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2015) yang meliputi
adanya pemberian skor 2,00 yang menunjukkan dalam keterampilan mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,
LKPD ini belum mencantumkan indikator untuk menginferensi dan mengomunikasi.
mengecek kesesuaian pencapaian tujuan pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran keterampilan proses
berdasarkan penilaian dan masukan dari salah satu dasar dalam LKPD juga dilengkapi dengan keberadaan
validator. Pencantuman tujuan pembelajaran dalam instruksi kinerja yang jelas pada masing-masing aktivitas
LKPD sudah disesuaikan dengan indikator keterampilan untuk membimbing peserta didik dalam melakukan
proses dasar berdasarkan tuntutan pembelajaran pada KD kegiatan pengamatan yang baik. Selaras dengan pendapat
menggunakan kalimat operasional. Menurut Amri (2013) Hamadi dkk. (2018) yang menjelaskan bahwa
tujuan pembelajaran yang dirumuskan harus jelas untuk keterampilan proses dasar perlu untuk dilatihkan sejak
mengarahkan peserta didik dalam melakukan awal agar peserta didik dapat melakukan kegiatan praktik
pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang diharapkan ilmiah dengan baik dalam menemukan dan memperkuat
sesuai dengan KD. konsep maupun fakta yang sedang dipelajari sekaligus
Ditinjau dari aspek isi pada syarat didaktik LKPD dapat mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,84 yang termasuk Skor tertinggi pada penilaian komponen
dalam kategori sangat valid berdasarkan dua komponen keterampilan proses dasar diperoleh pada keterampilan
yang dinilai. Penilaian skor tertinggi terdapat pada memprediksi, menginferensi dan mengomunikasi sebesar
komponen kebenaran konsep materi sebesar 4,00, 3,67 yang menunjukkan bahwa instruksi pada aktivitas
sedangkan skor terendah terdapat pada komponen keterampilan yang dilatihkan dalam LKPD mampu
kesesuaian LKPD dengan peserta didik sebesar 3,67. membimbing dan membantu peserta didik untuk
Kebenaran konsep dalam LKPD yang disajikan telah mengembangkan keterampilan proses tersebut. Namun
memiliki kedalaman materi angiospermae yang sesuai pada kedua komponen yang lain yaitu keterampilan
dengan konsep, tingkat berpikir peserta didik dan diambil mengamati dan mengklasifikasi masing-masing
dari sumber yang terpercaya. Selain itu penggunaan mendapatkan skor terendah sebesar 3,33 dan 3,00.
LKPD juga telah disesuaikan dengan karakteristik peserta Keterampilan mengamati memperoleh skor 2,00
didik diantaranya dapat menekankan keaktifan mereka dari penilaian salah satu validator yang menandakan
dalam melakukan penemuan konsep, dapat memfasilitasi bahwa instruksi kurang membimbing peserta didik untuk
adanya perbedaan kemampuan baik yang lambat, sedang melibatkan semaksimal mungkin penggunaan indera
maupun pandai, dan dapat membantu mereka untuk dalam melakukan kegiatan pengamatan dengan hanya
memahami materi secara utuh disertai adanya menekankan penggunaan indera penglihatan saja tanpa
penggunaan variasi stimulus pembelajaran yang disajikan dilakukan aktivitas seperti meraba bagian organ spesimen
berupa media herbarium untuk menunjang kegiatan tumbuhan pada herbarium untuk lebih mengoptimalkan
pengamatan klasifikasi dan kekerabatan fenenetik serta penggunaan media tersebut. Oleh karena itu peserta didik
bacaan artikel terkait peranan angiospermae dalam perlu dilatihkan keterampilan mengamati dengan baik
kehidupan. Sejalan dengan pendapat Widjajanti (2008) disertai instruksi kinerja yang tepat sebagai keterampilan
bahwa LKPD yang telah memenuhi penilaian pada syarat mendasar dan sangat penting untuk mengembangkan
didaktik dapat mendukung pembelajaran efektif dan keterampilan proses dasar lainnya (Ibrahim, 2010).
bersifat universal dengan memberikan pengalaman Adapun penilaian pada keterampilan
belajar baru kepada peserta didik melalui penggunaan mengklasifikasi mendapatkan skor 1,00 dari salah satu
variasi stimulus. validator yang menandakan bahwa keterampilan tersebut
Ditinjau dari aspek kegiatan LKPD dalam masih belum dilatihkan dengan baik dalam pembelajaran
melatihkan keterampilan proses dasar mendapatkan karena telah disajikan informasi lengkap mengenai
rata-rata skor sebesar 3,47 dalam kategori yang sangat klasifikasi dan deskripsi terkait spesimen tumbuhan yang
valid, artinya langkah-langkah pembelajaran diamati pada label herbarium. Hal ini memungkinkan
keterampilan proses dasar yang dicantumkan sudah peserta didik dapat memindahkan jawaban dari label,

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 55


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan membuat media herbarium


A3 (30 x 40 cm)
amplop sebagai tempat untuk memasukkan label agar
tahan lama dan tidak terbaca langsung oleh mereka.
Berdasarkan penjelasan tersebut, keterampilan Skor validasi Rata-
mengklasifikasi perlu dilatihkan dengan baik karena No Aspek yang dinilai Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. rata
1 2 3 4 5.
merupakan keterampilan yang bersifat sentral dalam Sangat
Kategori
proses pembentukan identifikasi objek (Ibrahim, 2010). Valid
2 Kesesuaian media herbarium dengan pembelajaran
Ditinjau dari aspek kebahasaan pada syarat
a. Media tidak
konstruksi pada tiga komponen telah mendapatkan rata- menimbulkan 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33

rata skor sebesar 3,84 dengan kategori sangat valid, dapat kesalahan konsep
b. Media dapat
diketahui bahwa LKPD telah memenuhi syarat konstruksi menunjukkan ciri-
ciri yang lebih 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33
dalam penyusunan LKPD yang baik sesuai dengan lebih jelas dari
pendapat Yunohudiyono dan Parmin (2007) yang gambar
c. Media dapat
menekankan penggunaan bahasa, struktur kalimat dan mendukung 3 3 3 3 3 3
pembelajaran
kejelasan yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan d. Media dapat
peserta didik untuk memahami penyampaian materi. Hal memotivasi 3,33 3,33 3,33 3 3,33 3,26
peserta didik
ini didukung adanya penilaian pada kedua komponen
Rata-rata skor validasi 3,23
yaitu penggunaan kalimat yang jelas dan tidak
Kategori Valid
menimbulkan makna ganda serta penggunaan bahasa
3. Kepraktisan penggunaan media herbarium
yang mudah dipahami dengan disesuaikan PUEBI telah
a. Keamanan dalam
mendapatkan skor tertinggi sebesar 4,00. penggunaannya
3,67 3,67 3,67 3,67 3,67 3,67

Namun terdapat perolehan skor terendah sebesar b. Kemudahan


penggunaan 4 4 4 4 4 4
3,67 yaitu pada komponen penggunaan bahasa dapat media
c. Media dapat
mengajak peserta didik interaktif. Hal ini disebabkan digunakan secara
bahasa yang digunakan masih belum memotivasi peserta perorangan 4 4 4 4 4 4
maupun
didik. Didukung adanya pendapat Prastowo (2013) yang kelompok
d. Kemudahan
menyebutkan bahwa standar bahasa yang digunakan media untuk 4 4 4 4 4 4
dalam teks pelajaran harus dapat memotivasi peserta disimpan atau
dibawa
didik sehingga dapat mempengaruhi aktivitas belajar dan
Rata-rata skor validasi 3,92
respon mereka. Sangat
Kategori
Selanjutnya juga dilakukan validasi pada media Valid
Rata-rata skor validasi total 3,62
herbarium untuk mengetahui kelayakan herbarium
Sangat
dengan menilai kesesuaian aspek-aspek yang dimuat Kategori
valid
menggunakan lembar validasi media. Adapun hasil f. Kerapian
herbarium yang
validasi media herbarium yang diapat diamati dalam dijahit atau
3,67 3,67 3,67 3,67 3,67 3,67
ditempel
Tabel 4. menggunakan
Tabel 4. Hasil Validasi Media Herbarium lem/isolasi
Rata-rata skor validasi 3,71
No Aspek yang dinilai Skor validasi Rata-
Sp. Sp. Sp. Sp. Sp.
rata Keterangan:
1 2 3 4 5. Sp.1 : Spesimen 1 (Kayu Putih)
1. Penampilan media herbarium Sp.2 : Spesimen 2 (Sikat Botol Merah)
a. Keunikan ciri Sp.3 : Spesimen 3 (Rosella)
morfologi yang 3,67 3,67 3,67 3,67 3,67 3,67
tampak Sp.4 : Spesimen 4 (Sidaguri)
b. Kelengkapan Sp. 5: Spesimen 5 (Kemuning)
organ vegetatif
(batang/ranting 3,33 3,33 3,33 3 3,33 3,27
dan daun) dan
organ generatif Berdasarkan Tabel 2, telah diketahui hasil validasi
(bunga) pada media herbarium tumbuhan obat familiar yang
c. Keberadaan label
etiket tempel dan 4 4 4 4 4 4 ditinjau dari tiga aspek penilaian mendapatkan rata-rata
etiket gantung
d. Kelengkapan
skor total sebesar 3,62 dalam kategori sangat valid
informasi yang
3,67 3,67 3,67 3,67 3,67 3,67 berdasarkan interpretasi kategori oleh Riduwan (2013),
disajikan pada
label dengan jelas sehingga telah memenuhi kriteria media pembelajaran
e. Penyajian dan 4 4 4 4 4 4
ukuran album

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 56


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

yang baik dan dapat digunakan untuk menunjang benang senar atau lem saat proses mounting
kegiatan pengamatan dalam LKPD. (penempelan). Menurut Murni dkk. (2015), mounting
Penilaian validasi pada aspek penampilan media perlu dilakukan agar peserta didik dapat mengetahui
ditinjau dari enam komponen yang mendapatkan rata-rata struktur tumbuhan yang diawetkan sesuai dengan
skor 3,71 dengan kategori sangat valid. Menurut Ibrahim keadaan dihabitatnya. Berdasarkan penjelasan dari kedua
(2010), kriteria pemilihan media pembelajaran harus komponen tersebut telah diperoleh masing-masing skor
mempertimbangkan penampilan untuk memotivasi sebesar 3,67.
peserta didik menggunakannya dalam pembelajaran. Namun komponen kelengkapan organ generatif
Berdasarkan penilaian tersebut telah menandakan bahwa dan organ vegetatif mendapatkan skor terendah pada
media herbarium memenuhi semua komponen dalam aspek penampilan herbarium sebesar 3,27. Hal ini
aspek penampilan yang menarik. dikarenakan berdasarkan penilaian dan masukan dari
Komponen keberadaan label etiket serta penyajian salah satu validator telah memberikan skor 2,00 saat
dan ukuran album media herbarium mendapatkan skor penilaian validasi dengan menyebutkan bahwa organ
tertinggi sebesar 4,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa vegetatif yang diawetkan masih belum lengkap yaitu
media herbarium yang dikembangkan sudah terdapatnya organ ranting bukan batang. Dipilihnya
mencantumkan label etiket gantung dan etiket tempel ranting sebagai organ yang mewakili batang dikarenakan
serta memiliki penyajian dalam bentuk album yang dalam penelitian ini disesuaikan dengan tipe perawakan
menarik dengan memperhatikan cover, tata letak tumbuhan yang diawetkan termasuk pohon, perdu dan
komponen dan ukuran media sebesar A3 (30 x 40 cm) semak besar. Didukung oleh pernyataan Ristoja (2015)
yang disesuaikan dengan ukuran spesimen agar terlihat yang menjelaskan bahwa suatu koleksi spesimen
berimbang dengan memberikan sedikit ruang untuk dapat tumbuhan jika perawakannya pohon, perdu atau semak
ditempati komponen herbarium yang lain seperti label besar, maka organ yang diawetkan tidak dalam kondisi
etiket. utuh karena ukurannya yang besar sehingga dapat
Komponen keunikan ciri morfologi yang tampak dikoleksi sebagian rantingnya untuk mewakili
pada media mendapatkan skor sebesar 3,67 sehingga keberadaan organ batang dengan panjang 30-40 cm dan
pengembangan herbarium dalam penelitian ini memiliki organ daun minimal tiga helai untuk mengetahui
ciri morfologi yang unik dan mudah dikenali dengan filotaksis serta harus terdapat organ bunga sebagai organ
menggunakan lima spesimen tumbuhan obat familiar generatif yang mendukung proses pembentukan buah dan
sebagai objek pengamatan yang terdiri dari kayu putih biji. Oleh karena itu, adanya organ yang diawetkan secara
dan sikat botol merah (Famili Myrtaceae), rosella dan lengkap pada setiap spesimen tumbuhan dapat
sidaguri (Famili Malvaceae), serta kemuning (Famili mempermudah peserta didik dalam mengamati ciri-ciri
Rutaceae) untuk mengenalkan ciri-ciri morfologi yang morfologinya.
khas dari ketiga famili tumbuhan kelas dikotil sebagai Penilaian validasi pada aspek kesesuaian media
bukti adanya keanekaragaman angiospermae di bumi dengan pembelajaran mendapatkan rata-rata skor sebesar
terutama di Indonesia dengan salah satu pemanfaatannya 3,23 yang termasuk dalam kategori valid terhadap empat
sebagai obat yang telah lama digunakan oleh banyak komponen yang dinilai. Hal ini dikarenakan media
masyarakat lokal. Adanya keunikan ciri morfologi herbarium yang dikembangkan telah memenuhi tuntutan
tumbuhan pada herbarium yang telah diketahui sangat KD sebagai objek pengamatan ciri morfologi
penting membantu peserta didik untuk mengklasifikasi angiospermae dengan mengkaitkan peranannya sebagai
dan mengidentifikasi tumbuhan ke dalam suatu famili tumbuhan obat familiar. Selaras dengan pendapat Ibrahim
(Primiani dan Susianingsih, 2010). (2010) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang
Komponen kelengkapan informasi yang disajikan digunakan harus disesuaikan kompetensi atau tujuan
pada label herbarium sudah lengkap dan jelas karena pembelajaran, materi yang diajarkan, metode mengajar
secara umum keberadaan label baik etiket gantung dan karakteristik peserta didik. Berdasarkan penjelasan
maupun etiket tempel dapat memberikan informasi tersebut, diketahui bahwa keberadaan media herbarium
penting bagi para pembaca dan memberikan identitas sebagai variasi stimulus belajar baru dapat mendukung
pada spesimen seperti nomor koleksi, nama kolektor, pembelajaran dan memotivasi peserta didik. Didukung
klasifikasi, deskripsi, peranan dan ekologi. Adapun berdasarkan hasil penelitian oleh Rezeqi dan Handayani
penilaian komponen kerapian herbarium telah terpenuhi (2018) yang menyebutkan bahwa adanya herbarium
yang ditandai bahwa masing-masing koleksi spesimen dapat meningkatkan motivasi peserta didik dengan
awetan sudah dijahit atau ditempelkan menggunakan perolehan persentase sebesar 95,50%.

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 57


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

Penilaian komponen media herbarium tidak teori belajar Brunner yang menyebutkan bahwa peserta
menimbulkan kesalahan konsep dan dapat menunjukkan didik belajar berpartisipasi aktif dalam penemuan konsep
ciri-ciri yang lebih jelas dengan memperoleh skor yang bertujuan untuk memperoleh pengalaman belajar
tertinggi sebesar 3,33. Sesuai dengan penelitian Marlina dengan melakukan eksperimen atau pengamatan sehingga
(2016) yang menjelaskan bahwa penggunaan media dapat membangun dan mengembangkan suatu konsep
herbarium di dalam kelas dapat membantu untuk yang dipelajarinya.
memperjelas penyampaian konsep-konsep penting
angiospermae karena disajikan secara konkrit berupa PENUTUP
spesimen yang diawetkan disertai dengan informasi pada Simpulan
label berupa klasifikasi, deskripsi dan peranannya. Selain Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah
itu juga menunjukkan ciri-ciri morfologi yang lebih jelas dilakukan dapat disimpulkan bahwa LKPD pengamatan
daripada penggunaan gambar sehingga lebih mudah angiospermae dengan memanfaatkan media herbarium
diingat dan bermakna bagi peserta didik. Namun adanya untuk melatihkan keterampilan proses peserta didik kelas
masukan dari salah satu validator menyebutkan bahwa X memperoleh rata-rata skor dari keseluruhan aspek yang
gambar spesimen tumbuhan asli juga dapat ditempelkan divalidasi pada LKPD dan herbarium masing-masing
di album. Hal ini bertujuan dapat menambah pengetahuan sebesar 3,73 dan 3,62 dalam kategori sangat valid. Hal ini
peserta didik terhadap morfologi dari spesimen tumbuhan menunjukkan bahwa kedua sumber belajar tersebut layak
obat familiar yang diamati dalam keadaan segar (Rezeqi untuk diujicobakan dalam pembelajaran.
dan Handayani, 2018).
Selanjutnya pada komponen media dapat Saran
mendukung pembelajaran yang mendapatkan skor Peneliti mengharapkan agar penelitian yang
terendah 3,00, artinya herbarium yang dikembangkan dilakukan dapat dilanjutkan untuk menguji kepraktisan
sebagai bahan penunjang kegiatan pengamatan masih dan keefektifan oleh peneliti lain dengan mengujicobakan
perlu dilakukan perbaikan agar dapat lebih mendukung secara terbatas produk yang dikembangkan dalam
pembelajaran angiospermae. Hal ini dikarenakan terdapat melatihkan keterampilan proses dasar dengan
salah satu spesimen awetan tumbuhannya yang berjamur memperhatikan alokasi waktu sehingga layak untuk
seperti pada Rosella akibat proses pengeringan yang diimplementasikan dalam pembelajaran. Hal ini
belum sempurna. Menurut Lawrence (1968), suatu disebabkan penelitian ini hanya terbatas pada aspek
herbarium yang baik bergantung dari cara koleksi dan validitas saja.
proses pembuatannya.
Penilaian validasi pada aspek kepraktisan Ucapan Terima Kasih
penggunaan media herbarium yang mencakup empat Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada
komponen mendapatkan skor sebesar 3,92 yang termasuk Dr. Rinie Pratiwi Puspitawati, M.Si., dan Eva Kristinawati
kategori sangat valid. Hal ini menandakan bahwa Putri, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing atas
herbarium aman, mudah digunakan, dapat digunakan waktunya dalam memberikan arahan dan bimbingan
secara perseorangan maupun kelompok, dan memberikan selama ini serta Dra. Wisanti, M.S., Reni Ambarwati,
kemudahan saat disimpan atau dibawa. Menurut Ibrahim S.Si., M.Si., dan Alif Hanifah, S.Pd, M.Pd. selaku
(2010), media dapat dinilai praktis jika telah memberikan validator dan juga pihak-pihak lain yang ikut membantu
banyak kemudahan bagi para penggunanya. Namun dalam keberhasilan penelitian ini.
terdapat skor terendah sebesar 3,67 pada komponen
keamanan media herbarium. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil validasi secara keseluruhan Aktamis, H., & Ergin, O. 2008. The Effect of Scientific
telah diketahui bahwa LKPD pengamatan angiospermae Process Skills Education on Students’ Scientific
dan media herbarium yang dikembangkan sangat valid, Creativity, Science Attitudes and Academic
artinya layak digunakan sebagai sumber belajar dalam Achievements. Asia-Pacific Forum on Science
Learning and Teaching. 9 (1): 1–21.
melatihkan keterampilan proses dasar dengan menuntun Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Modul
peserta didik untuk belajar melalui aktivitas pengamatan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
terhadap keberadaan objek nyata sehingga dapat Prestasi Pustaka.
membantu mereka untuk lebih mengingat konsep yang Ango, M. L. 2002. Mastery of Science Process Skills and
diajarkan dalam jangka waktu lama dan cepat dalam Their Effective Use in the Teaching of Science: An
menanggapi respon pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Educology of Science Education in the Nigerian
Context. Inter. J. Educol. 16 (1): 11-30.

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 58


BioEdu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 10 No. 1 Tahun 2021 Hal: 49-59

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu

Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Untuk Mengukur Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pembelajaran. Jakarta : Referensi Jakarta. Pendidikan dan Kebudayaan. 2 (2): 166-179.
Damopoli, I., Yohanita, A.M., Nurhidaya, N., & Murtijani, Rezeqi, S., & Handayani, D. 2018. Identifikasi Tanaman
M. 2018. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Obat Di Kecamatan Talang Kelapa Dan Pemanfaatan
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Serta Sumbangsihnya Pada Mata Pelajaran Biologi.
Berbasis Inkuiri. Jurnal Bioedukatika. 6 (1): 22-30. Jurnal Pelita Pendidikan. 6 (1): 36-42.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja). 2015. Pedoman
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Koleksi Sampel Tumbuhan, Dokumentasi, Pembuatan
Atas. Herbarium dan Deskripsi Morfologi. Tawangmangu.
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta. Rustaman, N. 2015 . Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Hamadi, A.A.L., Priyayi, F.D., & Astuti, S.P. 2018. Malang : Universistas Negeri Malang.
Pemahaman Guru Terhadap Keterampilan Proses Sadiman. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Sains (KPS) Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Press.
IPA SMP Di Salatiga. Jurnal Pendidikan Sains & Salirawati, D. 2006. Penyusunan dan Kegunaan LKS
Matematika. 6 (2): 42-53. dalam Proses Pembelajaran. Makalah dipresentasikan
Hosnan. M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat, UNY
Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Yogyakarta.
Indonesia. Setiawan, A.B., Wisanti., & Faizah, U. 2014.
Ibrahim, M. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Klasifikasi
Surabaya: Unesa University Press. Tumbuhan Dengan Memanfaatkan Spesimen Awetan
Kemendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Peserta Didik
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 104 tentang Kelas X. Jurnal BioEdu Berkala Ilmiah Biologi. 3 (3):
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada 382-388.
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Widjajanti, Endang. 2008. Pelatihan Penyusunan LKS
Permendikbud RI. Mata Pelajaran Kimia berdasarkan Kurikulum
Kemendikbud. 2018. Peraturan Menteri Pendidikan dan Tingkat Satuan Pendidikan bagi Guru SMK/MAK.
Kebudayaan Nomor 37 tentang Standar Kompetensi Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian
Pendidikan Dasar dan Menengah Atas/Madrasah pada Masyarakat. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Aliyah. Jakarta: Permendikbud RI. Yunohudiyono, E., dan Jack Parmin. 2007. Bahasa
Lawrence, G.H.M. 1968. Taxonomi of Vascular Plants. Indonesia Keilmuan. Surabaya: Unesa University
New York: The Mac Millan Company. Press
Majid, I., dan Mulaicin, S. 2013. Pengembangan Media Yokhebed., Sudarisman, S., & Sunarno, W. 2012.
Pembelajaran Herbarium Pada Siswa Madrasah Aliyah Pembelajaran Biologi Menggunakan Model
Kota Ternate. Jurnal BioEdu. 2 (1): 192-198. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan
Marlina, S., Panjaitan, R.G.P., & Ariyanti, E. 2016. Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan
Pengembangan Herbarium Hasil Inventarisasi Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Jurnal Inkuiri. 1
Tumbuhan Obat Sebagai Media Pembelajaran Pada (3): 183 - 194.
Subpokok Bahasan Angiospermae. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran. 5 (2).
Murni, P., Muswita, Harlis, U. Yelianti., & W.D. Kartika.
2015. Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk
Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN
Cendikia Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada
Masyarakat. 30 (2): 1-6.
Prastowo, A. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Primiani, N. C., & Susianingsih, M. D. 2010.
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Biologi
Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media
Herbarium dan Insektarium. Paedagogia. 13: 55-60.
Rahman, M., dan Amri, S. 2013. Strategi dan Desain
Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Ratnasari, D., Sukarmin., & Suparmi. 2017. Analisis
Implementasi Instrumen Two-Tier Multiple Choice

Dinda Dwi Pratiwi, dkk: Validitas LKPD Pengamatan Angiospermae 59

Anda mungkin juga menyukai