Anda di halaman 1dari 8

Pengutipan

Dr. Wagiran M.Hum


Dr. Nas Haryati S. M.Pd
Nike Widya M.Hum
Arum Y. Lestari S.Pd

BAHASA INDONESIA
POLITEKNIK ILMU PELAYARAN
1 PENDAHULUAN

Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun, dan halaman. Jika ada
dua pengarang, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua pengarang
tersebut. Jika pengarangnya lebih dari dua orang, penulisan rujukan dilakukan dengan cara
menulis nama akhir dari pengarang pertama tersebut diikuti dengan dkk. untuk orang
Indonesia dan et al. untuk orang asing. Jika nama pengarang tidak disebutkan, yang
dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang
diterbitkan, atau nama koran/majalah. Untuk karya ilmiah terjemahan, perujukan dilakukan
dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang
ditulis oleh pengarang yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung, dibatasi titik
koma (;) sebagai tanda pemisahnya. Antara nama pengarang dan tahun tidak diberi tanda
koma dan antara tahun, tanda titik dua, dan nomor halaman tidak diberi jarak.
A. Cara Merujuk Kutipan Langsung
Kutipan kurang dari empat baris ditulis di antara tanda petik ("...") sebagai bagian terpadu
dalam teks utama, dan disertai nama pengarang, tahun, dan nomor halaman. Nama pengarang dapat
ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam
kurung. Jika ada tanda petik dalam kutipan, digunakan tanda petik tunggal ('...'). Lihat contoh berikut.

Contoh 1:

Soebronto (1990:123) menyimpulkan "ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dan
kemajuan belajar". (Nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu)

Contoh 2:

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah "ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dan
kemajuan belajar" (Soebronto 1990:123). (Nama pengarang disebut bersama dengan tahun
penerbitan dan nomor halaman)

Contoh 3:

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah "terdapat kecenderungan semakin banyak 'campur
tangan' pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karya ilmiahwan di daerah
perkotaan" (Soewignyo 1991:101). (Tanda kutip di dalam kutipan)

Kutipan lebih dari empat baris ditulis tanpa tanda petik pada baris baru, terpisah dari teks yang
mendahului, dimulai pada karakter keenam dari garis tepi sebelah kiri, dan diketik dengan spasi
tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai dengan mengosongkan
lima karakter lagi dari tepi garis teks kutipan.

Contoh 4:
Suyanto (1998:202) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Alih latihan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan apa yang didapatkan dalam PBM
untuk memecahkan persoalan nyata dalam kehidupan. Kemampuan transfer telah dimiliki oleh
mahasiswa jika mahasiswa itu mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, informasi, dan
sebagainya sebagai hasil belajar pada latar yang berbeda (kelas, laboratorium, simulasi, dan
sejenisnya) ke latar yang nyata, yaitu kehidupan nyata dalam masyarakat. Jika kemampuan ini
dapat dibekalkan kepada mahasiswa, mereka akan memiliki wawasan pencipta kerja setelah
lulus dari perguruan tinggi.
(Kutipan lebih dari empat baris)

Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang, kata-kata yang
dibuang diganti dengan tiga titik. Jika yang dibuang itu kalimat, diganti dengan empat titik.

Contoh 5:

"Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan sudah
melaksanakan kurikulum baru" (Manan 1995:278). (Dalam kutipan ada kata-kata yang
dibuang)

Contoh 6:

"Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara lain mata, tangan, atau
bagian tubuh lain ... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah menangkap bola,
menendang bola, dan menggambar" (Asim 1995:315). (Dalam kutipan ada kalimat yang
dibuang)

B. Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung


Kutipan yang disebut secara tak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri
ditulis tanpa tanda petik dan terpadu dalam teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat disebut
terpadu dalam teks, atau disebut dalam kurung bersama tahun penerbitannya. Jika yang dirujuk
bagian tertentu, nomor halaman disebutkan. Jika buku dirujuk secara keseluruhan atau yang dirujuk
terlalu banyak atau meloncat-loncat, nomor halaman boleh tidak dicantumkan. Perhatikan contoh
berikut.
Contoh 7a:

Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada mahasiswa
tahun keempat. (Nama pengarang disebut terpadu dalam teks dengan pencantuman nomor
halaman)

Contoh 7b:

Dalam buku tata bahasa lama, seperti buku Prijohoetomo (1937) belum dikenal istilah transposisi.
(Nama pengarang disebut terpadu dalam teks tanpa pencantuman halaman)

Contoh 8a:

Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat (Salimin 1990:13).
(Nama pengarang disebut dalam kurung bersama tahun dan nomor halaman)
Contoh 8b:

Apabila kita berbicara tentang belajar, sebenarnya kita berbicara tentang bagaimana tingkah laku
seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbecker 1974). (Nama pengarang disebut dalam
kurung bersama tahun tanpa halaman)
LATIHAN

Berdasarkan materi, silakan ikuti instruksi berikut !

INSTRUKSI:

1. Bacalah artikel berikut ini dengan seksama !


2. Tentukan jenis pengutipan yang dilakukan dalam tiap-tiap paragraf, dengan acuan:
a. Jika jenis kutipan langsung, berikan alasannya !
b. Jika jenis kutipan tidak langsung, berikan alasannya !
c. Jika ditemukan kesalahan dalam melakukan pengutipan, perbaikilah !
3. Kerjakan secara mandiri !
4. Kumpulkan sesuai batas waktu yang tertera dalam laman assignment !

Bahasa E-Learn: Website Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi BIPA, Sarana


Internasionalisasi Bahasa

Indonesia Bahasa Indonesia sejak dikukuhkan sebagai bahasa persatuan pada Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan ditetapkan sebagai bahasa negara dalam Pasal 36 UUD
1945 hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat meskipun sampai sekarang
belum menjadi salah satu bahasa internasional. Pada tahun 2009 bahasa Indonesia
ditempatkan secara resmi sebagai bahasa asing kedua oleh pemerintah daerah Ho Chi Minh
City, Vietnam. Kemudian, menurut Kementerian Luar Negeri pada tahun 2012 bahasa
Indonesia memiliki penutur asli terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak 4.463.950 orang
yang tersebar di luar negeri.

Di sisi lain, perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin pesat juga


berpengaruh pada semakin menguatnya posisi bahasa Indonesia. Seperti yang dipaparkan
Hyun (2015), perkembangan ekonomi Indonesia begitu cepat. Rasio pertambahan Growth
Domestic Product (GDP) Indonesia per tahun semakin meningkat. Ekonomi Indonesia
tumbuh 6,2%pada tahun 2010, 6,5% pada tahun 2011, 6,3% pada tahun 2012, dan 5,8% pada
tahun 2013,sedangkan ekonomi Korea Selatan hanya mencapai 6,5% pada tahun 2010, 3,7%
pada tahun 2011, 2,3% pada tahun 2012, dan 3,0% pada tahun 2013. Hal ini pulalah yang
menyebakan meningkatnya minat mempelajari bahasa Indonesia di Korea Selatan, karena
angka investasi Korea Selatan di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Selain di
Korea Selatan, bahasa Indonesia belakangan ini juga dipelajari di Thailand. Surin dalam
Waenawae (2013) mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa asing keempat yang
dianggap penting di Thailand untuk tujuan pengembangan ekonomi pada tahun 2015. Oleh
karena itu, bahasa Indonesia tergolong bahasa yang harus dikuasai oleh mahasiswa perguruan
tinggi di Thailand. Secara garis besar, seperti yang dikemukakan Mahsun, tercatat ada 45
negara yang menyelenggarakan pembelajaran bahasa yang tersebar di 174 lembaga
penyelenggara Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).

Berdasarkan fakta yang mengemuka, bahasa Indonesia memiliki peluang yang cukup
besar untuk menjadi bahasa Internasional. Bahkan, Ketua DPR RI dalam sidang ASEAN
Inter-Parliamentery Assembly (AIPA) ke-32 pada tahun 2 2011 mengusulkan bahasa
Indonesia sebagai salah satu bahasa kerja (working language) dalam sidang-sidang AIPA.
Selain faktor yang telah disebutkan, bahasa Indonesia layak dan berpotensi menjadi bahasa
internasional dilihat dari kesiapan bahasa Indonesia sendiri. Pada tahun 1953, kamus bahasa
Indonesia baru memiliki 23.000 kata, pada tahun 2008 sudah mencapai 90.000, ditambah
350.000 istilah untuk 41 bidang ilmu. Sekarang bahasa Indonesia sudah memiliki 440.000
kata dan istilah. jumlah ini sudah menjadi alat eskpresi masyarakat modern (Mahsun dalam
Arifah, 2013).

Adanya peluang ini, harus dimanfaatkan untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi
salah satu bahasa internasonal. Apalagi jika dikaitkan dengan bonus demografi yang akan
dihadapi Indonesia pada 2020-2030. Bonus demografi menurut Adioetomo (dalam Noor)
adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang
mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya
dapat dialihkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
keluarga. Apabila Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi ini maka perekonomian
Indonesia dapat meningkat pesat. Seiring dengan semakin menguatnya perekonomian
Indonesia maka peran penting bahasa Indonesia akan semakin menguat pula. Hal ini seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahasa Indonesia di kancah internasional diajarkan
melalui program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).

Di Indonesia, program BIPA telah diselenggarakan di hampir semua perguruan tinggi


ternama baik negeri maupun swasta. Sedangkan di dunia, program pembelajaran BIPA telah
diselenggarakan oleh sekitar 45 negara, baik di lembaga perguruan tinggi maupun di
kedutaan besar dan konsulat jenderal RI di berbagai Negara. Pengajaran BIPA dapat
mendukung internasionalisasi bahasa Indonesia. Seperti yang telah disimpulkan dalam
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) di Pusdiklat Kemdikbud, Sawangan,
Jawa Barat, 21-23 Februari 2016 (dalam Muliastuti) ada tiga hal besar yang perlu dilakukan
untuk internasionalisasi bahasa Indonesia: (1) penyebarluasan bahasa Indonesia melalui
pengajaran BIPA, (2) pengayaan kosakata baru bahasa Indonesia, dan (3) penumbuhan
budaya literasi.

Perkembangan zaman yang semakin maju menuntut pekerjaan yang dilakukan untuk
serba mudah dan instan begitu pula dalam menuntut ilmu pengetahuan. Adanya globalisasi
yang mendukung perkembangan ilmu teknologi tanpa batas dapat digunakan untuk
mengaplikasikan ide kreatif penulis yang dapat mendukung : 1. Program yang sedang
digalakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia terkait program BIPA, 2.
Kemudahan para penutur asing untuk dapat belajar bahasa Indonesia melalui dunia online
yaitu website.

Internasionalisasi bahasa Indonesia di kancah dunia karena semakin luas dan


banyaknya bahasa yang digunakan di bebagai negara maka akan semakin banyak pula
persentase kemungkinan suatu bahasa menjadi bahasa Internasional. Ide kreatif yang penulis
usulkan adalah “Bahasa E-Learn: Website Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi BIPA, Sarana
Internasionalisasi Bahasa Indonesia ”. Bahasa E-Learn adalah sebuah website tempat
pembelajaran bahasa Indonesia secara online yang didukung dengan berbagai berbagai fitur
sehingga pembelajar BIPA dapat belajar bahasa Indonesia secara mandiri. Website dipilih
dikarenakan lebih fleksibel, dapat diakses melalui berbagai perangkat, lebih cepat
dikemaskini dan murah. Kelebihan ini tidak dimiliki buku teks yang peredaran dan
ketersediaanya terbatas. Dalam website ini pembelajar tidak hanya dapat belajar bahasa
Indonesia saja, pembelajar BIPA dapat belajar mengenai budaya dan kehidupan di Indonesia
sehingga suatu saat jika mereka mengunjungi Indonesia mereka tidak akan mengalami
cultural shock karena meraka sudah terlebih dahulu mengetahui tentang Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai