Anda di halaman 1dari 38

1

MODUL PERKULIAHAN

W142100037 –
Mesin Arus
Bolak Balik

Konsep Dasar Mesin AC


Abstrak Sub-CPMK

Modul ini membahas Setelah membaca modul ini, pembaca


tentang konsep dasar mesin diharapkan mampu menjelaskan dan
berputar. memahami konsep dasar mesin
berputar.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Mesin AC, adalah generator yang mengubah energi mekanik menjadi listrik energi
AC dan motor yang mengubah energi listrik AC menjadi energi mekanik. Prinsip dasar
mesin AC sangat sederhana, namun dalam bentuk nyata, konstruksi rumit. Pada modul
ini pertama – tama akan menjelaskan prinsip penggunaan pengoperasian mesin AC
dengan contoh sederhana, dan kemudian mempertimbangkan beberapa komplikasi yang
terjadi secara nyata pada mesin ac.

Ada dua kelompok utama dari mesin AC, mesin sinkron dan mesin induksi
(asinkron). Mesin sinkron adalah motor dan generator yang mana arus medan magnet
dipasok oleh sumber daya terpisah, sedangkan mesin induksi adalah motor dan generator
yang arus medannya disuplai oleh induks magnet (transformer action) ke dalam gulungan
medannya. Rangkaian medan pada mesin sinkron dan induksi umumnya terletak pada
rotornya.

2.1 Loop sederhana dalam sebuah medan magnet uniform.

Kita akan memulai studi mesin ac dengan loop sederhana dari lilitan kawat (coil)
yang berputar di dalam medan magnet yang seragam. Loop kawat dalam medan magnet
seragam adalah mungkin mesin yang paling sederhana yang menghasilkan tegangan ac
sinusoidal. Kasus ini tidak merepresentasikan mesin ac nyata, karena fluks dalam mesin
ac nyata tidak konstan dalam besaran atau arah. Namun, faktor-faktor yang mengontrol
tegangan dan torsi pada loop akan sama dengan faktor-faktor yang mengontrol tegangan
dan torsi di mesin ac nyata.

Gambar 2.1 menunjukkan mesin sederhana yang terdiri dari magnet stasioner besar
menghasilkan medan magnet yang pada dasarnya konstan dan seragam dan loop kawat
berputar di dalam bidang itu. Bagian mesin yang berputar disebut rotor, dan bagian
stasioner mesin disebut stator.

Tegangan yang Diinduksi dalam Loop kawat Berputar Sederhana

Jika rotor mesin ini diputar, tegangan akan diinduksi dalam loop kawat (koil).
Untuk menentukan besar dan bentuk tegangan, lihat Gambar 2.2. Lingkaran kawat yang
ditunjukkan persegi panjang, dengan sisi ab dan cd tegak lurus dengan bidang halaman
dan dengan sisi sejajar dan da dengan bidang halaman. Medan magnet konstan dan
tidak terhubung, menunjuk dari kiri ke kanan melintasi halaman.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 Loop berputar sederhana dalam medan magnet seragam. (a) Tampak depan;
(b) tampilan koil.

Gambar 2.2 (a) Kecepatan dan orientasi dari sisi loop sehubungan dengan medan
magnet. (b) Arah gerak terhadap medan magnet untuk sisi ab (c) Arah gerak terhadap
medan magnet untuk sisi cd.

Untuk menentukan tegangan total etot pada loop, kita akan memeriksa setiap
segmen loop secara terpisah dan menjumlahkan semua tegangan yang dihasilkan.
Tegangan pada setiap segmen diberikan oleh Persamaan berikut :

e ind =( v × B )

1. Segmen ab. Dalam segmen ini, kecepatan koil bersinggungan dengan jalur rotasi,
sedangkan medan magnet B menunjuk ke kanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1.2b. Kuantitas v x B menunjuk kedalam halaman (into the page), yang searah dengan
segmen ab. Oleh karena itu, tegangan yang diinduksi pada segmen kabel ini adalah

e ba=( v × B ) ∙l

¿ vBl sin θab (arahnya “into the page”)………………………...2.1

2. Segmen bc. Di paruh pertama segmen ini, kuantitas v x B mengarah kedalam


halaman, dan di paruh kedua segmen ini, kuantitas v x B menunjukkan keluar halaman.
Karena panjang I pada bidang halaman, v x B tegak lurus dengan I untuk kedua bagian
segmen. Oleh karena itu tegangan di segmen akan menjadi nol:

e cb =0……………………………………………………..2.2

3. Segmen cd. Pada segmen ini kecepatan koil bersinggungan dengan jalur rotasi,
sedangkan medan magnet B mengarah ke kanan, seperti terlihat pada Gambar 1.2c.
Kuantitas v x B menunjuk ke halaman, yang searah dengan segmen ed. Oleh karena itu,
tegangan yang diinduksi pada segmen kabel ini adalah

e cd =( v × B ) ∙l

¿ vBl sin θcd (arahnya “out of the page”)………………………...2.3

4. Segmen da. Seperti pada segmen bc, v x B tegak lurus dengan I. Oleh karena itu
tegangan pada segmen ini juga akan menjadi nol:

e ad=0…………………………………………………………….2.4

Total tegangan induksi pada loop eind adalah jumlah dari tegangan yang diinduksikan
pada masing-masing sisinya :

e ind =e ba + e cb +e dc + ead

¿ vBl sin θab + vBl sin θcd ………………….………………………..2.5

Perhatikan bahwa θ ab =180 −θ cddan karena sin θ=¿ sin ( 1800−θ ) ¿ . Oleh karena itu,
0

tegangan induksi menjadi :

e ind =2 Bl sinθ …………………………………………………..2.6

Tegangan e ind yang dihasilkan ditampilkan sebagai fungsi waktu pada Gambar 2.3.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ada cara alternatif untuk mengekspresikan Persamaan (2.6), yang secara jelas
menghubungkan perilaku loop tunggal dengan perilaku mesin ac nyata yang lebih besar.
Untuk mendapatkan gambaran alternatif ini, lihat Gambar 2.2. Jika loop berputar dengan
kecepatan sudut konstan ω, maka sudut ϴ loop akan meningkat seiring waktu. Dengan
kata lain,

θ=ωt

Gambar 2.2

Plot eind terhadapa ϴ

Juga, kecepatan tangensial v dari tepi-tepi loop dapat dinyatakan sebagai

v=rω………………………………………………………………2.7

dimana r adalah jari-jari dari sumbu rotasi ke tepi loop dan ω adalah kecepatan sudut
loop. Mengganti ekspresi ini menjadi Persamaan (2.6) memberikan

e ind =2 rωBl sin ωt ………………………………………………………….2.8

Perhatikan juga dari Gambar 2.1 b bahwa luas A dari loop hanya setara dengan 2rl. Oleh
karena itu,

e ind = AωB sin ωt ………………………………..……………2.9

Akhirnya, perhatikan bahwa fluks maksimum melalui loop terjadi ketika loop tegak lurus
dengan garis kerapatan fluks magnet. Fluks ini hanya hasil kali dari luas permukaan loop
dan kerapatan fluks yang melewati loop.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
∅ maks = AB ……………………………………….2.10

Oleh karena itu, bentuk akhir dari persamaan tegangan adalah

e ind =∅maks ω sin ωt ……………………………………2.11

Jadi, tegangan yang dibangkitkan dalam loop adalah sinusoidal yang besarnya
sama dengan hasil kali fluks di dalam mesin dan kecepatan putaran mesin. Ini juga
berlaku untuk mesin ac nyata. Secara umum, tegangan di mesin nyata mana pun akan
bergantung pada tiga faktor:

1. Fluks didalam dalam mesin

2. Kecepatan putaran

3. Konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin (jumlah loop, dll.)

Torsi yang diinduksikan dalam Loop yang dialiri Arus (The Torque Induced in a
Current-Carrying Loop)

Sekarang asumsikan bahwa loop rotor berada pada beberapa sudut sembarang ϴ
sehubungan dengan medan magnet, dan bahwa arus i mengalir dalam loop, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Jika arus mengalir di loop, maka torsi akan diinduksi pada loop kawat. Untuk
menentukan besar dan arah torsi, lihat Gambar 2.5. Gaya pada setiap segmen loop akan
diberikan oleh Persamaan (2.43),

F=i ( l × B )

dimana

i = besarnya arus di segmen tersebut

I = panjang segmen, dengan arah I didefinisikan berada diarah aliran arus

B = vektor kerapatan fluks magnet

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.4. “A current-carrying loop” didalam medan magnet serbasama. (a)
Tampak depan; (b) Penampakan Koil

Gambar 2.5 (a) Derivation of force and torque on segment ab. (b) Derivation of force and
torque on segment bc. (c) Derivation of force and torque on segment cd. (d) Derivation of
force and torque on segment da.

Torsi pada segmen itu kemudian akan diberikan oleh

Ƭ = (gaya diterapkan) (jarak tegak lurus)

= (F) (r sin ϴ)

= rF sin ϴ

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dimana ϴ adalah sudut antara vektor r dan vektor F. Arah torsi searah jarum jam jika
cenderung menyebabkan putaran searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam
jika itu cenderung menyebabkan rotasi berlawanan arah jarum jam.

1. Segmen ab. Pada segmen ini arah arus menuju kedalam halaman (into the page),
sedangkan medan magnet B mengarah ke kanan, seperti terlihat pada Gambar
2.5a. Kuantitas yang ditunjukkan oleh I x B. Oleh karena itu, gaya yang diinduksi
pada segmen kawat ini adalah
F=i ( I xB )
¿ ilB (kebawah)
Torsi yang dihasilkan adalah
τ ab=(F )¿
τ ab=rilB sin θab ¿ ¿ clockwise…….………………………..2.12

2. Segmen bc. Dalam segmen ini, arah arus berada pada bidang halaman,
sedangkan medan magnet B mengarah ke kanan, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5b.
Kuantitas I x B menunjuk kedalam halaman. Oleh karena itu, gaya yang
diinduksikan pada segmen kawat ini adalah
F=i ( I xB )
¿ ilB (into the page)
Untuk segmen ini, torsi yang dihasilkan adalah 0, karena vektor r dan I adalah
paralel (keduanya mengarah kedalam halaman), dan sudut ϴ adalah O.
τ ab=(F )¿
¿ 0 ………..……………………………………2.13

3. Segmen cd. Pada segmen ini, arah arus keluar dari halaman, sedangkan medan
magnet B mengarah ke kanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5c.
Kuantitas I x B menunjuk keatas. Oleh karena itu, gaya yang diinduksi pada
segmen kawat ini adalah
F=i ( I xB )
¿ ilB up
Torsi yang dihasilkan adalah
τ cd =( F) ¿
τ cd =rilB sin θcd ¿ ¿ clockwise …….……………..2.14

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Segmen da. Di segmen ini, arah arus berada pada bidang halaman, sedangkan
medan magnet B mengarah ke kanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.5d.
Kuantitas yang ditunjukkan I x B dari dalam halaman. oleh karena itu, gaya yang
diinduksi pada segmen kawat ini adalah
F=i ( I xB )
¿ ilB (out of the page)
Untuk segmen ini, torsi yang dihasilkan adalah 0, karena vektor r dan I adalah
paralel (both point out of the page), dan sudut ϴ adalah O.
τ da=(F)¿
¿ 0 ………..……………………………………2.15
Torsi total yang diinduksikan pada loop τ ind adalah jumlah torsi pada masing-
masing sisinya:
τ ind =τ ab + τ bc +τ cd + τ da
¿ rilB sin θab +rilB sin θ cd………………………………2.16
Perhatikan bahwa θ ab =θcd , sehingga torsi yang diinduksi menjadi
τ ind =2rilB sin θ ………………………….…………….2.17
Torsi yang dihasilkan τ ind ditampilkan sebagai fungsi sudut pada Gambar 2.6.
Perhatikan bahwa torsi maksimum ketika bidang loop sejajar dengan medan
magnet, dan torsi nol ketika bidang loop tegak lurus dengan medan magnet.
Ada cara alternatif untuk menggambarkan Persamaan (2.17), yang secara jelas
menghubungkan perilaku loop tunggal dengan perilaku mesin ac nyata yang lebih
besar. Untuk mendapatkan gambaran alternatif ini, lihat Gambar 2.7. Jika arus
dalam loop seperti yang ditunjukkan pada gambar, arus itu akan menghasilkan
kerapatan fluks magnet Bloop dengan arah seperti yang ditunjukkan. Besarnya Bloop
akan menjadi
μi
Bloop=
G
dengan G adalah faktor yang bergantung pada geometri loop (Jika loop adalah
lingkaran, lalu G = 2r, dimana r adalah jari-jari lingkaran. Jadi Bloop=μi ∕ 2 r . Untuk
loop bentuk persegi panjang, nilai G akan bervariasi tergantung pada rasio
panjang-lebar yang tepat dari loop). Juga, perhatikan bahwa luas loop A sama
dengan 2rl. Substitusikan kedua persamaan ini ke dalam Persamaan (2.17)
memberikan hasilnya

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
AG
τ ind = B B sinθ …………..…………………….2.18
μ loop S
¿ k Bloop B S sin θ……………………………………2.19

Gambar 2.6

Plot τ ind terhadapa ϴ

Gambar 2.7 Penurunan persamaan torsi yang diinduksi. (a) Arus dalam loop
menghasilkan sebuah kerapatan fluks magnet Bloop yang tegak lurus terhadap
bidang lingkaran; (b) hubungan geometris antara Bloop dan BS.

dimana k = AG ∕ μ adalah faktor yang bergantung pada konstruksi mesin, BS


digunakan untuk medan magnet stator untuk membedakannya dari medan magnet
yang dibangkitkan oleh rotor, dan ϴ adalah sudut antara Bloop dan Bs. Sudut antara
B loop dan B dapat dilihat oleh identitas trigonometri sama dengan sudut ϴ dalam
Persamaan (2.17).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Baik besar maupun arah torsi yang diinduksi dapat ditentukan dengan
menyatakan Persamaan (2.19) sebagai perkalian silang:
τ ind =k B loop B S………………………………………..2.20
Menerapkan persamaan ini ke loop pada Gambar 2.7 menghasilkan vektor torsi
kedalam halaman (into the page), menunjukkan bahwa torq ue searah jarum jam,
dengan besaran yang diberikan oleh Persamaan (2.19).
Jadi, torsi yang diinduksi dalam loop sebanding dengan kekuatan loop medan
magnet, kekuatan medan magnet eksternal, dan sinus sudut di antara keduanya.
Ini juga berlaku untuk mesin ac nyata. Secara umum, torsi dalam mesin nyata
mana pun akan bergantung pada empat faktor:
I. Kekuatan medan magnet rotor
2. Kekuatan medan magnet eksternal
3. Sinus sudut di antara keduanya
4. Konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin (geometri, dll.)

2.2 Medan Magnet Putar


Pada Bagian 2.1, menunjukkan bahwa jika dua medan magnet ada dalam
sebuah mesin, maka torsi akan tercipta yang cenderung sejajar dengan dua
medan magnet. Jika satu medan magnet diproduksi oleh stator mesin ac dan yang
lainnya diproduksi oleh rotor mesin, maka torsi akan diinduksikan pada rotor, yang
akan menyebabkan rotor berputar dan menyesuaikan diri dengan medan magnet
stator.
Jika ada beberapa cara untuk membuat medan magnet stator berputar,
maka torsi yang diinduksikan pada rotor akan menyebabkannya medan magnet
stator terus-menerus berputar "mengejar" dalam sebuah lingkaran. Secara
singkat, Ini adalah prinsip dasar dari semua pengoperasian motor ac.
Bagaimana bidang magnet stator dibuat berputar? Prinsip dasar utama
pengoperasian mesin ac adalah jika sekumpulan arus tiga fasa, masing-masing
dengan magnitude yang sama dan berbeda fasa sebesar 120°, mengalir dalam
belitan tiga fasa, maka akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan
mngnitude konstan. Belitan tiga fase terdiri dari tiga tempat terpisah yang berjarak
120 derajat elektris di sekitar permukaan mesin.
Konsep magnet yang berputar akan diilustrasikan dalam kasus yang paling
sederhana dengan sebuah stator kosong yang hanya terdiri dari tiga koil, masing-
masing terpisah 1200 (lihat Gambar 2.8a). Karena belitan semacam itu hanya

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
menghasilkan satu kutub magnet utara dan satu kutub selatan, itu disebut belitan
dua kutub.
Untuk memahami konsep putaran magnetis, kita akan menerapkan
sekumpulan arus ke stator pada Gambar 2.8 dan melihat apa yang terjadi pada
waktu tertentu. Asumsikan bahwa arus dalam tiga kumparan diberikan oleh
persamaan
i aa ( t )=I M sin ωt A ………………………………………….2.21a
'

i bb ( t )=I M sin ( ωt−1200 ) A ………………………………………….2.21b


'

i cc ( t )=I M sin ( ωt−120 ) A ………………………………………….2.21c


0
'

Gambar 2.8 (a) Stator tiga fase sederhana. Arus di stator ini diasumsikan positif
jika mengalir ke ujung yang tidak bertanda (‘) dan keluar dari ujung kumparan
yang bertanda (‘). Intensitas magnetisasi yang dihasilkan oleh setiap kumparan
juga ditampilkan. (b) Vektor intensitas magnet Haa’ (t) yang dihasilkan oleh arus
yang mengalir dalam kumparan aa'.

Arus listrik dalam koil aa' mengalir ke ujung koil dan keluar dari ujung koil. Ini
menghasilkan intensitas medan magnet
0
H aa ( t )=H M sin ωt ∠0 A ∙turns /m…………………………..2.22a
'

dimana 0 ° adalah sudut spasial dari vektor intensitas medan magnet, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.8b. Arah vektor intensitas medan magnet Haa’ (t)
diberikan oleh aturan tangan kanan: Jika jari-jari tangan kanan melengkung
searah arus arus dalam kumparan, maka medan magnet yang dihasilkan adalah
ke arah yang ditunjukkan oleh ibu jari. Perhatikan bahwa besarnya vektor
intensitas medan magnet Haa’ (t) bervariasi secara sinusoidal dalam waktu, tetapi
arah Haa’ (t) selalu konstan.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Demikian pula, vektor intensitas medan magnet Hbb’ (t) dan Hcc’ (t) adalah
H bb ( t )=H M sin ¿ ¿…………………………..2.22b
'

0 0
H cc ( t )=H M sin(ωt−240 )∠ 24 0 A ∙turns / m…………………………..2.22c
'

Kerapatan fluks yang dihasilkan dari intensitas medan magnet ini diberikan oleh
Persamaan
B=μH
Adalah :
0
Baa ( t )=BM sin ωt ∠ 0 T ………………………..2.23a
'

Bbb ( t )=BM sin ¿ ¿………………………..2.23b


'

0 0
Bcc ( t )=B M sin(ωt−240 )∠24 0 T …………………..2.23c
'

dimana BM =μH M . Arus dan kerapatan fluks yang sesuai dapat diperiksa pada
waktu tertentu untuk menentukan medan magnet bersih yang dihasilkan di stator.
Misalnya pada waktu ωt=¿ 0° maka medan magnet darikoil aa’ akan menjadi
Baa =0 ………………………….………………….2.24a
'

Medan magnet dari koil bb' adalah


Bbb =B M sin (−120 ) ∠120 ……………………..2.24b
0 0
'

Dan medan magnet dari koil cc’ adalah


Bcc =BM sin (−240 ) ∠ 240 ……………………..2.24c
0 0
'

Total medan magnet dari ketiga koil jika dijumlahkan adalah


Bnet =B aa + Bbb +¿ B ' '
cc'
¿

¿ 0+ ( −2√3 B )∠ 120 +( −2√ 3 B )∠ 240


M
0
M
0

0
¿ 1.5 B M ∠−90
Medan magnet bersih yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2.9a.
Contoh lain, perhatikan medan magnet pada waktu ωt = 90 °. Saat itu, arus
masing-masingnya adalah
0
i aa sin 90 A
'

i bb sin ¿ ¿ ¿
'

0
i cc sin (−150 ) A
'

Dan medan magnet masing-masing adalah


0
Baa =B M ∠0 '

0
Bbb =−0.5 B M ∠ 120
'

0
Bcc =−0.5 BM ∠240
'

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Medan magnet bersih yang dihasilkan adalah
Bnet =B aa + Bbb + Bcc
' ' '

¿ BM ∠00 + (−0.5 B M ) ∠120 0+ (−0.5 B M ) ∠2400


0
¿ 1.5 B M ∠ 0
Medan magnet yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2.9b. Perhatikan bahwa
meskipun arah medan magnet telah berubah, besarnya tetap. Medan magnet
mempertahankan besaran yang konstan saat berputar berlawanan arah jarum jam.

Gambar 2.9 (a) Vektor medan magnet dalam stator pada waktu ωt = 0 °. (b)
Vektor medan magnet stator pada waktu ωt = 90 °.

Bukti Konsep Medan Magnet Berputar


Setiap saat t, bidang magnet akan memiliki magnitudo yang sama 1,5BM, dan
akan terus berputar dengan kecepatan sudut ω. Bukti pernyataan ini untuk semua waktu t
sekarang diberikan.
Lihat kembali stator yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Pada sistem koordinat
yang ditunjukkan pada gambar, arah x ke kanan dan y ke atas. Vektor ^x adalah vektor
satuan pada arah horizontal, dan vektor ^y adalah vektor satuan pada arah vertikal. Untuk
mencari kerapatan fluks magnet total pada stator, cukup tambahkan tiga medan magnet
gabungan secara vektor dan tentukan jumlahnya.
Kerapatan inti magnet bersih di stator diberikan oleh
Bnet ( t )=Baa ( t )+ Bbb ( t ) + Bcc ( t )
' ' '

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
0 0 0 0 0
¿ BM sin ωt ∠0 +B M sin( ωt−120 )∠ 12 0 + BM sin(ωt−240 )∠ 24 0 T
Masing-masing dari tiga bidang magnet gabungan sekarang dapat dipecah
menjadi komponen x dan y.
Bnet ( t )=BM sin ωt ^x

−[ 0.5 B M sin ( ωt−120 ) ] ^x +


0
[√ 2
3
B M sin ( ωt−120 ) ^y
0
]
−[ 0.5 B M sin ( ωt−240 ) ] ^x +
0
[√ 2
3
B M sin ( ωt−240 ^y
0
)]

Gabungan komponen x dan y menghasilkan

Bnet ( t )=[ B M sin ωt −0.5 B M sin ( ωt−120 ) −0.5 B M sin ( ωt−240 ) ] x^


0 0

+
[√ 3
2 M
B sin ( ωt −1200 )− √ B sin ( ωt−2400 ) ^y
3
2 M ]
Dengan identitas trigonometri penjumlahan sudut,

[ 1
4
3
4
1
Bnet ( t )= B M sin ωt + BM sin ωt + B M cos ωt + BM sin ωt−
4
√ 3 B cos ωt x^
4 M ]
+−
[ √ 3 B sin ωt − 3 B cos ωt + √3 B sin ωt− 3 B cos ωt ^y
4 M 4 M
M M
4 4 ]
Bnet ( t )=( 1.5 BM sin ωt ) ^x −( 1.5 B M cos ωt ) ^y …………….2.25

Persamaan (2.25) adalah gambaran akhir dari kerapatan fluks magnet net.
Perhatikan bahwa besar medan adalah konstanta 1.5BM dan sudutnya berubah terus
menerus dengan arah berlawanan jarum jam dengan kecepatan sudut ω. Perhatikan juga
bahwa pada
0 0 0 0
ω=0 , Bnet =1.5 B M ∠−90 dan pada ωt=90 , Bnet =1.5 BM ∠0 . Hasil ini sesuai dengan
contoh spesifik yang periksa sebelumnya.

Hubungan antara Frekuensi Listrik dan Kecepatan Rotasi Medan Magnet


Gambar 2.10 menunjukkan bahwa medan magnet yang berputar pada stator ini
dapat direpresentasikan sebagai kutub utara (tempat fluks keluar dari stator) dan kutub
selatan (tempat fluks memasuki stator). Kutub magnet ini menyelesaikan satu putaran
mekanis di sekitar permukaan stator untuk setiap siklus listrik dari arus yang diberikan.
Oleh karena itu, kecepatan mekanik rotasi medan magnet dalam putaran per detik adalah
sama dengan frekuensi listrik dalam hertz:

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
f e =f m dua kutub…………………………………..…………….2.26
ω e =ωm dua kutub …………………………….……………….….2.27
Di sini f m dan ω m adalah kecepatan mekanik dalam putaran per detik dan radian
per detik, sedangkan f edan ω e adalah kecepatan listrik dalam hertz dan radian per detik.
Perhatikan bahwa belitan pada stator dua kutub pada Gambar 2.10 terjadi dalam
urutan (diambil berlawanan arah jarum jam)
a-c'-b-a '-c-b'
Apa yang akan terjadi pada stator jika pola ini diulangi dua kali di dalamnya?
Gambar 2.11a menunjukkan stator seperti itu. Di sana, pola belitan (diambil berlawanan
arah jarum jam)
a-c '-b-a' -c-b '-a-c' -b-a '-c-b'

Gambar 2.10 Medan magnet yang berputar pada stator direpresentasikan sebagai
kutub-kutub stator yang bergerak ke utara dan selatan.

yang hanya pola stator sebelumnya diulang dua kali. Ketika sekumpulan arus tiga fasa
diterapkan pada stator ini, dua kutub utara dan dua kutub selatan dihasilkan pada belitan
stator, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 b. Dalam belitan ini, sebuah kutub
hanya bergerak setengah jalan mengelilingi permukaan stator dalam satu siklus listrik.
Karena satu siklus listrik adalah 360 derajat kelistrikan, dan karena gerak mekanis adalah
180 derajat mekanis, hubungan antara sudut elektrik θe dan sudut mekanis θm , dalam
stator ini adalah
θe =2 θm ………………………………………..2.28

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


17 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Jadi untuk belitan empat kutub, frekuensi listrik arusnya dua kali frekuensi mekanik rotasi:
f e =2 f m −−→ four poles…………….……………..2.29
ω e =2 ωm−−→ four poles…………………………..2.30

Secara umum, jika jumlah kutub magnet pada stator mesin ac adalah P, maka ada
pengulangan P/2 dari urutan belitan ac '-ba' -cb 'di sekitar permukaan dalamnya, dan
besaran listrik dan mekanik pada stator adalah berhubungan dengan
P
θe = θ …………….……………………2.31
2 m
P
f e= f ………………….………………2.32
2 m
P
ωe= ω …………..……….….…………2.33
2 m

Juga, dengan memperhatikan bahwa f m=n m /60, adalah mungkin untuk menghubungkan
frekuensi listrik dalam hertz dengan kecepatan mekanik medan magnet yang dihasilkan
dalam putaran per menit. Hubungan ini adalah
nm P
f e= …………………………………………………………2.34
120

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


18 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.11 (a) Sebuah belitan stator empat kutub sederhana. (b) Kutub magnet
stator yang dihasilkan. Perhatikan bahwa ada kutub yang bergerak dengan polaritas
bolak-balik setiap 90° di sekitar permukaan stator. (c) Diagram belitan stator dilihat dari
permukaan dalamnya, yang menunjukkan bagaimana arus stator menghasilkan kutub
magnet utara dan selatan.

Membalik arah rotasi medan magnet


Fakta menarik lainnya dapat diamati adalah tentang medan magnet yang
dihasilkannya. Jika arus di dua dari tiga kumparan dipertukarkan, arah rotasi medan
magnet akan terbalik. Ini berarti arah putaran motor ac dapat dibalik dengan hanya
mengalihkan sambungan pada dua dari tiga kumparan. Hasil ini diverifikasi di bawah.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


19 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Untuk membuktikan bahwa arah putarannya terbalik, fasa bb' dan cc' pada
Gambar 2.8 dipindahkan dan kerapatan fluks yang dihasilkan Bnet dihitung. Kerapatan
fluks magnet bersih di stator diberikan oleh
Bnet ( t )=Baa ( t )+ Bbb ( t ) + Bcc ( t )
' ' '

0 0 0 0 0
¿ BM sin ωt ∠0 +B M sin( ωt−240 )∠ 12 0 + BM sin(ωt−120 )∠ 24 0 T
Masing-masing dari tiga medan magnet komponen sekarang dapat dipecah menjadi
komponen x dan y:
Bnet ( t )=BM sin ωt ^x

−[ 0.5 B M sin ( ωt−240 ) ] ^x +


0
[√ 2
3
B M sin ( ωt−240 ) ^y
0
]
−[ 0.5 B M sin ( ωt−1200 ) ] ^x + [√ 2
3
B M sin ( ωt−1200 ^y )]

Menggabungkan komponen x dan y menghasilkan

Bnet ( t )=[ B M sin ωt −0.5 B M sin ( ωt−240 ) −0.5 B M sin ( ωt−120 ) ] x^


0 0

+
[√3
2 M
B sin ( ωt −2400 )− √ B sin ( ωt−1200 ) ^y
3
2 M ]
Dengan identitas trigonometri penjumlahan sudut,

[ 1
4
3
4
1
Bnet ( t )= B M sin ωt + BM sin ωt− B M cos ωt+ B M sin ωt+
4
√ 3 B cos ωt x^
4 M ]
+−
[ √ 3 B sin ωt + 3 B cos ωt+ √ 3 B sin ωt + 3 B cos ωt ^y
4 M 4 M
M
4M
4 ]
Bnet ( t )=( 1.5 BM sin ωt ) ^x + ( 1.5 B M cos ωt ) ^y ……………….2.35

Kali ini medan magnet memiliki besaran yang sama tetapi berputar searah jarum jam.
Oleh karena itu, mengalihkan arus dalam dua fase stator akan membalikkan arah putaran
medan magnet dalam mesin ac.

2.3 Gaya Magnetomotif dan Fluks Distribusi pada Mesin AC


Dalam Bagian 2.2, fluks yang dihasilkan di dalam mesin ac diperlakukan seolah-olah
berada di ruang hampa. Arah kerapatan fluks yang dihasilkan oleh kumparan kawat (koil)
diasumsikan tegak lurus terhadap bidang kumparan, dengan arah fluks ditentukan oleh
kaidah tangan kanan.
Fluks dalam mesin sebenarnya (dalam praktek) tidak berperilaku sederhana
seperti yang diasumsikan di atas, karena terdapat rotor feromagnetik di tengah mesin,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


20 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dengan celah udara kecil antara rotor dan stator. Rotor dapat berbentuk silinder, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.12a, atau dapat memiliki permukaan kutub yang
menonjol keluar dari permukaannya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12b. Jika
rotor berbentuk silinder, mesin dikatakan memiliki kutub nonsalient, dan jika rotor memiliki
permukaan kutub yang menonjol keluar darinya, mesin dikatakan memiliki kutub yang
menonjol. Mesin rotor silinder atau kutub nonsalient lebih mudah dipahami dan dianalisis
daripada mesin kutub-kutub, dan diskusi ini akan dibatasi pada mesin dengan rotor
silinder.

Gambar 2.12 (a) Mesin ac dengan rotor kutub silinder atau nonsalient. (b) Mesin
ac dengan rotor kutub yang menonjol.

Lihat mesin silinder-rotor pada Gambar 2.12a. Reluktansi celah udara dalam
mesin ini jauh lebih tinggi daripada reluktansi, baik pada rotor maupun stator, sehingga
vektor kerapatan fluks B mengambil jalur terpendek yang mungkin melintasi celah udara
dan melompat tegak lurus antara rotor dan stator.
Untuk menghasilkan tegangan sinusoidal pada mesin seperti ini, besarnya vektor
kerapatan fluks B harus bervariasi secara sinusoidal di sepanjang permukaan celah
udara. Kerapatan fluks akan bervariasi secara sinusoidal hanya jika intensitas
magnetisasi H (dan gaya magnetomotive F ) bervariasi secara sinusoidal di sepanjang
permukaan celah udara (lihat Gambar 2.13).
Cara paling mudah untuk mencapai variasi gaya gerak magnet sinusoidal di
sepanjang permukaan celah udara adalah dengan mendistribusikan lilitan belitan yang
menghasilkan gaya magnetomotive dalam slot yang berjarak dekat di sekitar permukaan
mesin dan untuk memvariasikan jumlah konduktor di setiap slot secara sinusoidal.
Gambar 2.14a menunjukkan belitan seperti itu, dan Gambar 2.14b menunjukkan gaya

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


21 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
magnetomotor yang dihasilkan dari belitan. Jumlah konduktor di setiap slot diberikan oleh
persamaan
nC =N C cos α ………………………………………….2.36
di mana NC adalah jumlah konduktor pada sudut 0 °. Seperti yang ditunjukkan Gambar
2.14b, distribusi konduktor ini menghasilkan pendekatan yang mendekati distribusi gaya
magnetomotive. Selain itu, semakin banyak slot yang ada di sekitar permukaan mesin
dan semakin dekat jarak slotnya, semakin baik perkiraannya.

Gambar 2.13. a) Sebuah rotor silinder dengan kerapatan fluks celah udara yang
bervariasi secara sinusoidal. (b) Gaya gerak magnet atau magnetisasi imensitas sebagai
fungsi sudut a di celah udara. (c) Kerapatan fluks sebagai fungsi sudut a di celah udara.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


22 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.14. (a) Mesin ac dengan belitan stator terdistribusi yang dirancang
untuk menghasilkan kerapatan fluks celah udara yang bervariasi secara sinusoidal.
Jumlah konduktor di setiap slot ditunjukkan pada diagram. (b) Distribusi gaya gerak
magnet yang dihasilkan dari belitan. dibandingkan dengan distribusi yang ideal.

Dalam praktiknya, tidak mungkin untuk mendistribusikan belitan persis sesuai


dengan Persamaan (2.36), karena hanya ada sejumlah slot terbatas dalam mesin nyata
dan karena hanya jumlah konduktor integral yang dapat dimasukkan di setiap slot.
Distribusi gaya gerak magnet yang dihasilkan akan mendekati sinusoidal, dan
komponen harmonik tingkat tinggi akan hadir. Gulungan “fractional-pitch” digunakan untuk
menekan komponen harmonik yang tidak diinginkan ini.
Lebih jauh lagi, sering kali lebih mudah bagi perancang mesin untuk memasukkan
jumlah konduktor yang sama di setiap slot daripada memvariasikan jumlah sesuai dengan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


23 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Persamaan (2.36). Gulungan jenis ini memiliki komponen harmonik orde tinggi yang lebih
kuat daripada belitan yang dirancang sesuai dengan Persamaan (2.36).
2.4. Tegangan Induksi pada Mesin AC
Sama seperti sekumpulan arus tiga fase dalam stator dapat menghasilkan medan
magnet yang berputar, medan magnet yang berputar dapat menghasilkan satu set
tegangan tiga fase dalam gulungan stator. Persamaan yang mengatur tegangan induksi
dalam stator tiga fasa akan dikembangkan di bagian ini. Untuk mempermudah
pengembangan, kita akan mulai dengan melihat hanya satu kumparan putaran tunggal
dan kemudian memperluas hasilnya ke stator tiga fase yang lebih umum.

Tegangan Induksi dalam koil pada Stator Dua Kutub


Gambar 2.15 menunjukkan rotor yang berputar dengan medan magnet
terdistribusi secara sinusoidal di tengah kumparan stasioner. Perhatikan bahwa ini adalah
kebalikan dari situasi yang dipelajari dalam Bagian 2.1, yang melibatkan medan magnet
stasioner dan loop yang berputar.
Kita akan mengasumsikan bahwa besarnya vektor kerapatan fluks B pada celah
udara antara rotor dan stator bervariasi secara sinusoidal dengan sudut mekanis,
sedangkan arah B selalu keluar secara radial. Distribusi fluks semacam ini adalah yang
ideal yang diinginkan oleh perancang mesin. Jika α adalah sudut yang diukur dari arah
kerapatan fluks rotor puncak, kemudian besarnya kerapatan inti vektor B pada titik di
sekitar rotor diberikan oleh
B=B M cos α ……………………………………………………2.37a
Perhatikan bahwa pada beberapa lokasi di sekitar celah udara, vektor kerapatan fluks
akan benar-benar mengarah ke rotor; di lokasi tersebut, tanda Persamaan (2.37a) negatif.
Karena rotor itu sendiri berputar di dalam stator pada kecepatan sudut ω m, besarnya
vektor kerapatan fluks B pada setiap sudut α di sekitar stator diberikan oleh
B=B M cos (ωt−α ) …………………………………………2.37b

Persamaan untuk tegangan induksi pada kawat adalah


e=( v × B ) ∙ I
dimana v = kecepatan kawat relatif terhadap medan magnet
B = vektor kerapatan fluks magnet
I = panjang konduktor di medan magnet

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


24 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Namun, persamaan ini diturunkan untuk kasus kawat yang bergerak dalam bidang
magnetis stasioner. Dalam hal ini, kawat diam dan medan magnet bergerak, sehingga
persamaan tidak diterapkan secara langsung. Untuk menggunakannya, kita harus berada
dalam kerangka acuan di mana medan magnet tampak diam. Jika kita "duduk di atas
magnet medan "sehingga bidang tampak diam, sisi-sisi kumparan akan tampak bergerak

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


25 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.15. (a) Medan magnet rotor yang berputar di dalam kumparan stator stasioner.
Detail kumparan. (b) Kerapatan dan kecepatan fluks magnet vektor pada sisi kumparan.
Kecepatan yang ditampilkan berasal dari bingkai referensi di mana medan magnet diam.
(c) Distribusi kerapatan fluks di celah udara.
dengan kecepatan semu vrel , dan persamaan dapat diterapkan. Gambar 2.15b
menunjukkan vektor medan magnet dan kecepatan dari titik pemandangan medan
magnet stasioner dan kabel bergerak.
Tegangan total yang diinduksi dalam koil akan menjadi jumlah tegangan yang
diinduksi di masing-masing dari empat sisinya. Tegangan ini ditentukan di bawah ini:
1. Segmen ab. Untuk segmen ab, α = 180 °. Dengan asumsi bahwa B diarahkan
secara radial keluar dari rotor, sudut antara v dan B pada segmen ab adalah 90°,
sedangkan besaran v x B searah I, jadi
e ba=( v × B ) ∙ I
¿ vBI −−→directed out of the page

[
¿−v B M cos ( ωm t−1800 ) I ]
¿−v B M I cos ( ωm t−180 )
0
……………….……………..2.38
di mana tanda minus berasal dari fakta bahwa tegangan dibangun dengan
polaritas yang berlawanan dengan polaritas yang diasumsikan.
2. Segmen bc. Tegangan pada ruas menjadi nol, karena besaran vektor v x B tegak
lurus dengan I, jadi
e cb =( v × B ) ∙ I=0 …………..…………………….2.39

3. Segmen cd. Untuk segmen cd, sudut α = 0°. Dengan asumsi bahwa B diarahkan
secara radial keluar dari rotor, sudut antara v dan B pada segmen cd adalah 90°,
sedangkan besaran v x B searah dengan l, jadi
e dc =( v × B ) ∙ I
¿ vBI −−→directed out of the page
¿−v [ B M cos ω m t ] I
¿−v B M I cos ω m t ……………….…………………………..2.40

4. Segmen da. Tegangan pada segmen da adalah nol, karena besaran vektor v x B
tegak lurus dengan I, jadi
e ad= ( v × B ) ∙ I =0 …………..…………………….2.41
Oleh karena itu, tegangan total pada kumparan akan menjadi
e ind =e ba+ e dc

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


26 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
¿−vB M I cos ( ωm t −1800 ) + vB M I cos ω m t …………………….2.42

Dimana cos θ=−cos ( θ−180 0) ,

e ind =vBM I cos ωm t+ vB M I cos ω m t


¿ 2 v B M I cos ω m t ……………………….……………..2.43
Karena kecepatan konduktor ujung diberikan oleh v = rωm, Persamaan (2.43)
dapat ditulis ulang sebagai
e ind =2 ( r ωm ) B M I cos ωm t
¿ 2 rI B M ω m cos ω m t
Akhirnya, fluks yang melewati kumparan dapat dinyatakan sebagai ∅ = 2rlBm ,
sedangkan ω m=ω e =ω untuk stator dua kutub, sehingga tegangan yang diinduksi
dapat dinyatakan sebagai
e ind =∅ ω cos ωt .……………………………………..2.44

Persamaan (2.-44) menjelaskan tegangan yang diinduksi dalam koil lilitan tunggal. Jika
kumparan di stator memiliki Nc lilitan kawat, maka total tegangan induksi kumparan akan
menjadi
e ind =N C ∅ ω cos ωt ……………………………………….2.45

Perhatikan bahwa tegangan yang dihasilkan dalam stator dari belitan mesin ac sederhana
ini adalah sinusoidal dengan amplitudo yang bergantung pada fluks ∅ pada mesin,
kecepatan sudut ω rotor, dan konstanta tergantung pada konstruksi mesin (Nc contonya).
Ini sama dengan hasil yang kita peroleh untuk loop berputar sederhana di Bagian 2.1.
Perhatikan bahwa Persamaan (2.45) berisi suku cos ωt dan bukan sin ωt yang
ditemukan di beberapa persamaan lain di bab ini. Cosinus tidak memiliki signifikansi
khusus dibandingkan dengan sinus. Ini dihasilkan dari pilihan arah referensi kami untuk α
dalam penurunan ini. Jika arah referensi α telah diputar dengan 90° Sinus sama dengan
cosinus.

Tegangan Induksi dalam Pasangan Kumparan Tiga Fase


Jika tiga kumparan, masing-masing Nc lilitan, ditempatkan di sekitar bidang
magnet rotor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16, maka tegangan yang diinduksi

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


27 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
masing-masing akan sama besarnya tetapi akan berbeda dalam fasa sebesar 120°.
Tegangan yang dihasilkan di masing-masing dari tiga kumparan adalah
e aa =N c ∅ ω sin ωt V
' …………………..…………….2.26a

e aa =N c ∅ ω sin ( ωt −120 ) V
0
' ……………………….2.26b

e aa =N c ∅ ω sin ( ωt −240 ) V
0
' ……………………….2.26c
Oleh karena itu, sekumpulan arus tiga fasa dapat menghasilkan medan magnet berputar
yang seragam dalam stator mesin, dan medan magnet berputar yang seragam dapat
menghasilkan rangkaian tegangan tiga fasa dalam stator tersebut.

Gambar 2.16. Tegangan tiga fase yang dihasilkan dari


tiga kumparan yang masing-masing berjarak 120°.

Tegangan RMS dalam Stator Tiga Fasa


Tegangan puncak dalam setiap fasa dari stator tiga fasa-nya adalah
Emaks =N C ∅ ω ……………………………………………..2.47
Dimana ω=2 πf , sehingga :
Emaks =2 π N C ∅ f …………………………………………..2.48
Sehingga, tegangan rms fase dari stator tiga fasa adalah

EA= NC ∅ f ……………………………………………….2.49
√2
E A =√ 2 π N C ∅ f …………….…..…………………………..2.50

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


28 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tegangan rms pada terminnl mesin akan tergantung pada apakah stator terhubung Y
atau D. Jika mesin terhubung Y, maka tegangan terninal akan jadi √3 kali EA; jika mesin
terhubun D, maka tegangan tenninal hanya akan sama dengan EA.

2.5 Torsi Induksi dalam Mesin AC


Saat mesin ac dalam kondisi operasi nornaI, terdapat dua medan magnet, satu medan
magnet dari rangkaian rotor dan medan magnet lain dari rangkaian stator. Interaksi kedua
medan magnet ini menghasilkan torsi di dalam mesin, seperti halnya dua magnet
permanen yang berdekatan akan mengalami torsi yang menyebabkan keduanya berbaris.
Gambar 2.1 7 menunjukkan mesin ac yang sederhana dengan puncak distribusi fluks
stator sinusoidal ke arah atas dan satu kumparan kawat yang lainnya dipasang pada
rotor. Distribusi fluks stator di mesin ini adalah
BS ( α )=BS sin α …………………………………………2.51

Dimana BS adalah besarnya kerapatan fluks puncak; BS ( α )adalah positif ketika titik vektor
kerapatan fluks secara radial keluar dari permukaan rotor ke permukaan stator.
Berapa torsi yang dihasilkan pada rotor mesin ac yang disederhanakan ini? Untuk
mengetahuinya, kita akan menganalisis gaya dan torsi pada kedua konduktor secara
terpisah.
Gaya yang diinduksi pada konduktor 1 adalah
F=i ( I × B )
¿ iI B S sin α dengan arah seperti pada gambar
Torsi pada konduktor adalah
τ ind .1 =( r × F )
¿ riI BS sin α berlawanan arah jarum jam

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


29 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.17. Mesin ac yang disederhanakan dengan distribusi fluks sta.tor sinusoidal
dan kumparan kawat yang dipasang di rotor.

Gaya yang diinduksi pada konduktor 2 adalah


F=i ( I × B )
¿ iI B S sin α dengan arah seperti pada gambar
Torsi pada konduktor adalah
τ ind .1 =( r × F )
¿ riI BS sin α berlawanan arah jarum jam
Oleh karena itu, torsi pada loop rotor adalah
τ ind =2riI B S sin α berlawanan arah jarum jam…………………..2.52

Persamaan (2.52) dapat diekspresikan dalam bentuk yang lebih nyaman dengan
memeriksa Gambar 2.18 dan mencatat dua fakta:
1. Arus i yang mengalir pada kumparan rotor menghasilkan medan magnetnya
sendiri. Arah puncak medan magnet ini diberikan oleh aturan tangan kanan,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


30 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dan besarnya intensitas magnetisasi HR berbanding lurus dengan arus yang
mengalir di rotor:
H R=Ci ……………………………………………………2.53
Dimana C adalah konstanta proporsionalitas.
2. Sudut antara puncak kerapatan fluks stator BS dan puncak intensitas
magnetisasi rotor HR adalah γ . Selanjutnya,
0
γ=180 −α …………………………………………………….2.54

sin γ =sin ( 180 0−α )=sin α ………………………….2.55


Dengan menggabungkan kedua pengamatan ini, torsi pada loop dapat dinyatakan
sebagai
τ ind =K H R B S sin α berlawanan arah jarum jam…………2.56
di mana K adalah konstanta yang bergantung pada konstruksi mesin. Perhatikan bahwa
besar dan arah torsi dapat dinyatakan dengan persamaan
τ ind =KH R × BS …………………………………………………………2.57
Akhirnya, saat BR =μ H R , persamaannya menjadi
τ ind =kB R × BS …………………………………………………………2.58

dimana k = K/μ. Perhatikan bahwa secara umum k tidak akan konstan, karena
permeabilitas magnetis bervariasi dengan jumlah saturasi magnet dalam mesin.
Persamaan (2.58) sama dengan Persamaan (2.20), yang kami turunkan untuk
kasus loop tunggal dalam medan magnet unifonn. Ini dapat diterapkan ke mesin ac apa
pun, tidak hanya ke rotor satu loop sederhana yang baru saja dijelaskan. Hanya
konstanta k yang akan berbeda dari mesin ke mesin. Persamaan ini hanya akan
digunakan untuk studi kualitatif torsi di mesin ac, jadi nilai sebenarnya dari k tidak penting
untuk tujuan kita.
Medan magnet bersih pada mesin ini adalah penjumlahan vektor medan rotor dan
stator (dengan asumsi tidak ada saturasi):
Bnet =B R + B S ………………………………………………….2.59

τ ind =kB R × BS ……………………..………………………..2.58


Fakta ini dapat digunakan untuk menghasilkan persamaan (dan terkadang lebih berguna)
untuk torsi yang diinduksi dalam mesin. Dari Persamaan (2.58)
Dari pers 2.59 , B S =B net−B R
τ ind =kB R × ( Bnet −B R )

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


31 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
¿ k ( B R × B net ) −k ( BR × B R )
Karena hasil kali dari setiap vektor dengan dirinya sendiri adalah nol, ini berkurang
menjadi
τ ind =kB R × Bnet …………………………………………….2.60

sehingga torsi yang diinduksi juga dapat dinyatakan sebagai hasil kali BR dan Bnet ,dengan
konstanta yang sama seperti sebelumnya. Besarnya persamaan ini adalah
τ ind =kB R B net sin δ ………………………………………….2.61

dimana δ adalah sudut antara BR dan Bnet


Persamaan (2.58) hingga (2.61) akan digunakan untuk membantu
mengembangkan pemahaman kualitatif tentang torsi pada mesin ac. Misalnya, lihat mesin
sinkron sederhana pada Gambar 2.19. Medan magnetnya berputar berlawanan arah
jarum jam. Berapakah arah torsi pada poros rotor mesin? Dengan menerapkan aturan
tangan kanan ke Persamaan (2.58) atau (2.60), torsi yang diinduksi ditemukan searah
jarum jam, atau berlawanan dengan arah rotasi rotor. Oleh karena itu, mesin ini harus
berperan sebagai generator.

2.6 Isolasis Lilitan Mesin AC


Salah satu bagian terpenting dari desain mesin ac adalah insulasi belitannya.
Jika isolasi motor atau generator rusak, mesin akan mengalami korsleting. Perbaikan
mesin dengan isolasi korsleting cukup mahal, bahkan jika memungkinkan. Untuk
mencegah insulasi belitan rusak akibat panas berlebih, suhu belitan harus dibatasi. Hal ini
sebagian dapat dilakukan dengan memberikan sirkulasi udara pendingin di atasnya, tetapi
pada akhirnya suhu belitan maksimum membatasi daya maksimum yang dapat disuplai
terus menerus oleh mesin.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


32 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.19. Mesin sinkron yang sederhana
yang memperlihatkan medan magnet rotor dan statornya.

Isolasi jarang gagal karena kerusakan langsung pada suhu kritis tertentu.
Sebaliknya, peningkatan suhu menghasilkan penurunan kinerja isolasi secara bertahap,
sehingga dapat menyebabkan kegagalan akibat penyebab lain seperti guncangan,
getaran, atau tegangan listrik.
Untuk menstandarkan batas suhu isolasi mesin, National Electrical Manufactu rers
Association (NEMA) di Amerika Serikat telah menetapkan serangkaian kelas sistem
isolasi. Setiap kelas sistem isolasi menentukan kenaikan suhu maksimum yang
diperbolehkan untuk kelas isolasi tersebut. Ada tiga kelas isolasi NEMA umum untuk
motor ac tenaga kuda integral: B, F, dan H. Setiap kelas merepresentasikan suhu lilitan
yang diizinkan lebih tinggi daripada yang sebelumnya. Misalnya, kenaikan suhu belitan
armature di atas suhu lingkungan dalam satu jenis motor induksi ac yang beroperasi
secara kontinyu harus dibatasi pada 80°C untuk kelas B, 105°C untuk kelas F, dan 125°C
untuk isolasi kelas H.
Pengaruh suhu operasi pada insulasi pada kehidupan mesin yang khas bisa
sangat dramatis. Kurva tipikal ditunjukkan pada Gambar 2.20. Kurva ini menunjukkan
umur rata-rata mesin dalam ribuan jam versus suhu belitan, untuk beberapa kelas isolasi
yang berbeda.
Spesifikasi suhu spesifik untuk setiap jenis motor ac dan generator diatur dengan
sangat rinci dalam Standar NEMA MG 1-1993, Motor dan Generator.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


33 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Standar serupa telah ditetapkan oleh International Electrotechnical Commission (IEC) dan
oleh berbagai organisasi standar nasional di negara lain.

Gambar 2.20 Plot rata-rata umur isolasi terhadapa temperatur lilitan untuk berbagai
kelas isolasi

2.7 Aliran Daya Mesin AC dan Rugi-Rugi


Generator AC mengambil tenaga mekanik dan menghasilkan tenaga listrik,
sedangkan ac motor mengambil tenaga listrik dan menghasilkan tenaga mekanik.
Dalam kedua kasus, tidak semua masukan daya ke mesin muncul dalam bentuk
yang berguna di sisi lain- selalu ada beberapa kerugian yang terkait dengan proses
tersebut.

Efisiensi mesin ac ditentukan oleh persamaan


P out
n= ×100 % ……………………………………2.62
P¿

Perbedaan antara daya masukan dan daya keluaran suatu mesin adalah adanya
kerugian yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu,
P¿ −Ploss
n= × 100 % ………………………………………2.63
P¿

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


34 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kerugian di Mesin AC
Kerugian yang terjadi pada mesin ac dapat dibagi menjadi empat kategori dasar:
1. Rugi listrik atau tembaga (kerugian I2R)
2. Kerugian inti
3. Kerugian mekanis
4. Kerugian beban nyasar

1. Rugi listrik atau tembaga.


Kerugian tembaga adalah rugi-rugi pemanasan resistif yang terjadi pada belitan
stator (armature) dan rotor (medan) mesin. Kehilangan tembaga stator atau “the
stator cooper losses” (SCL) dalam mesin ac tiga fase diberikan oleh persamaan
2
PSCL=3 I A R A …………………………………………….2.64

dimana IA adalah arus yang mengalir pada setiap fase armature dan RA adalah
resistansi dari setiap fase armature.
Kehilangan tembaga rotor (RCL) dari mesin ac asinkron (mesin induksi) diberikan
oleh
2
P RCL=I F R F ………………………………………………..2.65

dimana IF adalah arus yang mengalir pada gulungan medan pada rotor dan RF
adalah hambatan dari gulungan medan. Hambatan yang digunakan dalam
perhitungan ini biasanya resistansi belitan pada suhu operasi normal.

2. Kerugian Inti.
Kerugian inti adalah kerugian histeresis dan kerugian arus eddy yang terjadi pada
logam motor. (Baca modul 1).

3. Kerugian Mekanik.
Kerugian mekanis dalam mesin ac adalah kerugian yang terkait dengan efek
mekanis. Ada dua tipe dasar kerugian mekanis: gesekan (friction)dan putaran/angin
(windage) . Kerugian gesekan adalah rugi-rugi yang diakibatkan oleh gesekan pada
bantalan-bantalan pada mesin, sedangkan rugi-rugi putaran disebabkan oleh
gesekan antara bagian-bagian mesin yang bergerak dan udara di dalam selubung
motor.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


35 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kerugian mekanis dan inti dari suatu mesin sering kali disatukan dan disebut
kehilangan rotasi tanpa beban mesin. Tanpa beban, semua daya masukan harus
digunakan untuk mengatasi kerugian ini. Oleh karena itu, mengukur daya input ke
stator mesin ac yang bertindak sebagai motor tanpa beban akan memberikan
perkiraan nilai kerugian ini.

4. Kerugian Menyimpang (Stray losses)


Kerugian yang menyimpang adalah kerugian yang tidak dapat ditempatkan di salah
satu kategori sebelumnya. Tidak peduli seberapa hati-hati kerugian diperhitungkan,
beberapa selalu lolos dari pencantuman salah satu kategori di atas.
Semua kerugian tersebut dikelompokkan menjadi kerugian yang menyimpang.
Untuk kebanyakan mesin, rugi-rugi menyimpang dianggap sebagai 1 persen dari
beban penuh.

Diagram Aliran Daya


Salah satu teknik yang paling nyaman untuk menghitung rugi-rugi daya dalam mesin
adalah diagram aliran daya. Diagram aliran daya untuk generator ac ditunjukkan
pada Gambar 2.21a. Dalam gambar ini, tenaga mekanik dimasukkan ke dalam
mesin,
dan kemudian kerugian yang menyimpang, kerugian mekanis, dan kehilangan inti
dikurangi. Setelah dikurangi, daya yang tersisa idealnya diubah dari bentuk mekanis
menjadi listrik pada titik bertanda Pconv . Tenaga mekanik yaitu dikonversi diberikan
oleh
Pconv =τ ind ω m ………………………………….2.66

dan jumlah daya listrik yang dihasilkan sama. Namun, ini bukan daya yang muncul
di terminal mesin. Sebelum mencapai terminal, rugi-rugi listrik I2R harus dikurangi.
Dalam kasus motor ac, diagram aliran daya ini hanya dibalik. Diagram aliran daya
untuk motor ditunjukkan pada Gambar 2.21b.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


36 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.21 (a) Diagram aliran daya generator ac tiga fase. (b) Diagram aliran
daya motor ac tiga fase.

2.8 Pengaturan Kecepatan dan Tegangan


Generator sering dibandingkan satu sama lain menggunakan angka yang disebut
pengaturan tegangan. Regulasi tegangan (VR) adalah ukuran kemampuan
generator untuk menjaga tegangan konstan pada terminalnya karena beban
bervariasi. Itu ditentukan oleh persamaan
V nl−V fl
VR= ×100 % ……………………………………….2.67
V fl
dimana Vnl adalah tegangan tenninal tanpa beban dari generator dan Vfl adalah
tegangan tenninal beban penuh dari generator. Ini adalah ukuran kasar dari bentuk
tegangan generator-c karakteristik arus-a regulasi tegangan positif berarti a
karakteristik terkulai, dan pengaturan tegangan negatif berarti karakteristik yang
meningkat.
VR kecil "lebih baik" dalam artian tegangan pada tenninal generator lebih konstan
dengan variasi beban.
Demikian pula, motor sering dibandingkan satu sama lain dengan menggunakan
angka yang disebut pengaturan kecepatan. Pengaturan kecepatan (SR) adalah
ukuran kemampuan motor untuk menjaga kecepatan poros konstan karena beban
bervariasi. Ini ditentukan oleh persamaan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


37 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Stephen J. Chapman, 2005. ELECTRIC MACHINERY FUNDAMENTALS 4th Ed.
McGrawHill.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


38 Abdul Rachman, ST. MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai