Anda di halaman 1dari 66

KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKOMSUMSI OBAT MALARIA

DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


DI RUMAH SAKIT UMUM DR.M.YUNUS
KOTA BENGKULU

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak- Kesehatan Reproduksi


Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Diajukan Oleh :
MARIATI
07 / 260968 / PKU / 09269

Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
Tesis
KEP ATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI
OBAT MALARIA DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU

dipersiapkan dan disusun oleh


Mariati, SKM

telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji


pada tanggal 30 Juni 2009

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama anggota Dewan Penguji lain

~.-
Prof.dr. M. Hakimi, SpOG(K), PhD dr. Sulanto Saleh Danu, SpFK
.....................................
Pembimbing Pendamping I
~Inh,
dr. Shinta l>r~sari, SpOG, M.Ke,s\ "' SpOG(K),MPH,PhD
.....................................
Pembimbing Pendamping II

..................................... .........................................

Tugas ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Magister
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Yogyakarta, Juni 2009

Mariati

iii 
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan dan penulisan tesis ini sebagai salah satu
syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada minat Kesehatan Ibu-
Anak dan Kesehatan Reproduksi, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak
yang telah memberikan semangat dan masukan yang sangat berarti bagi
penulis. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat Prof. dr. Mohammad Hakimi, SpOG(K), Ph.D,
selaku pembimbing utama dan Dr. Shinta Prawitasari, SpOG, M.Kes,
selaku pembimbing pendamping, yang telah meluangkan waktu dengan
penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
Dalam kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. Direktur Program Studi Pasca sarjana, Ketua Pengelola Program
S2 IKM Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas selama mengikuti pendidikan.
2. Pengelola Minat Utama Kesehatan Ibu-Anak dan Kesehatan
Reproduksi beserta seluruh staf yang telah memberikan bantuan,
ilmu dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan serta dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Direktur Poltekes Bengkulu yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada pascasarjana.
4. Direktur RSUD dr. M. Yunus Bengkulu yang telah memberi izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan kepala ruangan
kebidanan, penaggung jawab ruang bersalin, Penanggung jawab

iv
ruang neonatus, teman-teman bidan serta ibu-ibu responden yang
telah membantu penulis.
5. Suamiku tercinta Agus Fatkhurrohman dan anak-anakku tersayang:
Robertho maxum hananda adiosholeh, Fimaxumi ahmad rohul
qobidlutsani, Muhammad maxum thooriq ibnu tsalist, Muhammmad
maxum “asim ibnu arba” dan sikecil Muhammad maxum aljabbar
ibnu homsa yang telah banyak berkorban dan selalu memberikan
do’a serta semangat selama menjalani pendidikan.
6. Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku tersayang, yang selalu
memberikan do’a dan dukungan moril dalam menjalani pendidikan .
7. Teman-teman Program Studi PascaSarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, khususnya Minat Kesehatan Ibu dan Anak - Kesehatan
Reproduksi Angkatan Tahun 2007 yang telah turut memberikan
semangat penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
8. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam kelancaran
penulisan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
tesis ini. Oleh karena itu penulis terbuka untuk kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan tesis ini.
Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia-Nya
kepada kita semua dan semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak
dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Mai 2009

Penulis

v
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL .....…… ……………………………………………….... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
PERNYATAAN................ ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR............ ................................................................... iv
DAFTAR ISI ................... ........................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................. ................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............. .................................................................. ix
INTISARI .............................. .................................................................. x
ABSTRACT........................... .................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Penyakit Malaria ..……………………....................................... 8
1. Pengertian .......................................................................... 8
2. Gejala Klinis dan Pengobatan Malaria Pada Kehamilan .... 8
3. Penyakit malaria pada wanita hamil ................................... 10
B. Kepatuhan Pengobatan Malaria .............................................. 10
C. Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) ............................................. 15
1. Pengertian ......................................................................... 15
2. Epidemiologi ...................................................................... 16
D. Faktor-faktor Lain Yang Berkaitan dengan kejadian BBLR .... 17
1. Paritas ............................................................................... 17
2. Usia Ibu .............................................................................. 19
3. Usia Kehamilan .................................................................. 20
4. Antenatal Care ................................................................. 20
E. Landasan Teori ........................................................................ 21
F. Kerangka Teori......................................................................... 23
G. Kerangka Konsep.................................................................... 24
H. Hipotesis.................................................................................. 24

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................... 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..…………………………….. 26
1. Populasi Penelitian ............................................................ 26
2. Besar Sampel Penelitian ................................................... 27
3. Cara Pengambilan Sampel .............................................. 27
C. Variabel penelitian.................................................................. 29
D. Defenisi Operasional.............................................................. 29
E. Instrumen Penelitian …………………………………………… 30
F. Etika Penelitian .................................................................... 31
G. Jalannya Penelitian……………………………………………… 32
H. Pengolahan dan Analisis Data………………………………..... 33
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ....................................... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ........................................................................................ 36
1. Gambaran umum Lokasi Penelitian .................................. 36
2. Analisis Univariabel ........................................................... 37
3. Analisis Bivariat ................................................................. 38
4. Analisis Multivariat ............................................................ 41
B. Pembahasan ........................................................................... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengobatan Penderita Malaria Plasmodium Falcifarum


atau Mix pada Kehamilan ............................................... 9

Tabel 2 Variabel Penelitian dan Definisis Operasional ................. 29

Tabel 3 Nama Variabel dan kusioner penelitian ............................ 30

Tabel 4 Karakteristik Subjek Penelitian ......................................... 38

Tabel 5 Hubungan Antara variabel bebas (pengobatan malaria)


dan variabel terikat (kejadian BBLR) ……………………… 39

Tabel 6 Hubungan antara variabel luar (paritas, usia ibu, umur


kehamilan dan ANC) terhadap variabel depdendent
(kejadian BBLR) ............................................................... 39

Tabel 7 Hasil analisis mengunakan Chi Square variabel luar


(paritas, usia ibu, umur kehamilan, dan ANC) terhadap
variabel independent (pengobatan malaria) .................... 40

Tabel 8 Hasil anaisis regresi logistik hubungan pengobatan


malaria terhadap kejadian BBLR dengan mengontrol
variabel paritas, umur kehamilan, usia ibu dan ANC……. 42
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1 Alur pemeriksaan dan pengobatan penderita malaria pada
Kehamilan................................................................ 9

Gambar 2 Kerangka teori model WHO ............................................ 23

Gambar 3 Kerangka konsep penelitian ............................................ 34

Gambar 4 Desain Penelitian.............................................................. 26

Gambar 5 Alur Pemilihan Sampel …………………………………….. 28

Gambar 6 Peta Wilayah Kota Bengkulu ……………………………… 36

Gambar 7 Karakteristik kepatuhan responden dalam mengonsumsi


obat malaria ..................................................................... 37
INTISARI

Latar Belakang: Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat di negara-negara seluruh dunia. Setiap tahun sekitar 50 juta
wanita terinfeksi penyakit malaria dan > 30 juta wanita hamil menderita
malaria di negara-negara berkembang. Infeksi malaria meningkatkkan
kejadian anemia pada ibu dan meningkatkan kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR). Penyebab kasus malaria meningkat adalah penularan
penyakit malaria yang dikarenakan pengobatan kasus malaria yang tidak
sempurna, peningkatan resistensi obat anti malaria, dan masih banyak
penderita malaria yang tidak terobati. Kejadian malaria di Kota Bengkulu
Angka kesakitan malaria 30.58 per 1000 penduduk ini di ukur menurut
Annual Malaria Incidence (AMI).
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi obat malaria dengan kejadian bayi berat lahir rendah di
rumah sakit umum daerah kota Bengkulu.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan
rancangan case control. Subjek penelitian adalah bayi lahir normal,
kelompok kasus adalah bayi dengan BBLR dan kelompok kontrol yaitu
bayi berat lahir normal dengan perbandingan 1:1. Jumlah subjek pada
penelitian sebesar 46 untuk kasus dan 46 untuk kontrol. Pengambilan
sampel secara systematic random sampling. Instrumen penelitian dengan
buku register KIA, buku register persalinan dan buku register bayi dan
kuesioner . Analisis data terdiri dari analisis univariabel, analisis bivariabel
dengan chi-square, analisis multivariabel menggunakan analisis regresi
logistik.
Hasil: Analisis bivariate didapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan pengobatan malaria dengan kejadian BBLR (OR= 4,13;
95%CI; 1,55-11,23), Analisis multivariate terdapat hubungan yang
signifikan antara kepatuhan pengobatan malaria dengan kejadian BBLR
(OR= 3,36 95%CI; 1,16-9,69) dengan mengendalikan variabel umur
kehamilan, dimana umur kehamilan dapat memprediksi BBLR sebesar
16,2%.
Kesimpulan: Ketidakpatuhan pengobatan malaria selama kehamilan
berrisiko terjadinya BBLR. Proporsi kejadian BBLR lebih banyak
ditemukan pada ibu yang tidakpatuh dalam pengobatan malaria selama
kehamilan. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan
pengobatan malaria selama kehamilan dengan kejadian BBLR.

Kata Kunci: Kepatuhan minum obat, Malaria, BBLR.


PREGNANT WOMEN’S COMPLIANCE IN TAKING MALARIA DRUG IN
INCIDENCE OF LOW BIRTH WEIGHT AT DR.M.YUNUS GENERAL
HOSPITAL IN BENGKULU MUNICIPALITY

Mariati1, Mohammad Hakimi2, Shinta Prawitasari3

ABSTRACT

Background: Malaria still poses a main health problem in the world and each
year it is estimated that 50 million women are infected by malaria and more than
30 million pregnant women in developing countries suffer from malaria. Malaria
infection increases the incidence of anemia in pregnant women and of Low Birth
Weight (LBW). The causes of increased malaria cases are, among others,
malaria transmission due to unfinished treatment of malaria patients, increased
anti-malaria drug resistance, and many untreated malaria patients. The rate of
malaria morbidity in Bengkulu Municipality is 30.58 per 1000 citizens measured
based on AMI.
Objective: To study the relationship between pregnant women’s compliance in
taking malaria drug and incidence of low birth weight at Dr. M. Yunus General
Hospital in Bengkulu Municipality.
Method: This was an observational study using a case control study design.
Subjects were normal delivery with LBW as case (n=46) and NBW as control
(n=46). Samples were taken using systematic random sampling. The study
instruments were questionnaire, MCH register book and malaria treatment
register book. The analysis comprised univariable analysis, bivariable analysis
using chi-square, and multivariable using logistic regression.
Results: There was a significant relationship between compliance in malaria
treatment and LBW p= 0.001; OR= 4.13 and between parity and LBW p= 0.019;
OR; 2.76. There was a significant difference between trimester 1 and trimester 2
and LBW p= 0.001; OR 10.85 but there was no significant different between
trimester 1 and trimester 3 and LBW p= 0.298; OR; 0.43. There was a significant
difference between age < 20 years and 20-35 years and LBW p= 0.026; OR=
2.84 but there was no significant relationship between age 20-35 years and > 35
years and LBW p= 0.853; OR= 0.88. Ultimately, there was a significant
relationship between irregular ANC and regular ANC and LBW p= 0.021; OR=
2.65.
Conclusion: Incompliance in taking malaria drug during pregnancy had a risk of
LBW. Proportion of LBW was greater in women that did not comply with malaria
treatment during pregnancy. There was a significant relationship between
compliance in malaria treatment during pregnancy and LBW.

Keywords: Compliance in taking drug, Malaria, LBW


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


di negara-negara seluruh dunia, baik di negara tropis maupun sub tropis,
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. World Health
Organization (WHO) melaporkan sekitar 1 juta anak meninggal setiap
tahunnya karena menderita malaria dan setiap tahun terdapat 110 juta
penderita malaria (WHO, 2006). Angka kejadian kematian ibu hamil dan
anak yang disebabkan penyakit malaria sekitar 1 sampai 2 juta setiap
tahunnya. Diperkirakan sekitar 25 juta ibu hamil menderita penyakit
malaria di daerah endemis Afrika (Yartey, 2006).
Penyakit malaria menyerang lebih dari 90 negara di dunia.
Berdasarkan laporan WHO tercatat 36% penduduk dunia hidup di daerah
endemis malaria, 7% hidup di daerah yang tidak ada penanggulangan
penyakit malaria (WHO, 2001). Setiap tahunnya tercacat sekitar 50 juta
wanita terinfeksi penyakit malaria di Afrika, dan lebih dari 30 juta wanita
hamil menderita malaria di negara-negara berkembang khususnya Afrika.
Umumnya wanita yang terinfeksi penyakit malaria tidak menunjukkan
tanda dan gejala selama kehamilan, tetapi infeksi malaria meningkatkkan
kejadian anemia pada ibu dan meningkatkan kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR).
Keadaan bayi berat lahir rendah merupakan salah satu penyebab
kematian pada bayi dan infeksi penyakit malaria merupakan salah satu
penyebab kematian ibu (Guyatt & Snow, 2004). Infeksi penyakit malaria
selama kehamilan menyebabkan anemia, BBLR, dan kejadian janin
prematur (Menendez et al., 2008). WHO melaporkan 3 juta anak manusia
meninggal setiap tahun karena menderita malaria.

1
2

Penelitian yang dilakukan Yartey (2006) diperoleh hasil bahwa


sekitar 2-15% ibu hamil dengan anemia, 8-36% ibu dengan prematuritas,
70% terjadi gangguan pertumbuhan dan 8-14% terjadi bayi berat lahir
rendah. Kejadian infeksi malaria dapat dicegah sekitar 30% pada saat
kehamilan untuk tidak terjadinya bayi berat lahir rendah dan
menghindarkan sekitar 3-8% dari total kematian bayi.
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis
kelamin, tidak terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan.
Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat spesies
plasmodium, tetapi plasmodium falciparum merupakan parasit yang
dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas dan
mortalitas ibu dan janinnya. Diperkirakan sekitar 700.000 sampai 2.7 juta
orang meninggal akibat penyakit malaria dari jenis plasmodium falcifarum
(Samak, 2004).
Berdasarkan hasil kegiatan surveilans tercatat bahwa proporsi
kematian untuk penyakit malaria pada tahun 1988 sebesar 20.2%
keadaan ini meningkat pada tahun 2004 sebesar 32.1%. Salah satu
penyebab kasus malaria meningkat adalah penularan penyakit malaria
yang dikarenakan pengobatan kasus malaria yang tidak sempurna,
peningkatan resistensi obat anti malaria, dan masih banyak penderita
malaria yang tidak terobati (Mbonye et al. 2008). Keadaan yang
mempersulit penanggulangan malaria adalah berkembangnya resistensi
terhadap klorokuin khususnya dari plasmodium falcifarum disebagian
besar wilayah endemik malaria (Harijanto, 2000).
Infeksi malaria selama masa kehamilan merupakan masalah yang
sangat serius untuk dilakukan pencegahan. Diperkirakan sekitar 24 juta
ibu hamil terserang malaria. Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih
mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita tidak hamil.
Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun selama
kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan prevalensi densitas parasit
malaria berat (Ayisi et al. 2004). Selain itu ketidakteraturan pengobatan
3

malaria menyebabkan parasit tetap hidup dalam tubuh. Ketidakteraturan


dalam mengkonsumsi obat malaria berkaitan juga dengan efek yang
ditimbulkan dari pengobatan malaria. Sekitar 32,9% penderita malaria
tidak menyelesaikan pengobatan dengan sempurna. Hal ini disebabkan
karena efek obat malaria pada pemberian pertama dapat menurunkan
gejala sehingga penderita merasa sembuh dan obat tidak dilanjutkan.
Terdapat 1.6% ibu dengan pengobatan malaria ditemukan efek samping
flu, nyeri kepala dan sakit perut, disamping itu ketidaklengkapan
pengobatan malaria sesuai dengan dosis yang seharusnya diminum
disebabkan tidak lengkapnya kunjungan selama ANC (antenatal care) dan
tempat tinggal dari pelayanan kesehatan (Eijk et al., 2004).
Ketidakteraturan dalam mengkonsumsi obat malaria dapat
menyebabkan keadaan resistensi terhadap obat anti malaria. Resistensi
pengobatan dari p. falcifarum dan p. vivax telah dilaporkan dibeberapa
daerah endemis malaria antara lain di Papua New Guinea, Irian Jaya dan
Pulau Nias (Harijanto, 2000).
Keadaan geografis kota Bengkulu berawa-rawa dan terletak
dipesisir pantai, tempat ini merupakan tempat perindukan nyamuk
Annopeles sehingga nyamuk annopeles mudah berkembang biak.
Keadaan ini menyebabkan Bengkulu menjadi daerah endemis Malaria.
Menurut laporan Profil kesehatan Kota Bengkulu (2006) angka kejadian
malaria di Kota Bengkulu sebesar 8.937 orang dengan rincian penderita
malaria klinik 6.103 orang (68.29%) dan malaria positif sebesar 2,294
orang (25.67%) dan semua penderita mendapat pengobatan 100%,
sedangkan angka kesakitan malaria sebesar 30.58 per 1000 penduduk ini
diukur menurut Annual Malaria Incidence (AMI) (Dinkes Kota Bengkulu,
2007).
Angka kesakitan malaria di Bengkulu masih sangat tinggi
dibandingkan dengan angka kesakitan secara nasional sebesar 16 per
1000 penduduk. Angka kejadian malaria pada kehamilan di Kota Bengkulu
diambil 10-15% (WHO, 2001) dari jumlah kehamilan tahun 2007 sebesar
4

9.422 orang jadi angka kejadian malaria dalam kehamilan sebesar 1413
orang atau 14.99%. Target Indonesia sehat 2010 menurunkan kejadian
malaria sebesar 5 per 1000 penduduk, salah satu upaya yang telah
dilakukan pemeritah daerah Bengkulu dalam rangka menurunkan angka
kejadian malaria selain pemeriksaan darah dan pengobatan adalah
pembagian kelambu gratis bagi keluarga yang ada ibu hamil dan balita.
Berdasarkan badan pusat statistik (BPS) angka kematian bayi
secara nasional sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (KH). Pada tahun
2001 angka kejadian bayi berat lahir rendah di Indonesia sebesar 3-13%,
dalam setahun sekitar 89.000 bayi meninggal dan 29% disebabkan oleh
kejadian BBLR (BPS, 2003). Di Kota Bengkulu angka kematian bayi terus
meningkat setiap tahunnya. Tahun 2006, angka kematian bayi sebesar
101 orang dari 1518 persalinan atau 66.53 per 1000 KH, pada tahun
2007 terjadi peningkatan angka kematian bayi di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bengkulu sebesar 134 orang atau 73 per 1000 KH, dengan
rincian BBLR 61 bayi, Aspiksia 42 bayi dan penyebab lain 31 bayi. Angka
ini sangat tinggi dibandingkan dengan angka kematian secara nasional.
Selain itu angka kejadian BBLR di RSUD. Dr.M.Yunus Kota Bengkulu
terus meningkat pada tahun 2007 sebesar 266 orang dari 1802 (14.76%)
kelahiran, pada tahun 2008 kejadian BBLR sebesar 293 orang dari 1592
kelahiran (18.40%) (RSUD Bengkulu, 2007).
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
obat malaria terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit
Umum Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka pertanyaan penelitian


dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi obat malaria berhubungan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi
obat malaria dan kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu yang
patuh dalam mengkonsumsi obat malaria dan ibu yang tidak patuh
dalam mengkonsumsi obat malaria.
b. Mengetahui risiko ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat malaria
dan kejadian bayi berat lahir rendah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini diperoleh informasi ilmiah
tentang hubungan antara kepatuhan pengobatan malaria dengan kejadian
bayi berat lahir rendah guna mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan
dan dapat dilakukan intervensi secara dini.

2. Manfaat praktis
Bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam penyusunan program
dan rencana kegiatan di Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu khususnya
program kesehatan ibu dan anak.
6

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Silva et al. (2006) berjudul “Which Factor Could Explain The
Low Birth Weight Paradox?” yang dilakukan terhadap 2439 persalinan
dengan desain kohort, meneliti tentang dampak dari paritas, kebiasaan
ibu merokok, usia ibu, sosial ekonomi, dan tindakan seccio caesaria
(SC). Diperoleh hasil bahwa ibu yang mempunyai paritas ≥ 5
mempunyai risiko 2,04 (95% CI; 1,33-3,12) kali untuk mengalami BBLR
dibanding ibu yang mempunyai paritas 2-4 anak. Perbedaan dengan
penelitian ini pada variabel penelitian dan desain penelitian yaitu pada
variabel independent adalah kepatuhan pengobatan dengan desain
case control sedangkan pada penelitian Silva variabel independen
paritas dengan desain kohort.
2. Penelitian Deshmukh et al. (1998) berjudul ”Low Birth Weight and
Associated Maternal Factor in an Urban Area” yang dilakukan terhadap
210 ibu hamil dengan desain study cohort. Diperoleh hasil bahwa
prevalensi bayi berat lahir rendah 30.3%. Terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap berat badan lahir bayi antara primipara dan multi
para (p=<0.05), antara sosial ekonomi rendah dan sosial ekonomi
tinggi (p= < 0.001). Perbedaan dengan penelitian ini adalah kalau pada
penelitian Deshmukh meneliti faktor-faktor yang menyebabkan bayi
berat lahir rendah sedang pada penelitian ini melihat hubungan antara
pengobatan dengan kejadian bayi berat lahir rendah.
3. Penelitian Menendez et al. (2008) berjudul ”A Randomized Placebo-
Controlled Trial of Intermittent Preventive Treatment in Pregnancy
Women in the Context of Insecticide Treated Nets Delivered Through
The Antenatal Clinic” yang dilakukan terhadap 1030 subjek dengan
desain eksperimen. Diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
berat badan lahir rendah antara kelompok plasebo dan kelompok
perlakuan RR = 0. 99 (95% CI; 0.70-1.39), prevalensi anemia RR =
0.92 (95% CI; 0.79-1.08) dan kejadian infeksi plasenta (p=0.964).
7

Perbedaan dengan penelitian ini adalah dari aspek desain penelitian


dan variabel penelitian dimana pada penelitian ini variabel adalah
kepatuhan pengobatan malaria.
4. Penelitian Denoeud et al. (2007) yang berjudul ”Is Chloroquine
Chemoprophylaxis Still Effective to Prevent Low Birth Weight? Result
Study in Benin” yang bertujuan untuk melihat efek dari pengobatan
klorokuin terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Hasil; tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengobatan dengan
klorokuin terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (OR=1.43; p =
0.10). Berdasarkan lama pengobatan dengan chemoprophylaxis
diperoleh hasil terdapat hubungan yang bermkna antara lama
pengobatan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (OR=4.61; p= <
0.001). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada aspek variabel
yaitu aspek kepatuhan dalam mengkonsumsi obat malaria dengan
kejadian bayi berat lahir rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Malaria

1. Pengertian
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa
obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000). Penyebab
penyakit malaria adalah plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae dan
P. ovale. Penyebab yang paling sering adalah plasmodium falcifarum.
Diperkirakan sekitar 700.000 sampai 2.7 juta orang meninggal akibat
penyakit malaria dari jenis plasmodium falcifarum (Samak, 2004).

2. Gejala Klinis dan Pengobatan Malaria Pada Kehamilan


Gejala klinis yang sering muncul pada penyakit malaria antara lain
demam, sakit kepala, mual, mengigil, pusing, nyeri epigastrium, muntah,
diare, dan kadang diikuti oleh batuk (Harijanto, 2000).
Pengobatan malaria di Indonesia antara lain: klorokuin, sulfadoksin-
pirimetamin, kina, dan primakuin (Harijanto, 2000). Pengobatan malaria
pada kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut:

8
9

Tabel 1. Pengobatan Penderita Malaria p. Falciparum atau Mix pada


Kehamilan
Usia Obat dan dosis untuk malaria p. Keterangan
kehamilan Falciparum
< 3 bulan Kina 3 x 2 tablet/hari selama 7 hari 1. Obat diminum sesudah makan
(jumlah 42 tablet) atau 3 kali sehari 2. Awasi pasien secara langsung pada
dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7 hari waktu minum obat
Parasetamol 1 tablet setiap 4 jam jika 3. Pemberian tablet besi dihentikan
perlu untuk demam selama parasit masih positif dan
> 3 bulan Artesunat 4 tablet dan amodiakuin 4 dilanjutkan kembali setelah sembuh
tablet setiap hari selama 3 hari (jumlah dari malaria
24 tablet) 4. Pastikan semua obat yang diberikan
Parasetamol 1 tablet setiap 4 jam jika untuk dihabiskan, meskipun penderita
perlu untuk demam kondisinya sudah mulai membaik
5. Informasikan kepada pasien dan
Usia Obat dan dosis untuk malaria p. vivax keluarga untuk kembali ke puskesmas
kehamilan atau ovale sesegera bila ada 1 atau lebih tanda-
0-9 bulan Klorokuin; Hari 1 : 4 tablet, Hari 2 : 4 tanda bahaya selama pengobatan
tablet, Hari 3 : 2 tablet, (jumlah 10 yaitu: kejang, tidak sadar, tidak dapat
tablet) makan/minum, muntah berulang,
0-9 bulan Malaria klinis (tersangka malaria) lemas.
Klorokuin ; Hari 1 : 4 tablet, Hari 2 : 4
tablet, Hari 3 : 2 tablet, (jumlah 10
tablet)
Sumber: Depkes RI 2006

Bagan Alur Pemeriksaan dan Pengobatan Penderita Malaria Pada


Kehamilan
Pemeriksaan ANC, Konseling dan
Pemeriksaan darah skrining

Positif p. falcifarum Positif p.


atau mix Negatif
vivax, ovale

Dengan
gejala
Trimester 1 Trimester 2-3 Klorokuin 4-4-2 malaria
(3 hari)

Pemeriksaan
sediaan darah
Kina 3 x 2 Artesunat
(7 hari) dan
amodiakui
Positif p. faciparum Positif p. Negatif
atau mix vivax, ovale

Gambar 1. Alur Pemeriksaan dan Pengobatan Penderita Malaria pada


Kehamilan (Sumber Depkes, 2006)
10

3. Penyakit Malaria pada Wanita Hamil


Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi
parasit malaria dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu
terjadi karena kekebalan yang menurun selama kehamilan, akibatnya
dapat terjadi peningkatan prevalensi densitas parasit malaria berat (Ayisi
et al. 2004). Penelitian yang dilakukan Yartey (2006) diperoleh hasil
bahwa sekitar 2-15% ibu hamil dengan anemia, 8-36% ibu dengan
prematuritas, 13-70% terjadi gangguan pertumbuhan dan 8-14% terjadi
bayi berat lahir rendah. Tingginya kejadian anemi pada ibu hamil
disebabkan karena proses hemodilusi sehingga terjadi pengenceran sel
darah merah terutama pada kehamilan trimester ke tiga. Kejadian infeksi
malaria dapat dicegah sekitar 30% pada saat kehamilan untuk tidak
terjadinya bayi berat lahir rendah dan menghindarkan sekitar 3-8% dari
total kematian bayi. Infeksi penyakit malaria selama kehamilan
menyebabkan anemia, bayi berat lahir rendah, dan kejadian janin
prematur (Menendez et al., 2008).

B. Kepatuhan Pengobatan Malaria

Ley disitasi oleh Smet (1994) mengemukakan bahwa kepatuhan


adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Versi dari
Hayne disitasi oleh Krasnegor (1993) bahwa pemenuhan (compliance)
mencerminkan sampai meluas ke perilaku seseorang dalam hal
melakukan pengobatan, mengikuti pola makan, atau melakukan
perubahan gaya hidup bertepatan dengan pengobatan atau nasehat
medis. Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku seseorang untuk mau
atau tidak mau melakukan sesuatu. Suatu teori yang dikembangkan oleh
Lawrence Green disitasi oleh Sarwono (1997) menyatakan bahwa
kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku (non-perilaku). Selanjutnya
11

faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yaitu perilaku
seseorang berhubungan dengan faktor predisposisi, faktor pemungkin
atau enabling factors dan faktor penguat atau reinforcing factors. Oleh
sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku serta
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan, adalah:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai
dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok
untuk bertindak. Dalam arti umum, kita dapat mengatakan faktor
predisposisi sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau
kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin
mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus,
faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status
sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga
penting sebagai faktor predisposisi.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pendukung mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya
yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber
daya yang serupa itu. Faktor pendukung ini juga menyangkut
keterjangkauan berbagai sumber daya yaitu biaya, jarak, ketersediaan
transportasi, waktu dan sebagainya.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat bergantung pada
tujuan dan jenis program. Didalam pendidikan pasien, faktor penguat
bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien lain dan keluarga.
Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan
risiko mengenai kesehatannya (Taylor disitasi Smet, 1994). Perubahan
sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi,
12

kemudian baru menjadi internalisasi (Kelman disitasi oleh Sarwono,


1997). Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa
memungkinkan (Schwartz & Griffin disitasi oleh Smet, 1994).
Secara sejarah, riset tentang kepatuhan pasien didasarkan atas
pandangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasehat dokter
yang pasif dan patuh. Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang
yang lalai dan masalahnya dianggap sebagai “masalah kontrol”. Riset
berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien yang tidak
patuh berdasarkan kelas sosio-ekonomis, pendidikan, umur dan jenis
kelamin. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, setiap orang dapat menjadi
tidak taat kalau situasinya memungkinkan, hal ini yang dikatakan
Schwartz dan Griffin disitasi oleh Smet (1994). Teori-teori yang lebih baru
menekankan faktor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif
dalam proses pengobatannya. Menurut Taylor disitasi oleh Smet (1994)
perilaku kepatuhan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan
risiko mengenai kesehatannya. Faktor penting ini seringkali dilupakan.
Banyak dokter begitu saja beranggapan bahwa pasien akan mengikuti
apa yang mereka nasehatkan, tanpa menyadari bahwa para pasien
tersebut pertama-tama harus memutuskan lebih dahulu apakah mereka
bersedia untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin
menghindari hukuman atau sanksi jika dia tidak patuh, atau untuk
memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut.
Tahap ini disebut tahap kepatuhan (compliance).
Dari berbagai studi terbukti bahwa “compliance” menghasilkan
perubahan perilaku yang bersifat sementara, dan individu cenderung
kembali ke pandangan atau perilakunya yang semula jika pengawasan
kelompok mengendur atau jika dia pindah dari kelompoknya (Sarwono,
1997). Riset berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien
yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio-ekonomi, pendidikan, umur dan
jenis kelamin. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, setiap orang dapat
13

menjadi tidak taat kalau situasinya akan melakukannya. Dalam literatur


ada tiga (3) faktor yang berkaitan dengan ketidakpatuhan, faktor tersebut
adalah:
1. Faktor intrafisik, kepatuhan dijelaskan melalui perasaan atau sikap
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kepercayaan dan
sikap tentang penyakit yang potensial terjadi mempengaruhi
kepatuhan.
2. Faktor lingkungan, penolakan yang termasuk aspek lingkungan adalah
perilaku dan kebiasaan. Hubungan antara sosiokultural dengan
ketidakpatuhan pasien menunjukkan bahwa pasien butuh dukungan
sosial dan kultural.
3. Faktor hubungan petugas dengan pasien, komunikasi yang salah
antara petugas dengan pasien serta kurangnya partisipasi pasien
dalam mengambil keputusan tentang pengobatan menyebabkan
ketidakpatuhan (Matteo & Nicola, 1981).
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter
mempengaruhi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan
pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan
emosional dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang
diberikan. Frekuensi pengawasan, dukungan atau tindakan lanjutan juga
cukup penting. Khususnya hubungan antara kepuasan dengan ketaatan.
Ley disitasi oleh Smet (1994) menganjurkan sebuah model kognitif yang
menjelaskan hubungan antara pengertian, ingatan, kepuasan dengan
perilaku ketaatan pasien. Mula-mula informasi yang didapatkan petugas
kesehatan akan mempengaruhi pengetahuan sehingga meningkatkan
ingatan dan pengertian. Ingatan dan pengertian akan menimbulkan
kepuasan dan pada akhirnya akan berpengaruh secara langsung pada
terjadinya atau akan menyebabkan suatu kepatuhan.
Kepatuhan ibu minum obat malaria adalah ketaatan ibu dalam
mengkomsumsi obat malaria sesuai dengan usia kehamilan dan sesuai
dengan dosis yang diberikan. Menurut buku panduan pengobatan malaria
14

saat ini adalah pengobatan secara radikal, artinya apabila ibu


megkonsumsi obat secara benar maka malaria dapat diberantas dan
penyakit anemia dalam kehamilan dan infeksi plasenta tidak terjadi
sehingga prematuritas, intra uterine growth retardation (IUGR), BBLR
tidak terjadi (Depkes, 2006).
Kiwuwa et al. (2008) melakukan penelitian terhadap 769 ibu pasca
bersalin memperoleh hasil bahwa ibu hamil yang tidak mendapat
pengobatan malaria sebesar 28.5%, mendapatkan pengobatan satu paket
pengobatan selama kehamilan sebesar 35.3%, dan mendapat
pengobatan 2 dosis atau lebih selama kehamilan sebesar 36.2%. Ibu
hamil menerima pengobatan malaria rata-rata pada usia kehamilan 2.5
bulan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu dengan paritas
1 anak dan ibu dengan paritas > 1 anak dalam kepatuhan pengobatan
malaria.
Eijk et al. (2004) menemukan bahwa dari 1.498 wanita yang
mendapat pengobatan malaria sesuai standar pengobatan malaria (2
paket pengobatan) didapatkan 23.7% menyelesaikan pengobatan 2 paket,
43.4% menyelesaikan pengobatan 1 paket dan 32.9% tidak
menyelesaikan pengobatan baik 1 atau 2 paket pengobatan malaria. Pada
penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa terdapat 15.7% yang
menyelesaikan pengobatan 2 paket sampai selesai. Ketidaklengkapan
pengobatan malaria sesuai dengan dosis yang seharusnya diminum
disebabkan antara lain tidak lengkapnya kunjungan selama ANC dan
tempat tinggal dari pelayanan kesehatan. Disamping itu ketidakteraturan
pengobatan malaria berkaitan dengan efek yang ditimbulkan dari
pengobatan malaria. Terdapat 1.6% ibu dengan pengobatan malaria
ditemukan efek samping flu, nyeri kepala dan sakit perut (Eijk et al. 2004).
Kiwuwa et al. (2008) menemukan bahwa dari 769 ibu pasca
bersalin yang diteliti, 71% mendapat pengobatan waktu melakukan
kunjungan ANC. Terdapat sekitar 417 (57.7%) yang menyelesaikan dosis
pertama pengobatan. Beberapa alasan yang berkaitan dengan tidak
15

selesainya pengobatan malaria antara lain obat yang dikonsumsi tidak


umum (obatnya terlalu banyak) untuk ibu. Pada penelitian yang sama
diperoleh hasil bahwa ibu dengan pendidikan rendah mempunyai OR 2.2
(95%CI; 1.4-3.3) untuk tidak patuh dalam pengobatan malaria. Penderita
yang menyelesaikan pengobatan penuh selama kehamilan sebesar 40%.
Pada penelitian berbeda yang dilakukan oleh Eijk et al. (2004) diperoleh
hasil bahwa ketidakteraturan pengobatan malaria sesuai paket
pengobatan disebabkan oleh kondisi tempat pelayanan yang jauh dari
penderita.
Penelitian Denoeud et al. (2007) tentang pengobatan klorokuin
terhadap kejadian berat badan lahir diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara lama pengobatan chemoprophylaxis
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (OR= 4.61; 95% CI 2.27-9.36; p =
< 0.001). Penelitian Menendez (2008) terhadap 1030 subjek penelitian
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan pemberian obat 2-dose sulphadoxine-pyrimethamine
(SP) dengan kelompok plasebo terhadap bayi berat lahir rendah (OR=
0.99; CI 95% 0.70-1.39).

C. Bayi Berat lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian
Menurut Guyat dan Snow (2004) bayi berat lahir rendah
didefinisikan sebagai bayi berat lahir kurang dari 2500 gram, dengan
mengabaikan penyebab dan tanpa memperhatikan umur kehamilan pada
waktu lahir kurang dari 37 mg , bayi berat lahir rendah aterm apabila umur
kehamilan lebih dari 37 minggu tetapi mengalami intra uterine growth
retardation atau kedua-duanya. Bayi berat lahir rendah adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram terlepas dari masa
kehamilannya, yang ditimbang pada saat lahir sampai 24 jam pertama
setelah kelahiran (Depkes, 2006).
16

Menurut Cunningham et al. (2001), faktor-faktor yang


mempengaruhi berat badan lahir pada kehamilan aterm: 1) jenis kelamin,
anak laki-laki lebih berat dari pada anak perempuan, 2) paritas, berat lahir
meningkat bersamaan dengan bertambahnya paritas sedikitnya sesudah
para dua, 3) ras, bayi kulit putih yang aterm mempunyai berat yang lebih
tinggi daripada bayi kulit hitam. Pada umumnya wanita yang terinfeksi
penyakit malaria tidak menunjukkan tanda dan gejala selama kehamilan,
tetapi infeksi malaria meningkatkan kejadian anemia pada ibu dan pada
bayi terjadi BBLR. Keadaan bayi berat lahir rendah merupakan salah satu
penyebab kematian pada bayi, selain itu kondisi infeksi penyakit malaria
merupakan salah satu penyebab kematian ibu (Guyatt & Snow, 2004).
Kejadian infeksi malaria dapat dicegah sekitar 30% pada saat
kehamilan untuk tidak terjadinya bayi berat lahir rendah dan
menghindarkan sekitar 3-8% dari total kematian bayi (Yartey, 2006).
Menurut Cunningham et al. (2001), janin atau bayi baru lahir yang
beratnya secara nyata berada di atas atau di bawah nilai normal, akan
menghadapi peningkatan risiko untuk meninggal atau jika berhasil
diselamatkan, peningkatan risiko untuk terjadi gangguan jasmani serta
intelektual.

2. Epidemiologi
Penelitian Silva et al. (2006) diperoleh hasil bahwa berat bayi lahir
antara 500-1.499 gram sebesar 1.1%, berat lahir antara 1.500-2.499 gram
sebesar 6.6%, berat lahir antara 2.500-2.999 sebesar 23.8%, dan berat
lahir ≥ 3000 gram sebesar 68.6%. Pada penelitian yang sama diperoleh
hasil bahwa jika dibanding dengan usia ibu 20 – 34, ibu dengan usia < 18
tahun mempunyai OR = 2.06 (95% CI; 1.41-3.00), ibu dengan usia 18-19
tahun mempunyai OR = 0.98 (95% CI; 0.61-1.48) dan ibu dengan usia ≥
35 mempunyai OR = 1.00 (95% CI; 0.45-2.21) untuk terjadinya bayi berat
lahir rendah.
17

Penelitian Bisai et al. (2006) yang dilakukan terhadap 331 ibu


bersalin diperoleh hasil bahwa rata-rata berat bayi lahir 2592 gram, SD
371 gram, dimana berdasarkan jenis kelamin bayi diperoleh hasil bahwa
pada laki-laki rata-rata berat lahir 2658 gram (SD 362 gram) sedangkan
pada perempuan rata-rata berat lahir 2515 gram (SD 367 gram). Pada
penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara umur ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (p = <
0.005).
Studi yang dilakukan di Malawi diperoleh hasil bahwa angka
kematian bayi sekitar 1000/kelahiran hidup, dimana 650 bayi lahir dengan
berat kurang dari 1.500 gram, 276 bayi lahir dengan berat antara 1.500 –
1.999 gram, 58 bayi lahir dengan berat 2.000-2.499 gram dan 24 bayi lahir
dengan berat ≥ 2500 gram (Guyatt and Snow, 2004). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Menendez (2008) terhadap 1030 subjek penelitian
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan dengan pemberian obat 2-dose sulphadoxine-
pyrimethamine (SP) dengan kelompok plasebo terhadap bayi berat lahir
rendah (OR= 0.99; CI 95% 0.70-1.39).

D. Faktor-faktor Lain yang Berkaitan dengan Kejadian BBLR

1. Paritas
Pada penelitian Deshmukh et al. (1998) diperoleh hasil prevalensi
kejadian bayi berat lahir rendah sebesar 30.3%. Rata-rata usia ibu dengan
bayi berat lahir rendah 22.4 tahun, sedangkan ibu dengan bayi berat lahir
normal 22.9 tahun. Rata-rata jarak kelahiran pada bayi berat lahir rendah
26.2 bulan sedangkan pada bayi berat badan lahir normal 29.5 bulan.
Terdapat perbedaan yang bermakna berat badan lahir bayi antara
primigravida dengan multigravida (p= < 0.05). Pada penelitian yang sama
diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas 1 (primipara) mempunyai risiko
1.58 (1.20-2.10 CI 95%) untuk terjadinya bayi berat lahir rendah dibanding
18

dengan ibu paritas > 1 (multipara). Keadaan ini dapat disebabkan oleh
perhatian ibu yang kurang mengenai asupan nutrisi selama kehamilan.
Penelitian Kiwuwa et al. (2008) tentang pencegahan malaria
dengan kelambu diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas 1 sebesar
17.7% sedangkan ibu dengan paritas > 1 sebesar 84.7%. Penelitian yang
dilakukan oleh Menendez (2008) terhadap 1030 subjek penelitian
diperoleh hasil bahwa rata-rata paritas pada kelompok plasebo (tanpa
sulphadoxine-pyrimethamin) 3.12, sedangkan pada kelompok perlakuan
(sulphadoxine-pyrimethamin) 3.09. Pada penelitian yang sama diperoleh
hasil bahwa berdasarkan paritas tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok plasebo (tanpa sulphadoxine-pyrimethamin) dan
kelompok perlakuan (p = 0.809) terhadap pengobatan malaria.
Angka kematian neonatal lebih banyak terjadi pada kelompok
paritas 2-11 anak jika dibanding dengan paritas 1 anak. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara paritas 1 anak dengan paritas 2-11 anak
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (p= 0.09; OR = 3.3). Pada
penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa jika dibanding dengan ibu
paritas 1 anak, risiko ibu dengan paritas 2-4 anak OR = 4.6, ibu dengan
paritas 5-11 anak OR = 7.6. Hal ini dapat disebabkan karena perhatian
pada multigravida yang rendah mengenai asupan gizi selama kehamilan
(Arad et al., 2001).
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan dengan kelompok plasebo terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah (P= 0.824) dimana RR = 1.06 (95%CI; 0.66-1.70). Pada paritas 1-
3 anak tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan (sulphadoxine-pyrimethamin) dengan kelompok plasebo (tanpa
sulphadoxine-pyrimethamin) terhadap kejadian bayi berat lahir rendah p =
0.197 dimana RR = 1.55 (95% CI; 0.79-3.02). dan pada paritas > 4 anak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan
(sulphadoxine-pyrimethamine) dan kelompok plasebo terhadap kejadian
19

bayi berat lahir rendah p = 0.038 dimana RR = 0.46 (95% CI; 0.22-0.98)
(Menendez, 2008).
Penelitian Silva et al. (2006) yang dilakukan terhadap 2439
kelahiran diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas 1 anak mempunyai OR
= 1.82 (95% CI; 1.32-2.49) dibanding dengan ibu paritas 2-4 untuk
terjadinya berat badan lahir rendah dan ibu dengan paritas ≥ 5 anak
mempunyai OR = 1.22 (95% CI; 0.55-2.74) dibanding dengan ibu paritas
2-4 anak untuk terjadinya berat badan lahir rendah. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara paritas dengan berat badan lahir (p= < 0.001),
dimana semakin tinggi paritas ibu maka semakin besar kemungkinan
kejadian bayi berat lahir rendah (Bisai et al., 2006).
Penelitian Guyatt and Snow (2004) diperoleh hasil bahwa ibu
dengan paritas ≥ 2 anak mempunyai prevalensi risiko = 2.06 (95% CI;
1.76-2.27) dibanding dengan ibu yang mempunyai paritas 1 untuk
kejadian bayi berat lahir rendah. Pada penelitian yang berbeda yang
dilakukan oleh Eijk et al. (2004) tentang pengobatan malaria pada ibu
hamil diperoleh hasil bahwa primigravida sebesar 46.5%, sedangkan
53.5% merupakan multigravida.

2. Usia Ibu
Dasuki et al. (1998) memperoleh hasil bahwa ibu hamil pada usia <
20 tahun mempunyai risiko 4 kali lebih besar melahirkan BBLR. Hal ini
terkait dengan kondisi yang terjadi pada usia remaja dimana terjadi
kompetensi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ibu pada usia remaja
dan kebutuhan janinnya dan usia ibu yang beresiko melahirkan BBLR
adalah pada usia kehamilan <17 atau >34 tahun (Thompson et al., (2007).
Menendez (2008) menemukan bahwa usia rata-rata ibu pada
kelompok perlakuan (sulphadoxine-pyrimethamin) 24.31 tahun sedangkan
pada kelompok plasebo (tanpa sulphadoxine-pyrimethamin) 24 tahun.
Pada penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
perbedaan usia ibu antara kelompok perlakuan (sulphadoxine-
20

pyrimethamin) dengan kelompok plasebo (tanpa sulphadoxine-


pyrimethamin) (p=0.366).
Penelitian Silva et al. (2006) tentang faktor-faktor berkaitan dengan
bayi berat lahir rendah diperoleh hasil bahwa usia ibu < 18 tahun sebesar
13.1%, usia 18-19 tahun 16.3%, usia 20-34 tahun 66.3% dan usia ≥ 35
tahun sebesar 4.3%. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu
dengan kejadian BBLR (p=0.001).
Deshmukh et al. (1996) menemukan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan berat badan lahir p= >
0,05, dimana rata-rata usia ibu yang melahirka dengan bayi BBLR 22.4
tahun dan rata-rata usia ibu dengan bayi tidak BBLR 22.9 tahun.
Penelitian Bisai et al. (2006) yang dilakukan terhadap 331 ibu
bersalin diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
umur ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (p = < 0.005).

3. Umur Kehamilan
Penelitian yang dilakukan oleh Menendez (2008) terhadap 1030
subjek penelitian diperoleh hasil bahwa rata-rata usia kehamilan pada
kelompok plasebo (tampa sulphadoxine-pyrimethamin) 39.55 minggu,
sedangkan pada kelompok perlakuan (sulphadoxine-pyrimethamin) rata-
rata usia kehamilan 39.70 minggu. Pada penelitian yang sama diperoleh
hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara usia
kehamilan pada kelompok perlakuan dan kelompok plasebo terhadap
berat badan lahir bayi (p = 0.081).
Kekebalan yang menurun selama kehamilan dapat meningkatkan
prevalensi densitas parasit malaria berat (Ayisi et al. 2004). Penelitian
yang dilakukan Yartey (2006) diperoleh hasil bahwa sekitar 2-15% ibu
hamil dengan anemia, 8-36% ibu dengan prematuritas, 13-70% terjadi
gangguan pertumbuhan dan 8-14% terjadi bayi berat lahir rendah.
Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan karena proses
hemodelusi sehingga terjadi pengenceran sel darah merah terutama pada
21

kehamilan trimester ke tiga. Kejadian infeksi malaria dapat dicegah sekitar


30% pada saat kehamilan untuk tidak terjadinya bayi berat lahir rendah
dan menghindarkan sekitar 3-8% dari total kematian bayi. Infeksi penyakit
malaria selama kehamilan menyebabkan anemia, bayi berat lahir rendah,
dan kejadian janin prematur (Menendez et al., 2008).
4. Antenatal Care
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu
selama kehamilan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan
kehamilan baik ibu maupun janin. Pendidikan dan pelayanan kesehatan
yang diberikan dalam antenatal care dapat mengurangi komplikasi selama
kehamilan dan persalinan serta dapat memperbaiki hasil kehamilan
(Mullany et al. 2006). Antenatal care dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilannya yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2
kali pada trimester III (BPS, 2003).
Penelitian Kiwuwa et al. (2008) yang dilakukan terhadap 769 ibu
pasca bersaalin diperoleh hasil bahwa ibu yang aktif ANC selama
trimester 2 sebesar 57.7%, ibu aktif ANC selama trimester 3 sebesar
33.5% dan ibu yang aktif ANC selama kehamilan lebih dari 4 kali
kunjungan sebesar 37.1%. Ibu melakukan ANC selama kehamilan rata-
rata sebesar 3 kali. Pada penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh
Stavros et al. (2002) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan
kejadian BBLR.
Penelitian Silva et al. (2006) diperoleh hasil bahwa ibu yang sangat
teratur melakukan ANC sebesar 51.4%, teratur ANC sebesar 15.3%, tidak
teratur 23.7%, tidak pernah ANC sebesar 8.2% dan tidak diketahui
sebesar 1.4%. Pada penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa jika
dibanding dengan ibu yang sangat teratur melakukan ANC, ibu yang
melakukan ANC teratur mempunyai OR = 0.82 (95% CI; 0.52-1.31), ibu
tidak teratur ANC mempunyai OR = 0.98 (95% CI; 0.68-1.42) dan ibu tidak
pernah ANC mempunyai OR = 1.17 (95% CI; 0.69-1.98) untuk kejadian
22

berat badan lahir rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara ANC sangat teratur, teratur,
tidak teratur, dan tidak pernah ANC terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah (p = 861).

E. Landasan Teori

Wanita yang terinfeksi penyakit malaria tidak menunjukkan tanda


dan gejala selama kehamilan, tetapi infeksi malaria meningkatkan
kejadian anemia pada ibu dan meningkatkan kejadian bayi berat lahir
rendah. Keadaan bayi berat lahir rendah merupakan salah satu penyebab
kematian pada bayi, selain itu kondisi infeksi penyakit malaria merupakan
salah satu penyebab kematian ibu (Guyatt & Snow, 2004). Infeksi penyakit
malaria selama kehamilan menyebabkan anemia, bayi berat lahir rendah,
dan kejadian bayi prematur (Menendez et al., 2008).
Peningkatan kasus malaria salah satu penyebabnya adalah
penularan penyakit malaria yang dikarenakan pengobatan yang tidak
sempurna pada kasus malaria, peningkatan resistensi obat anti malaria,
dan masih banyak penderita malaria yang tidak terobati (Mbonye et al.
2008). Infeksi malaria selama masa kehamilan merupakan masalah yang
sangat serius untuk dilakukan pencegahan. Di daerah endemi malaria
wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita
tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun
selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan prevalensi
densitas parasit malaria berat (Ayisi et al., 2004).
Ketidakteraturan pengobatan malaria menyebabkan parasit tetap
hidup dalam tubuh. Ketidakteraturan pengobatan malaria berkaitan
dengan efek yang ditimbulkan dari pengobatan malaria. Terdapat 1.6%
ibu dengan pengobatan malaria ditemukan efek samping flu, nyeri kepala
dan sakit perut, disamping itu ketidaklengkapan pengobatan malaria
sesuai dengan dosis yang seharusnya diminum disebabkan tidak
23

lengkapnya kunjungan selama ANC (antenatal care) dan tempat tinggal


dari pelayanan kesehatan (Eijk et al., 2004). Penelitian Denoeud et al.
(2007) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
lama pengobatan chemoprophylaxis dengan kejadian bayi berat lahir
rendah.
Kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu multigravida dari pada
ibu primigravida. Hal ini dapat disebabkan karena perhatian ibu
multigravida yang rendah mengenai asupan gizi selama kehamilan (Arad
et al., 2001). Selain itu kejadian BBLR dapat disebabkan oleh terjadinya
kompetensi gizi selama kehamilan (Thompson et al., 2007). Pada ibu
hamil trimester ke tiga terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan
terjadinya anemia. Kondisi anemia merupakan salah satu penyebab
terjadinya BBLR karena asupan nutrisi kejanin terganggu (Yartey, 2006).
24

F. Kerangka Teori

Kepatuhan
Malaria Ibu hamil Pengobatan Tidak patuh
malaria berobat

Plasenta
Paritas
Aquired sequestration,
Immunity Atered Kompetisi
placental dan asupan
integrity gizi
sequestration
Usia ibu

Asymptomatic
Fetus
Infection Umur Hemodilusi
Abortus, Still
birth, kehamilan
congenital
infection

ANC Deteksi
Anemia komplikasi

Less nutrition
transportation

New born Anemia


Kesakitan Ibu
Low birth weight

Gambar 2. Kerangka Teori Diadopsi dari Model WHO (2004)


25

G. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Kepatuhan ibu hamil Bayi Berat


mengonsumsi obat Lahir Rendah
malaria

Variabel luar
- Paritas
- Usia Ibu
- Umur kehamilan
saat terkena
malaria
- Antenatal Care

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

H. Hipotesis Penelitian

Ibu yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat malaria lebih


banyak pada kelompok BBLR dibanding dengan yang tidak BBLR.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional kasus


kontrol rancangan (case control study), dengan pendekatan kuantitatif.
Kasus kontrol adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara suatu kasus dengan paparan tertentu. Penelitian ini
dimulai dengan mengidentifikasi kelompok kasus yaitu kelompok bayi
berat lahir rendah (BBLR) dari ibu yang mempunyai riwayat malaria dan
mendapatkan pengobatan malaria selama kehamilannya, sedangkan
kolompok kontrol adalah bayi berat lahir normal (BBLN) dari ibu yang
mempunyai riwayat malaria dan mendapatkan pengobatan malaria
selama kehamilannya (Lemeshow et al., 1997). Data dikumpulkan secara
retrospektif untuk melihat riwayat penyakit malaria dimasa lalu.
Rancangan kasus kontrol memungkinkan untuk mengetahui adanya
paparan lain (paritas, umur ibu, umur kehamilan, ANC) yang diduga
sebagai faktor risiko terhadap kejadian BBLR, Desain rancangan adalah
sebagai berikut;

25
26

Faktor Risiko Saat penelitian

Pengobatan Riwayat hamil


malaria patuh dengan malaria
Bayi berat
lahir rendah
Pengobatan
malaria tidak
patuh teratur

Riwayat hamil
Pengobatan dengan malaria
malaria patuh Bayi berat
lahir normal

Pengobatan
malaria tidak
patuh teratur

Gambar 4. Desain Penelitian Case Control Diadopsi dari Gordis (2004).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang mendapat pengobatan malaria di rumah sakit umum daerah
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok kasus dan kontrol. Kasus adalah bayi berat lahir rendah (<
2500 gram) yang dilahirkan oleh ibu yang menderita malaria dan
mendapat pengobatan malaria, dan kontrol adalah bayi berat lahir normal
(≥ 2500 gram) yang dilahirkan oleh ibu yang menderita malaria dan
mendapat pengobatan malaria.
Kriteria inklusi :
a. Ibu yang dalam masa kehamilan menderita penyakit malaria dan
mendapatkan pengobatan malaria.
b. ibu yang bersedia menjadi responden penelitian.
27

Kriteria eksklusi
a. Ibu dengan kelahiran gamelli.
b. Bayi lahir dari ibu yang menderita penyakit infeksi kronis (TB, HIV,
pre-eklamsi dan eklamsi).
c. Bayi lahir dari ibu yang menderita gizi kurang.

2. Besar Sampel Penelitian


Perkiraan besar sampel pada penelitian ini, ditentukan berdasarkan
rumus penghitungan besar sampel pada penelitian case control. Dengan
rumus sampel size determination in health studies (Lemeshow et al.,
1997).

n=
{Z 1 }
− α / 2 2 P2 * (1 − P2 *) + Z 1 − β P1 * (1 − P1 *) + P2 * (1 − P2 *)
2

(P1 * − P2 *)2
Z1-α : Level of significance, α 0,05 = 1.96
Z1-β : Power of the test (95 %)
OR : 4.61 (Penelitian Lisa Denoeud, 2008)

(OR) P2 *
P1 0.560 Dimana P1 =
:
(OR) P2 * + (1 − P2 *) .
P2 : 0.217 (berdasarkan penelitian Lisa denoeud, 2008)

Odds ratio (OR) dan proporsi terpapar pada kelompok pembanding


P2 = 0.217%, OR = 4.61 berat bayi lahir rendah didasarkan pada
penelitian Lisa Denoeud (2008) dengan confidance interval = 95%,
Kekuatan uji = 95%, tingkat kemaknaan (α) = 0,05, didapatkan sampel
sebanyak 42 subjek. Perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1 maka besar
sampel masing-masing kelompok adalah 46 kasus dan kontrol 46,
sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah n1 + n2 = 46 + 46 = 92
sampel.
3. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini melalui skrining data bayi
yang didiagnosa BBLR dan ibu bayi terdiagnosa positive malaria melalui
pemeriksaan darah tepi di laboratorium puskesmas. Pengambilan sampel
28

ini dilakukan dengan cara sistematic random sampling dengan


berdasarkan pada interval yang telah ditentukan. Interval diperoleh dari
pembagian antara jumlah populasi dengan sampel yang dibutuhkan.
Pengambilan sampel didasarkan pada data sekunder yang ada di
RumahSakit Umum Dr.M.Yunus Kota Bengkulu sebesar 46 orang sebagai
kasus dan 46 sebagai kontrol, untuk kasus dan kontrol peneliti bekerja
sama dengan bidan di wilayah Puskesmas dimana tempat tinggal kasus
dan kontrol berada.

Skema pengambilan sampel

Bayi yang lahir di RSUD M Yunus


Bengkulu 2008/2009

BBLN 1299 bayi BBLR 293

Eksklusi Eksklusi
Inklusi Inklusi

BBLN 957 bayi BBLR 78

Systematic
random sampling Systematic
random sampling

46 kasus BBLN 46 kasus BBLR

Gambar 5. Alur Pemilihan Sampel


29

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah :


1. Variabel independent dalam penelitian ini adalah kepatuhan
pengobatan malaria selama masa kehamilan .
2. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian bayi berat
lahir rendah.
3. Variabel Luar dalam penelitian ini adalah paritas, usia ibu, usia
kehamilan, antenatal care.

D. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
Skala Penilaian
Variabel adalah kepatuhan ibu mengkonsumsi obat malaria Nominal 1 = tidak patuh
Independen sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 0= patuh
Kepatuhan Dikatakan patuh jika subjek minum obat sesuai
pengobatan dengan jadual yang ditentukan menurut Depkes RI
malaria (2006) tentang pengobatan malaria dan dikatakan
tidak patuh jika subjek tidak minum obat sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Dependen Merupakan berat badan bayi saat kelahiran kurang Nominal 1= ya
Bayi berat lahir dari 2500 yang dihitung dengan satuan gram yang 0= tidak
rendah tercatat dalam register persalinan RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu. Dikategorikan menjadi 2 yaitu ya dan
tidak. Dikatakan ya jika berat lahir < 2500 gram dan
dikatakan tidak bila berat lahir ≥ 2500 gram .
Variabel luar Jumlah anak yang pernah dilahirkan pada saat Nominal 0= primigravida
Paritas penelitian/pengumpulan data yang diklasifikasikan 1= multigravida
menjadi 2 yaitu primigravida dan multigravida.
Dikatakan primigravida jika subjek penelitian hanya
mempunyai 1 anak, dan dikatakan multigravida jika
subjek mempunyai anak 2 atau lebih.
Usia Ibu Adalah umur ibu saat kehamilan yang terakhir yang Ordinal 1= Usia < 20 thn
didasarkan pada ulang tahun terakhir ibu. Yang 0= usia 20-34 thn
dikategorikan menjadi 3 yaitu usia < 20 tahun, 20-34 2= usia ≥ 35 thn
tahun dan usia ≥ 35 tahun. (Silvia et al. 2006)
Umur kehamilan Umur kandungan ibu saat terdiagnosa penyakit Ordinal 0= Trimester 1
malaria pertama kali yang dihitung dari HPMT 1= trimester 2
sampai lahirnya bayi. Dikategorikan menjadi 3 yaitu 2= trimester 3
trimester 1, trimester 2 dan trimester 3. dikatakan
trimester 1 jika umur kehamilan 0-12 minggu,
trimester 2 umur kehamilan 13-28 minggu, trimester
3 umur kehamilan 29-42 minggu.
Antenatal care Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu Nominal 1=tidak teratur
hamil pada tenaga kesehatan (ANC). Dikategorikan 0= teratur
menjadi 2 yaitu teratur ANC dan tidak teratur.
Dikatakan teratur jika ibu melakukan ANC 4 kali
selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali
pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Dan dikatakan tidak teratur jika ibu tidak melakukan
ANC yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
30

E. Instrumen Penelitian

1. Alat Ukur
Instrumen dalam penelitian meliputi : a). Buku KIA, buku register
persalinan dan buku register bayi. b). Kuesioner, adalah pertanyaan
terstruktur untuk mendapatkan informasi data primer dari responden. Data
responden yang dibutuhkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
Kuesioner dalam penelitian ini adalah pertanyaan terstruktur untuk
mendapatkan informasi data primer dari responden baik yang digunakan
untuk kasus maupun kontrol, kuesioner dalam penelitian ini telah
dikembangkan berdasarkan kuesioner LPKGM, kepustakaan, dan
konsultasi pada orang yang dipandang sebagai ahli.

Tabel 3. Nama variabel dan kuesioner penelitian


No Variabel Nama variabel Data pada kuesioner
1 Variabel bebas Kepatuhan 111 (kepatuhan)
pengobatan malaria
2 Variabel terikat BBLR 1b (karakteristik ibu)
3 Variabel luar Paritas, umur ibu, 1, a,b, II a,b
umur kehamilan, dan (karakteristik ibu dan
ANC riwayat kehamilan)

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Data sekunder diperoleh dari buku laporan ruang neonatus dan ruang
bersalin Rumah Sakit Umum Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
b. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran langsung dilapangan
seperti identitas subjek penelitian, kepatuhan pengobatan malaria,
paritas, usia ibu, umur kehamilan dan ANC. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui wawancara kepada subjek penelitian dengan
kunjungan rumah.
31

3. Tenaga pengumpulan Data


Tenaga pengumpul data dalam penelitian ini adalah bidan yang
bekerja di ruang neonatus Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu,
bidan Puskesmas Padang Serai, bidan Puskesmas Pembantu Pagar
Dewa, bidan Puskesmas Bentungan, bidan Puskesmas Teluk Sepang dan
bidang Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu.

F. Etika Penelitian

1. Ethical Clerance
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan surat kelaikan etik
penelitian dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada manusia Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

2. Informed Consent
Setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberi penjelasan
secara lisan tentang maksud dan tujuan penelitian ini. Jika responden
bersedia ikut dalam penelitian maka responden memberikan persetujuan
secara lisan dan jika responden menolak untuk ditelit maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati haknya. Informed consent dilakukan
dirumah responden saat kunjungan rumah.

3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan tetap
dijamin oleh peneliti dan tidak disebar luaskan kepada orang lain.

4. Benefit
Penelitian ini berupaya memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan kerugian. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam
pengembagan program penanganan malaria dalam kehamilan dan upaya
pencegahan terjadinya BBLR.
32

5. Justice
Semua subjek yang ikut dalam penelitian ini diperlakukan secara
adil dengan memberi hak yang sama. Peneliti tidak membedakan
responden dan selam penelitian berlagsung tetap diberikan penyuluhan
tentang bahaya penyakit malaria pada ibu terutama saat kehamilan dan
dampak yang dapat ditimbulakan bila ibu tidak patuh dalam minum obat
malaria yang telah diberikan serta upaya penanganan yang harus
dilakukan bila ibu merasa timbul gejala penyakit malaria.

G. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap


pelaksanaan dan tahap akhir penelitian. Adapun kegiatan pada setiap
tahap adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan studi pendahuluan untuk
mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Dinas
Kesehatan Propinsi Bengkulu dan rumah sakit umum daerah Dr. M.Yunus
Bengkulu, mengumpulkan review kepustakaan mengenai penyakit malaria
dan BBLR, membuat proposal dan konsultasi. Persiapan penelitian
membuat dan mengembangkan instrumen atau kuesioner dan persiapan
administrasi penelitian. Memberikan penjelasan kepada tenaga
pengumpul data untuk menyamakan persepsi tentang isi kuesioner
penelitian. Pengurusan surat izin penelitian kepada pemerinta provinsi
Bengkulu Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
dan Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD. Dr.M.Yunus
Bengkulu.
33

2. Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan data dilakukan diruang Neonatus dan Ruang
kebidanan RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu untuk melihat data BBLR yang
tercatat dalam buku laporan ruangan dari tahun 2008/2009. Pengumpulan
data dimulai dari tanggal 9 febuari sampai 30 Maret 2009 sesuai rencana
(dokumen terlampir). Berdasarkan surat keterangan Kepala Bidang Pada
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan perlindungan Masyarakat Provinsi
Bengkulu Nomor: 070/219/II/KBPM dan surat dari Badan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu Nomor:
074/163/BID-DIK/III/09 tertanggal 30 Maret 2009 penelitian ini berakhir
(surat terlampir). Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan editing
pengcekan ulang kelengkapannya, kemudian dilakukan coding untuk
mengklasifikasikan data menurut katagori masing-masing dan diberi kode
untuk mempermudah pengolahan data. selanjutnya entry data, Cleaning,
tabulasi serta analisis data.

3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir penelitian melakukn penyusunan laporan
penelitian setelah analisis dan interpretasi data, kemudian dilakukan
pembahasan hasil penelitian dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil
temuan pada saat penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Stata


(Statistic/Data Analisis) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel dimaksudkan untuk menggambarkan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan
distribusi frekuensi dan proporsi karateristik subjek penelitian.
34

2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel pengganggu dengan variabel terikat,
menggunakan Uji Chi square (X2) pada tingkat kemaknaan p < 0,05. dan
confidence interval 95%, sedang nilai Odd Ratio (OR) dihitung dengan
cara membandingkan paparan dan tidak terpapar pada kelompok kasus
maupun kelompok kontrol.

3. Analisis Multivariabel
Analisis multivariabel yang digunakan adalah uji regresi logistik,
dengan menganalisis hubungan variabel bebas dan terikat serta variabel
luar setelah mengontrol semua variabel luar uji hipotesis dinilai dengan
tingkat kemaknaan sebesar p<0,05 dan interval kepercayaan 95%.
Analisis memadukan variabel bebas dan variabel luar menghasilkan
beberapa model regresi logistik.

I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian
a. Sistem pencatatan data responden tidak lengkap sehingga
menyulitkan peneliti untuk mencari dimana tempat tinggal responden.
b. Sistem pencatatan riwayat penyakit malaria pada status responden
kurang lengkap sehingga menyulitkan peneliti dalam pemilihan
sampel. Hal ini dapat diatasi dengan cross check data persalinan
diruang bersalin.

2. Kelemahan Penelitian
Penelitian kasus kontrol adalah penelitian yang mempunyai
kelemahan adanya recall bias karena lupa mengingat kejadian lampau.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti membatasi dengan memetapkan
35

riwayat pernah menderita malaria dan mendapatkan pengobatan selama


kehamilan terakhir saja.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Wilayah Kota Bengkulu.

Kota Bengkulu merupakan ibu kota dari Propinsi Bengkulu terletak


pada Pantai Barat Pulau Sumatera dengan posisi 101 derajat 1 menit
sampai 104 derajat 46 menit Bujur Timur dan 2 derajat 16 menit sampai 5
derajat 13 menit Lintang Selatan, yang membujur sejajar dengan bukit
barisan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan

panjang pantai 525 km dan luas teritorial 48.075 km2. Secara administratif
Bengkulu memiliki 8 kabupaten/kota, 91 kecamatan dan 1.268
kelurahan/desa yang tersebar di Propinsi Bengkulu, luas wilayah Propinsi

Bengkulu 144,52 km2 atau 7,3% dari luas wilayah Propinsi Bengkulu

36
37

dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 adalah 1,693,815 jiwa terdiri
dari laki–laki 856,526 jiwa dan perempuan 837,289 jiwa dengan
kepadatan penduduk 85,60 jiwa/km2 (BPS Bengkulu, 2006).
RSUD Dr. M. Yunus merupakan Rumah Sakit Umum Pemerintah
Daerah Propinsi Bengkulu dengan klasifikasi B pendidikan dan
merupakan rumah sakit umum rujukan tertinggi di Propinsi Bengkulu yang
mempunyai andil dan peranan dalam peningkatan kesehatan masyarakat
Propinsi Bengkulu, guna untuk membantu penyembuhan para penderita
penyakit yang datang berobat ke rumah sakit. Upaya tersebut meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

2. Analisis Univariabel
Analisis univariabel digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing masing variabel penelitian dengan distribusi frekuensi dan
persentase masing masing kelompok.
Karakteristik kepatuhan responden dalam mengkonsumsi obat
malaria terhadap kejadian BBLR terlihat pada gambar berikut:

BBLR tdk patuh patuh BBLN tdk patuh patuh

24% 43%
57%
76%

Gambar 7. Karateristik Kepatuhan Responden dalam Mengkonsumsi


Obat Malaria

Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi BBLR


terjadi pada kelompok ibu yang tidak patuh minum obat malaria sesuai
38

jadwal sebesar 35 orang 76,09%, sedangkan kelompok BBLN sebesar 26


orang 57%.
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian
Kasus Kontrol (tidak
Variabel N %
(BBLR) BBLR)
Paritas
Multigravida 24 (52,17%) 13 (28,26%) 37 40,22
Primigravida 22 (47,83%) 33 (71,74%) 55 59,78
Umur kehamilan
Trimester 1 5 (10,87%) 13 (28,26%) 18 19,57
Trimester 2 38 (82,61%) 15 (32,61%) 53 57,61
Trimester 3 3 (6,52%) 18 (39,13%) 21 22,83
Usia ibu
Usia < 20 tahun 22 (47,83%) 11 (23,91%) 33 35,87
Usia 20 – 34 tahun 19 (41,30%) 27 (58,70%) 46 50,00
Usia ≥ 35 tahun 5 (10,87%) 8 (17,39%) 13 14,13
ANC
Tidak teratur 29 (63,04%) 18 (39,13%) 47 51,09
Teratur 17 (36,96%) 28 (60,87%) 45 48,91

Tabel 4 menunjukan distribusi subjek penelitian pada kelompok


kasus dan kontrol berdasarkan paritas, umur kehamilan saat ibu terkena
malaria, usia ibu dan status ANC. Pada paritas sebagian besar 59,78%
subjek adalah primigravida, umur kehamilan dimana subjek terkena
malaria sebagian besar pada trimester 2 57,61%, usia ibu 20-34 tahun
sebesar 50% dan yang melakukan ANC tidak teratur sebesar 51,09%.

3. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel merupakan analisis yang digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel
terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
ketidakpatuhan pengobatan malaria dan variabel terikat adalah kejadian
BBLR. Analisis bivariabel juga untuk melihat hubungan variabel luar yaitu
paritas, usia ibu, umur kehamilan dan ANC dengan variabel terikat
(kejadian BBLR). Analisis menggunakan uji Chi square dan perhitungan
39

Odds ratio dengan interval kepercayaan 95% dengan tingkat kemaknaan


(p < 0,05).
Hasil analisis hubungan antara variabel babas dengan variabel
terikat serta variabel luar dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 berikut

Tabel 5. Hubungan antara Variabel Bebas (Pengobatan Malaria) dan


Variabel Terikat (Kejadian BBLR)

Kejadian BBLR
Variabel BBLR Tidak BBLR χ² P OR CI 95%
Kepatuhan
pengobatan
Tidak patuh 35 (76,09%) 20 (43,48%) 10,17 0,001 4,13 1,55-11,23
Patuh 11 (23,91%) 26 (56,52%)

Tabel 5 menunjukkan perbandingan ibu hamil yang tidak patuh


dalam mengkonsumsi obat malaria pada kelompok BBLR lebih besar 3
kali lipat dibandingkan dengan ibu hamil yang patuh mengkonsumsi obat
malaria pada kelompok tidak BBLR. Dilihat dari sisi risiko berarti ibu hamil
yang tidak patuh minum obat malaria memiliki risiko BBLR sebesar 4,13
kali (95% CI; 1,55-11,23). Berdasarkan analisis bivariabel diperoleh nilai
(P=0,001) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
ketidakpatuhan pengobatan malaria dengan kejadian BBLR.
Tabel 6. Hubungan antara Variabel Luar (Paritas, Usia Ibu, Umur Kehamilan dan
ANC) terhadap Variabel Terikat (Kejadian BBLR)
Kejadian BBLR
Variabel BBLR Tidak BBLR χ² P OR CI 95%
Paritas
Multigravida 24 (52,17%) 13 (28,26%) 5,47 0,019 2,76 1,07-7,22
Primigravida 22 (47,83%) 33 (71,74%)
Umur kehamilan
Trimester 1 5 (10,87%) 13 (28,26%) 1
Trimester 2 38 (82,61%) 15 (32,61%) 10,85 0,001 6,58 1,76-27,11
Trimester 3 3 (6,52%) 18 (39,13%) 1,08 0,298 0,43 0,05-2,75
Usia ibu
Usia < 20 tahun 22 (47,83%) 11 (23,91%) 4,95 0,026 2,84 1,02-8,06
Usia 20–34 tahun 19 (41,30%) 27 (58,70%) 1
Usia ≥ 35 tahun 5 (10,87%) 8 (17,39%) 0,03 0,853 0,88 0,19-3,66
ANC
Tidak teratur 29 (63,04%) 18 (39,13%) 5,26 0,021 2,65 1,05-6,72
Teratur 17 (36,96%) 28 (60,87%)
40

Tabel 6 menunjukkan variabel paritas mempunyai hubungan yang


bermakna dengan kejadian BBLR dengan nilai (P=0,019). Multigravida
memiliki risiko 2,76 kali (95% CI: 1.07-7.22) lebih besar untuk melahirkan
BBLR dibandingkan dengan tidak BBLR. Malaria pada kehamilan
trimester 2 meningkatkan risiko BBLR 6,58 kali (95% CI; 1,76-27,11)
dibandingkan kehamilan trimester 1, sedangkan risiko pada trimester 3
lebih bersifat protektif OR 0,43 dengan (95% CI; 0,05-2,75) terhadap
kejadian BBLR dibandingkan pada trimester 1, walaupun perbedaan
tersebut tidak bermakna secara statistik (P=0.298). Ibu yang berusia <20
tahun mempunyai risiko 2,84 kali (95% CI; 1,02-8,06) untuk melahirkan
BBLR dibandingkan usia ibu 20-34 tahun, sedangkan ibu yang berusia
≥35 tahun bersifat protektif terhadap kejadian BBLR OR 0,88 kali (95% CI;
0,19-3,66) walaupun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Variabel ANC mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
BBLR dengan nilai (P= 0,012) ibu yang tidak teratur memiliki risiko 2,65
kali ( 95% CI; 1,05-6,72) lebih besar melahirkan BBLR dibandingkan
dengan tidak BBLR. Berdasarkan hubungan antara variabel luar dengan
ketidakpatuhan pengobatan malaria terlihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Analisis Mengunakan Uji Chi Square Variabel Luar (Paritas, Usia
Ibu, Umur Kehamilan dan ANC) terhadap Variabel Bebas
(Pengobatan Malaria)
Pengobatan malaria
Variabel Tidak patuh Patuh χ² p

Paritas
Multigravida 24 (43,64%) 13 (35,14%) 0,66 0,414
Primigravida 31 (56,36%) 24 (64,86%)
Umur kehamilan
Trimester 1 4 (7,27%) 14 (37,84%) Ref -
Trimester 2 39 (70,91%) 14 (37,84%) 10,85 0,001
Trimester 3 12 (21,82%) 9 (24,32%) 1,08 0,298
Usia ibu
Usia < 20 tahun 16 (29,09%) 17 (45,95%) 2,70 0,100
Usia 20–35 tahun 30 (54,55%) 16 (43,24%) Ref -
Usia ≥ 36 tahun 9 (16,36%) 4 (10,81%) 0,03 0,853
ANC
Tidak teratur 29 (52,73%) 18 (48,65%) 0,15 0,701
Teratur 26 (47,27%) 19 (51,35%)
Tabel 7 menunjukan bahwa berdasarkan paritas diperoleh hasil
bahwa proporsi subjek yang tidak patuh maupun yang patuh dalam
41

pengobatan malaria sebagian besar subjek primigravida 56,36%; 64,86%.


Berdasarkan analisis bivariabel diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan pengobatan malaria (p =
0,414). Berdasarkan umur kehamilan diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan antara trimester 1 dengan trimester 2 terhadap perilaku
pengobatan malaria (p= 0,001) dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara trimester 1 dan trimester 3 terhadap perilaku pengobatan
malaria (p = 0,298).
Berdasarkan usia ibu diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu
yang tidak patuh dalam pengobatan malaria berusia 20-34 tahun 54,55%
sedangkan sebagian besar ibu yang patuh dalam pengobatan malaria
berusia < 20 tahun 45,95%. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil
bahwa tidak terdapat perbedaan antara ibu yang berusia < 20 tahun
dengan ibu yang berusia 20-35 tahun terhadap pengobatan malaria p =
0,100 dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu yang
berusia 20-34 tahun dengan ≥ 35 tahun terhadap pengobatan malaria (p =
0,853). Berdasarkan ANC diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu yang
tidak patuh dalam pengobatan malaria tidak teratur melakukan ANC
selama kehamilan 52,73% sedangkan pada ibu yang patuh dalam
pengobatan malaria sebagian besar teratur melakukan ANC selama
kehamilan 51,35%. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ANC selama kehamilan
dengan kepatuhan pengobatan malaria (p = 0,701).

4. Analisis Multivariabel
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (pengobatan malaria) dengan variabel terikat (BBLR) secara
bersama-sama dengan memasukkan variabel luar yang signifikan pada
analisis bivariabel. Variabel yang signifikan adalah paritas, umur
kehamilan, usia ibu, dan ANC. Permodelan dilakukan untuk melihat
varibel mana yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Uji statistik yang
42

digunakan adalah regresi logistik dengan melihat nilai OR dan CI 95%


dengan tingkat kemaknaan (p < 0,05). Koefisien Determinasi (R2) untuk
menunjukkan seberapa jauh nilai variabel bebas dapat memprediksi
variabel terikat, semakin besar nilai R2 semakin baik variabel bebas
memprediksikan variabel terikat. Hasil analisis multivariabel disajikan
dalam tabel berikut.

Tabel 8. Hasil analisis regresi logistik Hubungan pengobatan malaria


terhadap kejadian BBLR dengan mengontrol variabel paritas,
umur kehamilan, usia ibu dan ANC

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Model 6


Variabel
OR OR OR OR OR
(95% CI) (95% CI) (95% CI) (95% CI) (95% CI)
Kepatuhan
pengobatan 4,13* 4,11* 3,36 7,11 4,34 3,31
Tidak patuh (1,69-10,11) (1,63-10,33) (1,16-9,69)* (2,39-21,14)* (1,71-10,99) (1,10-9,90)
Patuh 1 1 1 1 1 1
Paritas
Multigravida 2,75* 3,26
(1,10-6,87) (1,09-9,76)
Primigravida 1 1
Umur kehamilan
Trimester 1 1 1
Trimester 2 3,91* 3,75
(1,08-14,20) (0,96-14,70)
Trimester 3 0,26 0,30
(0,04-1,45) (0,05-1,71)
Usia ibu
Usia < 20 tahun 5,24*
(1,66-16,51)
Usia 20–35 tahun 1
Usia ≥ 36 tahun 0,80
(0,20-3,13)
ANC
Tidak teratur 2,83 2,19
(1,15-6,97) (0,76-6,29)
Teratur 1 1
R2 (%) 0,081 0,119 0,243 0,167 0,123 0,295
-2 Log Likelihood 117,13 112,26 96,52 106,23 111,80 89,90
N 92 92 92 92 92 92

Model 1 dibangun dengan tujuan untuk melihat hubungan variabel


pengobatan malaria dengan kejadian BBLR. Hasil analisis menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna kepatuhan pengobatan malaria dengan
kejadian BBLR (OR=4,13; 95% CI= 1,69-10,11) dimana kontribusi variabel
43

kepatuhan pengobatan dapat memprediksikan terjadinya BBLR sebesar


8,1%.
Model 2 dibangun dengan tujuan untuk melihat hubungan
kepatuhan pengobatan terhadap kejadian BBLR setelah menyertakan
variabel paritas. Dengan keberadaan variabel paritas dalam analisis
ternyata OR variabel bebas sedikit menurun namun tetap bermakna
secara statistik. Keberadaan variabel paritas dalam model 2 dapat
memprediksi kejadian BBLR meningkat dari 8,1% menjadi 11,9% yang
ditunjukkan dengan nilai R2=0,119 tetapi kontribusi variabel paritas sendiri
dalam memprediksi kejadian BBLR hanya sebesar 3,8%
Model 3 dibangun dengan tujuan untuk melihat hubungan
kepatuhan pengobatan terhadap kejadian BBLR setelah menyertakan
variabel umur kehamilan. Dengan keberadaan variabel umur kehamilan
dalam analisis ini ternyata OR variabel bebas juga sedikit menurun namun
tetap bermakna secara statistik. Keberadaan variabel umur kehamilan
dapat memprediksi kejadian BBLR sebesar 16,2%.
Model 4 dibangun dengan tujuan untuk melihat hubungan
kepatuhan pengobatan terhadap kejadian BBLR dengan memasukkan
variabel usia ibu. Keberadaan variabel usia ibu meningkatkan OR variabel
bebas. Keberadaan variabel usia ibu dapat memprediksi kejadian BBLR
sebesar 8,6%.
Model 5 dibangun dengan tujuan untuk melihat hubungan
kepatuhan pengobatan terhadap kejadian BBLR dengan memasukan
variabel ANC. Keberadaan variabel ANC dapat memprediksi kejadian
BBLR sebesar 4,2%.
Model 6 dibangun untuk mengetahui hubungan kepatuhan
pengobatan dengan kejadian BBLR setelah menyertakan 3 variabel luar
secara bersamaan yaitu paritas, umur kehamilan dan ANC. Hasil analisis
menunjukkan umur kehamilan dan ANC tidak bermakna secara praktis
karena nilai confidence interval melampaui angka 1. Model ini dapat
memprediksikan kejadian BBLR sebesar 29,5%.
44

Berdasarkan hasil analisis multivariabel dengan uji regresi logistik


dengan melakukan permodelan diatas, peneliti cenderung memilih model
3 sebagai model yang secara statistik dan praktis lebih efektif dan efisien
dalam memberikan kontribusi terhadap hubungan kepatuhan pengobatan
dengan kejadian BBLR. Pilihan ini cukup konsisten apabila merujuk
kepada analisis bivariabel model yang menunjukan bahwa variabel luar
dengan nilai odds ratio terbesar mempengaruhi kejadian BBLR adalah
variabel kepatuhan pengobatan dan umur kehamilan. Juga setelah
dilakukan lrtest model 6 menghasilkan p-value < 0.01 yang berarti kedua
model mempunyai kekuatan yang sama, sehingga peneliti memilih model
dengan variabel yang lebih sedikit yaitu model 3.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


ketidakpatuhan pengobatan malaria dengan kejadian BBLR serta
menganalisis secara multivariabel terhadap variabel ketidakpatuhan
pengobatan dengan kejadian BBLR. Penelitian dilakukan terhadap 92
subjek penelitian yang terdiri dari 46 subjek sebagai kasus (BBLR) dan 46
subjek sebagai kontrol (tidak BBLR).

1. Karakteristik Subjek Penelitian


Berdasarkan gambar 7, diperoleh hasil bahwa pada kelompok
kasus sebagian besar tidak patuh dalam pengobatan malaria 76,09%,
multigravida 52,17%, umur kehamilan saat terkena malaria pada trimester
ke-2 (82,61%), usia ibu < 20 tahun 47,83%, dan tidak teratur dalam ANC
63,04%.
Ketidak patuhan dalam pengobatan malaria dapat disebabkan
karena frekunensi kunjungan selama ANC sebagian besar subjek tidak
teratur sehingga ibu yang menderita malaria selama kehamilan tidak
diketahui dan tidak mendapat anjuran dari petugas kesehatan (bidan).
45

Keadaan ini berdampak pada kondisi malaria yang tidak terdeteksi oleh
petugas kesehatan dan tidak termonitornya pengobatan oleh petugas.
Selain itu ada alasan lain, jika gejala malaria sudah hilang maka
pengobatan tidak dilanjutkan.
Hasil penelitian ini sesuai penelitian Eijk et al. (2004) yang
memperoleh hasil bahwa standar pengobatan malaria (2 paket
pengobatan) didapatkan 23.7% subjek menyelesaikan pengobatan 2
paket, 43.4% menyelesaikan pengobatan 1 paket dan 32.9% tidak
menyelesaikan pengobatan baik 1 atau 2 paket pengobatan malaria.
Ketidaklengkapan pengobatan malaria sesuai dengan dosis yang
seharusnya diminum disebabkan antara lain tidak lengkapnya kunjungan
selama ANC dan tempat tinggal jauh dari pelayanan kesehatan.
Disamping itu ketidakteraturan pengobatan malaria berkaitan dengan efek
yang ditimbulkan dari pengobatan malaira.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eijk et al. (2004)
tentang pengobatan malaria pada ibu hamil diperoleh hasil bahwa
primigravida sebesar 46.5%, sedangkan 53.5% merupakan multigravida.
Penelitian Kiwuwa et al. (2008) tentang pencegahan malaria dengan
kelambu diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas 1 sebesar 17.7%
sedangkan ibu dengan paritas > 1 sebesar 84.7%. Keadaan ini salah satu
penyebabnya antara lain proporsi yang lebih besar ibu yang mempunyai
paritas > 1 anak sehingga untuk daerah endemis semua ibu hamil
mempunyai risiko tertular oleh malaria.
Sebagian besar subjek terserang malaria pada trimester dua.
Keadaan ini salah satu penyebabnya antara lain karena subjek pada
trimester ke dua baru mulai rajin memeriksakan kehamilan sehingga
dimungkinkan baru terdeteksi kejadian malaria oleh petugas. Selain itu
sebagian besar subjek penelitian tidak teratur dalam pemeriksaan ANC
selama kehamilan sehingga gejala malaria dianggap oleh ibu sebagai hal
yang wajar. Tidak teraturnya pemeriksaan ANC selama kehamilan dapat
46

disebabkan karena usia ibu yang relatif muda sehingga ibu belum
menyadari betul akan pentingnya pemeriksaan selama kehamilan.
Sebagian besar subjek tidak teratur melakukan ANC, hal ini dapat
disebabkan oleh letak pelayanan kesehatan Puskesmas lumayan jauh
dengan tempat tinggal ibu. Disamping itu kurangnya kesadaran ibu
mengenai pemeriksaan selama kehamilan yang menganggap
pemeriksaan hanya penting waktu menjelang kelahiran bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kiwuwa et al. (2008)
yang dilakukan terhadap 769 ibu pasca bersalin yaitu ibu yang rutin ANC
selama trimester 2 sebesar 57.7%, ibu aktif ANC selam trimester 3
sebesar 33.5% dan ibu yang aktif ANC selama kehamilan lebih dari 4 kali
kunjungan sebesar 37.1%. Ibu melakukan ANC selama kehamilan rata-
rata sebesar 3 kali. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian Silva
et al. (2006) yang memperoleh hasil bahwa ibu yang sangat teratur
melakukan ANC sebesar 51.4%, teratur ANC sebesar 15.3%, tidak teratur
23.7%, tidak pernah ANC sebesar 8.2% dan tidak diketahui sebesar 1.4%.

2. Analisis Bivariabel
Berdasarkan analisis bivariabel diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengobatan malaria dengan kejadian
BBLR (p= 0,001), dimana ketidakpatuhan pengobatan malaria lebih
meningkat risiko BBLR sebesar 4,13 kali (95% CI; 1,55-11,23). Keadaan
ini terjadi karena pada penelitian ini proporsi kejadian BBLR lebih besar
pada ibu yang tidak patuh dalam pengobatan malaria selama kehamilan
sedangkan proporsi tidak BBLR lebih besar pada ibu yang patuh dalam
pengobatan malaria selama kehamilan (Tabel 5.).
Ketidakpatuhan pengobatan malaria selama kehamilan berdampak
pada keadaan resistensi terhadap obat malaria. Adanya resistensi parasit
terhadap obat malaria berakibat parasit tetap hidup dan berkembang
dalam tubuh. Perkembagan parasit dalam darah berdampak pada
kejadian anemia. Pada keadaan anemia asupan nutrisi pada bayi dalam
47

kandungan menjadi terganggu, jika proses ini dibiarkan maka berakibat


terjadinya BBLR.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Eijk et al.,( 2004) yang
mengatakan bahwa ketidakteraturan pengobatan malaria menyebabkan
parasit tetap hidup dalam tubuh. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan
penelitian Yartey (2006) diperoleh hasil bahwa kejadian infeksi malaria
dapat dicegah sekitar 30% pada saat kehamilan untuk tidak terjadinya
bayi berat lahir rendah dan menghindarkan sekitar 3-8% dari total
kematian bayi. Penelitian Samak (2004) malaria pada kehamilan dapat
disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium
falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak
paling berat terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan janinnya.
Pendapat Menendez et al., (2008) yang mengatakan bahwa Infeksi
penyakit malaria selama kehamilan menyebabkan anemia, bayi berat lahir
rendah, dan kejadian bayi prematur.
Beberapa wanita yang terinfeksi penyakit malaria tidak
menunjukkan tanda dan gejala selama kehamilan, kondisi ini berdampak
pada keadaan anemia yang tidak terdeteksi selama kehamilan sehingga
proses penularan parasit malaria terus terjadi. Selain itu infeksi malaria
meningkatkan kejadian anemia pada ibu dan meningkatkan kejadian bayi
berat lahir rendah. Keadaan bayi berat lahir rendah merupakan salah satu
penyebab kematian pada bayi, selain itu kondisi infeksi penyakit malaria
merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
Peningkatan kasus malaria salah satu penyebabnya adalah
penularan penyakit malaria yang dikarenakan pengobatan yang tidak
sempurna pada kasus malaria, peningkatan resistensi obat anti malaria,
dan masih banyak penderita malaria yang tidak terobati. Di daerah endemi
malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan
wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang
menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan
prevalensi densitas parasit malaria berat.
48

Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan berat


lahir bayi p = 0,019 dimana risiko multigravida lebih besar 2,76 kali (95%
CI; 1,07-7,22) pada kelompok BBLR dari pada tidak BBLR. Kedaan ini
terjadi karena pada penelitian ini proporsi kejadian BBLR lebih besar pada
ibu multigravida sedangkan bayi yang tidak BBLR proporsi lebih besar
pada ibu primigravida (Tabel 6). Selain itu proporsi sebagian besar ibu
multigravida mempunyai perilaku tidak teratur dalam pengobatan malaria
sedangkan pada ibu primigravida sebagian besar mempunyai perilaku
teratur dalam pengobatan malaria selama kehamilan sehingga kondisi ini
memberi gambaran bahwa ibu multigravida lebih cenderung untuk terjadi
BBLR pada bayinya karena ibu yang multigravida lebih cenderung untuk
tidak teratur dalam pengobatan malaria selama kehamilan dan kurang
memperhatikan asupan gizi selama kehamilan.
Hasil penelitian ini sesuai penelitian Deshmukh et al. (1998) yang
diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna berat badan
lahir bayi antara primigravida dengan multigravida (p= < 0.05). Pada
penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas 1
(primipara) mempunyai risiko 1.58 (1.20-2.10 CI 95%) untuk terjadinya
bayi berat lahir rendah dibanding dengan ibu paritas > 1 (multipara).
Terjadinya perbedaan ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi selama
kehamilan. Penelitian Silva et al. (2006) yang diperoleh hasil bahwa ibu
dengan paritas 1 anak mempunyai OR = 1.82 (95% CI; 1.32-2.49)
dibanding dengan ibu paritas 2-4 untuk terjadinya berat badan lahir
rendah dan ibu dengan paritas ≥ 5 anak mempunyai OR = 1.22 (95% CI;
0.55-2.74) dibanding dengan ibu paritas 2-4 anak untuk terjadinya berat
badan lahir rendah. Penelitian Bisai et al., (2006) terdapat perbedaan
yang signifikan antara paritas dengan berat badan lahir (p= < 0.001),
dimana semakin tinggi paritas ibu maka semakin besar kemungkinan
kejadian bayi berat lahir rendah.
Kondisi paritas > 1 anak berdampak pada perhatian ibu terhadap
kehamilan yang rendah khususnya dari sudut nutrisi selama kehamilan
49

sehingga kondisi ini dapat berdampak pada kelahiran bayi. Selama


kehamilan Ibu memerlukan nutrisi yang lebih dari pada ibu yang tidak
hamil karena ada janin yang membutuhkan nutrisi dari ibu sehingga
asupan nutrisi ibu sangat erat kaitannya dengan nutrisi bagi janin di dalam
kandungan. Kurangnya nutrisi ibu selama kehamilan berdampak pada
kejadian BBLR. Hal ini sesuai dengan pendapat Thompson et al., (2007)
yang mengatakan bahwa pada masa kehamilan terjadi kompetensi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ibu dan pertumbuhan janin.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara trimester 1 dengan
trimester 2 terhadap kejadian BBLR (p = 0,001) dimana risiko kejadian
malaria pada trimester 2 lebih besar 6,58 kali (95% CI; 1,76-27,11) pada
kelompok BBLR dari pada trimester 1. Kedaan ini terjadi karena pada
penelitian ini proporsi kejadian BBLR lebih besar pada ibu yang tidak
patuh dalam pengobatan malaria selama kehamilan sedangkan bayi yang
tidak BBLR proporsi lebih besar pada ibu yang patuh dalam pengobatan
malaria selama kehamilan (tabel 6).
Kehamilan pada trimester pertama lebih dimungkinkan kurang
mendapatkan perhatian dibanding pada trimester ke 3. Pada trimester ke
1 dihadapkan pada tahap bargining antara menerima kehamilan dan tidak
menerima kehamilan. Keadaan ini didukung juga karena jumlah paritas,
dimana sebagian besar subjek merupakan paritas > 1 anak sehingga
perhatian pada anak ke-2 dan seterusnya berbeda dengan kehamilan
pertama. Perhatian yang berbeda tercermin pada perhatian kehamilan
trimester ke 1.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara usia ibu < 20 tahun
dengan usia 20-34 tahun terhadap kejadian BBLR (p= 0,026) OR= 2,84
(95% CI; 1,02-8,06). Keadaan ini dapat disebabkan oleh wanita yang
berusia < 20 tahun masih membutuhkan nutrisi untuk tahap pertumbuhan
sehingga jika kehamilan terjadi pada usia < 20 tahun berdampak pada
kebutuhan nutrisi yang besar pada ibu sendiri dan janin untuk
pertumbuhan dalam kandungan. Adanya kebutuhan nutrisi yang sama-
50

sama besar antara ibu hamil dan janin yang berada dalam kandungan
berdampak terjadinya persaingan kebutuhan nutrisi sehingga jika tidak
diimbangi dengan konsumsi nutrisi yang baik berdampak pada kelahiran
bayi rendah < 2500 gram (BBLR).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dasuki et al. (1998)
diperoleh hasil bahwa ibu hamil pada usia < 20 tahun mempunyai risiko 4
kali lebih besar melahirkan BBLR. Pendapat yang sama dikemukakan
oleh Thompson et al. (2007) yang mengatakan bahwa kondisi yang terjadi
pada usia remaja yang sedang hamil terjadi kompetensi kebutuhan nutrisi
untuk pertumbuhan ibu dan pertumbuhan janin.
Tidak terdapat perbedaan berat badan lahir bayi antara ibu yang
berusia 20-34 tahun dengan ibu yang berusia ≥ 35 tahun (p = 0,853).
Keadaan ini dapat disebabkan oleh proporsi usia 20-34 tahun dan usia ≥
35 tahun sebagian besar tidak mengalami BBLR. Selain itu ibu yang
berusia ≥ 35 tahun tahun relatif kecil sehingga keadaan ini menyebabkan
tidak terjadi perbedaan antara ibu yang berusia 20-34 tahun dengan ibu
yang berusia ≥ 35 tahun terhadap kejadian BBLR.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Deshmukh et al.
(1996) yang meneliti tentang hubungan antara karakteristik ibu dengan
kejadian BBLR, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia ibu dengan berat badan lahir (p= > 0,05), hal ini
dikarenakan rata-rata usia ibu yang berat badan lahir 22,4 tahun
sedangkan pada bayi yang tidak mengalai BBLR rata-rata usia ibu 22,9
tahun. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian Silva et al. (2006)
tentang faktor-faktor berkaitan dengan bayi berat lahir rendah diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan
kejadian BBLR p=0.001. Demikian juga dengan penelitian Bisai et al.
(2006) yang dilakukan terhadap 331 ibu bersalin diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian bayi
berat lahir rendah (p = < 0.005).
51

Terdapat hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian


BBL (p= 0,021), OR; 2,65 (95% CI; 1,05-6,72). Keadaan ini dapat
disebabkan oleh sebagian besar bayi yang mengalami BBLR pada waktu
kehamilan ibu tidak teratur melakukan ANC 63,04% sedangkan bayi yang
tidak BBLR pada waktu kehamilan sebagian besar ibu teratur melakukan
ANC. Kegiatan ANC salah satu fungsi untuk memonitor kemajuan
kehamilan, sehingga kondisi yang tidak normal dari kehamilan dapat
dideteksi oleh tenaga kesehatan. Kegiatan-giatan yang diberikan selama
ANC dapat memahamkan ibu dari berbagai hal mengenai kehamilan yang
sedang dijalani oleh ibu sehingga adanya penyimpangan kehamilan akan
dapat diketahui oleh ibu. Kondisi ini ibu dapat mengambil langkah-langkah
dalam menyelamatkan kehamilan jika di dapatkan kelainan yang terjadi
selama kehamilan. Pendidikan yang dilakukan selama ANC memberi
banyak pemahaman kepada ibu mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
oleh seorang ibu hamil khususnya mengenai gizi. Pendidikan mengenai
gizi yang diberikan pada waktu pemeriksaan ANC berdampak pada
perilaku ibu dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi selama kehamilan.
Keadaan ini yang menyebabkan ibu yang rajin melakukan ANC selama
kehamilan sebagian besar tidak mengalami BBLR.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mullany et al. (2006)
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu
selama kehamilan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan
kehamilan baik ibu maupun janin. Pendidikan dan pelayanan kesehatan
yang diberikan dalam antenatal care dapat mengurangi komplikasi selama
kehamilan dan persalinan serta dapat memperbaiki hasil kehamilan. Hasil
penelitian ini sesuai juga dengan penelitian Stavros et al. (2003) diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan
pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur berdampak pada
kurangnya informasi pada ibu hamil tentang perkembagan kehamilannya.
Pada ibu yang terjangkit penyakit malaria selama kehamilan akan
52

berdampak serius terhadap kehamilan terlebih jika informasi


perkembagan kehamilan tidak dapat diketahui baik oleh ibu sendiri
maupun oleh petugas kesehatan. Ketidakpatuhan pengobatan malaria
selama kehamilan berdampak terjadinya resistensi obat anti malaria
sehingga parasit tetap berkembang selama kehamilan. Ketidakpatuhan
ibu dalam pengobatan malaria terkait dengan pengetahuan ibu mengenai
dampak penyakit malaria dan sikap ibu terhadap pengobatan malaria.
Ibu yang teratur berkunjung ANC selama kehamilan berdampak
pada pemahaman dan pengetahuan ibu mengenai perkembagan dan
pertumbuhan janin selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Matteo & Nicola (1981) yang mengatakan bahwa terdapat tiga (3) faktor
yang berkaitan dengan ketidakpatuhan, faktor tersebut antara lain: a)
Faktor intrafisik, kepatuhan dijelaskan melalui perasaan atau sikap yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kepercayaan dan sikap
tentang penyakit yang potensial terjadi mempengaruhi kepatuhan. b)
Faktor lingkungan, penolakan yang termasuk aspek lingkungan adalah
perilaku dan kebiasaan. Hubungan antara sosiokultural dengan
ketidakpatuhan pasien menunjukkan bahwa pasien butuh dukungan sosial
dan kultural. c) Faktor hubungan petugas dengan pasien, komunikasi
yang salah antara petugas dengan pasien serta kurangnya partisipasi
pasien dalam mengambil keputusan tentang pengobatan menyebabkan
ketidakpatuhan.
Hal penelitian ini sesuai juga dengan pendapat Sarwono (1997)
perubahan perilaku yang bersifat sementara, dan individu cenderung
kembali ke pandangan atau perilakunya yang semula jika pengawasan
kelompok mengendur atau jika dia pindah dari kelompoknya.

3. Analisis Multivariabel
Berdasarkan analisis multivariabel diperoleh hasil bahwa risiko
ketidakpatuhan pengobatan malaria selama kehamilan lebih besar OR =
3,36, (95% CI; 1,16-9,69) untuk terjadi bayi berat lahir rendah dibanding
53

dengan subjek yang patuh dalam pengobatan malaria selama kehamilan,


sedangkan kehamilan trimester 2 mempunyai risiko 3,91 kali (95% CI;
1,08-14,20) untuk terjadi BBLR dibanding dengan ibu yang menderita
malaria pada trimester 1.
Kejadian malaria trimester 2 berdampak besar terhadap
pertumbuhan janin. Adanya parasit dalam darah dapat menghancurkan
pembentukan sel darah merah sehingga ibu hamil dapat terjadi anemia.
Kondisi anemia menggangu sirkulasi nutrisi ke janin sehingga asupan
nutrisi janin terhambat. Keadaan ini yang menyebabkan bayi mengalami
gangguan pertumbuhan selama dalam kandungan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya BBLR.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka penulis dapat menyimpulkan


beberapa hal untuk menjawab tujuan penelitian yang diinginkan yaitu:
1. Ketidakpatuhan pengobatan malaria selama kehamilan berrisiko 4,13
kali untuk terjadi BBLR dibanding yang patuh dalam pengobatan
malaria selama kehamilan.
2. Proporsi kejadian BBLR lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak
patuh dalam pengobatan malaria selama kehamilan sedangkan
proporsi kejadian tidak BBLR lebih banyak ditemukan pada ibu yang
patuh dalam pengobatan malaria selama kehamilan.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan pengobatan
malaria selama kehamilan dan kejadian BBLR dengan mengendalikan
variabel umur kehamilan, dimana umur kehamilan dapat memprediksi
BBLR sebesar 16,2%.

B. Saran

1. Diperlukan kegiatan konseling pada ibu hamil dan keluarga tentang


bahaya penyakit malaria dalam kehamilan sebagai monitoring
pengobatan bagi petugas kesehatan.
2. Diperlukan pengawas minum obat pada setiap penderita malaria yang
mendapat pengobatan malaria.
3. Melakukan skrining malaria dengan pemeriksaan darah tepi (RDT) dari
kehamilan trimester pertama sebagai deteksi dini komplikasi yang
dapat membahayakan kehamilan sehigga kejadian BBLR dapat
dicegah, dilanjutkan setiap tiga bulan untuk monitoring resistensi
pengobatan malaria.

5
4

Anda mungkin juga menyukai