Anda di halaman 1dari 8

Siklus Wilson (Wilson Cycle)

Siklus Wilson (Wilson Cycle) mengacu pada hipotesis siklus terbentuknya lempeng


samudra, hingga kembali menujamnya lempeng tersebut ke lapisan astenosfer. Siklus Wilson
sendiri dinamakan berdasarkan nama pengaju teori ini, yakni Tuzo Wilson. Siklus ini terbagi
menjadi delapan fase. 4 fase pertama disebut fase bukaan (Opening phase) sedang 4 fase
selanjutnya disebut fase tutupan (Closing phase). Jumlah fase di setiap versi berbeda namun
memiliki inti proses yang sama.

Subduksi, salah satu fase pada siklus wilson

Berbagai tempat di bumi yang memiliki salah satu dari fase pada siklus wilson

FASE BUKAAN
 Fase A: Sebuah lempeng benua tunggal
 Fase B: Munculnya titik panas (hotspot) dan spreading (pemekaran lantai samudera) di
tengah-tengah yang membelah lempeng tersebut menjadi dua, Laut merah dan dataran
afar adalah salah satu contoh tempat terjadinya fase B.
 Fase C: Pembuatan Lempeng Samudera baru di antara kedua lempeng benua yang telah
terbentuk sebelumnya.
 Fase D: Terjadinya divergen di salah satu lempeng benua yang tadi terpisah dengan kerak
samudera, kerak samudra melebar, namun continental margin tetap (passive
margin). Samudera atlantik merupakan contoh tempat terjadinya fase C dan D.

FASE TUTUPAN
 Fase E: Divergen terhenti, dan kedua lempeng benua yang tadinya menjauh berbalik
mendekat, terbentuk Busur vulkanik karena pergerakan lempeng benua yang menelan
lempeng samudera ke bawah seperti yang terjadi di samudera pasifik.
 Fase f: Terjadinya kolisi antara lempeng benua dengan busur vulkanik.dimana busur
vulkanik (hinterland) naik ke atas lempeng benua (foreland). Seiring berjalannya waktu,
hinterland tererosi dan meninggalkan dataran peneplain (datar) pada lempeng benua yang
dinaikinya.
 Fase G: Pembentukan pegunungan coldilleran, dimana merupakan pegunungan yang
terbentuk akibat terjadinya penujaman kedua, yakni ketika dataran peneplain dan
lempeng benua pasangannya semakin mendekat.
 Fase H: Pembentukan pegunungan kolisi benua - benua,yakni ketika kedua lempeng
benua telah bertabrakan satu sama lain seperti yang terjadi di Pegunungan himalaya.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Siklus_wilson#:~:text=Siklus%20Wilson%20(Wilson
%20Cycle)%20mengacu,lempeng%20tersebut%20ke%20lapisan%20astenosfer.
Wilson Cycle : Siklus Muncul dan Hilangnya Cekungan
Samudera
 
Siklus Wilson : Siklus yang sangat erat kaitannya dengan teori Tektonik Lempeng.

  Kita tau teori tektonik lempeng memperkenalkan mengenai lempengan bumi yang
terpecah saling bergerak mendekat membentuk pegunungan dan menjauh membentuk lantai
samudera. Nah menurut si bapak J. Tuzo Wilson, seorang ahli geologi asal Kanada, bahwa
akan terjadi suatu siklus tektonik dimana suatu continental akan terpecah membentuk suatu
cekungan samudera, kemudian cekungan itu lambat laun akan menghilang dan akhirnya
membentuk satu continental utuh lagi seperti semula. Siklus itulah yang dinamakan Siklus
Wilson. Siklus Wilson dibagi menjadi 9 tahap (Whitmeyer dkk, 2007), yaitu:
1) Stable continent craton
2) Initial rifting
3) Early ocean basin formation
4) Full ocean basins
5) Island Arc Development
6) Island arc-continent collision
7) Cordilleran mountain building
8) Continent-continent collision
9) Peneplained continent.
Siklus Wilson (Whitmeyer dkk, 2007)

Stable Continent Craton (benua yang stabil)


            Berawal dari sebuah benua yang memiliki kesetimbangan isostatik yang sempurna,
dimana gak ada gempa, gak ada aktivitas gunungapi, pokoknya tanah ini gak ada aktivitas
tektonik apapun, damai, aman, dan tentram selama puluhan hingga ratusan tahun.
             
Intial Rifting (terjadinya rifting yang membelah benua)
         Kondisi benua yang stabil seperti keadaan di tahap sebelumnya tidak akan berlangsung
selamanya. Suatu ketika akan terjadi ‘gangguan’ yang mengusik ketentraman benua stabil
tersebut. Gangguan tersebut adalah munculnya mantel plume bersifat mafic atau ultramafic
(berasal dari mantel dalam) yang naik ke permukaan membentuk hot spot. Panas yang sangat
intens dari hot spot ini akan membuat benua ini membengkak, kemudian semakin menipis
dan akhirnya retak. Hot spot tersebut akan membuat benua terbelah menjadi dua bagian,
namun belum terpisah seutuhnya.

Tahap B (initial rifting) pada Siklus Wilson (Fichter, 1999)

            Pada gambar di atas, terlihat ada satu wilayah yang disebut Axial Rift. Axial Rift
merupakan suatu bentuk lahan ‘penanda’ berpisahnya dua kerak benua, lebih rendah dari
kedua sisi lainnya. Kalau dilhat-lihat, sejatinya Axial Rift itu adalah block-fault graben yang
dibatasi oleh horst di kedua sisinya. Bagian horst yang berbatasan dengan Axial Rift disebut
Continental Terrance (hinge zone). Awalnya bagian graben axial rift ini hanyalah bagian
kecil yang diisi oleh air, tapi lambat laut bagian ini akan meregang dan kemudian akan
membentuk cekungan laut tahap awal.

Early Ocean Basins Formation (pembentukan cekungan samudera)


            Benua akan terpisah saat pembentukan cekungan samudera dimulai. Cekungan
samudera ini terbentuk karena magma yang terus menerus muncul di permukaan akibat arus
konveksi mantel bumi. Lantai samudera yang terbentuk pada cekungan ini terdiri dari batuan
mafik dan ultramafik yang memiiki densitas lebih itnggi dari kerak benua di sampingnya.
Kedua benua yang telah terpisah ini akan terus menjauh ribuan kilometer selama berjuta-juta
tahun.

Pembentukan cekungan samudera (Fitchter, 1999)

          At least, dari satu benua yang sangat stabil pada tahap A, karena terjadinya rifting,
terbentuklah batas divergen baru dengan dua lempeng yang terpisah, yaitu benua X dan
benua Y (sebenarnya kedua benua bisa terpisah di bagian mana saja, bisa utara-selatan, atau
barat-timur, maka untuk memudahkan sebut saja jadi benua X dan benua Y).

Full Ocean Basins (Cekungan samudera melebar serta terbentuknya Divergent


Continental Margin)

        Sebelumnya kita tau bahwa telah terjadi pemisahan dua benua yang awalnya bersatu
karena rifting. Magma yang terus menerus naik ke permukaan akibat arus konveksi kedua
benua saling menjauh, sehingga cekungan samudera terus menerus melebar membentuk
kerak samudera baru serta divergent continental margin (DCM) atau biasa disebut sebagai
tepi benua pasif (passive continental margin).  

Salah satu benua yang terpisah serta kerak samudera baru (Fichter, 1999)
         Butuh waktu sampai ratusan juta tahun hingga mencapai tahap ini, dimana pemekaran
samudera telah terjadi sempurna, terbentuk batas divergen, hingga munculnya kerak
samudera baru. Terlihat bekas axial rifting lama serta gunungapi yang sudah tertimbun di
bawah sedimen-sedimen yang  lebih muda.

Island Arc Development (pembentukan zona subduksi tipe Island Arc)


            Ada satu titik dimana pergerakan divergen lempeng ini akan berhenti dan kedua
benua yang awalnya dipisahkan itu akan bergerak saling bertemu satu sama lain. Pergerakan
ini disebut sebagain konvergen. Pergerakan konvergen yang terjadi di sini menyebabkan
terbentuknya zona subduksi dimana lempeng yang densitasnya lebih tinggi daripada lempeng
satunya akan menunjam ke bawah.

Tipe zona subduksi (Fichter, 1999)

Terdapat dua tipe zona subduksi, yang satunya terbentuk di cekungan samudera
(island arc) dan satunya terbentuk pada tepian benua (Cordilleran). Kedua tipe subduksi ini
membentuk akan suatu rangakaian pegunungan vulkanik (volcanic mountain bulding). Pada
tahap ini, yang terjadi yaitu pembentukan island arc, dimana lempeng samudera saling
bertemu hingga membentuk busur vulaknik. Pada zona subduksi, lempeng yang menyusup ke
bawah akan membentuk fitur struktur baru juga beberapa jenis batuan baru.

Tektonik  zona subduksi (Fichter, 1999)

Island Arc-Continent Collision (tabrakan antara island arc dengan benua)


            Setelah lempeng samudera saling bertemu dan membentuk island arc, lempeng
samudera yang menyusup lambat laun akan hilang hingga kemudian island arc akan
bertubrukan dengan salah satu benua, sebut saja dia akan bertubrukan dengan benua X
(pembagian di tahap Early Ocean Basin Formation). Setiap tubrukan, akan ada satu lempeng
yang berada diatas dari lempeng lainnya. Lempeng di atas itu dinamakan hinterland dan
yang ditimpa bernama foreland. Maka bagian hinterland di tahap ini adalah island arc yang
menabraki benua (foreland).
Tipe tubrukan (Fichter, 1999)

            Hasil dari tubrukan ini membentuk rangkaian pegunungan dibagian hinterland. Dari
waktu ke waktu, pegunungan yang terbentuk ini akan mengalami erosi hingga ketinggiannya
akan sama dengan permukaan air laut (peneplain). Akibat dari tumbukan island arc, maka
benua X lebih besar dibandingkan dengan benua Y.

Cordilleran Mountain Building (pembentukan zona subduksi tipe Cordilleran)


            Zona subduksi yang berada di island arc telah hilang, hinterland pada benua X (island
arc) sudah mengalami erosi (peneplain), namun kedua benua masih terpisah. Kemudian,
terjadi zona subduksi di bagian benua Y. Terjadi zona subduksi tipe Cordilleran yang juga
membentuk rangakain pegunungan vulkanik.

Continent-Continent Collision (tubrukan antar benua)


            Lambat laun, cekungan benua yang membatasi antara benua X dan Y akan
menghilang karena menunjam ke bawah kerak bumi membuat kedua benua saling
betubrukan. 

 
Tubrukan dua benua (Fichter, 1999)
           
Benua Y yang menubruk benua X bertindak sebagai hinterland yang memiliki
rangkaian pegunungan akibat tabrakan dua benua. Sebenarnya yang ditabrak benua Y adalah
busur vulanik yang menabrak benua X.

Peneplained Continent (proses erosi rangkaian pegunungan hingga kembali pada tahap
benua stabil)

Rangkaian pegunungan ini lama kelamaan akan tereosi sama halnya yang terjadi pada
tahap island arc continent collision (peneplain) hingga membentuk satu dataran. Setelah
terjadi proses peneplain pada dua tubrukan benua ini, benua yang awalnya terpisah kini
kembali bersatu dan stabil kembali, seperti pada tahap awal.

Anda mungkin juga menyukai