Anda di halaman 1dari 13

MINI RISET

DEKORASI PELAMINAN MINANG BAGONJONG

NABILAH MAULIDIYAH 5203144006

SYIFA NAURA 5203144013

ZEYAN ZEVANA 5201144008

ELISABETH CATHERINE BANJARNAHOR 5203144001

CHIQUITA UZLAH 5203144003

MATKUL : DEKORASI RUANG TATARIAS

DOSEN PENGAMPU : Dr.SULISTIAWIKARSIH, M.Pd

ARZULIA ELFITA, SE, M.M

ASTRID SITOMPUL, S.Pd M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Riset untuk memenuhi tugas mata
kuliah. Terimakasih kepada Dosen Pengampu, selaku dosen mata kuliah Dekorasi Ruang Tata
Rias. Penelitian seputar pembahasan Dekorasi Pelaminan Minang Bagonjong. Penulis sangat
berharap kiranya Laporan Mini Riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui
dekorasi pelaminan Minang Bagonjong beserta filosofinya.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan Mini riset ini terdapat
kekurangan dan banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Laporan analisis yang telah penulis buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Medan, 31 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4


B. Rumusan masalah ............................................................................................................5
C. TujuanPenelitian..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6

A. Unsur unsur pelaminan bagonjong ................................................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bagonjong merupakan rumah khas adat Minangkabau, Sumatera Barat atau seringkali
orang lazim menyebutnya rumah gadang, dalam bahasa minang yang artinya besar.
Pelaminan bagonjong memiliki atap yang bertanduk tanduk yang ujung ujungnya lancip yang
melambangkan tanduk kerbau yang mana asal muasal kata minangkabau yaitu minang dan
kerbau atau biasa di sebut kabau. Pola dari tanduk kerbau itulah yang menginspirasi
penduduk minang untuk mmbuat rumah mereka yang sering di sebut bagonjong, yang mana
juga menginspirasi orang minang kabau untuk mnjadikan bentuk tanduk kerbau tersebut pada
pakaian khas minang.

Pelaminan bagonjong sendiri pada saat acara pernikahan adat minang selain untuk
menonjolkan kesan adatnya, tetapi menurut sebagian orang penggunaan pelaminan
bagonjong sendiri merupakan simbol harga diri dan gengsi bagi warga minang, semakin

4
tinggi dan bertingkat pelaminan maka semakin tinggi pula strata sosialnya di masyarakat.
dengan pelaminan bagonjong yang umumnya di hiasai warna merah dan aksen gold atau
emas kesan yang di buat memang terkesan megah,mewah seakan memanjakan para tamu
undangan seakan akan sedang berada di rumah gadang, meski sesuai berkembangnya zaman
warna pelaminan bagonjong saat ini tidak lagi terpaku pada warna merah dan aksen gold,
tetapi mengikuti selera pasar dan permintaan konsumen, tanpa menghilangkan kesan mewah
tadi.

Bisa di katakan dalam pernikahan,pelaminan merupakan bagian yang sangat penting


dalam perhelatan acara tersebut, Karena pelaminan menjadi tujuan atau fokus para tamu
undangan yang datang karena di sana juga lah ada ratu dan raja pada hari itu, yaitu sang
mempelai. Begitupun di acara pernikahan minang, selain pelaminan bagonjong dengan aksen
aksen emas nya , yang sangat penting juga adalah pelengkapnya yang di namakan Galuang,
galuang berbentuk pergola lengkung di lapisi kain beraksen emas dan warna lain pada sisi
sisinya.

Tidak ketinggalan pula bantal bantal besar yang di letakan dekat pelaminan.Meskipun
tidak ada ketentuan adat yang mengharuskan penggunaanya, namun bagonjong selalu
mempunyai tempat di hati para pasangan minang yang akan melaksanakan pesta pernikahan
yang bernuansakan budaya minang,budaya leluhur mereka.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Struktur Dekorasi dalam Pelaminan Minang Bagonjong beserta filosifi
nya”

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.4 Tujuan Penelitian ini adalah :
a) Mendeskripsikan latar belakang pelaminan minang bagonjong.
b) menguraikan gambar gambar pelaminan minang bagonjong beserta filosofinya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. UNSUR UNSUR PELAMINAN

1. Gobah
Kain Gobah berfungsi sebagai pembatas kelambu, kain dijalin pada kerangka kayu atau
besi dipasang tegaklurus pada sisi kiri dan kanan sebagai bingkai pelaminan. Kain balapiah atau
gobah terbuat dari kain satin atau beludru.Masing-masing kain jalin memiliki ukuran selebar 10
cm yang dijalin berselang seling dan tumpang tindih antara satu sama lainnya, sehingga
menciptakan keserasian susunan yang harmonis. Sekarang ini disebagian daerah telah ada pula
kain jalin yang hanya menggunakan satu warna yakni kain polos berwarna emas, hal ini terjadi
karena tuntutan perkembangan zaman.

6
2. Sebeang atau lansie

Sebeang atau lansie adalah dua helai kain yang dipasang secara vertikal (tegak lurus
dikiri kanan) terletak di depan kelambu sebagai pengikat kain bakabek. Sebeang berukuran 25
cm x 200 cm dihiasi dengan ragam hias yang bersulamkan benang emas, dan dikombinasi
dengan sulaman suji caia serta kapalo peniti.

3. Kalambu (kelambu)

Kalambu adalah kain yang digantungkan antara dua kain jalin, terdiri dari bagian kiri dan
kanan, bila dikuakkan maka akan tampak seperti ada ruangan lain di belakang pelaminan.
Kalambu dipasang secara berlapis dengan jumlah yang berbeda-beda, ada pelaminan yang
memakai kalambu tiga, lima dan tujuh lapis tergantung pada tingkat orang yang melakukan
perkawinan. Setiap lapisan ditata miring atau melebar keluar agar ketika kain kalambu diikat
longgar bagian tengahnya maka setiap lapisan bagian belakang tetap akan kelihatan.

7
4. Batang gadang

Secara visual banta gadang berbentuk bangunan kecil terbuat dari kerangka kayu atau
besi, terdiri dari dua bagian badan berbentuk balok segi empat dan bagian atasnya berbentuk
balok segi tiga. Kerangka banta gadang tersebut dibalut dengan kain satin warna merah atau
kuning yang sudah disulam dengan benang emas. Motif sulam yang terdapat pada banta
gadangantara lain, puti takuruang, ula garang, itiak pulang patang, pucuak rabuang, ombak-
ombak, senggan, pitih-pitih, biku-biku, kaluak paku, saluak laka, dan pacah ampek banta gadang.
Banta gadang ini biasanya berukuran + 60 cm x 50 cm x 120 cm. Posisi banta gadang terletak
sebelah kiri dan kanan bagian luar kain jalin, dan sekaligus sebagai pembatas pelaminan.
Awalnya banta gadang berfungsi sebagai tempat menyimpan pakaian adat mempelai laki-laki
sebelah kanan dan pakaian mempelai wanita di bagian kirinya, namun sekarang ini fungsi
tersebut tidak terlihat lagi.

8
5. Kasua

Komponen pelaminan ini terbuat dari kayu dan diatasnya diberi alas berupa kasur yang
dijadikan sebagai alas duduk dari kedua penganten. Kasua kayu ini umumnya berukuran 70 x 40
x 150 cm

6. Lidah-lidah (Dasi-dasi)

Lidah-lidah merupakan elemen yang dipasangmelekat pada ondas (ombak-ombak).


Lidah-lidah berbentuk seperti dasi atau lidah manusia, dengan warna dasar antara lain biru muda,
merah muda, hijau dan hitam.

9
7. Angkin-Angkin ( Pisang-pisang )

Secara umum berpola seperti sebuah kalung yang terbuat dari kain saten dan bagian atas
dan bawahnya diisi dengan kapas sehingga terlihat lebih timbul. Kedua elemen tersebut terbuat
dari bahan kain saten dan permukaannya diberi hiasan sulaman benang emas dan variasi hiasan
api-api.Lidah-lidah dan Angkin-angkin berfungsi sebagai aksesoris untuk menambah semarak
dan keindahan pelaminan. Motif yang terdapat pada angkin-angkin hanya sebagai fungsi estetis
dan tidak mengandung makna. Unsur angkin-angkin dalam bahasa adat disebut rimbun rambaian
artinya bersemarak bagaikan rumah gadang.

8. Makota (Ondas pacah )

Selain berfungsi sebagai hiasan juga berfungsi untukmenutupi bagian loteng atau langitlangi
rumah. Tabia juga dipergunakan untuk menutup bagian lereng pintupintu kamar, dinding kiri dan
kanan, sewaktu ada upacara adat atau perkawinan. Tirai langik-langik dihiasi dengan sulaman
benang emas dengan ragam hias sebagai fungsi estetis dan tidak mengandung makna. Adapun
warna dari tabia langik-langik adalah hitam, kuning, merah, putih.

10
9. Galuang (kepak pelaminan )

Di samping tempat duduk calon pengantin ada semacam bingkai yang biasa
disebut galuang (galuang), itu pun menandakan perkahwinankaum bangsawan.Galuang ini
biasanya dilapisi kain yang dibuat dari beberapa warna dan pada sisi-sisinya dilengkapi tonggak
bambu berlapis.

10. Payuang

Sebagai hiasa pada kiri dan kanan pelaminan. Payuang ini juga memiliki makna sebagai
memayungi kedua pengantin.

11
11. Rumah Gadang

Rumah gadang berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang panggilan ( amplop ). Uang
panggilan biasanya di tujukan kepada sana saudaro untuk memberikan sebuah hadiah kepada
sang pengantin.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Bagonjong merupakan rumah khas adat Minangkabau, Sumatera Barat atau seringkali
orang lazim menyebutnya rumah gadang, dalam bahasa minang yang artinya besar. Pelaminan
bagonjong memiliki atap yang bertanduk tanduk yang ujung ujungnya lancip yang
melambangkan tanduk kerbau yang mana asal muasal kata minangkabau yaitu minang dan
kerbau atau biasa di sebut kabau. Semua komponen-komponen pelaminan saling melengkapi
satu sama lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh yang disebut dengan pelaminan.
Ragam hias yang melekat pada setiap komponen pelaminan merupakan penggambaran dari
bentukbentuk yang ada di alam, diantaranya bentuk flora, fauna, dan alam benda lainnya.

Hal ini sesuai dengan falsafah alam takambang jadi guru, yang bermakna alam sebagai
sumber untuk ditiru, namun peniruan tersebut telah distilisasi, dengan kata lain bentukbentuk
alam yang ada pada pelaminan tidak sepenuhnya menyalin bentuk asli dari alam akan tetapi telah
mengalami penggubahan bentuk. Bila dilihat secara sepintas memang tidak begitu jelas bentuk
apa yang digambarkan, seakanakan berbentuk sebuah relung yang indah, namun jika diamati
dengan cermat maka akan terlihat jelas apa yang digambarkan. Hiasan yang melekat pada
pelaminan tersebut selain bermanfaat lahiriah sebagai memperindah suatu benda, juga
mengandung arti dan makna yang direalisasikan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

13

Anda mungkin juga menyukai