Anda di halaman 1dari 60

ENUNGA

TIM KERJA BUKU PANDUAN PEMBIMBING


KURIKULUM HOLISTIK INTEGRATIF
Penanggung Jawab Program
Dewi Iswari Puspitawati
(Curriculum Specialist Compassion Indonesia)
Penulis Materi
Meilania, S.E.
Ilustrator dan Tata Letak
Hersoni Dwi Haryanto
Penyunting
Bastiyan Prasetyo

Buku ini dipakai untuk kalangan sendiri.


Dipersilahkan untuk memperbanyak sejauh tidak untuk kepentingan komersial
dengan memberitahukan kepada pihak Compassion Indonesia Foundation.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Diterbitkan oleh:
Compassion Indonesia Foundation
2012
BUKU RENUNGAN (DEVOTION)
KU 19-22 TAHUN 1 - 4

DAFTAR ISI
PENGANTAR DAN PETUNJUK …………………………………………………………………. 4
GARIS BESAR MATERI KU 19-22 ………………………………………………………..…… 5

MATERI RENUNGAN

Tahun 1:
1. Aku Berharga di Mata Tuhan ………………………………………………………….. 12
2. Kata Alkitab Tentang Wirausaha (1) ……………………………………………….. 16
3. Kata Alkitab Tentang Wirausaha (2) ……………………………………………….. 20

Tahun 2:
1. Merencanakan Masa Depan …………………………………………………………... 26
2. Membuat Rencana Wirausaha ………………………………………………………... 31

Tahun 3:
1. Menjadi Pengusaha Kristen …………………………………………………………….. 36
2. Bisnis Yang Memberkati Orang Lain ………………………………………………… 41

Tahun 4:
1. Membangun Relasi Dengan Orang Lain …………………………………........... 46
2. Menjadi Saksi Lewat Pekerjaan ………………………….………………….……….. 51
3. Menjadi Saksi Lewat Wirausaha …………………………………………….……….. 55

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….…….. 60


PENGANTAR dan PETUNJUK PENGGUNAAN
BUKU RENUNGAN/DEVOTION
KURIKULUM HOLISTIK INTEGRATIF

Syallom,

Kelompok usia 19-22 tahun adalah kelompok usia yang unik, dan mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan kelompok usia sebelumnya. Dalam KU ini, peserta
didiknya sudah dewasa sehingga mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan KU
sebelumnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab dibuatnya buku renungan atau
devotion secara terpisah. Tema atau topik yang diangkat dalam setiap bab dalam buku
renungan benar-benar disesuaikan dengan tema utama dari kurikulum holistik integratif
KU 19-22 tahun, yaitu tentang kewirausahaan atau entrepreneurship.
Topik yang dibahas dalam setiap bab dimaksudkan untuk memberikan inspirasi dan
motivasi kepada setiap peserta supaya semakin memahami apa yang menjadi keunikan
dirinya, sekaligus mempelajari apa yang dikatakan Firman Tuhan mengenai
kewirausahaan dan bagaimana menjadi seorang wirausahawan.
Untuk lebih membantu dan memotivasi para peserta, kami menyiapkan bahan
pendukung berupa lembar pengingat materi buku renungan yang bisa diperbanyak
sejumlah peserta. Silahkan melihat pada CD suplemen pada bagian/folder: Bahan
pengingat buku renungan.
Setiap tahunnya, kami menyediakan 1 lembar ringkasan atau rangkuman dari materi
buku renungan. Ringkasan ini berisi kesimpulan/ayat/tokoh dan apa yang dilakukannya,
beserta dengan bagian aplikasi yang harus diisi secara pribadi oleh tiap peserta.
Silahkan memperbanyak dan membagikan ringkasan ini kepada para peserta KU 19+ di
setiap awal tahun materi.
Sebaiknya lembar ringkasan ini diperbesar seukuran A3, tetap berwarna, karena
tujuannya setelah dibagikan adalah, supaya ditempelkan di kamar/rumah tiap peserta.
Dengan demikian, mereka akan tetap ingat materi yang mereka pelajari selama setahun
dan mendapatkan inspirasi dan motivasi untuk menjalani kehidupan ini.
Berharap, semoga semua materi yang kami susun dapat membawa berkat dan dampak
bagi para peserta KU 19+ dan semua orang yang membacanya.

Selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati.

4
GARIS BESAR
MATERI PEMBELAJARAN
Kurikulum Holistik Integratif
KU 19 - 22

5
GARIS BESAR MATERI PEMBELAJARAN KU 19-22
TAHUN 1

BAB JUDUL MATERI

1 Edmodo: Apa dan Bagaimana?

2 Potensi dan Bakat Minat Pribadi

3 Mengenali Keunikan Pribadi

4 Working Style (Gaya Bekerja)

5 Tips Berbusana

6 Sasaran-Sasaran dalam Hidup

7 Mengapa Wirausaha?

8 Tes Wirausaha?

9 Menguji Ide Bisnis

MATERI DARI BUKU RENUNGAN TAHUN 1

BAB JUDUL MATERI


1 Aku Berharga di Mata Tuhan

2 Kata Alkitab tentang Wirausaha (1)

3 Kata Alkitab tentang Wirausaha (2)

6
GARIS BESAR MATERI PEMBELAJARAN KU 19-22
TAHUN 2

BAB JUDUL MATERI

1 Merencanakan Masa Depan

2 Pentingnya Olahraga

3 Mengatur dan Memprioritaskan Waktu

4 Menjadi Pengusaha Muda

5 Zat Aditif Pada Makanan

6 Analisa SWOT

7 Bussiness Plan – 1

8 Bussiness Plan – 2

9 Bussiness Plan – 3

10 Bussiness Plan – 4

MATERI DARI BUKU RENUNGAN TAHUN 2

BAB JUDUL MATERI


1 Merencanakan Masa Depan

2 Membuat Rencana Wirausaha

7
GARIS BESAR MATERI PEMBELAJARAN KU 19-22
TAHUN 3

BAB JUDUL MATERI

1 Social Entrepreneur

2 Daur Ulang Sampah

3 Young Entrepreneur

4 Bisnis Daur Ulang

5 Profil Tokoh -1: Bisnis Makanan Rakyat

6 Melihat Standar BPOM Depkes

7 Profil Tokoh -2: Bisnis Kerajinan Tangan

8 Kerajinan Tangan dari Bahan Bekas

9 Profil Tokoh -3: Biografi Tokoh Sukses

10 Belajar secara Mandiri

MATERI DARI BUKU RENUNGAN TAHUN 3

BAB JUDUL MATERI


1 Menjadi Pengusaha Kristen

2 Bisnis yang Memberkati Orang Lain

8
GARIS BESAR MATERI PEMBELAJARAN KU 19-22
TAHUN 4

BAB JUDUL MATERI

1 Riset Pemasaran

2 Jenis-Jenis Riset Pemasaran

3 Klasifikasi Data

4 Membuat Kuesioner

5 Focus Group Discussion


Mempersiapkan Ruang untuk FGD (Focus Group
6
Discussion)
7 Riset Kualitatif dan Kuantitatif

8 Riset Kepuasan Pelanggan

9 Laporan Penelitian

MATERI DARI BUKU RENUNGAN TAHUN 4

BAB JUDUL MATERI


1 Membangun Relasi dengan Orang Lain

2 Menjadi Saksi Lewat Pekerjaan

3 Menjadi Saksi Lewat Wirausaha

9
Renungan KU 19+
Tahun 1

TAHUN
1

11
Renungan KU 19+
Tahun 1

1. Aku Berharga di Mata Tuhan


Nats Alkitab : Yesaya 43:4, Yesaya 29: 11

David Curry, atau biasa dipanggil dengan sebutan “Dave”, bukanlah anak
yang beruntung. Ia lahir dari sebuah keluarga yang tidak harmonis. Ibunya selalu
mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bisa menjadi apa pun, bahwa ia
ditakdirkan untuk menjadi seorang pecandu alkohol seperti kakeknya. Ibunya juga
selalu menakut-nakutinya bahwa apabila ia melakukan kesalahan, maka Tuhan
akan menghukumnya.
Dave memiliki seorang kakak perempuan yang amat disayang oleh ibunya.
Jadi, bagaikan langit dan bumi, demikianlah si ibu memperlakukan kakak Dave
dengan amat sangat baik, sedangkan Dave selalu dicela dan dimarahinya. Sejak
kecil, Dave hidup dengan rasa rendah diri dan selalu merasa tertekan.
Situasi makin memburuk, saat kakak perempuannya terkena tumor otak di
usia 17 tahun. Setelah 7 kali upaya operasi yang dilakukan, akhirnya kakak
perempuan Dave meninggal, di usia 21 tahun. Tentu saja ibu Dave merasa amat
bersedih dan kehilangan anak perempuan yang amat disayanginya tersebut. Di
tengah kesedihan hatinya, ibu Dave sempat berujar,”Kenapa bukan kau (Dave)
saja yang mati. Ia (kakak perempuan Dave) adalah segala-galanya dalam hidupku,
sedangkan kau (Dave) anak yang tak berguna!” Ibunya juga masih menambahkan
ancaman bahwa Tuhan akan menghukumnya karena cara hidup Dave yang tidak
benar. Tentu saja Dave merasa sakit hati, dan sejak saat itu ia mulai meninggalkan
Tuhan.
Melihat apa yang dialami Dave sejak ia masih kecil, rasanya bisa
dimengerti bila ia tumbuh menjadi anak pemberontak yang nakal, karena ia pun
belajar untuk tidak menghargai dirinya sendiri. Sejak kecil, guru-guru Dave pun
senantiasa mengeluhkan segala perilaku Dave yang sulit diatur, bahkan para guru
Dave pun sudah banyak yang putus asa melihat nilai pelajaran Dave yang amat
buruk. Ditambah lagi, Dave punya kebiasaan buruk yang memperparah
keterpurukannya, yaitu: gemar berjudi. Dave lulus dari sekolah menengah dengan
memperoleh nilai terendah di kelasnya. Dan satu minggu kemudian setelah ia
lulus, ia segera menikah.
Sebelum kakak perempuannya meninggal, Dave pernah berjanji bahwa ia;
suatu hari nanti – akan menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Dan rupanya

12
Renungan KU 19+
Tahun 1

memang itulah cara Tuhan memanggil Dave kembali ke jalan yang benar. Tahun
1969, Dave bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamatnya pribadi,
dan aneh bin ajaib, sejak saat itu pula, Dave meninggalkan kehidupan lamanya
yang buruk sebagai seorang penjudi.
Jalan karir Dave awalnya sama buruknya dengan kehidupannya di masa
kecil. Berkali-kali Dave mencoba untuk berusaha (berbisnis) namun selalu saja
gagal. Tahun 1970 Dave memulai bisnis pemanas ruangan dan AC dengan 5 orang
karyawan.Tahun 1979 bisnisnya mulai berkembang dan sudah berkembang hingga
6 lokasi yang berbeda. Namun, tak lama kemudian, akibat kondisi ekonomi yang
memburuk dan juga karena ia salah dalam pengambilan keputusan, usahanya
bangkrut.
Tahun 1984, Dave memulai usaha baru, yaitu dengan membuka restoran
di Dallas. Namun setahun kemudian, restoran tersebut bangkrut juga. Kemudian
Dave mulai bergabung dengan Zig Ziglar Corporation. Dan di sinilah Dave
kemudian mulai belajar untuk bisa menerima dan menyukai dirinya sendiri.
Tahun 1992, Dave memutuskan untuk pindah ke Boulder, Colorado dan
mendapat posisi yang baik di perusahaan. Namun sayang, baru juga ia bekerja
selama 3 bulan, perusahaan tersebut diambil alih oleh perusahaan lain dan Dave
dipecat.
Tahun 1993, Dave membeli wara laba Crestcom Training dan sejak saat
itulah usahanya mulai berkembang dengan pesat.
Tapi rupanya masalah masih saja tetap dekat dengan kehidupan Dave. Kali
ini masalah menimpa kehidupan keluarganya. Putri bungsunya hamil di luar nikah
dengan pria dari ras yang berbeda, dan hal tersebut membuat Dave amat marah.
Namun Tuhan baik, Ia tidak meninggalkan Dave sendirian di tengah berbagai
masalah yang dihadapinya. Suatu kali saat ia sedang bercukur, tiba-tiba teringat
olehnya sebuah ayat dari Kitab Wahyu pasal 3, ayat 17. Seketika itu juga Dave
sadar, bahwa kalau Tuhan Yesus saja bisa menerima dirinya, termasuk masa
lalunya yang kelam, hidupnya yang tidak karuan sewaktu ia masih muda, dan
betapa banyak kesalahan serta kegagalan yang pernah ia lakukan, masakan
sekarang ia menghakimi putri bungsu dan janin yang sedang dikandungnya?
Seketika itu pula Dave merasakan kasih Allah dan pelepasan akan semua amarah
serta beban berat masalah hidupnya.

13
Renungan KU 19+
Tahun 1

Dalam berbagai kesempatan Dave menyampaikan seminar maupun


pelatihan, ia selalu membagikan Firman Tuhan kepada para audiensnya. Beberapa
ayat yang sering ia sampaikan adalah:
- Roma 8: 28 Dave sungguh-sungguh mengandalkan ayat ini, baik dalam kehidupan
keluarga maupun pekerjaannya. Bahwa tidak ada yang kebetulan, semua perkara
ada di dalam Tangan Allah yang Maha Kuasa.
- Filipi 4:13 Bahwa tanpa kuasa Kristus, ia tidak dapat melakukan apa pun dalam
hidup ini.
- Amsal 3:5-6 dijadikannya panduan / penuntun dalam kehidupan bisnisnya.
- 1 Yohanes 5:13 ayat yang sering dibagikannya tentang jaminan hidup kekal di
dalam Tuhan Yesus.
Dave tidak hanya berkeliling dunia untuk menjadi pembicara dalam bidang
bisnis, namun dengan biaya sendiri ia juga pergi ke banyak Negara untuk
membagikan kesaksiannya bagaimana Tuhan Yesus telah mengubahkan hidupnya,
dan ia juga rindu ada banyak orang yang mungkin memiliki kehidupan yang sulit
seperti dirinya, boleh datang dan bersandar hanya kepada Tuhan Yesus.

14
Renungan KU 19+
Tahun 1

Bahan Diskusi
1. Dave memiliki masa kecil yang tidak menguntungkan, apalagi perlakuan ibunya
kepadanya. Seandainya Anda menjadi Dave kecil, kira-kira apa yang akan Anda
lakukan? Adakah di antara kalian yang memiliki pengalaman masa kecil mirip
dengan Dave? Maukah Anda membagikannya kepada teman-teman Anda?
2. Bacalah Roma 8:28 (ini adalah salah satu ayat favorit bagi Dave). Saat Dave sudah
dewasa dan menjalani kehidupan sebagai orang Kristen yang telah berhasil baik
dalam bisnis maupun kehidupan pribadinya, ia sama sekali tidak mengungkit-
ungkit masa lalunya. Ia menerima semua hal “buruk” yang pernah terjadi
padanya sebagai campur tangan Tuhan untuk membawa kebaikan dalam
hidupnya. Apakah ada di antara kalian yang saat ini sedang mengalami keadaan
yanag sulit? Atau yang merasa hidupnya di masa lalu penuh dengan hal-hal
“buruk”? Yakinlah bahwa di tengah segala hal yang paling “buruk” pun, Tangan
Allah sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Adakah di antara kalian
yang ingin membagikan pengalamannya?
3. Awalnya, Dave amat sulit untuk bisa menerima dirinya (karena perlakuan buruk
dari ibunya serta orang-orang di sekitarnya yang tidak bisa menerima dirinya apa
adanya). Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa dirinya BERHARGA di mata Tuhan.
Apakah Anda pernah mengalami pergumulan seperti Dave, yang sulit untuk bisa
menerima diri apa adanya? Ataukah Anda mengalami pergumulan seperti yang
Dave alami dengan kehamilan putrid bungsunya? Apakah Anda saat ini sedang
kesulitan untuk menerima orang lain apa adanya? Terutama apabila orang
tersebut telah melukai atau menyebabkan hidup Anda menderita? Ingatlah,
bahwa orang tersebut juga BERHARGA di mata Tuhan. Kalau Tuhan Yesus bisa
menerima Anda apa adanya – bahkan telah mati di kayu salib demi menebus
dosa Anda, masakan Anda tidak bisa mengampuni dan menerima orang lain
(bahkan musuh Anda) apa adanya? Ingat! Setiap manusia BERHARGA di mata
Allah.

15
Renungan KU 19+
Tahun 1

2. Kata Alkitab Tentang Wirausaha (1)


Nats Alkitab : 1 Timotius 6:9-10, Yakobus 5:1-6

Bermain tebak-tebakan “siapakah aku”?


1. Aku adalah anak seorang pengusaha kayu dari NazareTahun. Usaha ayahku
tidaklah terlalu besar sehingga dikenal di seluruh negeri, tetapi paling tidak
orang-orang sekampung halamanku mengenalku sebagai “anak tukang kayu”.
Sejak kecil aku sudah membantu ayahku dalam usahanya ini, hingga usiaku 30
tahun. Siapakah aku?
2. Kami adalah nelayan. Bersama dengan seluruh anggota keluarga lainnya, kami
bekerja sebagai nelayan tiap-tiap hari. Tidak seperti keluarga nelayan yang
kurang mampu, ayah kami tergolong keluarga yang cukup berada, kami
mempunyai beberapa orang pegawai. Namun, saat Tuhan Yesus memanggil
kami, kami lepaskan profesi sebagai nelayan tersebut, meninggalkan ayah kami,
dan menjadi murid Tuhan seumur hidup kami. Siapakah kami?
3. Aku adalah seorang pengusaha sukses, aku punya kebun anggur, permadani,
lenan halus dan kain ungu – yang menunjukkan bahwa aku memiliki barang-
barang mahal yang berkualitas. Suamiku orang yang saleh dan dikenal di pintu
gerbang saat ia duduk bersama dengan para tua-tua di negri kami. Aku memiliki
pegawai-pegawai, dan setiap hari mengatur pekerjaan mereka. Aku seorang
yang suka bekerja dan suka menolong orang miskin. Aku juga seorang ibu
rumah tangga. Siapakah aku?
4. Kami adalah suami istri yang berasal dari Italia. Kami punya usaha bersama.
Salah seorang rekan kami, yang bernama Paulus, juga sama profesinya seperti
kami, yaitu sebagai tukang kemah. Melalui pekerjaan inilah kami menghidupi
diri kami sendiri sambil terus memberitakan Injil. Kami tinggal di Korintus.
Siapakah kami?
5. Aku seorang pengusaha dari kota Tiatira. Barang daganganku adalah kain ungu.
Sejak aku mendengar Injil yang diberitakan oleh Paulus, aku beserta seluruh isi
rumahku mengaku percaya dan dibaptis. Siapakah aku?

16
Renungan KU 19+
Tahun 1

Jawaban:
1. Yohanes 6:42
2. Markus 1:19-20
3. Amsal 31: 10-31
4. Kisah Para Rasul 18:2-3
5. Kisah Para Rasul 16:14-15

Alkitab mencatat ada beberapa orang, yang dengan pekerjaan mereka sebagai
pengusaha, memuliakan Tuhan lewat pekerjaannya tersebut. Misalnya: Priskila dan
Akwila serta Lidia. Semuanya adalah rekan sepelayanan Paulus di dalam
memberitakan Injil. Sebagian orang memang meninggalkan pekerjaan / profesinya
untuk mengikuti Tuhan, misalnya: Petrus dan Andreas, serta Yohanes dan Yakobus
anak-anak Zebedeus, Matius si pemungut cukai juga meninggalkan pekerjaannya
demi mengikuti Yesus. Namun untuk mengikut Yesus atau untuk menjadi murid
Yesus tidak identik dengan melepaskan pekerjaan / profesi kita.

Bandingkan Lukas 8:1-3 tentang Perempuan-Perempuan yang Melayani Yesus.


Dalam perikop ini dikisahkan bahwa di balik keberhasilan pelayanan Tuhan Yesus
beserta para murid-muridNya, ada banyak perempuan yang tidak semua
disebutkan namanya, yang juga setia mengikut Yesus dan melakukan pelayanan
dengan cara yang berbeda-beda. Salah satunya, adalah mendukung dan melayani
rombongan Tuhan Yesus lewat kekayaan mereka. Ya! Ada di antara perempuan-
perempuan tersebut yang memiliki kedudukan terhormat dan sekaligus termasuk
perempuan kaya, seperti Yohana dan Susana (yang disebutkan di situ). Perempuan-
perempuan kaya ini melayani rombongan Tuhan Yesus dengan kekayaan mereka.

Lidia, penjual kain ungu (kain ungu adalah kain yang berkualitas tinggi dan harganya
cukup mahal) juga melayani Tuhan dengan menyediakan rumahnya bagi Paulus.
Priskila bersama suaminya, Akwila, sama-sama bekerja sebagai tukang kemah agar
bisa mencukupi kebutuhan hidup diri sendiri serta membantu perluasan pekabaran
Injil melalui penghasilan mereka.

17
Renungan KU 19+
Tahun 1

Menjadi seorang pengusaha adalah tugas dan panggilan yang mulia, bila kita
melakukannya untuk Tuhan. Karena dengan menjadi seorang pengusaha, kita
bukan saja tidak menyusahkan orang lain untuk mencukupi keperluan hidup kita,
namun juga menjadi saluran berkat bagi orang lain. Baik itu bagi para konsumen
maupun para pegawai dan orang-orang yang bekerja dengan kita.

Namun, sebagai seorang pengusaha, Alkitab juga memberikan beberapa peringatan


penting, agar jangan sampai kita terjerat oleh dosa. Ada beberapa hal penting yang
perlu diwaspadai oleh para pengusaha.
1. Jangan mencintai uang dan jangan ingin menjadi kaya.
1 Timotius 6:9-10
2. Jangan menahan upah bagi para pegawai dan hidup berfoya-foya.
Yakobus 5:1-6

Abraham dan Ayub juga merupakan contoh pengusaha sukses di zaman Perjanjian
Lama, sekaligus merupakan orang-orang saleh yang takut akan Tuhan. Memiliki
kekayaan bukanlah dosa, melainkan berkat Tuhan, dengan tujuan agar kekayaan
tersebut bisa dibagi-bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Tetapi
KEINGINAN untuk kaya, ditentang oleh Alkitab – karena keinginan inilah yang akan
menyeret manusia jatuh dalam dosa. Hidup berfoya-foya serta hidup dengan tidak
jujur kepada para pegawai (menahan upah) juga tindakan yang ditentang oleh
Tuhan. Kekayaan tidak boleh dijadikan sarana / alat untuk bertindak sewenang-
wenang atau sesuka hati, melainkan harus digunakan secara bertanggung jawab,
terutama kepada Tuhan – karena DIA lah sang pemiliki kekayaan tersebut,
sedangkan kita hanya dititipi olehNya. Suatu hari kelak, kita harus
mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Tuhan.

18
Renungan KU 19+
Tahun 1

Bahan Diskusi:
1. Adakah tokoh-tokoh lain yang dicatat dalam Alkitab yang pekerjaannya adalah
wirausaha? Cobalah lihat beberapa bagian Alkitab berikut ini: Kisah Para Rasul
19:23-25, 16:16-19. Kedua contoh pengusaha berikut ini bukanlah contoh yang
baik, karena usaha / pekerjaan yang mereka lakukan bukanlah jenis usaha yang
memuliakan Tuhan, sebaliknya, mereka melakukan pekerjaan yang menentang
kebenaran. Cobalah diskusikan bagaimana seharusnya anak-anak Tuhan
memilih jenis usahanya. Bolehkah orang Kristen mempunyai usaha yang
bertentangan dengan iman Kristen?
2. Apakah bedanya: “INGIN menjadi kaya” dengan “MENJADI orang kaya”?
Abraham adalah orang kaya, demikian pula Ayub. Namun mereka bukan orang-
orang yang terobsesi untuk menjadi kaya. Dapatkah kalian mendiskusikan
perbedaan dari: “INGIN menjadi kaya” dengan “MENJADI orang kaya”?
3. Cobalah daftarkan apa saja keuntungannya apabila kita menjadi seorang
pengusaha yang berhasil. Daftarkan pula berkat-berkat apa saja yang bisa kita
berikan kepada orang lain.

19
Renungan KU 19+
Tahun 1

3. Kata Alkitab Tentang Wirausaha (2)


Nats Alkitab : Matius 7:12

John J. Eagen (January 22, 1872 - June 13, 1956) adalah seorang pengusaha Kristen
yang dikenal karena visinya untuk mendirikan sebuah pabrik yang berlandaskan
Hukum Tuhan. Satu ayat yang menjadi patokan utama bagi ACIPCO – American
Cast Iron Pipe Company, yang didirikannya pada Tahun 1905 adalah ayat yang
terambil dari Matius 7:12;

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,


perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan
kitab para nabi.”

Masa-masa itu, awal tahun 1900an hingga 1950an adalah masa dimana para
kapitalis industri biasa memandang rendah para pekerja / pegawai mereka dan
cenderung memperlakukan orang-orang upahan tersebut dengan sewenang-
wenang. Masa-masa itu, juga adalah masa di mana orang-orang kulit hitam
diperlakukan secara tidak manusiawi oleh orang-orang kulit putih. Misalnya:
fasilitas umum dipisahkan untuk mereka yang berkulit putih dan berkulit hitam.
Sebagian besar orang-orang kulit putih memandang rendah ras orang-orang kulit
hitam dan tidak menerimanya sebagai sesama manusia.

John J. Eagen lahir dan besar di tengah situasi seperti ini, namun ia memilih untuk
mengikuti dan menerapkan Hukum Tuhan ketimbang hukum manusia. John J.
Eagen memiliki keinginan untuk menyediakan fasilitas air minum bersih dan sehat,
terutama bagi orang-orang (yang ia sebut: umat Allah) yang masih belum
memilikinya. Meskipun John J. Eagen adalah sang pemilik pabrik dan ia berkuasa
untuk menentukan nasib para pegawainya, ia menjalankan bisnis dengan cinta
kasih, dan itu diwujudkan dengan memberikan perhatian penuh pada
kesejahteraan karyawannya.

20
Renungan KU 19+
Tahun 1

Tahun 1912, pabrik pipa ACIPCO, menyediakan tempat-tempat mandi dengan


fasilitas air panas dan air dingin bagi seluruh karyawannya. Tahun 1916 pabrik ini
telah memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang amat baik – apalagi bila
dibandingkan dengan pabrik-pabrik besar lainnya yang sama sekali tidak
memperhatikan nasib para pegawainya. Selain fasilitas kesehatan, ACIPCO juga
menyediakan berbagai sarana umum lainnya, seperti: gereja, sekolah, bank, dan
bahkan toko yang dikelola oleh para karyawannya sendiri. Bagi John J. Eagen,
kesehatan, kesejahteraan, dan martabat pekerja amatlah penting untuk
membentuk semangat kerja yang positif. Oleh sebab itu, John J. Eagen selalu
mengembangkan berbagai cara untuk menjamin keamanan, lingkungan yang
sehat, serta program bonus yang memicu kinerja para karyawannya.

Di tengah isu rasial yang tengah berkobar pada masa itu, tentu saja apa yang
dilakukan oleh John J. Eagen ini amatlah tidak masuk akal. Mengapa ia harus
repot-repot memperhatikan kesejahteraan para buruhnya - orang-orang
rendahan, begitu kata para kapitalis. Namun John J. Eagen menganggap para
pegawainya adalah sesamanya manusia, umat Allah, yang Tuhan tempatkan di
pabriknya, untuk diperlakukan dengan baik. John J. Eagen memperakukan para
pegawainya dengan hormat dan santun, seperti yang ia pahami dari Matius 7:12.

John J. Eagen juga selalu mengupayakan agar anak-anak yang kurang mampu bisa
mendapatkan pendidikan yang layak (waktu itu, situasi ekonomi memang sedang
sulit, dan banyak orang miskin di berbagai wilayah). Tidak hanya peduli kepada
anak-anak dari keluarga kurang mampu, John J. Eagen juga peduli kepada para
pemuda kulit hitam yang umumnya kurang mendapatkan kesempatan yang layak
untuk hidup, apalagi untuk berkarya.

ACIPCO telah berusia lebih dari 100 tahun (berdiri sejak Tahun 1905) namun
perusahaan tersebut hingga kini masih tetap berjaya, karena mengutamakan
Hukum Kasih seperti yang Tuhan ajarkan: Kasihilah Sesamamu Manusia Seperti
Dirimu Sendiri.

21
Renungan KU 19+
Tahun 1

Di Markas Besar ACIPCO di Birmingham, Alabama, terdapat sebuah kotak kaca, di


mana di dalamnya tersimpan alkitab tua Tahun 1901 milik John J. Eagen yang tepat
dibuka di Kitab Matius pasal 7 ayat 12.
Mengingatkan pada semua karyawan ACIPCO bahwa pendiri perusahaan ini
melandaskan segala sesuatunya kepada Hukum Utama (Golden Rule): “Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Inilah isi seluruh Hukum Taurat dan kitab para
nabi.”

Majalah Fortune menobatkan ACIPCO sebagai 100 Perusahaan Terbaik selama 8


tahun berturut-turut! Hingga saat ini ACIPCO dikenal sebagai perusahaan sukses
dengan kesejahteraan karyawan yang luar biasa baiknya. Sungguh sebuah
kesaksian yang indah, bagaimana seorang pengusaha Kristen yang saleh, yang
tidak hanya memberkati orang-orang di sekitarnya pada zamannya, namun
mampu meninggalkan warisan yang bisa dinikmati oleh berbagai generasi /
angkatan.

John J. Eagen telah berupaya untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dalam


perusahaan yang ia pimpin. Demikianlah seharusnya kehidupan para pengusaha
Kristen, dimana pun Tuhan menempatkan, hendaklah kita senantiasa
mengupayakan kehadiran Kerajaan Allah – sebuah komunitas dimana Hukum
Tuhan ditegakkan agar setiap orang yang melihat dapat mengenal Tuhan dan
memuliakan namaNYA.
Setiap pengusaha Kristen dipanggil Tuhan untuk menjadi saksiNya dan
sesungguhnya merupakan kepanjangan tangan Tuhan untuk memberkati orang
lain.

22
Renungan KU 19+
Tahun 1

Bahan Diskusi:
1. Bacalah kembali Matius 7:12. Apa arti ayat ini bagi Anda? Bagikanlah kepada
rekan-rekan Anda.
2. John J. Eagen menerapkan Hukum Tuhan di dalam perusahaan pipa. Menurut
Anda, apakah Matius 7:12 bisa diterapkan di semua jenis usaha? Jelaskan.
3. Bila Anda suatu hari kelak diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memimpin
sebuah perusahaan, hal paling penting apa yang akan Anda lakukan?
4. Coba diskusikan tentang ide “Mewujudkan Kerajaan Allah” dalam dunia
usaha. Langkah konkret apa saja yang Tuhan ingin untuk kita lakukan sebagai
seorang wirausaha. Bagaimana kita bisa mengupayakan agar “Kerajaan Allah”
diwujudkan melalui pekerjaan kita?

23
Renungan KU 19+
Tahun 2

TAHUN
2

25
Renungan KU 19+
Tahun 2

1. Merencanakan Masa Depan


Nats Alkitab: Amsal 23:18, Amsal 16:3, Amsal 16:9, Amsal 3: 5-6

John C. Maxwell dalam bukunya yang berjudul “Peta Jalan Menuju Sukses”
menjelaskan bahwa sukses itu adalah sebuah PERJALANAN ketimbang tujuan.
Seringkali saat kita memikirkan tentang masa depan, atau mempersiapkan jalan untuk
menuju masa depan, yang ada dalam pikiran kita adalah TUJUANnya, bukan
perjalanannya.
Misalnya:
kita ingin menjadi dokter (atau profesi apapun yang kita idam-idamkan), kita ingin
memiliki rumah (atau barang-barang lain yang kita inginkan), kita ingin menikah dan
memiliki keluarga yang bahagia, kita ingin tetap sehat hingga tua, dan sebagainya.

Semuanya seringkali dilihat sebagai TUJUAN atau target yang hendak dicapai.
Kesalahan cara pandang, bahwa sukes itu adalah tujuan atau target yang hendak
dicapai akan menyebabkan kita terobsesi akan sesuatu atau beberapa hal yang kita
inginkan dalam hidup ini. Sebagai contoh: saya ingin kaya, saya ingin bahagia. Tetapi
saat sudah memiliki kekayaan, ternyata tidak pernah tercapai rasa puas, sehingga
ingin mengejar kekayaan yang lebih banyak lagi. Seberapa kayakah kaya itu? Orang-
orang yang ingin bahagia, juga pada akhirnya akan jatuh dalam kesalahan yang sama.

Tentu, kriteria bahagia tidak sama untuk setiap orang. Namun saat seseorang
menjalani hidup dan mengecap beberapa kebahagiaan (lebih tepatnya: yang DULU
dianggapnya standar bahagia.
Misalnya:
memiliki sebuah rumah. Begitu ia mencapainya, ia tidak lagi bahagia, melainkan ingin
lebih dari yang sudah dicapainya tersebut.
Orang-orang yang mengejar hal-hal yang fana (tidak bernilai kekal) dan hal-hal yang
tidak pasti, seperti: kekayaan misalnya, saat ia berada di UJUNG hidupnya dan hendak
kembali menghadap Tuhan di surga, pastilah akan menyesali segala kebodohan yang
telah diperbuatnya sepanjang hidupnya. Namun apa daya, waktu tidak mungkin
diputar kembali.
26
Renungan KU 19+
Tahun 2

Bacalah: 1 Timotius 6:7, 1 Timotius 6: 17, 1 Yohanes 2: 15-17

Sukses, menurut pandangan Kristen, sebagaimana didefinisikan oleh John C. Maxwell


adalah sebagai berikut:
Sukses adalah … mengetahui maksud Anda dalam kehidupan, bertumbuh untuk
mencapai potensi maksimal Anda, dan menaburkan benih yang memberikan
manfaat bagi sesama.

Jadi, sukses bukanlah tujuan di masa depan yang hendak kita capai, sukes tidak identik
dengan mencapai suatu prestasi, posisi, atau kedudukan tertentu, sukses juga bukan
berarti memperoleh hal-hal yang kita inginkan. Sukses adalah perjalanan bersama
dengan Tuhan, untuk menemukan apa sebenarnya maksud Tuhan menciptakan kita
hidup di dunia ini.

Viktor Frankl mengatakan bahwa semua orang sebenarnya mempunyai panggilan atau
misi khusus dari Tuhan dalam kehidupan ini. Dan hanya orang tersebut lah yang dapat
memenuhi panggilan atau misi khususnya tersebut, tidak bisa digantikan oleh orang
lain. Apabila orang tersebut memenuhi panggilannya, maka barulah ia merasakan
hidupnya berarti dan benar-benar berbahagia – karena ia telah menggenapkan
rencana agung Sang Penciptanya. Bandingkan dengan Efesus 2:10.

Apabila sukses adalah tujuan yang hendak dicapai, maka ia akan memiliki akhir.
Misalnya:
kalau seseorang bercita-cita menjadi dokter, apakah perjalanan hidupnya akan
berakhir setelah ia menjadi dokter? Apakah rencana bagi masa depannya sudah final,
sudah selesai?
Tentu tidak. Sukses tidak identik dengan cita-cita yang hendak dicapai. Cita-cita, atau
profesi sebenarnya adalah BAGIAN dari perjalanan sukes di masa depan. Itu bukan
masa depan itu sendiri, melainkan sebuah proses yang akan dilewati.

27
Renungan KU 19+
Tahun 2

Karena itu, John C. Maxwell menyebutkan bahwa akan ada PROSES pertumbuhan di
sepanjang jalan sukses masa depan. Tidak pernah ada akhirnya. Setiap orang percaya
diharapkan untuk terus BERTUMBUH .. dalam segala hal yang baik, dan terutama
adalah bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Karena melalui pertumbuhan iman
inilah, hidupnya akan makin berbuah manis dan menjadi berkat bagi orang-orang di
sekitarnya.
Salah satu ciri khas yang membedakan VISI dari OBSESI adalah apakah semangat
untuk menggapai masa depan itu dikendalikan oleh panggilan Tuhan ataukah oleh
keserakahan diri sendiri. Hal ini bisa dilihat dari buahnya. Apakah hidup orang
tersebut menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan Tuhan, ataukah mengagungkan
dan membesarkan dirinya sendiri.

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu Anda dalam perjalanan


Anda menuju masa depan:
1. Cobalah untuk jujur pada diri sendiri, dan bertanyalah:
Apa yang sebenarnya saya CARI dalam hidup ini? Apakah saya seorang yang
mengejar harta benda dan kekayaan? Apakah saya seorang yang ingin sekali
terpandang, dihargai oleh orang lain, diberi hormat dan kedudukan penting?
Apakah saya seorang yang mendambakan kebahagiaan dalam hidup ini –ingin
membuat diri sendiri menikmati segala hal yang bisa diraih atau direngkuh
sepanjang hidup yang singkat di dunia ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantu Anda untuk mengenali
kecenderungan Anda terhadap daya tarik duniawi yang bisa jadi suatu kali kelak
akan menyesatkan Anda dan membelokkan Anda dari tujuan hidup yang
sesungguhnya yang sudah Tuhan titipkan dalam diri Anda. Kenalilah semuanya,
dan waspadalah!
2. Dari Efesus 2:10 kita tahu bahwa setiap anak Tuhan sudah dipersiapkan untuk
melakukan pekerjaan baik seperti yang Tuhan inginkan/rencanakan.
Nah, cobalah temukan hal tersebut dalam diri Anda.

28
Renungan KU 19+
Tahun 2

Tanyakan pertanyaan berikut ini:


UNTUK APA Tuhan menciptakan saya? Potensi apa saja yang Tuhan sudah berikan
pada saya dan harus segera saya kembangkan mulai dari sekarang? Hal-hal apa
yang paling membuat saya bahagia, sekaligus hal tersebut memuliakan Tuhan dan
memberkati orang lain?
3. Sudahkah saya memulai perjalanan masa depan saya? Sudahkah saya membuat
perencanaan yang matang tentang hal-hal apa yang harus saya lakukan agar saya
terus bertumbuh dan makin berguna bagi orang lain? Kalau belum, lakukanlah
SEKARANG!

29
Renungan KU 19+
Tahun 2

Bahan Diskusi:
1. Coba ceritakan kepada rekan-rekan Anda, seperti apakah masa depan Anda 10-15
tahun yang akan datang. Kira-kira kehidupan seperti apa yang Anda inginkan
terjadi dalam hidup Anda. Sementara seorang rekan menceritakan proyeksi
kehidupannya di masa depan, evaluasilah bersama, apakah rekan tersebut benar-
benar rindu untuk menggenapkan rencana Tuhan dalam hidupnya, ataukah ia
terobsesi oleh ambisi pribadinya sendiri.
2. Apakah ada hal-hal yang mungkin menakutkan bagi Anda tentang masa depan?
Apakah Anda kuatir tentang berbagai soal penghidupan Anda di masa depan? Hal-
hal apa saja yang mungkin membuat Anda takut atau khawatir? Bagikanlah
kepada rekan-rekan Anda.
Berikut adalah ayat-ayat penghiburan tentang kekhawatiran masa yang akan
datang:
Matius 6:25-34, Lukas 12:22-34, 1 Petrus 5: 7
3. Apakah Anda sudah mulai membuat perencanaan konkret tentang masa depan
Anda?
Misalnya:
apakah Anda sudah tahu selama 1-2 tahun ke depan, Anda harus fokus dalam hal
apa dan melakukan apa saja untuk meningkatkan diri Anda? Bagikan keinginan
Anda kepada rekan-rekan Anda. Hendaklah masing-masing saling mendorong,
saling membangun, dan saling menyemangati satu sama lainnya.

30
Renungan KU 19+
Tahun 2

2. Membuat Rencana Wirausaha


Nats Alkitab: Lukas 12: 16-21, Yakobus 4: 13-17

Manusia merencanakan, tetapi Tuhanlah yang menentukan.

Kejadian meledaknya pusat reaktor nuklir di Fukushima, Jepang – Maret 2011 saat
terjadi gempa bumi yang disusul oleh tsunami hanyalah salah satu contohnya.
Padahal, Jepang dikenal sebagai satu-satunya Negara di muka bumi ini yang paling
siap menghadapi gempa bumi. Sejak kejadian itu, Jepang dan negara-negara maju di
dunia mulai mempertimbangkan ulang penggunaan tenaga nuklir sebagai sumber
energi. Di bulan September 2012, Jepang mengagetkan seluruh dunia saat
mengumumkan bahwa negara tersebut akan meniadakan semua pusat reaktor
nuklirnya pada tahun 2030. Namun kemudian terjadi tarik ulur dan disarankan
digeser hingga tahun 2040.

Kapal Titanic yang legendaris, yang diunggulkan pada masa itu sebagai kapal yang
tidak akan mungkin bisa tenggelam (“the unsinkable”) ternyata menabrak gunung es
di pelayarannya yang perdana dan langsung tenggelam. Meninggalkan duka yang
luar biasa bagi keluarga korban, namun sekaligus menjadi peringatan bagi seluruh
umat manusia, bahwa apa yang direncanakan manusia, belum tentu bisa terlaksana
seperti yang diharapkan.

Di Alkitab tercatat peristiwa Menara Babel, dimana seluruh umat manusia pada
masa itu bersepakat untuk berkumpul dan mendirikan sebuah menara yang amat
tinggi. Namun Tuhan tidak berkenan atas rencana dan perbuatan mereka.
Dihalaunya mereka dan diceraiberaikannya semua umat manusia dengan bahasa
yang berbeda-beda. Pembangunan Menara Babel terhenti selamanya.

Mazmur 115:3
“Allah kita di sorga. Ia melakukan apa yang dikehendakiNya.”

31
Renungan KU 19+
Tahun 2

Amsal 19:21
“Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang
terlaksana.”

Ayat-ayat ini benar 100%, meskipun sekilas kedengarannya tampak mengecilkan


hati dan niat umat manusia. Kalau memang Tuhan bisa melakukan apa saja
sekehendak hatiNya, buat apa kita susah-susah membuat perencanaan bagi hidup
kita, bagi keluarga kita, bagi usaha kita? Bukankah semuanya akan sia-sia saja?
Tidak.
Alkitab mengajarkan agar kita selalu membuat perencanaan yang matang. Coba
perhatikan ayat-ayat berikut ini:
• 1 Tawarikh 28:11 Daud menyerahkan rencana bangunan Bait Suci kepada
Salomo, anaknya, yang akan melakukan pembangunan Bait Suci tersebut
(namun Daud telah lama membuat rancangan Bait Suci, bahkan ia telah
mempersiapkan banyak sekali material yang akan dipakai untuk pembangunan
Bait Suci tersebut).
• Amsal 24:6 menggari bawahi pentingnya sebuah rencana dalam peperangan.
• Lukas 14:31-32 sebuah ilustrasi yang menunjukkan pentingnya “berhitung”
terlebih dahulu (mengetahui kekuatan kita dan kekuatan lawan, lalu
mempertimbangkan, serta membuat rencana yang terbaik di tengah situasi
tersebut)
• Yosua 2:1 Meskipun Yosua dan seluruh orang Israel telah diberitahu bahwa
seluruh negeri Kanaan akan menjadi milik mereka, namun Yosua tetap perlu
menyusun rencana, bagaimana ia akan memasuki dan menduduki tanah
Kanaan. Dalam ayat ini diceritakan bahwa Yosua mengutus 2 orang pengintai ke
Yerikho.

Kalimat “melibatkan Tuhan dalam perencanaan” seringkali kita dengar sebagai


jawaban atas pertanyaan sulit di atas: Kalau Tuhan yang menentukan hasil akhirnya,
ngapain kita repot-repot membuat rencana?

32
Renungan KU 19+
Tahun 2

Tetapi, “melibatkan Tuhan dalam perencanaan” juga bisa disalahartikan bahkan


digunakan secara salah untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Misalnya: kita
menginginkan sesuatu, lalu kita berdoa memohonkan agar Tuhan merestui keingin
kita, melancarkan semua rencana kita, dan pada akhirnya kita bisa mendapatkan
keinginan kita tersebut. Dengan melakukan doa semacam ini, kita menganggap diri
kita sudah BERSERAH kepada Tuhan dan telah “melibatkan Tuhan dalam
perencanaan”.
Tidak benar !!!

Justru yang harus kita lakukan terlebih dahulu, sebelum kita memanjatkan
permohonan kita adalah, menanyakan apa yang menjadi rencana Tuhan. Dan
berserah sepenuhnya kepada Tuhan, supaya kehendak Tuhan yang jadi. Kalau saja
keinginan kita tidak sesuai dengan keinginan Tuhan, maka seharusnyalah kita yang
mundur dan mengatakan “kehendak Tuhan jadilah”. Mengapa? Karena rancangan
Tuhan SELALU lebih baik dari apa yang sanggup kita pikirkan, dan bahkan acapkali
Tuhan memberikan apa yang baik yang jauh melebihi yang bisa kita bayangkan dan
doakan. Bandingkan: Yeremia 23:11, Efesus 3:20

Jadi, kita membuat RENCANA setelah kita meyakininya sebagai apa yang Tuhan
kehendaki untuk kita lakukan dalam hidup ini. Perhatikan kisah akal-akalan orang
Gibeon di Yosua 9:1-27. Perhatikan ayat 14 di mana orang-orang Israel lalai dengan
TIDAK meminta keputusan dari Tuhan, maka mereka salah dalam mengambil
keputusan.

Demikian juga dengan 2 perikop di atas, Lukas 12:16-21 ilustrasi tentang seorang
kaya yang punya banyak keinginan untuk menimbun dan menikmati kekayaannya.
Namun Tuhan berkata, malam ini juga ia akan mati! Yakobus 4:13-17 mengingatkan
kita semua untuk “melibatkan Tuhan dalam perencanaan” SEJAK AWAL, bukan
semata datang kepada Tuhan untuk minta restu, atau minta peneguhan, tapi benar-
benar menyerahkan segalanya kepada Tuhan, baru setelah itu, kita membuat
perencanaan.

33
Renungan KU 19+
Tahun 2

Lihatlah kehidupan para pengusaha Kristen yang saleh, semuanya mengawali bisnis
mereka dengan berserah kepada Tuhan, dengan mengimani akan panggilan mereka,
dan karena itu Tuhan memberkati mereka. Bagi orang-orang ini, Tuhanlah yang
no.1! Dan mereka membangun hidup mereka di atas fondasi yang sangat kuat, yaitu
Kristus Yesus.

Bahan diskusi:
1. “Manusia boleh merencanakan, tetapi Tuhanlah yang menentukan”. Apa
pendapat Anda tentang kalimat ini? Setuju atau tidak setuju? Bagaimana
perasaan Anda membaca kalimat ini? Apakah Anda menjadi lebih lega, atau
justru Anda merasa tidak nyaman? Ceritakan pandangan pribadi Anda terhadap
kalimat tersebut. Jangan terlalu dipaksakan untuk mencoba “membenarkan”
kalimat tersebut namun curahkanlah isi hati dan pikiran Anda tentang kalimat
tersebut. Jujurlah dengan diri Anda sendiri.
2. Menurut Anda, seberapa pentingkah kita perlu membuat perencanaan bagi
usaha kita sebelum kita memulainya? Dan sedetail apakah kita harus
melakukannya? Tidak bisakah kita jalani saja dan nanti “sambil jalan” membuat
perencanaan yang lebih detail?
3. Apakah Anda saat ini sudah mulai membuat perencanaan bagi usaha yang akan
Anda kerjakan? Bisakah Anda membagikannya pada rekan-rekan Anda? Bila
belum, ceritakan apa yang menghalangi Anda.

34
Renungan KU 19+
Tahun 3

TAHUN
3

35
Renungan KU 19+
Tahun 3

1. Menjadi Pengusaha Kristen


Nats Alkitab: 2 Timotius 4:2, 1 Korintus 1:27

Thomas L. Harken adalah seorang pengusaha Kristen yang sukses. Ia memiliki belasan
restoran Casa Ole dengan lebih dari 800 pegawai, ia juga seorang pembicara yang
telah menginspirasi ribuan bahkan jutaan orang di berbagai negara. Pada tahun 1992
ia dianugerahi sebuah penghargaan – The Horatio Award (penghargaan ini diberikan
kepada orang-orang yang telah berhasil mengatasi kesulitan hidup hingga menjadi
orang yang berhasil dan mampu menginspirasi orang lain).
Apa yang menarik dari diri Thomas L. Harken ini? Bukankah ada lebih banyak
pengusaha sukses, dan bahkan yang lebih sukes darinya? Mengapa ia dianugerahi
The Horatio Award?

Bacalah cerita berikut ini …

Thomas L. Harken (Tom) lahir dengan kondisi fisik yang kurang baik. Sejak kecil ia
sudah sakit-sakitan dan tidak sedikit waktu yang ia lewatkan dengan berbaring di
Rumah Sakit sementara teman-teman sebayanya asyik bermain dan belajar di
sekolah. Beberapa penyakit serius yang pernah dideritanya adalah polio dan
tuberculosis. Kita tahu polio adalah jenis penyakit yang hingga hari ini belum
ditemukan obatnya. Bersyukur Tom kecil bisa melewati perjuangannya melawan
polio, namun seusai polio, penyakit lain sudah menantinya, yaitu tuberculosis.

Tuberculosis adalah penyakit yang amat berbahaya pada masa itu (karena menular).
Ibunya terpaksa mengurusnya di dalam kamar selama proses perawatan. Makanan
diberikan kepada Tom lewat lantai kamar, tidak ada anggota keluarga yang
diperbolehkan untuk kontak langsung dengan Tom. Ayahnya bahkan mengucapkan
kata-kata “I love you, Tom” (aku mencintaimu, Tom) lewat kaca jendela kamar Tom.
Saat Tom akhirnya sudah benar-benar sembuh dan mulai bisa beraktivitas normal, ia
mendapati dirinya telah ketinggalan jauh dari teman-teman sebayanya.

36
Renungan KU 19+
Tahun 3

Saat kembali masuk sekolah, Tom dianggap sebagai murid yang paling bodoh, ia
belum dapat membaca. Karena malu harus berada di kelas bersama anak-anak yang
lebih kecil, akhirnya Tom memutuskan untuk berhenti sekolah dan bekerja
membantu ayahnya. Sang ayah selalu memberi semangat kepada Tom, bahwa ia bisa
berhasil bila ia mau bekerja dengan keras.

Tom pernah bekerja sebagai penjual vacuum cleaner (alat penyedot debu) dengan
menawarkan produk tersebut door to door (dari rumah ke rumah), ia juga pernah
bekerja di bisnis penjualan kendaraan, hingga membuka restoran Casa Ole yang
kemudian berkembang dengan amat pesat. Tom berangkat dari NOL (tanpa
pendidikan) hingga menjadi pengusaha sukses, berkat kerja keras dan ketekunannya.
Saat menerima The Horatio Award, Tom membuka rahasia pribadi yang selama ini
hanya diketahui oleh istrinya. Yaitu selama lebih dari 30 tahun, Tom menjalani
hidupnya sebagai seorang buta huruf alias tidak bisa baca tulis. Ya! Meskipun ia
sudah berhasil dalam bisnisnya waktu itu, ia adalah seorang yang buta huruf.

Istrinyalah yang membantunya dalam banyak hal, khususnya urusan dokumen dan
hal-hal lain yang terkait dengan tulisan. Ke restoran mana pun, Tom selalu akan
memesan cheese burger (burger keju) karena ia tidak bisa membaca daftar menu.
Bahkan setelah ia memiliki restorannya sendiri, Casa Ole, ia juga tidak bisa membaca
menu apa saja yang ditawarkan oleh restorannya. Semua orang yang mendengar
pidato Tom terkejut, namun sekaligus takjub, dan memberikan applause (tepuk
tangan) sambil bangkit berdiri dari kursi mereka.

Tom telah melewati masa-masa yang begitu sulit dalam hidupnya dan memiliki
banyak alasan untuk menjadi orang yang gagal, tetapi hasil dari kerja keras dan
ketekunannya, ia justru menjadi orang yang berhasil dan kisah hidupnya telah
menginspirasi banyak orang. Sejak itu, nama Thomas L. Harken makin terkenal dan
lembaga mengirimkan undangan padanya, meminta dia memberikan ceramah, baik
itu untuk gereja, sekolah, universitas, hingga perusahaan-perusahaan besar yang
terkenal.

37
Renungan KU 19+
Tahun 3

Suatu kali Tom menerima telepon dari salah satu universitas terkemuka di Amerika,
yang memintanya untuk menyampaikan pidato di acara wisudawan. Dikatakan
bahwa dalam acara tersebut akan hadir orang-orang terkemuka, orang-orang
penting, dan banyak para penyumbang dana universitas juga akan hadir. Pihak
universitas mengatakan bahwa mereka juga akan menganugerahkan gelar
kehormatan kepada Tom untuk ilmu perdagangan (commercial science). Tentu saja
ini adalah sebuah kehormatan bagi Tom, yang tidak pernah menyelesaikan
sekolahnya, namun sekarang hendak dianugerahi gelar kehormatan dari universitas
terkenal.

Sehari sebelum acara wisudawan, pihak universitas mengundang Tom dalam


perjamuan makan malam. Saat itu, seorang dekan mendekati Tom dan berpesan
kepadanya, agar nanti dalam pidatonya, Tom tidak menyinggung soal Tuhan.
Alasannya, pihak universitas ingin tetap terlihat “netral” dan tidak condong pada
agama tertentu. Tom segera merespons dengan menjelaskan bahwa selama ini ia
SELALU memberi kesaksian bagaimana Tuhan menolong hidupnya untuk mengatasi
berbagai masalah. Dalam hati Tom sangat terkejut dan ia merasa tidak nyaman
dengan “pesan” si dekan tersebut. Ia kemudian menceritakan hal tersebut kepada
istrinya, Miss Melba. Si istri hanya menjawab singkat, bahwa Tuhan akan
memberitahu Tom apa yang harus ia lakukan.

Akhirnya, tibalah acara wisudawan yang dinanti-nantikan. Tom berdiri untuk


menyampaikan pidatonya. Ia mengawali kalimat pidatonya sbb: “Jika ada universitas
yang membutuhkan Allah, universitas inilah jawabannya, di sini, sekarang juga! Jika
Anda tidak mengenal Allah, Anda dalam masalah. Pergi dan carilah Dia!” Tom sendiri
mengaku terkejut ia bisa berkata-kata seperti itu. Tetapi apa yang terjadi kemudian
sungguh di luar dugaan. Semakin berani Tom bersaksi tentang Tuhan, semakin
tersentuhlah hati para tamu dan undangan wisudawan. Di akhir pidatonya, semua
peserta memberikan tepuk tangan yang meriah sambil bangkit dari kursi mereka.
Dan Tom melihat, si dekan yang memberikan “pesan” padanya untuk tidak berbicara
tentang Tuhan, juga ikut berdiri, sambil terlihat agak enggan, tentunya.

38
Renungan KU 19+
Tahun 3

Tom adalah seorang pengusaha sukses, namun ia benar-benar menyadari bahwa


kesuksesannya datang dari pertolongan Tuhan. Ia tidak malu membicarakan dan
bersaksi tentang Tuhan Yesus. Justru, ia menggunakan kesempatannya sebagai
pengusaha sukses yang diundang kesana kemari, untuk makin memberitakan tentang
Tuhan Yesus. Tom menyadari, bahwa Tuhan ingin memakai hidupnya – seluruhnya –
untuk memuliakan namaNYA.
Nah, bagaimana dengan Anda?

39
Renungan KU 19+
Tahun 3

Bahan diskusi:
1. Thomas L. Harken memiliki masa kecil yang amat sulit. Bagaimana dengan masa
kecil kalian? Apakah kalian merasa bahwa masa kecil kalian juga sulit? Adakah
yang ingin membagikan pengalaman masa lalunya?
2. Thomas L. Harken, meskipun tidak bisa membaca, bisa juga menjadi seorang
pengusaha sukses. Meskipun kemudian dia belajar membaca dengan ditolong
oleh istrinya. Menurut Anda, adakah campur tangan Tuhan di balik kesulitan
hidup dan perjuangan yang dialami oleh Thomas L. Harken? Bisakah Anda
menjelaskannya?
3. Saat Anda mendengar kisah Thomas L. Harken diberitahu oleh si dekan untuk
TIDAK menyebut-nyebut tentang Tuhan dalam pidatonya, apakah reaksi pertama
Anda? Ceritakan kepada rekan-rekan Anda. Apakah Anda (mungkin) menganggap
itu sebagai masukan yang baik dan Anda akan menurutinya – karena toh,
bagaimana pun, pihak universitaslah yang mengundangnya, jadi ia harus
menghormati mereka dengan menuruti keinginan mereka. Atau (mungkin) Anda
menganggap hal tersebut sebagai suatu “permintaan” yang tidak bisa Anda
penuhi.
4. Baca kembali nats alkitab pelajaran kali ini. Apa hubungannya dengan kesaksian
hidup Thomas L. Harken? Menurutmu, apa yang Tuhan inginkan dari kita, sebagai
seorang pengusaha Kristen?

40
Renungan KU 19+
Tahun 3

2. Bisnis Yang Memberkati Orang Lain


Nats Alkitab: 1 Korintus 10:31, Matius 25:31-46, Yeremia 29:7

Pertanyaan Pengantar:
Diskusikan kedua pertanyaan di bawah ini sebelum membaca atau mempelajari
materi hari ini.
1. Apakah untuk bisa memberkati orang lain kita harus jadi pengusaha?
2. Apakah gereja sebaiknya memisahkan diri dari dunia bisnis dan fokus hanya kepada
hal-hal yang sifatnya rohani saja?

Setiap bisnis yang dijalankan oleh anak-anak Tuhan sudah seharusnya membawa
dampak yang positif dan menjadi berkat bagi orang lain. Di tahun pertama, Anda
sudah belajar tentang kehidupan John J. Eagen, pendiri pabrik pipa ACIPCO, yang
menerapkan Hukum Kasih di perusahaannya dan hal tersebut telah diwariskan dari
generasi ke generasi hingga usia perusahaan tersebut lebih dari 100 tahun.

Kali ini, Anda akan belajar tentang seorang “pengusaha” lain yang BUKAN berpredikat
sebagai “pengusaha” melainkan “pendeta”. Mungkin Anda bertanya-tanya, masakan
pendeta berbisnis? Bagaimana kalau Anda balik ditanya, “Memangnya pendeta tidak
boleh berbisnis? Bagaimana kalau bisnisnya ini adalah bisnis untuk Kerajaan Allah?”
Dan bukankah sebenarnya semua jenis usaha, kegiatan, bahkan profesi, kalau itu
dilakukan untuk kemuliaan Tuhan maka boleh dikatakan kita sedang “berbisnis” untuk
Kerajaan Allah?

Tony Evans adalah seorang pendeta dari gereja Oak Cliff Bible Fellowship. Awalnya,
Tony Evans memulai membangun jemaatnya hanya dengan 10 orang yang berkumpul
di rumahnya untuk melakukan Pemahaman Alkitab (PA) pada tahun 1976. Saat ini,
jemaat Oak Cliff Bible Fellowship sudah mencapai 9.000 orang dengan 100 lebih
pelayanan yang menjangkau masyarakat. Apa yang menarik dan membuat gereja ini
bisa sangat pesat pertumbuhan jemaatnya?

41
Renungan KU 19+
Tahun 3

Tony Evans bukanlah pendeta yang hanya mau memperhatikan kondisi rohani
jemaatnya. Tony Evans sangat peduli pada kesejahteraan jemaatnya secara nyata. Ia
tidak hanya mendoakan jemaatnya yang sedang menghadapi masalah, tetapi ia
membantu mereka secara langsung untuk menemukan solusi bagi masalah tersebut.

Ia mengupayakan agar jemaatnya yang belum bekerja bisa mendapatkan pekerjaan,


yang kurang pendidikan bisa memperoleh pendidikan yang baik, yang tidak punya
rumah bisa mempunyai tempat tinggal yang layak. Intinya, Tony Evans
memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental para jemaatnya seimbang dengan
pertumbuhan rohaninya. Tony Evans juga menegaskan bahwa program kegiatan sosial
yang dilakukan di gerejanya tidak terpisah dari kegiatan yang dianggap rohani, seperti
PA dan ibadah.

Salah satu bagian dari alkitab yang menjadi acuan Tony Evans dalam pelayanannya ini
adalah terambil dari Matius 25:31-46. Perikop ini menegaskan tentang pentingnya
melakukan pelayanan yang konkret dan langsung menyentuh pada kebutuhan orang-
orang yang memerlukan. Melayani Tuhan identik dengan melayani orang-orang yang
tersisihkan, orang-orang yang terbuang, orang-orang yang diabaikan.

President Amerika Serikat waktu itu, George Bush, tahun 2003, menyebut Tony Evans
sebagai “Social Entrepreneur” (pengusaha / wirausaha sosial) – karena memang Tony
Evans menjalankan BISNIS seperti layaknya para pengusaha, namun ia melakukannya
bukan untuk mengeruk keuntungan pribadi, melainkan untuk kesejahteraan para
jemaatnya.

Yeremia 29:7 juga merupakan ayat emas bagi jemaat Oak Cliff Bible Fellowship dalam
menjalankan misi pelayanan mereka, yaitu untuk mengupayakan kesejahteraan kota
dan orang-orang (komunitas) yang tiinggal di dalamnya. Karena itu, gereja yang
digembalakan oleh Tony Evans ini memiliki jejaring dengan berbagai lembaga, seperti
layaknya sebuah perusahaan dengan segala network yang dimilikinya.

42
Renungan KU 19+
Tahun 3

The Urban Alternative, sebuah gerakan yang dimotori oleh Tony Evans memiliki
berbagai program untuk dapat menjangkau dan memberkati banyak orang. Beberapa
program The Urban Alternative misalnya: media penyiaran (radio, televisi, internet),
pelatihan kepemimpinan, konferensi, pengembangan sumber daya, dan Project Turn
Around. Di dalam Project Turn Around, Tony Evans ingin membantu gereja-gereja
yang lain agar dapat menolong jemaatnya secara konkret (nyata), baik itu melalui
pengembangan ekonomi, pendidikan, penyediaan rumah, revitalisasi kesehatan, dan
sebagainya.

Sekilas tampaknya apa yang dilakukan oleh Project Turn Around ini mirip dengan
tugas para gubernur, walikota, atau bupati di dalam mengembangkan kesejahteraan
rakyat yang dipimpinnya. Dan memang seperti itulah visi Tony Evans – karena
menurutnya, gereja lah yang seharusnya melakukan tugas menyejahterakan
masyarakat dimana komunitas Kristen itu berada.
Seperti yang tertulis dalam Yeremia 29:7.

Oak Cliff Bible Fellowship, dengan beragam program pelayanan seperti yang telah
disebutkan di atas, hampir tidak mirip dengan gereja (kecuali jadwal kebaktian rutin di
hari Minggu) – namun barangkali lebih mirip sebuah jaringan bisnis yang menyediakan
segala kebutuhan hidup para anggotanya, yang dikelola secara Kristen, dengan
mengacu pada ajaran Firman Tuhan.
Inilah bisnis Kerajaan Allah!

43
Renungan KU 19+
Tahun 3

Bahan diskusi:
1. Kalau bisnis orang Kristen ditujukan untuk menjadi berkat bagi orang lain, apakah
itu berarti bisnis orang Kristen tidak bisa mendapatkan untung/profit? Bagaimana
tanggapan Anda? Bagikanlah kepada rekan-rekan Anda.
2. Apakah segala macam usaha yang halal bisa digunakan sebagai saluran berkat
bagi orang lain? Cobalah Anda berikan contohnya dengan kasus nyata. Carilah
profil usaha di sekitar Anda yang bila dikelola dengan baik dan tepat, sungguh
akan menjadi berkat bagi orang lain. Cobalah untuk mengembangkan ide-ide Anda
dengan meng”andai”kan bisnis tersebut adalah milik Anda! Sebagai pemilik
perusahaan tersebut, apa yang bisa dan akan Anda lakukan agar perusahaan Anda
menjadi berkat bagi banyak orang?
3. Ide bisnis apa yang saat ini sedang Anda rintis dan kembangkan? Bisakah Anda
menceritakan bagaimana bisnis Anda dapat menjadi berkat bagi banyak orang?
Dalam hal apa saja? Dan bagaimana cara Anda mengelolanya agar berkat tersebut
benar-benar tersalurkan kepada yang berhak menerimanya.

44
Renungan KU 19+
Tahun 4

TAHUN
4

45
Renungan KU 19+
Tahun 4

1. Membangun Relasi Dengan Orang Lain


Nats Alkitab: 1 Korintus 9: 19-22

Sarah Dunn Clarke, seorang perempuan yang lahir dan dibesarkan di tengah
keluarga kaya, terhormat, sekaligus saleh dan religius. Sepertinya hidup Sarah
hampir tidak ada cacatnya. Berasal dari keluarga Kristen yang baik, memiliki latar
belakang status sosial ekonomi yang tinggi di tengah masyarakat, Sarah benar-
benar menikmati hidupnya.

Sarah yang masih muda dan belum menikah waktu itu, banyak terlibat dalam
berbagai pertemuan klub, perjamuan teh, dan pesta di kalangan orang-orang kaya.
Ia selalu tampil mengenakan pakaian terbaik, mengikuti tren mode Paris, dan
mengesankan banyak orang penting dan terpandang di lingkungannya. Sarah selalu
menjadi “bintang” di kalangan orang-orang kelas atas. Seleranya terhadap
keindahan juga amat tinggi, ia selalu mendatangkan perabotan dan menata
dekorasi yang terbaik untuk rumahnya.

Hingga suatu hari, Sarah menemukan dirinya dalam keadaan “bingung” di tengah
segala kemudahan dan gaya hidup mewah yang dijalaninya. Seolah suara hatinya
menegurnya dengan bertanya, “Untuk apakah kamu hidup? Untuk semua inikah?”
(maksudnya: apakah hidupnya hanya akan dihabiskan untuk berfoya-foya dan
menikmati segala kenikmatan dunia?) Dan pada momen itulah Sarah mulai
menyadari bahwa ia tidak mau lagi menggunakan waktunya untuk hal yang sia-sia
dan fana (sementara). Ia membulatkan tekad untuk menyerahkan hidupnya agar
dipakai oleh Tuhan.

Sarah kemudian membentuk kelompok dengan para perempuan Kristen lainnya


dan mulai mendirikan Sekolah Minggu. Karena Sarah dan teman-temannya berasal
dari keluarga yang sangat berada dan kaya, maka mereka bisa membiayai kegiatan
sosial mereka sendiri tanpa kesulitan.

46
Renungan KU 19+
Tahun 4

Sarah dan teman-temannya menjangkau para istri yang teraniaya, melayani anak-
anak yang terbuang, membagikan makanan, memberi perhatian, dan tentu saja
membagikan tentang Injil Kristus.

Saat pelayanan Sarah mulai berkembang, ia merasa bahwa kini aktivitasnya harus
didukung oleh dana yang lebih besar. Berkat kemampuan Sarah bergaul dengan
banyak orang terkenal dan terpandang, maka tak lama kemudian Sarah bisa
mengumpulkan uang yang cukup hasil donasi dari para donatur yang murah hati
untuk mengembangkan program-program layanan sosialnya. Salah seorang
donator, Kolonel Georige Clarke, pengusaha real estate yang kaya raya, kemudian
menjadi suaminya.

Meski demikian, Sarah setiap hari meninggalkan rumahnya yang besar dan mewah,
untuk kembali menyusuri jalan-jalan dan mencari orang-orang yang bisa
ditolongnya. Sarah sengaja mencari orang-orang yang “paling hina” dan berusaha
melayani mereka dengan kasih dan dengan kekayaannya. Sarah datang ke rumah
pelacuran, ke tempat para pria mabuk-mabukan minum minuman keras, ke rumah
judi, dan kemana saja dimana ia bisa menemukan orang-orang yang hidupnya
hancur berantakan karena segala dosa dan kesalahan yang mereka perbuat, di
situlah Sarah hadir dan melayani mereka.

Lama kelamaan Georige tidak tega membiarkan istrinya sendirian melakukan tugas
panggilannya. Georige kemudian melepas bisnisnya dan terjun penuh waktu
membantu pelayanan istrinya. Mereka berdua membuka sebuah tempat pelayanan
yang dinamakan “Colonel Clarke’s Mission” di 386 South Clarke Street. Tempat itu
hanya muat sekitar 40 orang, namun Sarah dan Georige tetap semangat untuk
mengumpulkan para penjudi dan para pendosa lainnya untuk mendengar Injil
Kristus diberitakan di situ. Beberapa tahun kemudian, mereka pindah ke tempat
yang lebih besar. Semula tempat itu adalah tempat orang mabuk-mabukan minum
bir, namanya “Pacific Beer Park” – yang kemudian diubah menjadi “Pacific Garden
Mission”.

47
Renungan KU 19+
Tahun 4

Selama bertahun-tahun, Pacific Garden Mission menjadi saksi, bagaimana para


penjudi, pezinah, dan orang-orang berdosa lainnya, masuk ke tempat itu dan
diubahkan oleh Tuhan menjadi pengikut Kristus yang setia. Dalam suatu
kesempatan, ada seorang pemain bisbol terkenal yang sedang lewat di daerah itu,
dan sayup-sayup ia mendengar lagu gereja dilantunkan. Pemuda tersebut sudah
lama sekali meninggalkan gereja, namun ia masih mengingat lagu tersebut, yang
sering dinyanyikan oleh ibunya sewaktu ia masih kecil. Maka masuklah si pemuda
tersebut ke Pacific Garden Mission, dan sejak itu ia kembali mengikut Jalan Tuhan.
Tidak hanya itu, si pemuda akhirnya dipakai Tuhan menjadi seorang penginjil yang
luar biasa – namanya: Billy Sunday.

Banyak orang yang melihat tidak mengerti, bagaimana mungkin Sarah, perempuan
yang badannya kecil mungil, dengan berat hanya sekitar 40 kg bisa berani
menghadapi para pemabuk, merampas botol minuman mereka, melerai mereka
yang sedang berkelahi, dan menantang mereka untuk bertobat serta menyerahkan
hidup untuk Kristus. Sarah tidak hanya diam melayani di Pacific Garden Mission, ia
juga mengunjungi penjara, bar, dermaga, dan berbagai tempat “kotor” lainnya.
Sampai-sampai orang mengatakan bahwa Sarah akan pergi ke neraka dan
menghadapi setan sendiri untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari hukuman kekal.
Kalimat ini menunjukkan betapa beraninya Sarah di dalam tugas pelayanannya, ia
tidak kenal takut sama sekali.

Kini, sudah lewat 150 tahun sejak Sarah memulai Pacific Garden Mission. Ratusan
ribu orang SETIAP tahunnya menerima sumbangan makanan, pakaian, perawatan
kesehatan, layanan konseling, dan sebagainya. Pacific Garden Mission juga
melakukan layanan lewat radio dan menjangkau seluruh dunia. Sebuah gerakan
yang awalnya hanya ditujukan pada orang-orang yang “paling hina” di wilayah
Windy City, kini sudah menyebar ke berbagai kota di dunia.
Hingga saat ini, para volunteer (sukarelawan) di Pacific Garden Mission masih terus
menjalankan misi pelayanan Sarah Dunn Clarke, untuk menjangkau orang-orang
yang “paling hina” dan membawanya kepada Kristus.

48
Renungan KU 19+
Tahun 4

Ini berarti, para volunteer tersebut harus tahu dan bisa bagaimana caranya
menghadapi para pemabuk, para pezinah, para gelandangan, dan orang-orang yang
selama ini dianggap sebagai “sampah masyarakat” – mereka harus berteman
dengan mereka dan menolong mereka keluar dari masalahnya tersebut. Bagi orang-
orang di Pacific Garden Mission, Kristuslah jawabannya. Dan Kristus juga lah yang
memampukan mereka untuk bisa berhubungan dengan orang-orang yang “paling
hina” ini dan mengubahkan mereka menjadi “umat kesayangan” Tuhan.

Bahan diskusi:
1. Sarah Dunn Clarke lahir dan besar di lingkungan “steril” (kaya, bermartabat,
religious – dan belum pernah seumur hidupnya bergaul dengan orang-orang
“berdosa” seperti: pezinah, pemabuk, pembunuh, dan sebagainya).
Menurut Anda, bagaimana caranya ia dari kalangan “atas” bisa “turun” dan
bergaul dengan orang-orang yang dilabel sampah masyarakat tersebut?
Apa yang mendorong dia untuk MAMPU melakukan hal-hal yang bisa dikatakan
hampir mustahil tersebut? Mengingat bahwa ia bertubuh kecil dan seorang
perempuan (di masa itu, amat tidak lazim bagi perempuan dari kalangan
terpandang untuk bergaul dengan orang-orang jalanan yang hidupnya tidak
benar). Apa yang membuatnya melakukan tindakan berani tersebut?
2. Dari 1 Korintus 9: 19-22 kita melihat bahwa Rasul Paulus mengatakan dirinya
siap menjadi SEGALA-GALANYA bagi semua orang. Artinya, Rasul Paulus mau
bergaul dan mengerti kondisi setiap orang yang dilayaninya. Bagi orang Yahudi,
ia bisa memahami adat istiadat mereka, kebiasaan mereka, cara berpikir
mereka, dan sebagainya. Bagi orang-orang NON Yahudi, ia pun mau untuk
mengenal mereka, kebudayaan mereka, lingkungan sosial mereka. Coba
bandingkan waktu Paulus berada di Atena (Kisah Para Rasul 17:16-34) Tujuan
dari kerelaan untuk mengerti orang lain ini adalah supaya Injil bisa diberitakan
kepada orang-orang tersebut.

49
Renungan KU 19+
Tahun 4

3. Menurut Anda, apakah yang dilakukan oleh Sarah Dunn Clarke ini bisa
dilakukan juga oleh orang-orang lain? Bagaimana kalau Anda? Seandainya
Pacific Garden Mission ada di kota Anda, apakah Anda bersedia bergabung
untuk melayani para pemabuk, para pezinah, para gelandangan, dan orang-
orang yang dianggap “hina” oleh masyarakat? Apakah Anda (mungkin) memiliki
kekuatiran? Ceritakan apa yang Anda rasakan dan pikirkan.

50
Renungan KU 19+
Tahun 4

2. Menjadi Saksi Lewat Pekerjaan


Nats Alkitab:
Yakobus 4:14, 1 Korintus 15:51-52, 1 Korintus 10:31, Kolose 3:17

Franklin Graham, salah seorang pendiri World Medical Mission (1997), dalam surat
yang dipublikasikan melalui situs Samaritan’s Purse Mei 2008 menceritakan tentang
rekan sepelayanannya, dokter Dick Furman, saat melayani di Kapsowar, Afrika:

Dokter Dick Furman waktu itu menangani seorang pasien yang terkena panah di
bagian dadanya. Ajaibnya, anak panah tersebut tidak mengenai pembuluh darah
yang terhubung ke jantung, sehingga nyawa orang tersebut dapat terselamatkan.
Keesokan harinya, saat menjenguk si pasien (dan hendak memberikan Injil
kepadanya), dokter Dick Furman berkata betapa dekatnya si pasien kemarin dengan
kematian, dan ia menanyakan apakah si pasien tersebut sudah mengenal Tuhan
Yesus. “Ya!” jawab si pasien dengan tegas. “Yesus telah menyelamatkan nyawaku
2x,” katanya. “Sekali waktu saya percaya kepadaNya, dan sekali lagi dalam kejadian
semalam.”

Dokter Dick Furman dan seluruh tim medis dari World Medical Mission, tidak hanya
peduli soal kesehatan atau keselamatan fisik para pasien mereka, namun terlebih
lagi, mereka amat sangat peduli akan keselamatan jiwa pasiennya.

Saat Haiti mengalami gempa bumi, tim World Medical Mission segera mengirimkan
bantuan ke sana, dan dokter Dick Furman adalah salah seorang dokter yang ikut
dalam pelayanan ini. Ia mengatakan bahwa sungguh Haiti dirundung duka yang amat
dalam akibat gempa bumi tersebut. Dokter Dick Furman menceritakan bagaimana ia
menolong mengoperasi seorang ibu yang saat itu sedang bersama suami dan anak-
anaknya di dalam rumah ketika gempa bumi terjadi dan mereka semua tertindih
reruntuhan rumah. Hanya dalam waktu kurang dari 60 detik, ia kehilangan segalanya.
Suami dan anak-anaknya meninggal, rumahnya hancur, namun nyawanya
terselamatkan dengan mengalami luka parah di bagian kaki dan panggulnya. Setiap
kali dokter Dick Furman melihatnya, ibu ini masih terus menangis dan menggeleng-
gelengkan kepalanya.

51
Renungan KU 19+
Tahun 4

Tepat malam sebelum dokter Dick Furman hendak meninggalkan Haiti, ia


menyempatkan diri mendekati ibu tersebut, perlahan-lahan meletakkan tangannya di
atas kepala ibu itu, dan ia mulai berdoa. Awalnya ia tidak tahu harus berkata apa
dalam doanya, tetapi kemudian ia teringat akan satu ayat tentang damai sejahtera
Tuhan, dan itulah yang ia doakan bagi ibu tersebut. Dokter Dick Furman meyakini
bahwa hanya Tuhan sajalah yang bisa menyembuhkan dan memulihkan keadaan ibu
tersebut, baik secara fisik, secara mental, maupun secara rohani.
Di tempat yang lain, dokter Dick Furman menghampiri seorang pria bersama
putranya yang masih berusia 3 tahun. Istrinya meninggal saat gempa bumi terjadi,
dan ia sendiri kehilangan sebagian anggota tubuhnya. Pria ini masih mengalami
shock, dan berkali-kali menyebutkan betapa istrinya masih sangat muda, 32 tahun,
tapi sudah harus meninggal (dokter Dick Furman mengetahui kisah pria ini lewat
seorang penerjemah, karena dokter Dick Furman tidak menguasai bahasa lokal Haiti).
Ia amat berduka. Anaknya dipeluknya erat-erat, seolah takut akan kehilangan
anaknya juga. Sebenarnya pria tersebut sudah bisa meninggalkan tempat perawatan,
namun ia mengatakan ia tidak punya apa-apa dan tidak tahu harus makan apa
apabila ia meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya ia diijinkan tetap tinggal di sana,
setidaknya, ia masih bisa mendapat jatah makanan 1x sehari.
Di area lain, ada seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang secara luar biasa
berhasil diselamatkan oleh ayahnya. Anak ini terjebak dalam reruntuhan gedung
sekolah, namun sang ayah yakin bahwa anaknya masih hidup. Karena itu, sang ayah
terus saja berteriak-teriak memanggil nama putrinya itu. Dan dengan berbekal
senter, ia menyusuri puing-puing gedung sekolah, mulai dari sejak gedung itu runtuh
hingga keesokan sore harinya, sang ayah masih tidak menyerah untuk mencari
putrinya. Syukurlah kemudian anak perempuan tersebut mendengar suara ayahnya
dan membalasnya. Segera bala bantuan dikerahkan untuk menggali puing-puing
reruntuhan berusaha menyelamatkan anak perempuan tersebut. Dibutuhkan waktu
3 hari untuk melepaskan anak perempuan tersebut dari besi dan reruntuhan yang
menindih tubuhnya. Tulang pinggulnya retak, dan mungkin kakinya akan lumpuh,
tapi nyawanya terselamatkan. Sang ayah amat bersukacita atas putrinya yang
selamat.

52
Renungan KU 19+
Tahun 4

Meskipun sang ayah harus berbaring di lantai menunggui putrinya selama masa
perawatan, sang ayah melakukannya dengan sukacita. Beberapa kali terlihat sang
ayah sedang memegang Alkitab. Saat dokter Dick Furman menghampirinya dan
menanyakan apa yang ia baca, dengan segera sang ayah menunjukkan Yohanes 3:16
dan mengatakan, “Ini adalah ayat favorit putri saya.” Pengalaman ayah dan putrinya
ini mengingatkan dokter Dick Furman akan cerita Tuhan Yesus dalam Yohanes 10
tentang domba yang mengenali suara gembalanya.
Tetapi, di samping kisah yang mengharukan karena beberapa nyawa terselamatkan
secara ajaib, mau tak mau pemandangan di lokasi musibah terjadi sungguh amat
menyeramkan. Karena ada ratusan bahkan ribuan nyawa melayang dalam sekejap
saat gempa bumi dahsyat tersebut terjadi. Mengingatkan manusia, bahwa setiap
saat, tanpa seorang pun merasa siap, nyawa manusia bisa berakhir dalam sekejap
mata. Membawa kita semua untuk menyadari bahwa memang manusia tidak
berkuasa atas hidupnya sendiri.
Dalam perenungan inilah kemudian dokter Dick Furman menyadari, bahwa
panggilannya sebagai seorang dokter ahli bedah BUKANlah untuk menolong nyawa
seseorang, bukan pula untuk memperpanjang nyawa seseorang (yang karena telah
berhasil dioperasi maka ia bisa melanjutkan hidupnya). Lebih lanjut dokter Dick
Furman menyadari bahwa Tuhan memanggilnya menjadi seorang dokter, apalagi
dokter yang melakukan tugas misi (baik itu di tempat musibah seperti di Haiti, atau di
tempat terpencil di Afrika), Tuhan ingin memakainya seperti MAGNET. Yaitu
membuat banyak orang yang “membutuhkan” datang kepadanya. Meskipun banyak
orang datang dengan alasan medis (karena membutuhkan pertolongan dokter)
namun dokter Dick Furman menyadari bahwa menjadi dokter hanyalah SARANA yang
Tuhan percayakan padanya, agar ia bisa lebih leluasa mengabarkan Injil, sesuatu yang
jauh lebih penting daripada kesembuhan fisik yang sifatnya hanya sementara. Karena
bagaimana pun, toh suatu hari kelak, semua pasiennya akan mengalami kematian.
“Saya benar-benar menyadari sekarang, bahwa yang membuat tim medis kami
berbeda dari banyak tim medis lainnya yang datang ke Haiti, adalah: kami tidak
sekedar memperpanjang usia atau hidup seseorang, namun kami menunjukkan jalan
menuju kekekalan lewat iman percaya di dalam Yesus Kristus. Menolong orang
bukanlah tujuan kami. YESUS lah tujuan kami.” – dokter Dick Furman.

53
Renungan KU 19+
Tahun 4

Bahan diskusi:
1. Setiap orang yang pernah berhadapan dengan kematian, entahkah ia
mengalaminya sendiri (misalnya: pernah sakit keras, pernah selamat dari
kecelakaan) atau ia melihat orang lain yang mengalaminya (misalnya:
mendampingi orang tua yang hendak meninggal, saudara/teman yang sedang
sakit cancer, melihat korban musibah) tentu akan memandang kehidupan ini
dengan cara yang amat berbeda.
Apakah Anda pernah mengalaminya? Bagikan cerita Anda kepada rekan-rekan
Anda. Apa yang Anda alami, apa yang Anda rasakan pada waktu itu, dan
bagaimana pengalaman tersebut mengubahkan cara pandang Anda tentang
kehidupan ini.
2. Dokter Dick Furman menyadari bahwa ternyata panggilannya sebagai seorang
dokter bukanlah semata untuk menyelamatkan nyawa orang, atau untuk
memperpanjang waktu hidup seseorang di muka bumi ini, melainkan sebagai
KESEMPATAN untuk memberikan Injil kepada orang-orang yang datang
kepadanya.
Bagaimana menurut Anda? Apakah hal tersebut hanya berlaku untuk profesi
dokter (karena memang tugasnya adalah: menyelamatkan orang) ataukah
berlaku juga untuk profesi-profesi lainnya?
Misalnya: pedagang, guru, artis, dan sebagainya.
3. Bacalah kembali nats Alkitab di atas. Firman Tuhan sudah mengingatkan bahwa
hidup manusia di muka bumi ini bersifat sementara. Dan hal tersebut
diilustrasikan (digambarkan) hanya sekejap, seperti uap. Namun ada hal penting
yang menanti kita, yaitu adanya kehidupan lain setelah kematian fisik, yang
sifatnya kekal. Bukankah ini yang jauh lebih penting? Oleh sebab itu, apa pun
pekerjaan yang kita lakukan sepanjang umur kita di muka bumi ini, hendaklah
kita tidak melupakan tujuan akhir kita. Yaitu bukan untuk memuaskan diri dalam
kenikmatan hidup di dunia, melainkan mempersiapkan diri DAN ORANG LAIN
untuk memasuki kehidupan yang kekal tersebut. Bila dikaitkan dengan panggilan
Anda secara pribadi, apakah langkah strategis yang bisa Anda lakukan agar dalam
dunia pekerjaan Anda bisa fokus untuk memberitakan tentang Yesus.

54
Renungan KU 19+
Tahun 4

3. Menjadi Saksi
Saksi Lewat Wirausaha
Nats Alkitab: Mazmur 25:12,14. 1 Samuel 18:14. Amsal 16:3.

Dokter Dick Furman adalah seorang dokter dari Boone, North Carolina. Ia mengawali
karirnya sebagai seorang dokter magang yang baru memulai pelatihan operasi. Jadwal
kerja para dokter magang sangatlah padat. Mereka sudah harus berkumpul pukul
06.30 di Rumah Sakit dan mulai berkeliling memeriksa para pasien.

Tepat pukul 07.30 mereka sudah harus tiba di ruang operasi untuk membantu dokter
bedah yang akan melakukan operasi. Biasanya operasi akan dimulai pukul 08.00. Jadi,
para dokter magang inilah yang harus mempersiapkan segala sesuatunya, seperti: 10
menit menyikat tangan dan lengan mereka (karena ruang operasi harus senantiasa
dalam keadaan steril), memakai baju operasi, mempersiapkan pasien yang akan
dioperasi, menyikat ruang operasi yang juga memakan waktu sekitar 10 menit, serta
berbagai persiapan lainnya. Umumnya para dokter magang tidak bisa sampai ke ruang
operasi pukul 07.30 mengingat tugas mereka yang sangat padat, terutama saat harus
keliling memeriksa pasien. Hal ini tentu saja sering membuat jengkel para dokter
bedah dan timnya yang sudah hendak melakukan operasi.

Dokter Dick Furman bertekad dalam hatinya, bahwa ia akan menjadi dokter magang
yang BISA sampai ke ruang operasi tepat pukul 07.30. Bagaimana caranya? Sederhana
saja, dokter Dick Furman memajukan jam kunjungan pasien menjadi pukul 06.00 (30
menit lebih awal dari jam yang ditentukan). Hasilnya? Dokter Dick Furman selalu bisa
tiba di ruang operasi pukul 07.30 tepat! Bahkan ia tidak perlu terburu-buru, seringkali
ia masih bisa menikmati waktu makan pagi bersama rekan-rekan lain di Rumah Sakit.
Tetapi kesediaan untuk memberikan waktu 30 menit lebih awal itulah yang mengubah
hidupnya.
Prinsip kerja dokter Dick Furman adalah: lakukan lebih dari yang diharapkan! Dan
karena semangat kerja serta kedisiplinannya inilah akhirnya dokter Dick Furman lebih
cepat meraih kenaikan posisi dibandingkan rekan-rekan sejawatnya yang sama-sama
masuk sebagai dokter magang.

55
Renungan KU 19+
Tahun 4

Bukan karena dokter Dick Furman lebih pandai dibanding rekan-rekannya, namun
karena para dokter senior melihat bahwa dokter Dick Furman adalah seorang yang
bisa diandalkan dan amat bertanggung jawab, serta disiplin.
Meskipun sebagai seorang dokter ia memiliki jadwal kerja yang sangat padat,
umumnya ia baru pulang setelah pukul 22.00, namun ternyata ia juga seorang
WIRAUSAHA! Bersama dengan saudara laki-lakinya, ia memulai sebuah bisnis restoran
waralaba Wendy’s Old Fashioned Hamburgers. Awalnya, Wendy’s menolak mentah-
mentah keinginan dokter Dick Furman untuk membuka sebuah restoran Wendy’s
dengan alasan mereka tidak pernah buka restoran mereka di kota “kecil”. Namun
akhirnya dokter Dick Furman berhasil meyakinkan mereka dan ia mendirikan 3
restoran Wendy’s di beberapa kota kecil di North Carolina. Saat ini, dokter Dick
Furman sudah memiliki 76 restoran!
Wow! Sepertinya ini hal tidak masuk akal untuk dilakukan oleh seorang dokter bedah
dengan jadwal di Rumah Sakit yang sudah sangat padat, bukan? Tetapi tunggu dulu!
Masih ada kegiatan dokter Dick Furman lainnya yang mencengangkan. Bersama
dengan Franklin Graham, putra penginjil Billy Graham, ia mendirikan World Medical
Mission, sebuah lembaga non profit yang membantu orang-orang yang
membutuhkan, terutama di negara-negara miskin, lewat bantuan medis. Program ini
juga dikenal dengan nama “Samaritan’s Purse” - melibatkan para dokter yang dengan
biaya sendiri rela menempuh perjalanan ke berbagai negara miskin selama 4-6 minggu
untuk melakukan pelayanan misi bersama-sama. Pada awal berdirinya, di tahun 1978,
dokter Dick Furman dan Franklin Graham hanya mengirim 4 orang dokter. Tapi saat ini
lebih dari 250 orang dokter setiap tahunnya yang bergabung dalam misi ini.
Nama “Samaritan’s Purse” (dompet orang Samaria) terilhami oleh cerita Tuhan Yesus
tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Yang saat melihat ada seorang yang menjadi
korban perampokan, ia menolong si korban bahkan dengan sukarela mengeluarkan
uang dari “dompetnya” untuk kebutuhan pengobatan orang tersebut.
Lihat Lukas 10:25-37.
Apa yang menjadi rahasia sukses dokter Dick Furman, yang selalu saja ada waktu
untuk melakukan BANYAK hal dan membuahkan hasil yang luar biasa? Rahasianya
tidak lain adalah, Tuhan Yesus.

56
Renungan KU 19+
Tahun 4

Ia percaya bahwa kesuksesan sejati bukanlah seperti yang didefinisikan oleh


masyarakat pada umumnya (banyak uang, harta benda, terkenal, dan sebagainya).
Kesuksesan sejati yang benar-benar memuaskan hanyalah dapat terjadi ketika kita
meminta Tuhan untuk mengarahkan langkah-langkah kita dalam hidup ini, dan
mengijinkan Tuhan yang menjadi pemimpin hidup kita.

Dulu, dokter Dick Furman biasa membuat rencana bulanan dan bekerja keras untuk
menggenapinya. Sekarang, dokter Dick Furman selalu terlebih dahulu mendoakan
rencana-rencananya, menanyakan terlebih dahulu kepada Tuhan, sebelum ia mulai
melangkah dan bertindak. Itulah sebabnya Tuhan memberkati setiap jalannya, dan
rancangannya selalu berhasil, karena Tuhanlah yang menyertainya! Cobalah baca
kembali nats Alkitab yang tertera di atas. Apa hubungan ayat-ayat tersebut dengan
kehidupan dokter Dick Furman?

Bahan diskusi:
1. Dokter Dick Furman, seorang dokter sekaligus pengusaha yang memiliki 76
restoran, dan aktif terlibat dalam pelayanan misi (World Medical Mission).
Menurut Anda, bagaimana dokter Dick Furman bisa mengatur waktunya
sedemikian rupa sehingga ia bisa melakukan banyak hal dan membuahkan hasil
yang luar biasa tersebut?
2. Mitra dokter Dick Furman dalam mengelola waralaba Wendy’s Restaurant, yaitu
Tar Heel Capital, selalu memberikan Alkitab Perjanjian Baru kepada setiap
karyawan yang bekerja di Wendy’s. Mereka memberikan Alkitab kepada seluruh
karyawan dengan harapan agar Firman Tuhan dapat membimbing mereka dalam
segala hal yang mereka lakukan.
Moto organisasi ini adalah: Menyajikan Makanan Berkualitas dalam Suasana
Kekristenan!
Bagaimana menurut pendapat Anda? Apakah tindakan tersebut tepat, kurang
tepat, atau barangkali Anda memiliki cara yang lain? Bagikan pendapat Anda
kepada rekan-rekan Anda.

57
Renungan KU 19+
Tahun 4

3. Dokter Dick Furman belajar untuk mendoakan terlebih dahulu rencana-rencana


dan keinginannya sebelum ia bergerak dan mengambil langkah untuk bertindak.
Bagaimana menurut pendapat Anda? Bisakah Anda menerapkan hal ini dalam
hidup Anda?

58
LAMPIRAN BUKU RENUNGAN
Kurikulum Holistik Integratif
KU 19 - 22

59
DAFTAR PUSTAKA

• Zig Ziglar, God’s Way is Still The Best Way (Jakarta: BIP, 2007).
http://www.leadershipinstituteusa.com/Bio-David_Curry.shtml

• Zig Ziglar, God’s Way is Still The Best Way (Jakarta: BIP, 2007).
http://www.encyclopediaofalabama.org/face/Article.jsp?id=h-2127
http://www.edpa.org/docs/partners-magazine/sm02art3.pdf

• Zig Ziglar, God’s Way is Still The Best Way (Jakarta: BIP, 2007).
http://www.zoominfo.com/#!search/profile/person?personId=16591718&targetid
=profile
http://jzealot.blogspot.com/2008/07/will-yuo-help-me.html

• http://www.tonyevans.org/site/c.feIKLOOpGlF/b.2017593/k.BE75/Home.htm
http://www.ocbfchurch.org/

• Ace Collins, Women of Extraordinary Faith (Jogjakarta: Penerbit ANDI, 2011).


http://www.pgm.org/

http://www.samaritanspurse.org/index.php
http://www.samaritanspurse.org/index.php/articles/dr_dick_furman_a_surgeons_
reflections/
http://www.samaritan.org/index.php/Newsletter/may_2008/

• Zig Ziglar, God’s Way is Still The Best Way (Jakarta: BIP, 2007).
http://www.samaritanspurse.org/index.php

60
ENUNGA

Anda mungkin juga menyukai