Oleh :
Kelompok D6
Anggota Kelompok :
Muhammad Farhan Rasyid Shobirin (062111133117)
Muhammad Syahrul Mubarok (062111133144)
Nurul Khaeriyah Amrullah (062111133155)
Pradipa Aulia Maharani (062111133168)
Ghanisiera Martin Ubay (062111133171)
DAFTAR ISI 1
BAB I
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II
PEMBAHASAN 4
2.1 Struktur dan Fungsi Indera Pendengaran 4
2.1.1 Telinga Luar 4
2.1.2 Telinga Tengah 4
2.1.3 Telinga Dalam 4
2.1.4 Vaskularisasi Telinga 5
2.2 Mekanisme Penghantaran Gelombang Suara di Telinga 5
BAB III
KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telinga adalah salah satu dari lima organ indera sensorik yang dimiliki tubuh, telinga
berperan penting sebagai indra pendengaran. Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai
suara. Suara yang terdengar melalui berbagai proses di dalam telinga. Mendengar suatu
proses yang terjadi di telinga dengan mengubah getaran suara yang berasal dari lingkungan
luar menjadi impuls saraf yang nantinya dikirim ke otak, lalu getaran tersebut
diinterpretasikan menjadi suara. Getaran suara tersebut dapat berasal dari benda padat dan
dapat pula berasal dari benda cair yang menggunakan suatu medium yaitu udara. Agar suara
dapat ditransmisikan ke sistem saraf pusat, energi suara mengalami tiga transformasi.
Pertama, getaran udara diubah menjadi getaran dari membran timpani dan ossicles telinga
tengah. Hal ini menyebabkan getaran dalam cairan di dalam koklea. Getaran cairan mengatur
gelombang perjalanan di sepanjang membran basilar yang merangsang sel-sel rambut organ
Corti. Sel-sel ini mengubah getaran suara menjadi impuls saraf di serabut saraf koklea, yang
mentransmisikannya ke batang otak, dari mana mereka diteruskan setelah diproses secara
luas ke area pendengaran utama korteks serebral. Hanya ketika impuls saraf mencapai daerah
ini pendengar menjadi sadar akan suara. Bentuk dan ukuran telinga pada tiap spesies
berbeda-beda hal tersebut menyebabkan ketajaman pendengaran yang dihasilkan juga
berbeda.
Selain berfungsi sebagai pendengaran telinga juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Sistem vestibular sistem neurologis kompleks yang berkaitan dengan
mempertahankan orientasi stabil dalam kaitannya dengan gravitasi dan saat bergerak.
Berdasarkan struktur anatomi telinga dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar
atau eksternal ear, telinga tengah atau middle ear, dan telinga dalam atau inner ear
(Frandson, 2018).
2
Sumber: Posit Science
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui struktur dan fungsi indera pendengaran
1.3.2 Mengetahui mekanisme penghantaran gelombang suara di telinga
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Koklea (rumah siput) berbentuk dua setengah lingkaran. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala vestibuli (sebelah atas) dan skala
timpani (sebelah bawah). Di antara skala vestibuli dan skala timpani terdapat skala media
(duktus koklearis). Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membrana vestibularis (Reissner Membrane).
Dasar skala vestibuli disebut membrana vestibularis (Reissner Membrane), sedangkan dasar
skala media adalah membrana basilaris.
Pada membran ini terletak organ korti yang mengandung organel-organel penting
untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. . Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada
ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat
pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, dikenal sebagai membran tektoria.
Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial
disebut sebagai limbus (Pearce, 2016).
Nervus auditorius atau saraf pendengaran terdiri dari dua bagian, yaitu: nervus
vestibular (keseimbangan) dan nervus koklea (pendengaran). (Paulsen dan Waschke, 2013).
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya gelombang suara oleh daun telinga
yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran
yang akan memperkuat getaran. Energi getar yang telah diperkuat ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran tersebut akan diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfe sehingga terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini membuat kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
5
sel. Keadaan ini membuat neurotransmiter terlepas ke dalam sinapsis dan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.
Manusia mendengarkan bunyi antara 20 dan 20.000 siklus per detik. Akan tetapi,
batasan bunyi tergantung intensitas. Bila kekerasan 60 desibel dibawah 1 dyne/cm² tingkat
tekanan bunyi, rentang bunyi menjadi 500 hingga 5.000 siklus per detik. Pada orang tua
frekuensi suara yang diterima akan lebih sedikit dan cenderung menurun daripada anak
muda, frekuensi pada orang tua berkisar antara 50 hingga 8.000 siklus per detik atau bahkan
kurang.
Kekerasan bunyi ditentukan oleh sistem pendengaran yang dibagi menjadi 3 cara.
yang pertama ketika bunyi menjadi keras, amplitudo getaran membran basiler dan sel-sel
rambut menjadi meningkat sehingga akan mengeksitasi ujung saraf lebih cepat. Kedua, ketika
amplitudo getaran meningkat akan menyebabkan sel-sel rambut yang berada di pinggir
bagian membran basilar yang bersonasi menjadi terangsang sehingga penjumlahan spasial
impuls menjadi transmisi yang melalui transmisi berbagai saraf. Ketiga, sel rambut luar tidak
akan terangsang sampai dengan getaran membran basiler mencapai intensitas yang tertinggi
dan perangsang sel akan menggambarkan pada sistem saraf bahwa hal tersebut sangat keras.
Jaras persarafan pendengaran utama akan menunjukkan bahwa serabut saraf dari
ganglion spiralis corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada
atas medulla. Serabut sinaps akan berjalan ke nukleus olivarius superior kemudian berjalan
ke atas melalui lemniskus lateralis. Hampir semua serabut pendengaran bersinaps di kolikulus
inferior. Jaras akan berjalan dari kolikulus inferior ke nukleus genikulatum medial, kemudian
jaras akan berlanjut melalui radiasi auditorius ke korteks auditori yang terletak pada gyrus
superior lobus temporalis.
Pada batang otak akan terjadi persilangan antara dua jaras di dalam korpus trapezoid
dalam komisura diantara dua inti lemniskus lateralis dan pada komisura yang
menghubungkan dua kolikulus inferior. Adanya serabut kolateral dari traktus auditorius akan
berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikuler pada batang otak. Pada fase ini akan
mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi respon pada bunyi yang keras, kolateral
lain yang menuju ke vermis cerebellum juga akan diaktivasi seketika jika ada bunyi keras
6
yang datang mendadak. Lalu, orientasi spasial dengan derajat tinggi akan dipertahankan oleh
traktus serabut yang berasal dari koklea menuju korteks.
7
BAB III
KESIMPULAN
Telinga adalah salah satu dari lima organ indera sensorik yang dimiliki tubuh, telinga
berperan penting sebagai indra pendengaran. Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai
suara. Suara yang terdengar melalui berbagai proses di dalam telinga. Secara fisiologis,
telinga terbagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar yang terdiri dari aurikula, meatus acusticus
eksternus dan berakhir pada membran timpani bagian depan; telinga tengah yang terdiri dari
membran timpani bagian dalam, tuba eustachius, dan tiga tulang pendengaran dan telinga
dalam yang menghantarkan suara ke otak. Telinga mendapatkan inervasi dari N. Acusticus.
Secara fisiologi, suara masuk melalui auricula kemudian ditangkap oleh membran timpani
melalui meatus acusticus eksternus serta ditangkap oleh N. Acusticus untuk dilanjutkan
sebagai impuls pendengaran pada otak.
8
DAFTAR PUSTAKA
Fails, A. D., & Magee, C. (2018). Anatomy and physiology of farm animals. John Wiley &
Sons.
Emily C. Viani, Caleb C. Hudson, Kristin A. Coleman, Philip I. Allen, Anatomic structures of
the canine middle ear visible during endoscopic examination through a ventral or lateral
approach, Journal of the American Veterinary Medical Association, (1663-1667), (2022).