Buku+Habitat++II Final Okt1 Edit
Buku+Habitat++II Final Okt1 Edit
ISBN :
978-602-18919-0-2
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal
49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana pencara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i
Daftar Isi
Pendahuluan .................................................................................. 1
A. Pengertian Habitat ........................................................ 1
B. Pembentukan Habitat.................................................... 2
C. Habitat Paska Habitat I ................................................. 5
D. Latar Belakang Habitat II ............................................. 12
ii
A. Gambaran Umum ........................................................ 83
B. Kegiatan Konferensi ..................................................... 88
C. Kegiatan Paralel............................................................ 100
D. Hasil Konferensi Habitat II .......................................... 113
E. Kesimpulan dan Saran Tindak...................................... 133
iii
Kata Pengantar
iv
Pendahuluan
A. Pengertian Habitat
1
yang diselenggarakan oleh PBB, khususnya berfokus pada Konferensi
Habitat II.
B. Pembentukan Habitat
2
mulai mengubah secara radikal struktur kependudukan dan penyebaran
permukiman di negara-negara berkembang, suatu proses yang terus
berlanjut. Akibat sosial, ekonomi dan lingkungan dari perubahan tersebut
untuk pertama kalinya diangkat pada konferensi Lingkungan Manusia
(Human Environment) PBB tahun 1972 di Stockholm. Konferensi
merekomendasikan agar PBB menyelenggarakan konferensi untuk
memusatkan perhatian masyarakat dunia pada penurunan yang tajam
kondisi kehidupan, khususnya di negara-negara berkembang.
3
Settlements (UNCHS) dibentuk sebagai Sekretariat untuk melayani
Komisi.
4
bertanggung jawab untuk memberikan secara efektif pelayanan dan
bantuan kepada pemerintah-pemerintah.
5
pengetahuan tentang kondisi dan kecenderungan global, dan teknik-
teknik perbaikan permukiman yang spesifik yang selalu up to date.
Pengetahuan tersebut kemudian ditransfer ke lapangan melalui kegiatan
Habitat.
6
ditingkatkan pada penggunaan yang lebih besar teknologi informasi
dalam memperkuat manajemen data pemerintah dan kapasitas analisis
pada manajemen permukiman.
7
Bidang-bidang tersebut mencakup isu dan strategi global, kebijakan dan
instrumen nasional, mengelola pembangunan permukiman, termasuk
sumber keuangan dan tanah, memperbaiki prasarana dan lingkungan
hidup, mitigasi bencana, rekonstruksi dan pembangunan, perumahan
untuk semua, penguatan komunitas lokal dan mengurangi kemiskinan
serta mendorong keadilan.
a. The Global Strategy for Shelter to the Year 2000 yang diluncurkan
PBB tahun 1988
8
Berdasarkan pengalaman Habitat sebagai badan pelaksana dari
International Year of Shelter for the Homeless, yang diperingati pada
tahun 1987, sasaran utama strategi adalah memperbaiki kondisi
permukiman global dengan menciptakan lingkungan legal,
institusional dan pengaturan yang dapat memfasilitasi pembangunan
dan perbaikan perumahan oleh seluruh kelompok sosial, tetapi
terutama oleh dan untuk orang orang miskin. Strategi tersebut merintis
pendekatan pemampuan (enabling approach), yang lebih
mengutamakan pemberian insentif legal dan lainnya dibanding
mengutamakan intervensi langsung Pemerintah untuk mendorong
stakeholder sektor swasta untuk terlibat dalam pembangunan
perumahan dan perkotaan.
b. Agenda 21
Habitat adalah task manajer PBB untuk Bab 7 dan 21 dari Agenda 21
mendorong pembangunan perumahan permukiman berkelanjutan dan
pengolahan sampah padat dan isu isu yang berkaitan dengan air kotor.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, Habitat bekerja erat dengan
pemerintah nasional, penguasa lokal, sektor swasta, organisasi non
pemerintah, United Nations Commission on Sustainable Development
dan United Nations Environment Programme.
9
pertolongan dan rekonstruksi. Habitat makin banyak diminta
berkontribusi awal terhadap kegiatan pertolongan berlanjut,
rehabilitasi dan pembangunan PBB. Habitat memainkan peran
memimpin dalam upaya rekonstruksi dan pembangunan di berbagai
negara.
d. Transition Countries
Sejak tahun 1991 Habitat terlibat aktif di negara-negara dalam transisi
di Eropa Timur dan Tengah, dalam membantu Pemerintah Pusat dan
lokal dalam merumuskan kebijakan perumahan dan permukiman baru
yang sesuai dengan ekonomi pasar dalam memperkuat kapasitas
manajemen pemerintah lokal, dan akhirnya dalam membangun
kapasitas manajemen penguasa nasional dan lokal menghadapi
pekerjaan masif untuk membersihkan lingkungan.
10
Kinerja Habitat yang kuat relatif dibanding besarnya,
dimungkinkan oleh komitmen untuk bekerja dalam kerjasama yang erat
dengan institusi lain baik disektor pemerintah maupun swasta. Selain dari
pemerintah nasional dan penguasa lokal, Habitat bekerja erat dengan
badan badan PBB, Bank Dunia, Bank Pembangunan Regional, donor
multilateral dan bilateral lain serta dengan sektor perusahaan dan asosiasi
swasta, organisasi non pemerintah, asosiasi masyakarat, kelompok
wanita dan asosiasi profesi. Tanpa kerjasama tersebut Habitat tak akan
mampu mencapai hasil seperti yang dicapainya di waktu yang lalu.
11
a. Membahas sifat inter sektoral permukiman dan hubungan
hubungan kepada isu isu pembangunan yang kritis, seperti
pemajuan perempuan, kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan
dan kepedulian lingkungan dan pembangunan.
b. Meningkatkan kesadaran global akan akibat hidup dan bekerja di
atas planet yang mengalami urbanisasi dimana isu pembangunan
yang kritis sama mempengaruhi negara negara maju dan negara
negara berkembang dan ekonomi global.
c. Mengikat konferensi dengan komitmen semua stakeholder kepada
pemecahan yang dapat dilaksanakan dan praktis.
d. Mendorong kerjasama yang lebih efektif antara semua tingkat
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat untuk mengerakkan
sumber daya manusia, teknologi dan keuangan untuk melaksanakan
pemecahan tersebut.
e. Mengembangkan mekanisme kerjasama publik dan swasta pada
tingkat global dan lokal yang dapat menfasilitasi investasi keadilan
yang lebih efektif di bidang prasarana dan pembangunan perkotaan
dalam merespon pertumbuhan kota yang cepat.
12
mengenai perlu diadakannya Konferensi Global mengenai Permukiman.
Konferensi tersebut disebut Habitat II karena pada tahun 1976 telah
diadakan konferensi Habitat yang diselenggarakan di Vancouver dan
dianggap sebagai Habitat I.
13
kota. Dalam usaha memecahkan semua permasalahan kota-kota tersebut,
PBB merupakan forum terbaik untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dunia terhadap permasalahan kota-kota tersebut.
14
berbagai acara terkait, seperti pertemuan kota-kota sedunia, forum audio-
visual, Pameran Perumahan dan Permukiman, diskusi-diskusi tematik,
dan forum mitra dari para walikota dan asosiasi kota, para pakar dan
akademisi, sektor swasta, organisasi non pemerintah dan masyarakat.
15
regional lainnya. Diantaranya adalah seminar mengenai best practice di
Dubai, seminar/lokakarya mengenai transport and communication di
Singapura dan seminar/lokakarya migrasi yang diselenggarakan oleh
ESCAP di Bangkok.
16
Bagian 1
17
Sidang dibuka oleh Ms. Pamela Mboya selaku wakil ketua
Komite Persiapan Habitat II dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan
dari Ketua Komite Habitat II, Mr. Martti Lujanen; Sekretaris Jenderal
Konferensi, Mr. W. N'Dow; dan Under Secretary General Ms. E
Dowdeswell. Sidang diresmikan oleh Sekretaris Jenderal PBB.
18
peran dan kemampuan negara untuk memimpin dalam proses
pembangunan permukiman. Hal tersebut telah membawa pada kenyataan
keterbatasan negara dan pentingnya peran kekuatan ekonomi swasta
sebagai agen utama pembangunan dan pertumbuhan. Sementara proses
demokrasi yang makin dalam membuka era baru partisipasi, masyarakat
berusaha keras meningkatkan tekanan politik untuk perubahan dari
bawah, terutama ditingkat kotamadya. Terdapat pula komitmen lebih
besar terhadap pembangunan lingkungan yang berkelanjutan dan
kesadaran yang tumbuh tentang peran kota dalam pencapaiannya.
19
Pembiayaan yang besar akan diperlukan untuk prasarana dan
pelayanan. Pengaruh kebudayaan kebudayaan kota global terhadap
sumber daya bumi perlu dipahami jika kita ingin memasuki abad
mendatang dengan persiapan yang matang.
20
Selama 25 tahun mendatang semua negara akan dihadapkan pada
masalah permukiman, terutama permukiman bagi penduduk
perkotaan, yang pemecahannya perlu diupayakan bersama oleh
seluruh masyarakat dunia;
21
pemerintah (NGO), memutuskan penunjukan komite tambahan
(subsidiary committee), waktu pelaksanaan Sidang II dan mengusulkan
kepada sidang Umum PBB tentang perlunya diselenggarakan sidang III
Komite Persiapan Habitat II pada awal tahun 1996.
22
contoh kasus terapan unggulan (best practices). Laporan nasional tersebut
harus berisi pula rencana tindak nasional yang menyertakan seluruh
pelaku pengembangan lingkungan, evaluasi khusus yang mungkin
diperlukan oleh suatu negara tertentu yang antara lain menyangkut
desentralisasi dan keterlibatan masyarakat, dan penentuan prioritas untuk
bantuan luar negeri yang diperlukan. Laporan tersebut diharapkan dapat
menyajikan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan
prinsip-prinsip, komitmen dan rencana tindak global (Global Plan of
Action) untuk Habitat II.
23
multilateral untuk mendukung proses persiapan nasional,
mendokumentasikan dan menyebarluaskan contoh-contoh kasus terapan
unggulan (best practices) dalam memecahkan masalah permukiman, dan
menyelenggarakan pameran internasional (world fair) yang relevan
dengan kepentingan Habitat II.
24
nasional, memulai dan memfasilitasi dialog antar berbagai group yang
berkepentingan dan sintesis laporan.
25
dengan memperhatikan arahan-arahan yang diberikan oleh Sidang I
Komite.
26
format Global Plan of Action sebagaimana terefleksikan dalam laporan
Sidang I Komite Persiapan maupun dalam outline Global Plan of Action.
Global Plan of Action harus memperhatikan keputusan sidang umum
paragraf 2 (b) (v) resolusi 47/180 untuk memasukkan usulan untuk
memobilisasi, secara nasional dan internasional, sumber-sumber daya
manusia, keuangan dan teknis, dengan mempertimbangkan konsep
pemberdayaan dan komitmen sumber-sumber daya baru dan tambahan.
27
Rakyat. Anggota delegasi terdiri dari wakil-wakil/pejabat dari Kantor
Menteri Negara Perumahan Rakyat, Departemen Luar Negari,
Departemen Pekerjaan Umum, Kantor Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas, Departemen Dalam Negeri,
Departemen Keuangan, Dewan Perwakilan Rakyat RI, Kedutaan Besar
RI di Nairobi, Badan Kerjasama Antar Kotamadya Seluruh Indonesia,
Perum Perumnas, Bank Tabungan Negara, Real Estate Indonesia,
INKINDO, Asosiasi Perumahan Kooperatif, dan Yayasan Permukiman
Nasional.
28
menyatakan bahwa sidang amat penting karena akan memutuskan
pendekatan, komponen, dan outline dokumen utama untuk lstanbul.
Sidang harus pula merubah masukan-masukan dari berbagai seminar
sebelumnya, konferensi-konferensi dan pertemuan-pertemuan kedalam
saran kebijakan yang dapat dilaksanakan.
29
Pada sidang pleno delegasi Rl menyatakan penghargaan terhadap
segala usaha persiapan yang telah dilakukan Sekretaris Jenderal
Konferensi beserta seluruh stafnya dan menyampaikan pokok-pokok
kebijakan Rl dalam pembangunan nasional, termasuk kebijakan
pembangunan perumahan dan permukiman. Dikemukakan pula perlunya
pengembangan kebijakan pembangunan perkotaan yang mendukung
keterkaitan antara perkotaan dan perdesaan, pengurangan kemiskinan,
perlunya kemitraan dan peningkatan kerjasama internasional termasuk
kerjasama selatan-selatan.
30
Ketua Delegasi Turki dalam opening statementnya
menginformasikan berbagai event yang akan diselenggarakan pada
Konferensi Habitat II di Istanbul, seperti pameran dagang, pemeran best
practices, festival film, konser, simposium dan seminar.
31
oleh lndonesia), dan perlunya memperhatikan prinsip-prinsip dari
konferensi-konferensi sebelumnya, pembangunan perkotaan dan
ekonomi yang berkesinambungan, revisi mekanisme pembiayaan
perumahan, perkuatan UN Centre for Human Settlements (UNCHS),
peningkatan perencanaan kota, peningkatan kepastian hak atas tanah, dan
penekanan pada kualitas hidup.
32
mencapai konsensus. Perbedaan pandangan yang tajam terjadi terutama
dalam masalah peran serta otoritas lokal (local authorities) dan NGO
dalam Komite Nasional, delegasi nasional dan statusnya dalam sidang
dan konferensi yang berkaitan dengan Habitat II. Negara maju
menekankan perlunya memenuhi resolusi Majelis Umum PBB dan
rekomendasi sidang I Komite Persiapan dengan memberikan hak dan
status penuh bagi otoritas lokal dan NGO, sama halnya dengan delegasi
nasional. Negara-negara berkembang, termasuk lndonesia, mengakui
pentingnya peranan otoritas lokal dan NGO pada seluruh bidang
kegiatan, namun keberadaannya tetap merupakan bagian dari delegasi
nasional untuk menunjukan adanya proses kemitraan di tingkat nasional.
Selain itu, forum Habitat II merupakan forum PBB yang beranggotakan
negara bukan kelompok atau masyarakat yang ada pada suatu negara.
33
kerangka kerja substansi dan procedural directives. Kemudian para
profesional staf UNCHS merumuskannya dan hasilnya telah ditanggapi
dan ditinjau oleh lebih dari 300 pakar dari seluruh dunia. Sekretariat
mengemukakan ada keterkaitan antara Draft GPA dengan konferensi-
konferensi besar PBB sebelumnya melalui 4 filosofi dasar yang
mengikat, yaitu civic engagement, sustainability, equity, dan enablement.
Sekjen Konferensi mengharapkan agar berdasarkan 4 filosofi dasar
tersebut dapat diperoleh konsensus dalam perumusan draft Dokumen
GPA.
34
Sementara kesepakatan masih belum tercapai, Uni Eropa
mengedarkan outline struktur pembahasan isi dokumen final yang terdiri
dari: Shelter for All, Sustainable Human Settlements, lnstitutions, Social
Concern and Implementation, yang diikuti dengan pengajuan draft-draft
baru oleh kelompok-kelompok regional lainnya. Untuk mempercepat
penyelesaian dibentuk Informal Drafting Group yang diketuai oleh Dr.
G.A.C. Khonje dari Zambia yang bertugas menggabungkan seluruh draft
GPA tersebut. Pembahasan drafting group disepakati bersifat tertutup
dimana anggota-anggotanya terdiri dari Jerman, Polandia dan Hongaria,
Sudan, AS dan Finlandia, Brazil dan Kuba, Kenya dan Senegal, Philipina
dan Cina, Pakistan (Kel 77), Inggris (Local Authorities) dan 2 NGO
Habitat lnternational dari Belanda dan Tanzania.
35
Pada pembahasan Preparation for the Conference, Sekjen
Konferensi menyampaikan laporan kegiatan Sekretariat dalam
mempersiapkan Konferensi Habitat II. Pada tingkat nasional Sekretariat
telah mengirim dokumen kerja, pedoman, penjelasan dan jasa konsultasi
ke beberapa negara. Sekretariat mencatat 79 negara telah membentuk
komite nasional dan 52 negara telah menyampaikan national progress
reportnya. Pada tingkat regional dan sub regional berbagai pertemuan
persiapan telah dilakukan.
36
dengan keputusan Sidang I Komite Persiapan dan menyarankan agar
Sekretariat dapat lebih aktif mencari dana untuk mendukung partisipasi
penuh negara negara berkembang dan negara negara yang kurang maju.
Pembahasan mengenai kemitraan dengan LSM yang berjalan kurang
lancar diakhiri dengan kompromi yang memperbolehkan LSM
berpartisipasi sebagai peninjau pada konferensi dan komite utama sidang
sidang resmi.
37
penasehatan, operasi sekretariat, komunikasi, konsultan, penyebarluasan
informasi, dan pengeluaran lain-lain mulai Oktober 1995 sampai Juli
1996.
38
Maksud pertemuan pendahuluan adalah untuk menyepakati
rekomendasi-rekomendasi yang akan diajukan mengenai seluruh tata
tertib dan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi sidang yang akan
ditangani konferensi pada pertemuan pembukaan, termasuk pemilihan
petugas, susunan komite umum, pengesahan tata tertib, pengesahan
agenda dan organisasi pekerjaan, penunjukan anggota komite kredensial
dan pengaturan untuk persiapan laporan konferensi. Rancangan tata tertib
yang dihasilkan Sidang II Komite Persiapan berisi aturan mengenai
perwakilan dan kredensial, petugas sidang, Komite Umum, Sekretariat
konferensi, pengambilan keputusan, badan-badan pembantu/tambahan,
bahasa dan pencatatan, pertemuan umum dan pribadi, peserta lain dan
pengamat yang diundang Majelis Umum, perubahan dan penangguhan
peraturan tata tertib.
39
Persiapan di tingkat nasional dapat dianggap sebagai kegiatan
peningkatan kemampuan, dan merupakan kesempatan untuk mengakses
kecenderungan dan keadaan permukiman secara nasional dan lokal, dan
sekaligus membentuk sistem tetap untuk monitoring dan tindak lanjut
tentang kecenderungan dan keadaan permukiman. Untuk itu tiap negara
perlu membentuk Komite Nasional untuk melakukan persiapan
konferensi dan menyampaikan laporan nasional.
40
membentuk program dukungan internasional untuk mewujudkan tujuan
Global Plan of Action, terutama monitoring dan penerapan indikator
perumahan dan perkotaan, mendorong dan belajar kasus unggulan dan
mendirikan fasilitas latihan kepemimpinan.
41
lomba dan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penunjukkan
anggota tim penilainya. Format laporan untuk pemasukan pertama untuk
setiap best practice wajib mengikuti struktur dan urutan judul sebagai
berikut: judul, nama organisasi kunci, dan kelompok yang terlibat dalam
best practice, waktu-waktu penting dalam sejarah best practice, uraian
keadaan lingkungan sebelum best practice dilaksanakan, uraian keadaan
lingkungan sekarang, dan uraian strategi untuk mencapai perbaikan
kondisi lingkungan.
42
Sidang telah pula menerbitkan petunjuk untuk persiapan pada
tingkat nasional yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama petunjuk
proses persiapan di tingkat nasional dan outline dari laporan nasional,
dan bagian kedua petunjuk singkat penerapan indikator perumahan dan
perkotaan dan petunjuk singkat untuk pemilihan dan pelaporan kasus
terapan unggulan untuk memperbaiki lingkungan hidup.
43
Pertemuan telah membahas dokumen yang berjudul rancangan
Global Plan of Action yang disusun oleh Sekretariat Habitat II sesuai
dengan keputusan Sidang II Komite Persiapan.
Dokumen terdiri dari 4 bagian. Bagian I, II, dan III terdiri dari
Preamble, Goals and Principles, dan Commitments yang merupakan
hasil perundingan Informal Drafting Group (lDG) dari Kelompok Kerja
(Working Group) II dari Sidang II Komite Persiapan yang
diselenggarakan di Nairobi dari tanggal 24 April sampai pada tanggal 5
Mei 1995. Bagian IV dari dokumen tersebut terdiri dari rancangan
strategi untuk pelaksanaan, yang disiapkan oleh Sekretariat berdasarkan
bagian bagian sebelumnya.
44
Karena itu pertemuan IDG mengesampingkan dokumen yang
disiapkan oleh sekretariat dan sebagai gantinya menyepakati untuk
menggunakan rancangan yang diusulkan oleh Europeon Union (EU)
sebagai acuan penyusunan kembali Bagian IV. Dari rancangan usulan
Europeon Union (EU) yang terdiri dari 3 bagian, yaitu Sustainable
Human Settlements Development in an Urbanizing World, Adequate
Shelter for All dan Capacity and Institutional Development, disepakati
pertemuan ditambah dengan dua bagian lagi, yaitu International
Cooperation and Coordination dan Monitoring and Evaluation.
Dokumen secara keseluruhan akan merupakan Agenda Habitat untuk dua
dekade pertama dari abad ke 21.
45
Urbanizing World disepakati bahwa masalah urbanisasi telah
menciptakan tantangan yang memerlukan penyelesaian secara sistematis.
Masalah tersebut perlu dituangkan dengan jelas di dalam dokumen untuk
Konferensi Habitat II. IDG akhirnya berhasil menyepakati rancangan
baru untuk chapter 1, 2 dan 3 dari Bagian IV.
46
Pertemuan antar sidang II lnformal Drafting Group (lDG) dibuka
oleh Sekjen Habitat II, Mr. Wally N'Dow untuk melanjutkan pembahasan
Draft Habitat Agenda yang disiapkan oleh sekretariat Habitat II sesuai
dengan penugasan dari Pertemuan 1 IDG. Untuk itu IDG membentuk dua
kelompok kerja. Kelompok kerja I diketuai Dr. I. M. lbrahim (Sudan) dan
ditugasi untuk membahas Part I Preamble dan Part II Goals and
Principles. Kelompok Kerja II diketuai oleh Ms. O, Berghall dari Finland
dan ditugasi untuk membahas Part III Commitments. Bagian IV Global
Plan of Action dibahas dalam pertemuan pleno.
47
IDG telah membahas secara intensip dan menyiapkan draft baru
Part I, II, dan III dan memperbaiki Part IV. Akhirnya pertemuan antar
sidang IDG dapat menghasilkan draft The Habitat Agenda.
48
untuk PBB di New York, Sekjen BKS-AKSI, Prof. Johan Silas, dan Drs.
Ferry Sonneville.
49
untuk merumuskan Global Plan of Action untuk memandu usaha
nasional dan internasional dibidang permukiman dalam dua dekade
pertama abad ke 21 yan akan datang. Tugas utama Komite Persiapan
Habitat II pada sidang ke 3 adalah merundingkan Plan of Action dan
Statement of Principles and Commitments. Dokumen yang akan dibawa
ke lstanbul adalah dokumen penting yang menunjukkan jalan atau cara
dan menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai. Habitat
melengkapi konferensi-konferensi global yang berlangsung mulai dengan
Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992 dan menjadi puncak
konferensi-konferensi global PBB pada abad ini. la memuji para delegasi
ke Komite Persiapan atas penetapan pola baru dalam cara masyarakat
internasional melakukan usahanya dengan menetapkan aturan yang
membolehkan local authorities dan seluruh partner terkait untuk
menyampaikan pandangannya pada Konferensi. Ia mengatakan pula
bahwa Habitat II tidak akan menjadi konferensi yang hanya membahas
masalah, tetapi akan pula menentukan pemecahannya. Konferensi akan
memotivasi dunia untuk menjadikan permukiman berkelanjutan sebagai
suatu aturan dan tidak sebagai suatu pengecualian di abad mendatang.
50
kemerosotan lingkungan yang menyertai kemerosotan perumahan dan
permukiman yang terus menimpa lebih dari satu milyar orang.
51
Indonesia mendukung pula adanya hak atas perumahan yang
dikaitkan dengan adanya kewajiban untuk berperan serta dalam
penyediaannya dalam rangka kemitraan antara semua pelaku terkait.
Sedangkan untuk pelaksanaan hasil Konferensi Habitat II lndonesia
berpendirian bahwa United Nation Centre for Human Settlements
(UNCHS) perlu dipertahankan keberadaannya untuk memonitor
pelaksanaan Global Plan of Action.
52
the global plan of action. Sub group B kemudian membentuk sub group
C untuk menangani isu hak atas perumahan.
a. right to housing;
b. kerjasama internasional dalam pelaksanaan hasil Habitat II;
c. sumber dana untuk pelaksanaan hasil Habitat II;
d. review pelaksanaan hasil Habitat II oleh Sidang Umum-PBB;
e. kerjasama Pemerintah Daerah dengan luar negeri;
f. migrant workers;
g. penduduk yang terkena gusuran;
h. perhatian khusus terhadap kelompok rawan, seperti gelandangan
dan orang miskin;
i. gender issues;
j. alih teknologi dan intellectual property;
k. peran NGO dalam konferensi Habitat II.
53
Mengenai right to housing mendapat tantangan keras dari
Amerika serikat karena khawatir setiap warga AS yang tidak punya
rumah akan menuntut pemerintah AS untuk menyediakannya. Negara
lain yang menentang right to housing adalah Jepang dan Korea Selatan.
lndonesia telah berperan untuk menjembatani perbedaan pendapat
mengenai right to housing dengan mengemukan bahwa right to housing
tidak dapat dipisahkan dari responsibility to participate in housing
production/provision.
54
pelaksana tugasnya sebaiknya diserahkan kepada lembaga UN lainnya
dalam rangka perampingan dan efisiensi organisasi UN. Sedangkan
negara-negara berkembang berpendapat bahwa UNCHS perlu
dipertahankan dan diperkuat agar hasil Habitat II dapat dimonitor dan
dikembangkan dengan baik.
55
perbedaan kodrati diantara keduanya. Negara-negara lslam khususnya
keberatan untuk persamaan dalam hal memperoleh waris, karena itu tidak
sesuai dengan ketentuan agama.
56
Satu permasalahan yang terus dipersoalkan sampai pada saat-saat
terakhir sidang Kelompok Kerja adalah menyangkut tindak lanjut upaya
yang dilakukan oleh Sekjen Konferensi untuk menutupi cash-flow
balance sebesar US $ 3,265,600 yang dipinjam dari UNHHSF. Beberapa
delegasi, khususnya AS, terus mempertanyakan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan oleh Sekjen untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
telah direncanakan dan menutupi hutangnya kepada UNHHSF apabila
tidak tersedia dana yang memadai sampai dengan Konferensi lstanbul.
AS tidak yakin bahwa akan tersedia dana untuk anggaran yang telah
disiapkan.
57
tersebut sebagaimana yang disuarakan oleh beberapa delegasi. Akhimya
AS, EU dan Norwegia menyampaikan penghargaannya atas upaya yang
ditempuh Sekjen.
58
Dalam pembahasan mengenai preamble, goals and principles
dalam sub Kelompok A telah disepakati sebagian besar paragraf yang
ada dengan rumusan yang secara umum ditujukan pada kesepakatan-
kesepakatan berbagai konferensi internasional dan dengan menonjolkan
dimensi pembangunan yang seimbang. Meskipun demikian, dalam
beberapa paragraf yang disetujui masih terdapat beberapa brackets yang
tidak terlalu prinsipil. Beberapa paragraf yang belum masuk di bagian
tersebut adalah mengenai democratic, transparant, representative and
accountable governance, karena keberatan dari Kelompok 77 yang
berkaitan dengan konsep-konsep tersebut untuk dimasukkan dalam
Habitat. Salah satu paragraf yang penting adalah usulan dari AS sebagai
berikut: "Democracy and transparant representative and accountable
governance and administration in all sectors of society are indispensable
foundation for the realization of sustainable development”. Terhadap
usulan tersebut Kelompok 77 memberikan amandemen sebagai berikut:
“However, the lack of development and the existence of widespread
absolute poverty inhibit the full and popular participation”. Sementara itu
keseluruhan paragraf mengenai commitment sama sekali belum dibahas
karena keterbatasan waktu.
59
belum sepenuhnya merupakan clean text namun elemen-elemen pokok
mengenai right to housing telah berhasil disepakati. Dalam hal tersebut
Delegasi Rl telah berperan aktif untuk menjembatani posisi negara-
negara yang secara keras menolak right to housing sebagai right yang
independen dan negara-negara yang mendukung hak tersebut. Salah satu
hal yang diajukan Delegasi RI adalah pencantuman gagasan mengenai
perlunya tanggung jawab dalam konsep hak tersebut dan perlunya
perhatian yang lebih besar dalam pelaksanaan hak-hak tersebut untuk
disadvantage and marginalized groups. Dalam pembahasan chapter
tersebut Delri telah berhasil pula untuk mencantumkan paragraf
tambahan tentang pembangunan perumahan bertumpu pada masyarakat
yang sejak awal ide tersebut disuarakan oleh Delri dan telah
mendapatkan dukungan yang luas dari negara-negara berkembang dan
negara-negara maju. Sementara itu, salah satu paragraf yang diajukan
oleh Delri, yaitu mengenai globalization and interdependence sampai
dengan akhir sidang belum mendapatkan konsensus dari negara-negara
anggota.
60
berkembang untuk membantu pembangunan perumahan di negara-negara
tersebut.
61
melalui perdebatan yang seru dan konsultasi yang dilakukan di koridor
untuk menghindari pemungutan suara atas aplikasi NGOs tersebut,
sidang akhirnya menyepakati untuk menunda pembahasan mengenai
status NGO Tibetan Rights campaign, Canadian Tibetan Coalition, dan
Taiwan Rights Alliance pada sidang ECOSOC 1996. Sedangkan untuk
the Federation of Westtrace Turks in Europe aplikasinya akan dibahas
kembali di konferensi di lstambul. Amerika Serikat sendiri berhasil
menolak aplikasi dari lnternational Energy Foundation karena tidak ada
negara yang menentangnya. Libya sendiri tidak hadir pada sidang pleno
yang membahas hal tersebut.
62
HABITAT II sebesar US $ 50 ribu sebagai refleksi komitmen Pemerintah
Rl untuk mendukung keberhasilan Konferensi. Pada pidato akhir
penutupan, Sekjen Konferensi secara resmi telah menyampaikan
penghargaannya atas sumbangan Pemerintah Rl tersebut.
63
Kurang lancarnya sidang Pleno terakhir tidak terlepas dari
proliferasi pembentukan sub-sub kelompok yang dilakukan pada hari-
hari terakhir sidang yang dipaksakan untuk membahas beberapa paragraf
rancangan deklarasi dan program aksi. Pembentukan sub-sub kelompok
tersebut telah menyulitkan para delegasi untuk mengikuti secara seksama
pembahasan yang terjadi untuk setiap paragraf dan hal tersebut telah
menimbulkan banyak perdebatan yang terjadi di pleno mengenai
kerancuan status paragraf yang diajukan ke sidang. Hal tersebut timbul
karena banyak paragraf yang telah dibahas sub kelompok akan tetapi
belum disetujui di sub kelompok dan banyak paragraf yang telah dibahas
di sub kelompok dan disetujui, namun belum dibahas di kelompok kerja
serta banyak pula paragraf yang sama sekali belum dibahas pada sidang.
Meskipun paragraf-paragraf tersebut tetap akan diajukan dalam bentuk
bracket namun penentuan status paragraf dianggap penting oleh banyak
delegasi, karena akan menentukan pembahasan selanjutnya di lstanbul.
Setelah perdebatan panjang lebar, sidang akhirnya menyepakati bahwa
dokumen akhir yang akan diterbitkan oleh sekretariat untuk pembahasan
di lstanbul akan disertai dengan catatan kaki yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
64
E. Pertemuan International Advisory Group of Eminent Persons
65
Konferensi Habitat II sebagai konferensi terakhir yang diadakan PBB
menjelang abad ke 21. Disebutkan bahwa rangkaian penyelenggaraan
konferensi internasional dalam 5 tahun terakhir bertujuan untuk
menggalang tindakan bersama untuk mewujudkan konsep pembangunan
yang berpusat pada manusia. Konferensi Habitat II sendiri akan
membahas tantangan yang muncul sebagai akibat pertumbuhan penduduk
perkotaan yang pesat serta persoalan yang ditimbulkannya dan
mengembangkan cara pemecahannya untuk memperbaiki keadaan
perumahan dan perkotaan di seluruh dunia, agar terwujud lingkungan
tempat tinggal dan tempat kerja yang lebih baik pada abad ke 21 yang
akan datang.
66
Selama diskusi dapat dicatat adanya 3 hal yang menonjol yang
telah dikemukakan oleh para peserta, termasuk dari lndonesia yang
memerlukan perhatian dari negara-negara anggota PBB untuk
mendukung keberhasilan Konferensi sebagai wahana untuk mendorong
program-program pembangunan perumahan dan perkotaan di tingkat
nasional. Ketiga hal tersebut adalah kurangnya urgensi dari negara
negara mengenai masalah perumahan dan perkotaan, kemitraan, dan
dinamika perkotaan.
67
perumahan untuk hadir di Konferensi lstanbul sebagai friends of the
Secretary General/President of Turkey.
68
Mengenai dinamika perkotaan para peserta menyetujui bahwa
perkembangan dan masalah-masalah yang melingkupi perkembangan
perkotaan hendaknya tidak dilihat sebagai suatu beban akan tetapi harus
dilihat sebagai potensi yang positif untuk mendorong politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
internasional atas dinamika perkembangan perkotaan tersebut, para
peserta (eminent person) menyetujui untuk menggunakan Konferensi
sebagai wahana untuk tujuan tersebut. Oleh karenanya, sekretariat
disarankan untuk mengajukan contoh perkembangan dinamika perkotaan
di dua negara berkembang dan dua negara maju untuk menjadikan
sebagai tema dalam forum-forum yang diselenggarakan selama
konferensi.
69
F. Persiapan Konferensi Habitat II di Indonesia
70
peningkatan kemampuan yang diperlukan dan kasus terapan unggulan
(best practices), rencana tindak nasional, evaluasi hal-hal khusus yang
dianggap perlu oleh masing-masing negara, dan hal-hal yang perlu
diprioritaskan untuk memperoleh bantuan teknik dan keuangan dari
masyarakat internasional. Untuk menangani kegiatan persiapan di tingkat
nasional pemerintah dari negara negara peserta konferensi diminta untuk
membentuk komite nasional yang keanggotaannya mencakup unsur-
unsur pemerintah, orang-orang terkemuka, para politisi, para akademisi
dan para ilmuwan, pemimpin masyarakat, organisasi non pemerintah dan
masyarakat, sektor swasta, dan para ahli permukiman. Tugas utama
komite nasional menyusun, menetapkan dan melaksanakan program
kerja untuk:
71
f. Menyelenggarakan konsultasi tentang penggerakan sumber-sumber
untuk melaksanakan rencana tindak nasional dan lokal setelah
tahun 1996;
g. menyiapkan dan menyajikan dokumentasi audio visual tentang
contoh-contoh kasus terapan unggulan di bidang pembangunan
permukiman.
Dalam rapat persiapan pembentukan Komite Nasional Habitat II
(Komnas) yang diselenggarakan pada bulan Mei 1994 disepakati agar
pembentukan Komnas diusahakan dengan keputusan Presiden. Ketua
Komnas disepakati Menteri Negara Perumahan Rakyat dan para
anggotanya agar mencakup semua pihak yang berkepentingan dengan
pembangunan perumahan dan permukiman. Namun pada waktu
rancangan keputusan presiden tentang Pembentukan Komite Nasional
tersebut diajukan ke Sekretariat Kabinet, dari pihak Setneg menganggap
bahwa pembentukan Komnas tersebut cukup dengan keputusan menteri.
Karena itu pembentukan Komnas akhirnya ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Negara perumahan Rakyat Nomor 01/KPTS/M/1996 tentang
Pembentukan Komite Nasionat Habitat II.
72
Moneter, Dirjen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Dirjen Bina
Kesejahteraan Sosial, Dirjen Permukiman, Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Dirjen
lndustri Kimia, Dirjen Pembinaan Koperasi Perkotaan, Asisten V
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Asisten II Menteri
Negara Agraria, Asisten I Menteri Negara Lingkungan Hidup, Asisten I
Menteri Negara Peranan Wanita, Asisten lV Menteri Negara
Kependudukan, Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan, Kepala
Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri, Sekjen Badan Kerjasama Antar
Kota Seluruh lndonesia, Dirut Perum Perumnas, Dirut PT Bank
Tabungan Negara (Persero), Ketua Umum lnduk Koperasi Karyawan,
Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Pusat, Ketua
Umum DPP Real Estat lndonesia, Sekjen lkatan Nasional Konsultan
lndonesia, Direktur Eksekutif Asosiasi Perumahan Kooperatif, Prof. lr.
Johan Silas, dan Drs. Ferry Sonneville.
73
Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, yang sudah dimulai sejak
diselenggarakannya pertemuan persiapan pembentukan Komite Nasional
Habitat II. Demikian pula berbagai tugas yang seharusnya ditangani oleh
Komnas disiapkan terlebih dahulu oleh Kantor Menteri Negara
Perumahan Rakyat cq. Asmen I.
74
kebijakan dan rencana bidang perumahan dan prasarana, dan tinjauan
terhadap berbagai program pemerintah.
75
Menpera, Salustra Widya dari Bappenas, lr. E. Widayati dari Ditjen Cipta
Karya, lda Suselo Wulandari dari Kantor Menteri Negara Urusan
Peranan Wanita, Rosdina dari Departemen Dalam Negeri, Rusli Bintang
dari Departemen Sosial, Bambang Setyahadi dari Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Drs. Syahril Tanjung MBA dari BKS-AKSI, Dra. I.
Gunarda dari PKK Pusat, lr. Herman Makboel dari DPP-REI, Nur Yasin
dari DPP-INKINDO, lr. Dodo Juliman dari Asosiasi Perumahan
Kooperatif, dan Ir. Tri Mumpuni dari PDF.
76
of Action dan lnternational Cooperation and Assistance; Prof. lr. Johan
Silas untuk menyunting seluruh Laporan Nasional untuk hasil karya Tim
Penulis kemudian dibahas oleh Tim Teknis dari Komite Nasional, yang
bertindak sebagai Tim Pengarah untuk Tim Penulis. Tim Teknis diketuai
oleh Prof. Dr. Ir. Budhi Tjahjati S.S. Deputy VII Bappenas. Anggota-
anggota Tim Teknis lainnya terdiri Ir. Arie Djoekardi, MA dari Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Bambang SP, MA dari
Departemen Pekerjaan Umum, Dr. Susiati B. Hirawan dari Departemen
Keuangan, Dr. Ir. Susongko, Msc dari Departemen Dalam Negeri,
Parwoto, MDS dari Kantor Menpera, Ir. lshak Tobing dari Kantor
Menpera, dan Ir. Sri Probo Sudarmo, MSP dari Kantor Menpera.
77
2. memperkenalkan dan menawarkan kemampuan lndonesia dalam
berbagai produk dan jasa yang berkaitan dengan bidang perumahan
dan permukiman di Pasar dunia;
3. menawarkan peluang investasi yang terbuka bagi modal asing di
berbagai bidang atau proyek yang berkaitan dengan pembangunan
perumahan dan permukiman;
4. memanfaatkan forum pameran sebagai ajang komunikasi dan
interaksi para pelaku usaha dan profesional baik di bidang bisnis
maupun teknologi.
78
Negara, PT. Bank Papan Sejahtera, Perum Perumnas, Real Estate
lndonesia, PT Wijaya Karya, PT. Amarta Karya, PT. Ruhak Phala, dan
PT. Guna Elektro.
79
(Surabaya), Pekunden (Semarang), Bandar Harjo (Semarang) dan
Palembang, perbaikan perumahan dan lingkungan desa secara terpadu di
Panglipuran (Bali), program perbaikan kampung di Banyu Urip
(Surabaya), dan pembangunan prasarana kota secara terpadu di Cirebon.
Penyajian ditutup dengan pernyataan Presiden Soeharto pada pembukaan
Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman pada tahun 1987 yang
diterjemahkan ke dalam bahasa lnggris, sebagai berikut:
80
dalam Draft Habitat Agenda masih mengandung tanda kurung (bracket).
Karena itu Kelompok 77 New York memutuskan untuk mengadakan
sidang untuk menyatukan pendapat mengenai Draft Habitat Agenda
sebelum Konferensi Habitat II di Istanbul. Untuk bahan sidang
Kelompok 77 tersebut, yang akan diselenggarakan bulan April 1996,
Perwakilan Tetap Rl untuk PBB telah meminta masukan dari Komite
Nasional Habitat II. Permintaan tersebut sejalan dengan pengarahan
Menpera agar segera menyiapkan tanggapan terhadap draft Habitat
Agenda sebagai bahan untuk Konferensi Habitat II.
81
Kelompok Kerja III yang ditugasi membahas sustainable Human
Settlement Development beranggotakan wakil-wakil dari Departemen
PU, Badan Pertanahan Nasional, Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup, Departemen Transmigrasi, Badan Kerja Sama Antar Kotamadya
seluruh lndonesia, DPP-REI, LSM, Perum Perumnas, Bappenas,
Departemen Sosial, Departemen Keuangan, dan Kantor Menpera.
Sebagai koordinatornya dari Departemen Pekerjaan Umum. Kelompok
Kerja lV yang ditugasi membahas Capacity Building beranggotakan
wakil-wakil dari Departemen Dalam Negeri, Kantor Menpera, Bappenas,
Badan Kerjasama Antar Kotamadya Seluruh lndonesia dan LSM.
Sebagai koordinatornya dari Departemen dalam Negeri. Kelompok Kerja
V yang ditugasi membahas lnternational Cooperation beranggotakan
wakil-wakil dari Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, sekretariat
Negara, Badan Kerjasama Antar Kotamadya Seluruh lndonesia, DPP-
REI, Departemen Luar Negeri, Ferry Sonneville, dan Kantor Menpera.
Sebagai koordinatornya dari Bappenas.
82
Bagian 2
A. Gambaran Umum
83
Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an
Urbanizing World".
84
Komite I (Pakistan) dan Komite II (Finlandia). lndonesia telah terpilih
mewakili Asia, sebagai salah satu dari 27 Wakil Presiden Konferensi.
85
untuk kemudian direkomendasikan ke Sidang Pleno untuk disahkan.
Konsultasi dipimpin oleh Dubes Turki untuk PBB, Huseyin E. Celem.
86
Konferensi diadakan dalam Sidang Pleno dan dua Komite. Sidang
Pleno dipergunakan untuk mengesahkan hal-hal yang bersifat prosedural;
pengesahan hasil Konferensi dan sebagai forum tukar pandangan. Komite
I membahas "lstanbul Declaration" dan Habitat Agenda yang terdiri dari
4 Bab, dan Komite II merupakan "the hearing committee" yang
mendengarkan dan menerima laporan dari kegiatan-kegiatan paralel yang
diselenggarakan dalam rangka Konferensi.
87
10. Role and contribution of local authorities, the private sector,
parliamentarians, non governmental organizations and other
partners in the implementation of the Habitat Agenda;
11. High-level segment;
12. Adoption of the Declaration and the Habitat Agenda;
13. Adoption of the report of the Conference.
B. Kegiatan Konferensi
Sidang Pleno
88
Boutros Boutros-Ghali dan Sekjen Habitat II, Wally N'Dow juga
menekankan pentingnya arti kemitraan dalam menjawab tantangan dan
masalah global yang dihadapi oleh masyarakat dunia, terutama di bidang
permukiman. Selain itu, Sekjen PBB antara lain juga menekankan arti
penting Konferensi Habitat II, baik sebagai salah satu dari rangkaian
konferensi internasional yang meletakkan dasar-dasar baru bagi
kerjasama pembangunan internasional, sebagai konferensi yang
mengedepankan konsep kemitraan maupun sebagai konferensi yang
menghasilkan agenda sebagai pedoman kerjasama permukiman dalam 20
tahun mendatang. Sementara itu, Sekjen Habitat II menekankan
pentingnya Konferensi Habitat II sebagai "an action conference", yaitu
forum yang digunakan untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
yang dihadapi di bidang permukiman dan bukan hanya merupakan forum
untuk berbicara.
89
Delegasi Rl yang pada kesempatan tukar pandangan umum
mendapat kesempatan tanggal 4 Juni 1996 menegaskan bahwa konsep
kemitraan yang saat ini menjadi perhatian konferensi, telah lama menjadi
titik sentral kebijakan Pemerintah lndonesia di bidang pembangunan
permukiman dan telah pula dimasukkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (1993- 2018). Dalam hubungannya dengan tema
Konferensi, Delri menyatakan bahwa Pemerintah antara lain telah
melaksanakan Program Perbaikan Kampung (Kampung lmprovement
Program/KlP), yang merupakan cerminan komitmen untuk mewujudkan
salah satu dari dua tema Konferensi, yaitu "Shelter for All".
90
pentingnya pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
91
Rio de Janeiro 1992, pemberdayaan masyarakat, serta pemenuhan hak
atas perumahan yang layak sebagai salah satu unsur hak asasi manusia.
Komite I
92
selama Prep-Comm III, maka Komite I membentuk 2 Kelompok Kerja
(Pokja).
Kelompok Kerja I
93
gender, hak reproduksi, keluarga berencana, pendudukan asing dan
coercive economic measures.
94
Perbedaan pendapat mengenai hak akan perumahan yang layak
terjadi antara negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Di satu pihak,
negara-negara Eropa menghendaki rumusan rinci yang secara jelas
memuat hak setiap individu, sementara di pihak lain Amerika Serikat
menginginkan suatu rumusan yang luwes dan umum. Negara-negara
berkembang sendiri pada umumnya, termasuk lndonesia, cenderung
untuk mengambil posisi tengah.
95
lslam dan Vatikan serta beberapa negara Katolik di Amerika Latin.
Pembahasan masalah ini berlangsung secara berlebihan akhirnya
menimbulkan kesan keluar dari pokok bahasan utama Konferensi yaitu
mengenai masalah permukiman. Pada penutupan Konferensi, rumusan
terhadap masalah-masalah ini pada akhirnya dapat disetujui oleh
Konferensi namun dengan reservasi yang cukup banyak dari Negara-
negara lslam, Vatikan dan Negara Katolik diAmerika Latin.
96
gantinya dipakai istilah “unilateral measures” sehingga menjadi
"...unilateral measures impeding economic social development".
Kelompok Kerja II
97
Pembahasan mengenai masalah kelembagaan berkaitan dengan
masa depan United Nations Commission for Human Settlements
(UNCHS) sebagai lembaga yang ditugasi untuk menindaklanjuti
pelaksanaan Rencana Aksi Global dan Sekretariat HABITAT (Centre)
yang bertindak sebagai titik fokal dalam pelaksanaan Rencana Aksi.
Paragraf yang memuat usulan negara berkembang bahwa Centre
dikepalai oleh seorang Executive/Director pada level Under-Secretary
General, ditolak negara maju dan akhirnya dibatalkan. Dengan
dibatalkannya usul untuk memasukkan Centre sebagai anggota
Administrative Committee on Coordination (ACC) maka dikhawatirkan
perhatian PBB terhadap program dan anggaran permukiman menjadi
tidak terjamin. Namun demikian semua negara pada prinsipnya mengakui
perlunya memperkuat peran dan fungsi Komisi dan Sekretariat.
98
tuan rumah, Turki dan negara-negara Uni Eropa. Mengingat usul G-77
tidak dapat diterima oleh negara-negara maju maka pada akhirnya
disepakati bahwa Ketua Drafting Group menyusun rumusan alternatif
yang merupakan "composite text" dari ketiga konsep tersebut.
Komite II
99
wakil dari mitra yang lain. Hasil dari Komite ini berupa "Chairman
Summary" yang kemudian diajukan ke Sidang Pleno untuk dijadikan
"annex" dari laporan Konferensi. Dalam presentasi maupun diskusi, para
wakil mitra dan Badan-badan PBB menyatakan kesiapan mereka dalam
membantu melaksanakan kesepakatan yang dicapai dalam Rencana Aksi
Global.
C. Kegiatan Paralel
100
kelompok dialog tematik. Kelompok kegiatan yang terakhir adalah
pameran-pameran.
101
peran baru pemerintah daerah/walikota dalam pembangunan
permukiman;
perlunya perwakilan tetap dari para walikota dalam United
Nations commission on Human settlement dan konferensi
internasional yang lain;
manfaat dari kerjasama antar kota dari negara yang berlainan, dan
pentingya asosiasi internasional antar kota;
pentingnya dialog antara walikota dan pemda dengan LSM dan
kelompok warga setempat;
penyusunan Agenda 21 untuk penerapan di tingkat lokal.
102
Masukan yang diberikan forum LSM pada konferensi ini,
menunjukkan adanya keanekaragaman pandangan. Keanekaragaman ini
dalam beberapa hal dirasakan menghambat jalanya pertemuan. Cara
penyaluran pendapat dalam forum LSM ini masih dipertanyakan oleh
Komite II.
103
Pengusaha ini menghasilkan "World Bussines Forum lstanbul
Declaration". Dokumen ini antara lain menyerukan:
104
Forum Anggota Parlemen
Forum ini berlangsung selama 3 hari dan diikuti oleh para ahli,
peneliti, pengajar, dan profesional di bidang perumahan dan permukiman
dari seluruh dunia. Dalam Forum lndonesia diwakili oleh staf pengajar
dari ITS Surabaya. Pernyataan yang disampaikan pada komite II terdiri
105
dari dua bagian, pertama dari "Academies of Science and Engineering
Forum" dan yang kedua dari "Profesionals and Researchers Forum".
Kesimpulan yang didapat antara lain adalah:
Agak berbeda dengan forum yang lain forum ini diadakan dalam
bentuk rapat umum dan dihadiri siapa saja yang berminat termasuk wakil
lndonesia. Acara ini berlangsung hanya sehari dan diadakan di lstana
Ciragan, lstanbul. Forum ini sepakat bahwa solidaritas kemanusiaan
harus diarahkan untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial, ekonomi
106
dan politis baik didalam negeri, luar negeri ataupun antara Negara utara
dan selatan. Cita-cita untuk membuat kota yang lebih manusiawi akan
tercapai jika masyarakat diberdayakan sehingga mereka dapat
memperbaiki kehidupan dan lingkungannya sendiri. Selanjutnya forum
ini menyerukan supaya setiap kota menghormati kebhinekaan dan
berupaya untuk mencapai keselarasan sosial dan ekonomi. Forum
Solidaritas kemanusiaan ini keluar dengan visi mewujudkan "dunia
dengan kota yang berkelanjutan" (sustainable urban planet).
Dialog Tematik
107
Wajah Kota Pada Abad 21
Pendanaan kota
108
Kesempatan Kerja di Kota Pada Masa Mendatang
Masalah pengelolan air mencakup jauh diluar batas kota dan bila
tidak ditangani dengan hati hati dapat berkembang menjadi sumber
konflik internasional. Air adalah hak semua orang karena itu harus
dialokasikan secara berimbang. Harus pula dipikirkan persediaan air
109
untuk generasi mendatang. Kemitraan antar semua pelaku harus
ditingkatkan untuk memperbaiki pengelolaan air.
Transportasi Kota
Pameran
110
Tangerang, Surabaya dan Bangli; dan didukung oleh BTN dan Ditjen
Cipta Karya. Program-program unggulan yang dipamerkan adalah:
111
Pameran Dagang (Trade Fair)
112
D. Hasil Konferensi Habitat II
1. Deklarasi Istanbul
113
mengkota, telah diilhami oleh Piagam PBB dan diarahkan pada upaya
memperkuat kerjasama kemitraan internasional, nasional dan lokal untuk
perbaikan permukiman dunia. Para peserta konferensi bertekad untuk
mewujudkan tujuan, prinsip dan rekomendasi yang tercantum dalam
Habitat Agenda dan berjanji untuk saling mendukung dalam
pelaksanaanya.
114
dalam semangat kemitraan global dan dengan memperhatikan kondisi
masing masing negara. Strategi pemberdayaan, prinsip kemitraan dan
partisipasi disepakati sebagai cara yang paling demokratis untuk
mewujudkan komitmen ini.
2. Habitat Agenda
115
namum juga masalah pembangunan ekonomi sosial lainnya, antara lain
dengan cara mengembangkan hasil-hasil yang telah dicapai Konferensi
lnternasional sebelumnya seperti KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun
1992, Konferensi lnternasional mengenai Kependudukan dan
Pembangunan di Cairo tahun 1994, Konferensi Dunia mengenai wanita
di Beijing tahun 1995 dan Konferensi Dunia mengenai Pembangunan
Sosial di Copenhagen tahun 1995.
Bab I yang semula terdiri dari 12 para ini berupa pengantar secara
singkat mengenai tujuan diselenggarakannya Konferensi; masalah yang
dihadapi dunia saat ini baik secara umum maupun yang berkaitan dengan
situasi kota, desa, permukiman dan urbanisasi; hak akan perumahan yang
layak dan perlunya perhatian terhadap kelompok-kelompok rentan.
116
guna meningkatkan hasil yang dapat dicapai. Kerjasama ini harus
dilandasi semangat kemitraan dan prinsip-prinsip Piagam PBB.
117
penggerak dan inkubator dari peradaban, fasilitator dari perkembangan
ilmu pengetahuan, budaya, tradisi, perdagangan dan industri. Kota yang
terencana dan dikelola dengan tepat, akan mendukung pembangunan
manusia dan pelestarian alam. Kota dapat menghidupi orang dalam
jumlah yang besar namun dengan dampak lingkungan yang lebih kecil.
118
bagi semua pihak dalam mewujudkan cita-cita "shelter for all" dan
"sustainable human settlement development".
Bab yang semula terdiri dari 11 para ini secara lebih rinci
menjelaskan mengenai tujuan dan prinsip-prinsip dasar yang dipakai
sebagai landasan kerjasama internasional terutama yang berkaitan dengan
bidang permukiman. Dalam Bab ini terdapat dua para yaitu para 13 dan
22 yang sempat membutuhkan waktu pembahasan cukup lama. Masalah
yang sulit dinegosiasikan dalam para 13 menyangkut pendudukan asing
(foreign occupation) dan tindakan sepihak suatu negara terhadap negara
lain (unilateral measures). Sementara para 22, masalah yang sulit
menyangkut pendanaan baru dan tambahan untuk pembangunan
permukiman.
119
kemitraan yang sejajar;
solidaritas pada golongan yang lemah dan para penyandang cacat;
bantuan bagi negara sedang berkembang;
jaminan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua orang.
Sebagai payung dari bab yang semula terdiri dari 12 para ini
disebutkan bahwa Rencana Aksi Global dibuat sesuai dengan tujuan dan
prinsip Piagam PBB. Pelaksanaan Rencana Aksi Global diserahkan
kepada masing-masing negara sesuai dengan hukum nasional dan
prioritas pembangunan, dilakukan dengan menghormati keragaman
agama, nilai etika, latar belakang budaya dan keyakinan serta sesuai
dengan hak asasi yang diakui secara universal.
120
lain hal termasuk golongan lemah dan rentan, khususnya wanita, anak-
anak, manula, penduduk asli, "displaced people" dan orang cacat.
121
seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai dua tujuan utama konferensi,
yaitu "adequate shelter for all" dan "Sustainable human settlements
development in an urbanizing world".
122
Di beberapa negara dimana pasar berfungsi sebagai mekanisme
penyediaan perumahan yang utama, maka efektivitas dan efisiensi pasar
menjadi penting artinya untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untuk
menciptakan "enabling framework" bagi berfungsinya pasar perumahan
secara baik. Pemerintah, pada tingkat yang memadai, harus mendukung
upaya kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan
(facilitating community-based production of housing). Disamping itu,
ditekankan pula bahwa akses ke tanah dan perlindungan hak atas tanah
merupakan prasyarat penting dalam penyediaan perumahan.
123
dapat mencegah terjadinya diskriminasi dan timbulnya hambatan;
mendukung organisasi-organisasi kelompok rentan; dan meningkatkan
akses mereka ke sistem transportasi umum.
124
bekerjasama dengan seluruh pihak yang berkepentingan untuk
meningkatkan dan melaksanakan strategi yang efektif bagi pembangunan
berkelanjutan.
125
membuat suatu kerangka hukum untuk membantu pembangunan
dan pelaksanaan perencanaan serta kebijakan perbangunan
perkotaan secara berkelanjutan;
melembagakan pendekatan partisipatif dengan cara
mengembangkan dialog yang terbuka dengan semua pihak;
membuat dan melaksanakan kebijakan yang menjamin akses ke
prasarana dasar bagi semua orang dengan prioritas diberikan
kepada wanita dan anak-anak serta mencegah terjadinya
diskriminasi;
mengembangkan dan memperkuat pelayanan kesehatan
lingkungan terutama yang disebabkan karena kondisi yang
disebabkan karena kemiskinan;
memberikan prioritas dan mengerahkan segala daya untuk
memerangi menyebarnya HIV/AIDS dan mewabahnya kembali
penyakit lama seperti TBC, malaria, onchocerciasis, diare dan
kolera;
meningkatkan sistem hemat energi, tukar menukar informasi
mengenai kemungkinan penghapusan penggunaan timah hitam
dalam bahan bakar serta mendorong kesadaran masyarakat
mengenai daur ulang dan pengurangan penggunaan energi;
mendukung pendekatan kebijakan transport yang terintegrasi dan
mendorong penggunaan kombinasi yang optimal dari berbagai
jenis transportasi;
126
menyediakan dana dan peraturan yang memadai bagi konservasi
dan rehabilitasi tempat-tempat bersejarah;
memberikan kredit dan merampingkan prosedur administratif
kepada kegiatan bisnis baru dan perusahaan kecil dan menengah
termasuk sektor informal;
memperluas perlindungan hak asasi pekerja sampai ke sektor
informal;
meningkatkan program dan pelatihan bagi masyarakat pedesaan
dan penduduk asli dalam menentukan prioritas pembangunan
secara berimbang dan "ecologically viable”;
mengembangkan, mensahkan dan melaksanakan norma dan
hukum bagi standar tataguna lahan, bangunan dan perencanaan
berdasarkan asesmen mengenai bahaya dan kerentanan (hazard
and vulnerability) yang dilakukan secara profesional.
127
pengelolaan permukiman;
perencanaan dan pengelolaan kota besar;
sumber pendanaan dan instrumen ekonomi domestik;
informasi dan komunikasi.
128
pengembangan kemampuan ini harus dibantu oleh masyarakat
internasional.
129
harus diberi kemudahan akses ke sumber dana internasional dan
mendapatkan manfaat dari berkembangnya pasar uang internasional
dalam rangka meningkatkan investasi di bidang perumahan dan
infrastruktur bagi pembangunan permukiman.
130
pembangunan permukiman secara berkelanjutan. Hal ini antara lain
dilaksanakan dengan mendorong terciptanya jaringan kerja global untuk
tukar informasi mengenai masalah teknologi ramah lingkungan, terutama
yang berkaitan dengan masalah perumahan dan permukiman. Alih
teknologi ini dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan akan
perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual.
131
Implementation and follow-up of the Habitat Agenda.
132
Disamping itu bagian pelaksanaan dan tindak lanjut ini juga membahas
mengenai:
133
merupakan masalah yang menghambat pembangunan negara
berkembang, termasuk pembangunan di bidang permukiman.
134
pertama dimana para mitra pembangunan, antara lain anggota parlemen,
asosiasi pemerintah Daerah, LSM, ilmuwan, dan sektor swasta secara
resmi diikutsertakan dalam persidangan formal. Dengan semangat
kemitraan ini, disamping tetap memberikan arti penting kepada
Pemerintah terutama sebagai fasilitator dan pencipta kondisi yang
kondusif, peranan para mitra mendapatkan tempat yang berarti dan
diakui penting artinya dalam pembangunan permukiman.
135
Dunia dalam Sidang Pleno yang secara khusus mengakui keberhasilan
kebijakan pembangunan Pemerintah lndonesia. Pejabat Bank Dunia juga
menegaskan bahwa upaya pembangunan yang ditempuh oleh lndonesia
termasuk di bidang permukiman, tidak saja telah membantu pertumbuhan
ekonomi di lndonesia tetapi juga telah berhasil mengurangi angka
kemiskinan secara drastis. Keberhasilan ini kiranya perlu dicontoh oleh
negara-negara yang lain. Disamping itu, pada kesempatan Konferensi
salah seorang warga negara lndonesia asal Sulawesi Tengah
mendapatkan penghargaan "Global 500 Roll of Honour” atas
keberhasilannya menyelamatkan burung Maleo dari kemungkinan punah.
136
Masalah lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan
permukiman. Mengingat pembangunan permukiman secara berkelanjutan
dilakukan berdasarkan Agenda 21 yang dihasilkan KTT Bumi di Rio de
Janeiro tahun 1992 dan mengingat pembangunan permukiman akan lebih
banyak ditangani oleh Pemerintah Daerah, maka perlu kiranya terus
didorong pelaksanaan "Local Agenda 21", seperti tercantum dalam
Chapter 28 Agenda 21.
137
Selain faktor dukungan, keberhasilan pelaksanaan hasil Habitat II
juga ditentukan oleh faktor pemantauan. Dalam hubungan ini, maka
untuk keperluan koordinasi dan pemantauan pelaksanaan Habitat
Agenda, maka pada rapat-rapat Pelaksana Harian Badan Kebijakan dan
Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
(BKP4N) perlu diperluas dengan mengundang unsur-unsur lain yang
terdapat dalam Komnas Habitat II.
138
Bagian 3
Dalam Deklarasi lstanbul dan Bab III. dari Agenda Habitat, yang
telah disepakati pada Konferensi Habitat II di Istanbul bulan Juni 1997,
setiap negara peserta konferensi telah menyatakan kesanggupannya untuk
melaksanakan Agenda Habitat, terutama Rencana Tindaknya. Karena itu
lndonesia, sebagai salah satu negara peserta Konferensi Habitat II
mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan Agenda Habitat dalam
pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia.
139
Delegasi Rl kepada Bapak Presiden, yang disampaikan oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua Delegasi RI ke Konferensi
Habitat II. Laporan kedua adalah laporan lengkap Delegasi RI.
140
Sementara itu telah diusahakan pula penerjemahan dokumen
Deklarasi Istanbul dan Agenda Habitat untuk disebar luaskan sehingga
dapat dipahami oleh berbagai pihak yang akan turut berperan dalam
penerapannya di lndonesia, baik aparat pemerintah maupun pihak swasta,
organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan terkait.
141
Daerah Bidang Perumahan dan Permukiman dan menyiapkan mekanisme
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasinya. Untuk itu dapat diefektifkan
fungsi BP4D tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
142
Daftar Pustaka
143
Human Settlements, UNCHS/HABITAT) Ke-14, 26 April - 5Mei
1993, di Nairobi, Kenya.
New Objective, Role and Place of the United Nations Centre for Human
Settlements (Habitat) within the United Nations System,
A/CONF.165/9/Add.1 : Laporan Executive Director Habitat
kepada Sidang Komisi Habitat Ke 15.
National Committee for Habitat II. National Report for Habitat II, Main
Document. Jakarta 1996.
National Committee for Habitat II. National Report for Habitat II, Annex
I, Human Settlement Indicator. Jakarta 1996.
National Committee for Habitat II. National Report for Habitat II, Annex
2, Best Practices. Jakarta 1996.
National Committee for Habitat II. National Report for Habitat II, Annex
3, Twenty Years Shelter Sector Review. Jakarta 1996.
National Committee for Habitat II. National Report for Habitat II, Annex
4, The Environment Impact of Urbanization, Jakarta 1996.
144
United Nations. Report of the Preparatory Committee for the United
Nations Conference on Human Settlements (Habitat II). General
Assembly Official Record, Supplement No. 37 (A/50/37). New
York: United Nations.
145
Tentang Penulis
Riwayat pekerjaan:
Tahun 1993 – 1996 : Asisten I/Deputi Menteri Negara Perumahan
Rakyat Bidang Pengembangan Pembangunan Perumahan,
Tahun 1988 –1993: Asisten II/Deputi Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Bidang Perumahan Kota,
Tahun 1984 –1988: Kepala Biro Tata Ruang dan Tata Guna Tanah,
Bappenas.
Tahun 1983 –1988: Direktur Tata Kota dan Tata Daerah, Dep. Pekerjaan
Umum.
Tahun 1981 –1983: Direktur Perumahan, Dep. Pekerjaan Umum.
Tahun 1974 –1980: Direktur Perencanaan Perum Perumnas.
Kursus:
146
Tahun 1968: Regional and Physical Planning within The Framework of
Overall Development, Germany Foundation of Developing Countries di
Berlin.
Tahun 1971: Intensive Course on Economics and Statistics, the Economic
Institute at Colorado State University, U.S.A.
Tahun 1991: Kursus Singkat Angkatan Ke I Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhannas).
Penulisan Buku:
147