Skripsi
Oleh:
11150970000042
i
LEMBAR PENGESA HAN UJIAN
ii
LEMBAR PERNYA TAAN
iii
ABSTRAK
Sensor polyvinylidene fluoride atau PVDF merupakan salah satu sensor yang
Namun, aplikasi terhadap sensor reaksi kimia masih sangat jarang. Alkohol
merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan dalam berbagai
bidang. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian sensor PVDF terhadap berbagai
konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui respon yang diberikan dan untuk
Konsentrasi alkohol yang digunakan adalah 50%, 70%, dan 90%. Sedangkan
untuk jenis alkohol yang digunakan adalah alkohol jenis etanol dan isopropil
alkohol. Pada respon sensor, semakin tinggi kadar konsentrasi alkohol, semakin
rendah pula nilai arus yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai resistivitas yang
dihasilkan.
iv
ABSTRACT
Various studies have been carried out. However, applications to chemical reaction
sensors are still very rare. Alcohol is a chemical that is widely used in various
fields. In this study, a PVDF sensor was tested for various alcohol concentrations.
determine the response given and to determine the effect of alcohol on free
electrons on the PVDF sensor. The concentration of alcohol used are 50%, 70%,
and 90%. As for the type of alcohol used is ethanol and isopropyl alcohol. On-
sensor response shows the higher the concentration of alcohol, the lower current
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah, Tuhan semesta alam yang oleh rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Pengembangan Sensor untuk Mendeteksi Alkohol Berbasis Polyvinylidene
Fluoride (PVDF)”, guna memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan
studi untuk menempuh gelar Sarjana Sains di Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi tidak dapat terselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Ayah, Mama, serta adik, Nahdah yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada
henti-hentinya.
2. Keluarga besar penulis yang telah menyemangati dan selalu memberikan
dukungan.
3. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si selaku pembimbing I yang telah sabar
membimbing, memberikan ilmu-ilmu baru dan juga masukan kepada
penulis.
4. Bapak Ryan Rizaldy, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
banyak masukan terkait penulisan dan memberikan saran terhadap
penelitian.
5. Bapak Dr. Ir. Agus Budiono, M.T selaku penguji I pada sidang
Munaqasah
6. Bapak Anugrah Azhar, M.Si selaku penguji II pada sidang Munaqasah
7. Bapak Priyambodo, M.Si yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian ini, serta memberikan banyak arahan dan masukan dalam proses
penulisan.
8. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan dan
semangat kepada penulis.
vi
9. Ibu Elvan Yuniarti, M.Si selaku sekretaris Program Studi Fisika
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan semangat dan arahan kepada penulis.
10. Seluruh dosen Program Studi Fisika yang telah memberikan ilmu kepada
penulis
11. Gizelda Larasati A dan Andri K, yang telah memberikan banyak sekali
bantuan dan dukungan kepada penulis.
12. Qonita Sarah, Adya Nur S, Annisa Zikri, Silvi Ade N, dan Shania Dyah P
yang telah menyemangati dan membantu penulis serta memberikan
informasi mengenai skripsi.
13. Amira Naufalia, Yori Zahra A, Wiryawan Danang S, dan Candra M yang
selalu memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi.
14. Teman KKN, Nisa dan Rifdah yang selalu menanyakan progress dan
memberikan motivasi.
15. Teman-teman Fisika Material 2015 yang selalu memberikan keceriaan dan
memberikan saran kepada penulis serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
penelitian.
16. Teman-Teman Fisika 2015 yang memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan di masa yang
akan datang. Kritik, diskusi, serta saran dapat disampaikan melalui alamat
surat elektronik penulis, zahra.husna15@mhs.uinjkt.ac.id. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca, terkhusus pada bidang polimer.
Jakarta, 26 November 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN I
LEMBAR PERNYATAAN II
ABSTRAK IV
ABSTRACT V
KATA PENGANTAR VI
DAFTAR TABEL X
DAFTAR GAMBAR XI
BAB I PENDAHULUAN 1
viii
2.5.2 Isopropil Alkohol 21
2.6 ELEKTROKIMIA 22
2.7 I-V METER ELKAHFI 23
5.1 KESIMPULAN 46
5.2 SARAN 46
DAFTAR PUSTAKA 47
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 KOMPONEN DAN SIFAT FISIS ETANOL 20
TABEL 2.2 KOMPONEN DAN SIFAT FISIS ISOPROPIL ALKOHOL 22
TABEL 3.1 SENSOR PVDF 26
TABEL 3.2 BAHAN PENELITIAN 26
TABEL 3.3 ALAT-ALAT PENELITIAN 27
TABEL 3.4 ALAT KARAKTERISASI 28
TABEL 3.5 KOMPOSISI BAHAN ETANOL 31
TABEL 3.6 KOMPOSISI BAHAN ISOPROPIL ALKOHOL 31
x
DAFTAR GAMBAR
xi
GAMBAR 4.6 RESISTIVITAS PERMUKAAN RESPON SENSOR ISOPROPIL ALKOHOL 37
GAMBAR 4.7 GRAFIK I-V SENSOR TERENDAM ALKOHOL 38
GAMBAR 4.8 GRAFIK SENSOR SAAT DIRENDAM ETANOL 39
GAMBAR 4.9 GRAFIK SENSOR SAAT DIRENDAM ISOPROPIL ALKOHOL 39
GAMBAR 4.10 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SAAT DIRENDAM
ALKOHOL 40
GAMBAR 4.11 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SAAT DIRENDAM
ETANOL 40
GAMBAR 4.12 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SAAT DIRENDAM
ISOPROPIL ALKOHOL 41
GAMBAR 4.13 GRAFIK SENSOR SETELAH DIRENDAM ALKOHOL 42
GAMBAR 4.14 GRAFIK SENSOR SETELAH DIRENDAM ETANOL 43
GAMBAR 4.15 GRAFIK SENSOR SETELAH DIRENDAM ISOPROPIL ALKOHOL 43
GAMBAR 4.16 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SETELAH DIRENDAM
ALKOHOL 44
GAMBAR 4.17 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SETELAH DIRENDAM
ETANOL 44
GAMBAR 4.18 GRAFIK RESISTIVITAS PERMUKAAN SENSOR SETELAH DIRENDAM
ISOPROPIL ALKOHOL 45
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Smart material atau bahan pintar merupakan bahan yang mulai diteliti pada
tahun 1980an. Bahan ini merupakan bahan unik yang dapat memberikan reaksi
yang berbeda pada lingkungan yang berbeda pula. Bahan ini bereaksi pada
medan listrik dan medan magnet. Smart material mempunyai beberapa tipe yang
yang ringan dan padat. Bahan ini banyak digunakan pada beberapa bidang seperti
primer, sekunder dan tersier. Salah satu contoh dari alkohol primer adalah etanol,
1
alkohol dapat digunakan dalam pembuatan plastik. Namun, salah satu
yang serius.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya alkohol
adalah dengan menggunakan sensor. Salah satu sensor yang dapat digunakan
satu sensor yang sedang mengalami pengembangan. PVDF sebagai sensor sering
digunakan untuk mendeteksi getaran, gaya potong, tekanan maupun panas [2].
Adanya piezoelektrik membuat PVDF menjadi bahan yang ringan, memiliki nilai
impedansi yang rendah dan nilai piezoelektrik yang tinggi dan konstan serta
menghasilkan medan listrik apabila diberikan stress atau tekanan mekanik dan
bahan ini akan mengalami deformasi mekanik apabila diberikan medan listrik.
menjadi energi listrik yang berupa perubahan muatan [4]. Karakteristik lain yang
dimiliki sensor PVDF adalah bahan yang mudah dibentuk, memiliki nilai
sensitivitas yang tinggi, sistem akuisisi data yang tidak kompleks sehingga
penggunaan sensor ini sangat sesuai dalam aplikasi lapangan untuk kondisi yang
2
Sifat-sifat yang dimiliki oleh sensor piezoelektrik PVDF memungkinkan
sensor tersebut untuk mendeteksi kadar konsentrasi alkohol karena adanya reaksi
kimia yang menyebabkan adanya muatan bebas yang mempengaruhi arus yang
dihasilkan.
diberikan
alkohol?
diberikan
alkohol?
3. Berapa besar konsentrasi alkohol yang bereaksi paling baik dengan sensor
film
Polivinylidene Fluoride?
DT1-052K
3
1. Menganalisis respon arus yang terjadi pada sensor Polivinylidene Fluoride
informasi mengenai respon arus yang terjadi pada sensor Polivinylidene Fluoride
pada saat direndam maupun setelah direndam oleh alkohol dengan kadar yang
alkohol.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdapat latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
Pada bab ini menjelaskan beberapa topik yang berhubungan dan menjadi
Pada bab ini menjelaskan tentang waktu dan tempat pelaksanaan, diagram alir
4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
banyak digunakan sebagai aktuator dan juga sebagai sensor karena memiliki sifat
kekakuan yang rendah, respon yang sangat baik, fleksibel serta ringan [7]. PVDF
biasanya dibuat dalam beberapa bentuk seperti lembaran, pellet, dan sebagai
isolator kawat. Sifat yang dimiliki oleh PVDF disebabkan oleh karakteristik
volume kristal sekitar 50% setelah ektrusi lebur [8]. PVDF dapat diperoleh
Proses polimerisasi yang paling banyak digunakan adalah proses suspensi atau
proses emulsi dengan medium reaksi air pada suhu 10-150 c pada tekanan 150-
300 atm [9]. PVDF juga memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan
6
Gambar 2.1 Proses Sintesis PVDF [10]
yang digunakan [11], [12]. Namun, diantara keempat struktur tersebut, struktur
Lando et al, terdapat dua rantai zigzag planar yang melewati sel unit ortorombik
dengan kelompok ruang cm2m [15]. Rantai-rantai trans planar zigzag yang
dimiliki struktur ini dapat menginduksi momen dipol yang signifikan, sehingga
pada struktur ini [16], [17]. Fase ini memiliki kisi parameter = 8.47 , b =4.90
Fasa memiliki nilai modulus elastic sebesar 2,37 x 1011 Nm-2 (zigzag
planar) sedangkan saat defleksi menjadi 2,24 x 1011 Nm-2 . Sedangkan memiliki
rapat kristal sebesar 1,97 gcm-3 dan momen dipol fasa ini adalah 7 x 10-28 Ccm3
[19].
7
Gambar 2.2 Struktur Fase [20]
Selain itu, fase dapat dihasilkan melalui beberapa metode, seperti transisi
fasa, solvent casting, dengan menambahkan pengisi pada filler matrix, transisi
fasa, atau dengan mengembangkan kopolimer PVDF yang telah banyak diteliti
[16]. Pada transisi fasa, transformasi dapat dilakukan dari fase menjadi fase
pada PVDF dengan cara penarikan pada suhu annealing atau proses polling [16].
Pada proses penarikan (stretching) dapat dilakukan secara uniaksial atau biaksial
pada suhu 50-100 dan strectching secara uniaksial dapat menghasilkan karakter
Fase merupakan fase non polar yang mudah diperoleh, dapat dihasilkan
dari kristalisasi lelehan atau pendinginan dengan suhu yang sedang atau tinggi
[22], [23]. Fase ini juga terbentuk selama proses polimerisasi dan ditandai dengan
non polar dan tidak menunjukkan memiliki sifat feroelektrik, dan ketika
8
mengalami deformasi, fase ini memiliki efek flexoelektrik yang besar. Efek ini
merupakan efek polarisasi yang terjadi karena regangan yang berubah dari titik ke
Fase ini juga dapat diubah menjadi tiga fase lainnya dengan cara
memberikan tekanan mekanik, panas, atau medan listrik yang memadai [23] dan
dapat dihasilkan pada suhu diatas 120 [25]. Fase ini memiliki kisi = 9.63 , b
=5.02 , dan c= 4.62 [26]dan memiliki jarak pengulangan sebesar 4.66 [18].
Fasa ini memiliki nilai kerapatan kristal sebesar 1,92 gcm-3 dan nilai modulus
elastik rantai konformasi TGTG’ sebesar 7,7x1010 Nm-2 [19]. Selain itu, semua
sudut = = = 90 [19].
Fase ketiga adalah fase . Fase ini memiliki konfigurasi TTTGTTTG’ dan
dapat dianggap sebagai campuran dari fase dan . Memiliki struktur kristal
monoklinik namun memiliki momen dipol yang lebih kecil dari fase [27]. Fase
ini memiliki kisi kisi = 4.96 , b =9.59 , dan c= 9,23 dengan = 92,9 [19].
9
Fase ini terbentuk pada suhu diatas 160 hingga mendekati 170 [28]. Pada fase
ini efek piezoelektrik sangat lemah, hal ini disebabkan karena adanya ikatan
gauche pada setiap bagian keempat dari setiap pengulangan rantai [16].
Selain fase , , dan , terdapat pula fase δ dan fase ε [23], [29]. Fase δ
merupakan fase namun dalam versi polar [27]. Fase ini dapat dibentuk melalui
fase dengan diberikan medan listrik yang tinggi. Fase ini memiliki sel satuan
makromolekul yang sama seperti fase . Perbedaan antara fase ini dan fase
adalah pada antar rantainya, karna pada fase ini kedua rantai diputar 180
disekitar sumbu rantai untuk mencegah jarak antar rantai fluor yang sangat kecil,
sehigga makromolekul digeser setengah dari kisi pada sumbu-c [27], [30], [31].
Bentuk fase ε memiliki konformasi rantai TTTGTTTG’ yang sama seperti fase ,
10
Gambar 2.5 Orientasi Molekul [20]
Pada tahun 1880, Jacques Curie dan Pierre Curie mendapati bahwa
rochelle salt, dan beberapa kristal lainnya. Efek yang muncul pada kristal-kristal
11
Piezoelectric pertama kali dicetuskan oleh Hankel pada tahun 1881, kata
ini berasal dari kata “piezo” atau “piezein” yang berarti tekanan [33]. Selain
effect), efek ini muncul apabila kedua permukaan kristal piezoelektrik diberi
medan listrik, maka kristal akan mengalami perubahan bentuk yakni menjadi
terdapat dua efek berbeda pada kristal piezoelektrik, yaitu efek langsung (direct
effect) untuk fungsi tekanan mekanis berubah menjadi medan listrik dan efek
sebaliknya untuk fungsi perubahan medan listrik menjadi deformasi mekanis [33].
piezoelektrik polimer. Pada bahan piezoelektrik keramik, bahan ini memiliki sifat
yang kaku dan rapuh seperti bahan Plumbum Zirkonate – Titanate (PZT) [33].
12
dibandingkan keramik, namun polimer memiliki konstanta tegangan piezoelektrik
yang lebih tinggi sehingga menunjukkan bahwa mereka adalah sensor yang jauh
lebih baik daripada bahan keramik. Selain itu, sensor dan aktuator dari bahan
karena memiliki sifat yang ringan, tangguh, dan dapat dibentuk dengan mudah.
Serta memiliki kekuatan dan ketahanan terhadap benturan yang tinggi [34].
bahan yang murah dan mudah, serta ukuran sensor atau aktuator yang maksimum
(PbTiO3) [8].
Film PVDF memiliki dua arah yang berbeda, yaitu sejajar (stretch) dan
arah tegak lurus ke rantai molekul. Sehingga PVDF juga memiliki sifat
13
Bidang PVDF diidentifikasikan sebagai sumbu x,y, dan Z. Sumbu x adalah
listrik saat bahan itu dipanaskan atau didinginkan [33]. Pada PVDF, piezoelektrik
dan koefisien piroelektrik berhubungan secara linear satu sama lain untuk
fase kristal polimer dengan bentuk kristal polar dan pada PVDF terdapat pada fase
menariknya kearah dipol pada ikatan C-F. Hal ini dilakukan pada perlakuan
2.4 Resistivitas
listrik pada ukuran tertentu. Bahan-bahan yang mengalirkan listrik dengan mudah
dan memiliki resistivitas yang rendah disebut konduktor, sedangkan untuk bahan
14
V= IR atau (2.1)
Hal ini disebabkan karena sensor PVDF bergantung dengan medan listrik.
Pada saat medan listrik diberikan, muatan positif pada bahan akan terdorong
searah dengan medan listrik dan muatan negatif pada bahan akan ditarik berlawan
dengan medan luar. Muatan positif pada bahan ini kemudian terdistribusi merata
dan dapat dianggap hanya memiliki satu titik sehingga tidak memiliki nilai
konduktivitas bahan.
menentukan kemampuan arus listrik untuk melewati bahan yang dilalui. Semakin
baik bahan dalam menghantarkan arus listrik, maka semakin baik pula nilai
15
dihasilkan. Tingkatan bahan yang memiliki kemampuan menhantarkan listrik
2.4.1 Polarisasi
dipol. Sehingga, salah satu cara untuk meningkatkan sifat piezoelektrik pada fase
adalah dengan memberikan medan listrik eksternal. Medan listrik ini akan
menyebabkan kenaikan pada polarisasi itu sendiri. Namun, apabila medan listrik
diturunkan sampai dengan nol, akan terjadi polarisasi residu. Polarisasi residu ini
disebabkan oleh adanya transisi orientasi dipol yang telah berhenti karena
polarisasi pada bahan setelah medan listrik diturunkan hingga nol tidak bernilai
nol [38].
momen ikatan. Pada PVDF, momen dipol ini dapat menentukan struktur padatan
yang diperoleh. Pada fase , fase ini memiliki struktur konformasi tipe TGTG’
sama lain sehingga momen dipolnya bernilai nol. Rantai molekuler bentuk ini
kristalnya bersifat non polar [39]. Pada fase ini terdapat regangan sterik antar
atom fluor dan terdapat regangan minimal pada beberapa rantai atom fluor-
hidrogen, hal ini menyebabkan konformasi pada rantai TGTG’ memiliki nilai
potensial paling rendah diantara semua polimorf yang diketahui [40]. Sedangkan
16
pada fase , terdapat sedikit pembelokan pada struktur rantai yang disebabkan
Selain itu, pada fasa ini ikatan atom C dan H serta atom C dan F jika dijumlahkan
menghasilkan resultan momen dipol tertentu, hal ini menyebabkan adanya sifat
polar [41]. Untuk fase , fase ini memiliki nilai momen dipol yang tertentu dengan
17
Perbedaan nilai momen dipol dipengaruhi dari variasi unit monomer pada
PVDF. Pada polimorf, nilai momen dipol per unit monomer mendekati konstan
[42].
piezoelektrik buatan seperti PZT (Plumbun Ziconate Titanate) dan film PVDF.
pada tekanan tinggi, dan proses polling. Proses polling menggunakan medan
listrik dari luar. Pada saat medan listrik diberikan dan mempengaruhi bahan
tersebut, muatan positif akan terdorong searah dengan medan listrik dan muatan
negatif akan ditarik berlawanan dengan medan luar, sehingga terjadi pergeseran
arah dari keduanya yang menyebabkan momen dipol listrik. Berbeda ketika tidak
diberikan medan listrik, muatan negatif dan positif terdistribusi merata dan
Gambar 2.13 Proses Deformasi Sebelum dan Sesudah diberikan Medan Listrik [38]
18
2.5 Alkohol
OH) yang terikat pada atom karbon, sedangkan ia sendiri terikat pada atom
hidrogen dan/ atau atom karbon lain. Alkohol memiliki dua penamaan berbeda
hidroksil (-OH) dan kemudian menambahkan alkohol sebai kata yang terpisah
[43].
Gugus hidroksil pada alkohol bersifat polar karena atom oxygen dan
hidrogen memiliki elektronegatifan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena dia
atom tidak terikat pada ikatan polar dan ikatan hidrogen dapat terbentuk diantara
Alkohol memiliki titik didih pada suhu yang sangat tinggi dibandingkan
dengan hidrokarbon yang memiliki berat yang sama. Titik didih yang tinggi ini
disebabkan oleh besar nya suhu yang diperlukan untuk memecah ikatan hidrogen
19
Alkohol diklasifikasikan menjadi primer, sekunder, atau tersier
2.5.1 Etanol
Etanol atau etil alkohol, alkohol murni, atau alkohol absolut merupakan
alkohol yang termasuk dalam klasifikasi primer. Alkohol ini merupakan golongan
kimia C2H5OH. Etanol merupakan cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
dan tidak berwarna. Selain itu, etanol juga tidak berancun sehingga banyak
digunakan sebagai pelarut dan dapat larut dalam air maupun pelarut organik
lainnya, dan banyak digunakan dalam dunia farmasi dan industri makanan dan
minuman [45]. Etanol juga larut dalam hidrokarbon seperti pentana dan heksana.
Etanol memiliki sifat kimia seperti BM 46,07, nyala api kebiru-biruan, dan
Komponen Sifat
20
Massa molekul relative 46.07 g/mol
Titik beku -114.1
Titik didih normal 78.32
Densitas pada 20 0.7893 g/mol
Kelarutan dalam air 20 Sangat larut
Viskositas pada 20 1.17cP
Kalor spesifik pada 20 0.579 kal/g
Kalor pembakaran pada 25 7092.1 kal/g
Kalor penguapan 79.32 200.6 kal/g
sintesia kimia. Sintesa kimia adalah melakukan reaksi antara gas etilen dan uap air
Isopropil atau IPA adalah cairan tidak berwarna dengan rasa yang pahit
dan memiliki rumus kimia C3H8O. IPA sering digunakan dalam pembuatan aseton
dan gliserin. Selain itu sering digunakan sebagai pelarut dalam alkohol gosok dan
alkohol gosok mengandung sebanyak 70% IPA, dan juga digunakan sebagai
cairan pembersih [47], [48]. IPA juga digunakan pada bidang farmasi dan juga
banyak ditemukan pada deterjen, kosmetik, desinfektan dan pengencer cat [49].
Isopropil dapat larut dengan air,benzene, kloroform, etanol ataupun gliserol [49].
Isopropil alkohol dibuat dari minyak bumi dengan hidrasi propena. Isopropil
alkohol memiliki titik didih 82 . Isopropil alkohol dapat menguap dengan sangat
21
cepat dan menimbulkan efek yang dingin. Selain itu, bahan ini juga memiliki sifat
Komponen Sifat
2.6 Elektrokimia
yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Adanya elektroda
positif dan negatif menyebabkan elektroda akan dialiri arus sebagai sumber energi
elektron yang disebut larutan. Larutan terdiri dari tiga bagian, yaitu elektrolit kuat,
lemah, dan bukan elektrolit. Elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik
dengan sangat baik. Elektrolit lemah dapat menghantarkan arus listrik namun
tidak sebaik elektrolit kuat. Sedangkan untuk larutan bukan elektrolit, larutan ini
tidak dapat menghantarkan listrik. Proses elektrokimia tidak terlepas dari logam
22
yang dicelupkan pada larutan yang disebut elektroda. Terdiri dari katoda dan
anoda [51] .
mengkarakterisasi arus tegangan (I-V). Alat ini dapat mengukur dari 100 pA
digunakan untuk mengolah data adalah software Elkahfi-100. Pada program ini,
pengukuran dapat disesuaikan dengan memilih menu yang dibutuhkan dan proses
pengolahan dan hasil pengukuran dapat dilihat pada LCD. Data dapat disimpan
23
Gambar 2.17 I-V Meter Elkahfi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
dilanjutkan dengan melakukan penelitian hingga penulisan dari bulan Juli 2019
hingga bulan Oktober 2019. Penelitian dilakukan di Pusat Lab Terpadu (PLT)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. Juanda No. 95,
Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa sensor PVDF, etanol dan
25
Tabel 3.1 Sensor PVDF
Tebal:
52
Sensor
Panjang DT
Polyvinylidene Measurement
1. layer: 23,5 TM 1-
Fluoride Specialities
mm 0152K
(PVDF)
Lebar:
10,2mm
Nama Volume
No Foto Bahan Produk Kemurnian
Senyawa (mL)
Isopropil
2. 100 Merck 99,8%
Alkohol
26
3.2.2 Peralatan penelitian
berikut:
Mencampur
1. Gelas Beaker alkohol dan
aquadest
Mengambil
2. Pipet
alkohol dan
aquadest
Mengukur volume
3. Gelas Ukur
cairan
27
Tempat
4. Cawan Petri
merendam sensor
Mengukur arus
1 I-V Meter
dan tegangan
28
3.3 Langkah-Langkah Penelitian
bagan berikut:
laptop untuk melihat dan menyimpan data yang diperlukan, kemudian jepit buaya
berwarna merah digunakan untuk menjepit elektroda sensor PVDF dan jepit
29
Gambar 3.2 Skema Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variasi, yaitu variasi bahan alkohol dan
variasi konsentrasi. Variasi bahan yang digunakan adalah etanol dan isopropil
50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%. Untuk menperoleh konsentrasi yang dibutuhkan,
pengenceran.
(3.1)
30
Tabel 3.5 Komposisi bahan etanol
dilakukan. Etanol dan aquadest masing-masing dituang kedalam gelas ukur untuk
diukur, etanol dan aquadest dituang kedalam gelas beaker untuk dicampur,
pengenceran konsentrasi ini juga dilakukan pada alkohol jenis isopropil alkohol
31
Gambar 3.3 Pengenceran Alkohol.
Pada proses ini, sensor yang digunakan diletakkan pada cawan petri.
yang diperlukan, maka alkohol kemudian dituangkan kedalam cawan petri hingga
32
3.5.4 Karakterisasi
laptop menggunakan kabel konektor. Kemudian, menyetel I-V test yang ada pada
program. Setelah itu, menjepit sampel pada I-V meter dan melakukan pengujian.
33
BAB IV
Pada penelitian ini sensor PVDF direndam oleh alkohol dengan variasi
jenis dan konsentrasi alkoholnya. Untuk mengetahui respon yang akan diberikan
oleh sensor, sensor diberikan arus menggunakan alat I-V meter. Pengujian ini
menghasilkan grafik yang menunjukkan respon yang diberikan oleh sensor. Hasil
pada gambar 4.1 serta grafik hubungan antara konsentrasi dan nilai arus
ditunjukkan pada gambar 4.2 dan gambar 4.3. Serta nilai resistivitas untuk seluruh
respon sensor ditunjukkan pada gambar 4.4 dan untuk grafik hubungan antara
nilai resistivitas dan konsentrasi alkohol ditunjukkan pada gambar 4.5 dan gambar
4.6
8,00E-05
etanol 90%
6,00E-05
Isopropil
4,00E-05
Alkohol
50%
2,00E-05 Isopropil
Alkohol
0,00E+00 70%
0 20 40 60 80 100 120
waktu (s)
Gambar 4.1 Grafik Respon Sensor
34
Grafik Respon Sensor Etanol
1,40E-04
1,20E-04 1,24E-04
1,00E-04 5,95E-05
Arus (A)
8,00E-05
5,62E-05
6,00E-05
4,00E-05
y = 8E-08x2 - 1E-05x + 0,0006
R² = 1
2,00E-05
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
1,40E-05
Arus (A)
1,20E-05
1,00E-05
9,77E-06
8,00E-06
6,00E-06
y = 1E-08x2 - 2E-06x + 7E-05 9,26E-06
4,00E-06
R² = 1
2,00E-06
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
35
Resistivitas Permukaan Respon Sensor
1,47E+06
Resistivitas Permukaan ()
6,65E+05 Isopropil
Alkohol 50%
4,65E+05 Isopropil
Alkohol 70%
2,65E+05 Isopropil
Alkohol 90%
6,50E+04
0 50 100 150
Waktu (s)
1,00E+05 1,51E+05
8,00E+04
6,00E+04
4,00E+04
7,26E+04
2,00E+04
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
36
Resistivitas Permukaan Respon Sensor Isopropil
Alkohol
1,20E+06
9,72E+05
1,00E+06
9,22E+05
8,00E+05
Arus (A)
6,00E+05
4,92E+05
4,00E+05
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sensor mengalami polarisasi saturasi dan
terlihat bahwa semakin rendah konsentrasi yang diberikan pada sensor, semakin
cepat sensor mengalami polarisasi saturasi. Waktu yang dibutuhkan oleh sensor
untuk mengalami polarisasi saturasi sekitar dua detik. Selain itu, semakin rendah
digunakan maka semakin tinggi nilai resistivitas yang diperoleh. Selain itu, respon
yang ada pada sensor, sehingga mempengaruhi nilai arus dan resistivitas.
37
4.2 Grafik I-V Sensor Saat Terendam Alkohol
Pada pengujian ini dilakukan perendaman sensor oleh alkohol jenis etanol
dan isopropil dengan konsentrasi yang berbeda. Sensor diberikan tegangan yang
berbeda mulai dari 0 – 9 volt dengan kenaikkan 0,5 volt. Tujuan dari penelitian ini
pada arus yang diperoleh. Hasil dari penelitian ini adalah grafik I-V sensor pada
saat terendam alkohol yang ditunjukkan pada gambar 4.7. Sedangkan untuk
masing-masing sensor ditunjukkan pada gambar 4.8 dan 4.9. Dan nilai resistivitas
6,00E-05
4,00E-05 isopropil
alkohol 50%
2,00E-05
isopropil
0,00E+00 alkohol 70%
0 2 4 6 8 10 isopropil
-2,00E-05 alohol 90%
Tegangan (V)
38
Grafik Sensor Saat Direndam Etanol
1,20E-04
1,00E-04
5,28E-05
8,00E-05 1,14E-04
Arus (A)
6,00E-05
4,00E-05 7,07E-05
y = 4E-05x2 - 0,0002x + 0,0003
R² = 1
2,00E-05
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
1,60E-06 [Y VALUE]
1,40E-06
1,20E-06
5,41E-07 8,46E-07
Arus (A)
1,00E-06
4,00E-07
2,00E-07
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi Alkohol (%)
39
Grafik Resistivitas Permukaan Sensor Saat Direndam
Alkohol
4,05E+06
etanol 70%
etanol 90%
3,05E+06
isopropil
2,05E+06 alkohol70%
isopropil alkohol
1,05E+06 90%
isopropil alkohol
5,00E+04 50%
0 50 100 150 200
Waktu (s)
1,80E+05
1,60E+05
Resistivitas Permukaan ()
1,00E+05 1,27E+05
8,00E+04
6,00E+04
7,89E+04
4,00E+04
2,00E+04
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
40
Resistivitas Permukaan Isopropil Alkohol
1,80E+07
1,65E+07
1,60E+07
1,40E+07
Resistivitas Permukaan ()
8,00E+06
6,00E+06 5,62E+06
4,00E+06
2,00E+06
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
Gambar 4.12 Grafik Resistivitas Permukaan Sensor Saat Direndam Isopropil Alkohol
Pada grafik sensor saat direndam alkohol, dapat dilihat bahwa dengan
tegangan yang diberikan, grafik sensor dengan konsentrasi lebih rendah memiliki
nilai arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lainnya, dan etanol
memiliki grafik dengan nilai arus yang lebih tinggi dibandingkan grafik sensor
yang diberikan isopropyl alkohol. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan pada
sensor, semakin landai grafik yang diperoleh. Hal ini mungkin disebabkan oleh
mengalami kenaikkan pada saat tegangan sekitar 1-1,5 volt. Namun, pada grafik
tersebut, grafik etanol dengan konsentrasi 90% lebih tinggi dibandingkan dengan
grafik etanol dengan konsentrasi 70%. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang
teliti pada proses pengambilan data atau sensor yang tidak terendam seluruhnya.
konsentrasi yang diberikan pada sensor maka semakin rendah nilai resistivitas
41
yang diperoleh dan hal ini juga menunjukkan adanya hukum ohm dimana nilai
kenaikkan 0,5 volt setelah direndam oleh alkohol dengan variasi jenis dan
konsentrasi alkohol. Hasil dari pengujian ini diperoleh pengaruh antara tegangan
dan arus setelah direndam alkohol yang ditunjukkan pada gambar 4.13 dan untuk
masing-masing jenis alkohol ditunjukkan pada gambar 4.14 dan 4.15. Sedangkan
untuk nilai resistivitas sensor setelah direndam alkohol ditunjukkan pada gambar
4.16, dan untuk masing-masing jenis alkohol ditunjukkan pada gambar 4.17 dan
4.18.
8,00E-07
isopropil
6,00E-07 alkohol 50%
4,00E-07 isopropil
2,00E-07 alkohol 70%
isopropil
0,00E+00
alkohol 90%
-2,00E-07 0 2 4 6 8 10
Tegangan (V)
42
Grafik Sensor Setelah Direndam Etanol
1,42E-06
1,40E-06 1,40E-06
1,39E-06
1,38E-06
1,36E-06
1,34E-06
Arus (A)
1,32E-06
1,30E-06
y = 4E-10x2 - 6E-08x + 3E-06
1,28E-06 R² = 1
1,26E-06
1,24E-06
1,22E-06 1,22E-06
1,20E-06
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
4,00E-05
Arus (A)
3,00E-05
y = 5E-08x2 - 8E-06x + 0,0003
R² = 1
2,00E-05
9,59E-06 8,39E-06
1,00E-05
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
43
Resistivitas Permukaan Sensor Setelah Direndam
Alkohol
4,56E+07
etanol 50%
Resistivitas Permukaan ()
4,06E+07
3,56E+07 etanol 70%
3,06E+07
etanol 90%
2,56E+07
2,06E+07 Isopropil
1,56E+07 Alkohol 50%
Isopropil
1,06E+07 Alkohol 70%
5,55E+06 Isopropil
Alkohol 90%
5,50E+05
0 20 40 60 80 100
waktu (s)
7,40E+06 7,37E+06
7,20E+06
y = -2355,8x2 + 329553x - 4E+06
7,00E+06 R² = 1
6,80E+06
6,60E+06
6,20E+06
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
44
Resistivitas Permukaan Sensor Setelah Direndam
Isopropil Alkohol
1,20E+06
Resistivitas Permukaan ()
4,00E+05
2,00E+05 1,70E+05
0,00E+00
0 30 60 90 120
Konsentrasi (%)
Gambar 4.18 Grafik Resistivitas Permukaan Sensor Setelah Direndam Isopropil Alkohol
Sedangkan pada grafik sensor yang telah direndam alkohol dapat dilihat
sensor tidak berpengaruh hal ini dapat dilihat pada nilai arus yang dimiliki etanol
konsentrasi 70%, begitu pula dengan grafik isopropil alkohol dengan konsentrasi
90% yang memiliki nilai arus lebih tinggi dibandingkan dengan isopropil alkohol
dengan konsentrasi 70%. Namun, etanol dan isopropil dengan konsentrasi 90%
memiliki nilai arus yang lebih rendah dibandingkan etanol dan isopropil dengan
konsentrasi 50%. Hal ini mungkin disebabkan oleh alkohol yang mengalami
tetap berlaku hukum ohm dimana nilai resistivitas berbanding terbalik dengan
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
polyvinylidene fluoride.
5.2 Saran
kemudian sensor bekerja lebih baik pada saat direndam alkohol dengan tegangan
yang diberikan sekitar 1 hingga 1,5 volt. Serta menggunakan sensor yang sama
untuk memperoleh hasil yang baik dan menggunakan variasi konsentrasi yang
46
DAFTAR PUSTAKA
47
Structures of Three Crystalline Forms of Poly(vinylidene fluoride),”
Polym. J., vol. 3, no. 5, pp. 600–610, 1972.
[16] L. Ruan, X. Yao, Y. Chang, L. Zhou, G. Qin, and X. Zhang, “Properties
and applications of the β phase poly(vinylidene fluoride),” Polymers
(Basel)., vol. 10, no. 3, pp. 1–27, 2018.
[17] T. Hattori, M. Kanaoka, and H. Ohigashi, “Improved piezoelectricity in
thick lamellar β-form crystals of poly(vinylidene fluoride) crystallized
under high pressure,” J. Appl. Phys., vol. 79, no. 4, pp. 2016–2022, 1996.
[18] G. Cortili and G. Zerbi, “Chain conformations of polyvinylidene fluoride as
derived from its vibrational spectrum,” Spectrochim. Acta Part A Mol.
Spectrosc., vol. 23, no. 2, pp. 285–299, 1967.
[19] A. N. Muslimin, A. Hartono, A. Tjahjono, and N. Fadilah, “ANALISIS
PENGARUH TEMPERATUR HOT PRESS TERHADAP
PENINGKATAN NILAI FRAKSI β FILM,” vol. VI, pp. 33–38, 2017.
[20] R. G. Kepler and R. A. Anderson, “Ferroelectric polymers,” Adv. Phys.,
vol. 411, no. 1, pp. 1–57, 1992.
[21] H. Kawai, “The Piezoelectricity of Poly (vinylidene Fluoride),” Jpn. J.
Appl. Phys., vol. 8, no. 7, pp. 975–976, 1969.
[22] R. Gregorio, “Determination of the α, β, and γ crystalline phases of
poly(vinylidene fluoride) films prepared at different conditions,” J. Appl.
Polym. Sci., vol. 100, no. 4, pp. 3272–3279, 2006.
[23] K. Jurczuk, A. Galeski, M. Mackey, A. Hiltner, and E. Baer, “Orientation
of PVDF α and γ crystals in nanolayered films,” Colloid Polym. Sci., vol.
293, no. 4, pp. 1289–1297, 2015.
[24] W. M. Prest and D. J. Luca, “The morphology and thermal response of
high-temperature-crystallized poly(vinylidene fluoride),” J. Appl. Phys.,
vol. 46, no. 10, pp. 4136–4143, 1975.
[25] R. Gregorio, “Determination of the α, β, and γ crystalline phases of
poly(vinylidene fluoride) films prepared at different conditions,” J. Appl.
Polym. Sci., vol. 100, no. 4, pp. 3272–3279, 2006.
[26] J. B. Lando and W. W. Doll, “Journal of Macromolecular Science , Part B :
Physics The polymorphism of poly ( vinylidene fluoride ). I . The effect of
head-to-head structure,” no. May 2013, pp. 37–41.
[27] I. Y. Abdullah, M. Yahaya, M. H. H. Jumali, and H. M. Shanshool,
“Influence of the spinning rate on the β-phase formation in poly(vinylidene
fluoride) (PVDF) films,” AIP Conf. Proc., vol. 1838, no. May, 2017.
[28] T. Kotakas and T. Kotakas, “Electrical properties of form III
poly(vinyl1dene fluoride),” Ferroelectrics, vol. 32, no. 1, pp. 1–11, 1981.
[29] A. Omar, “Processing, morphology and product parameters of PVDF
filaments for biomedical applications,” 2008.
48
[30] D. E, C. G, S. G, and C. G, “Formation of a New Crystal Form ( a p )of
Poly(viny1idene fluoride) under Electric Field,” vol. 11, no. 6, pp. 0–1,
1978.
[31] G. T. Davis, J. E. McKinney, M. G. Broadhurst, and S. C. Roth, “Electric-
field-induced phase changes in poly(vinylidene fluoride),” J. Appl. Phys.,
vol. 49, no. 10, pp. 4998–5002, 1978.
[32] S. Manna, S. K. Batabyal, and A. K. Nandi, “Preparation and
characterization of silver-poly(vinylidene fluoride) nanocomposites:
Formation of piezoelectric polymorph of poly(vinylidene fluoride),” J.
Phys. Chem. B, vol. 110, no. 25, pp. 12318–12326, 2006.
[33] D. R. Santoso, “Pengukuran Stress Mekanik Berbasis Sensor Piezoelektrik
(Prinsip Desain dan Implementasi),” Pertama., Tim UB Press, Ed. Malang:
UB Press, 2017, p. 158.
[34] J. S. Harrison and Z. Ounaies, Piezoelectric Polymers, no. 2001. virginia,
2019.
[35] D. K. Das-Gupta and J. S. Duffy, “Pyroelectricity in polyvinylidene
fluoride,” J. Appl. Phys., vol. 50, no. 1, pp. 561–563, 1979.
[36] A. N. S. Wijaya, “Identifikasi Potensi Mineral di Kecamatan Galang
Kabupaten ToliToli Menggunakan Metode Resistivitas dan Induced
Polarization,” UIN Jakarta, 2019.
[37] E. Mulyana, N. L. K, T. S. Rahman, L. Safriani, H. Taniguchi, and
Risdiana, “PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BAHAN ORGANIK
BERBASIS TTF DENGAN AKSEPTOR TCNQ DAN RbZn(SCN)4,” vol.
01, No. 01, pp. 70–78, 2017.
[38] A. Hartono and Priyambodo, “PENGARUH POLLING MEDAN LISTRIK
TINGGI TERHADAP STRUKTUR β POLYVINYLIDENE FLUORIDE
(PVDF),” Al, vol. IX, no. 2, pp. 74–80, 2016.
[39] A. Hartono and Priyambodo, “PENGARUH POLLING MEDAN LISTRIK
TINGGI TERHADAP STRUKTUR β POLYVINYLIDENE FLUORIDE
(PVDF),” Al-Fiziya, vol. IX, pp. 62–73, 2016.
[40] R. Hasegawa, M. Kobayashi, and H. Tadokoro, “Molecular Conformation
and Packing of Poly(vinylidene fluoride). Stability of Three Crystalline
Forms and the Effect of High Pressure,” Polym. J., vol. 3, no. 5, pp. 591–
599, 1972.
[41] F. Rohman, G. R. F. Suwandi, and S. Satira, “Pengaruh Ketebalan Film dan
Medan Listrik Tinggi Terhadap Jumlah Fraksi β Pengaruh Ketebalan Film
dan Medan Listrik Tinggi Terhadap Jumlah Fraksi β pada Polimer Poly (
vinylidene fluoride ),” no. October 2014, 2012.
[42] S. Abdalla, A. Obaid, and F. M. Al-Marzouki, “Preparation and
characterization of poly(vinylidene fluoride): A high dielectric performance
49
nano-composite for electrical storage,” Results Phys., vol. 6, no.
September, pp. 617–626, 2016.
[43] F. A. Carey, Organic Chemistry, 3rd editio. Departement of Chemistry,
University of Virginia, 1996.
[44] K. J. Denniston, J. J. Topping, and R. L. Caret, General, Organic, and
Biochemistry, Third Edit. New York: Smith, James M, 2001.
[45] Lusiana, “Proses Pembuatan Material Superkonduktor Bscco dengan
Metoda Padatan,” pp. 73–82, 2013.
[46] L. I. Utami, “Pembuatan etanol dari buah mengkudu,” vol. 4, no. 1, pp.
255–259, 2009.
[47] M. P. . H, Stuart Abramson M.D., “EXTRACORPOREAL TREATMENT
OF POISONINGS,” in Chronic Kidney Disease, Dialysis, &
Transplantation: Companion to Brenner & Rector’s The Kidney, 3rd ed.,
Elsevier Inc., 2010, pp. 700–719.
[48] D. Jammalamadaka and S. Raissi, “Ethylene glycol, methanol and
isopropyl alcohol intoxication,” Am. J. Med. Sci., vol. 339, no. 3, pp. 276–
281, 2010.
[49] Z. Zhao et al., “The activation effects of low level isopropyl alcohol
exposure on arterial blood pressures are associated with decreased 5-
hydroxyindole acetic acid in urine,” PLoS One, vol. 11, no. 9, pp. 1–13,
2016.
[50] A. S. Intani, “PRARANCANGAN PABRIK ASETON PROSES
DEHIDROGENASI ISOPROPIL ALKOHOL KAPASITAS 19.500
TON/TAHUN,” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
[51] G. A. Pauzi et al., “Desain dan Realisasi Akumulator Elektrolit Air Laut
dengan Penambahan Sodium Bicarbonate (NaHCO3) sebagai Sumber
Energi Alternatif,” vol. 8, no. 1, pp. 78–85, 2018.
[52] A. Hartono, E. Sanjaya, and R. Ramli, “Glucose sensing using capacitive
biosensor based on polyvinylidene fluoride thin film,” Biosensors, vol. 8,
no. 1, pp. 1–10, 2018.
50
LAMPIRAN
A. Komposisi Alkohol
Komposisi Etanol dan Isopropil Alkohol
Konsentrasi 50% Konsentrasi 70% Konsentrasi 90%
v1 v1 v1
v1 10 ml v1 14 ml v1 18 ml
B. Respon Sensor
Data Respon Sensor
No Konsentrasi Etanol Isopropil Alkohol
1 50% 1,24E-04 1,83E-05
2 70% 5,95E-05 9,77E-06
3 90% 5,62E-05 9,26E-06
51
3 90% 7,07E-05 8,46E-07
52