Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REVIEW

DESAIN PEMBELAJARAN DAN PENGENBANGAN

Dosen Pengampu : Arzullia Erfita, SE., M.M

Astrid Sitompul, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Ribka Novianti Aritonang (5202444003)

Reguler B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas CBR (critical book review) ini
dengan baik, meskipun terdapat kekurangan didalamnya.

0
Penulis sangat berharap Critical book review ini dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalamnya
masih terdapat kekurangan . Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik , saran , dan
usulan demi perbaikan jurnal yang telah penulis buat.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Sebelumnya penulis minta maaf apabila
terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda demi perbaikan tugas ini di waktu yang akan datang.

Medan, Agustus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................1

DAFTAR ISI ..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1
1.1 Latar belakang........................................................................................................3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………….3
1.3 Manfaat….. ............................................................................................................3

BAB II INTISARI BUKU

2.1 Identitas Buku……………………………………………………………..……4


2.2 Isi Buku……………. ...........................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan buku pertama.................................................................................15


3.2 Perbandingan buku kedua…................................................................................15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……...................................................................................................16
4.2 Saran.....................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR


Rasionalisasi Pentingnya CBR sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita
baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang dasar seni dan desain, oleh karena
itu, penulisan membuat Critical book report ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang Desain Pembelajaran Dan
Pengembangan.

1.2 Tujuan
a. Mengulas isi sebuah buku
b. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
c. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh buku.

1.3 Manfaat
a. Untuk menambah wawasan tentang pemangkasan rambut dasar
b. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaiaan unmum dalam sebuah
buku.
c. Mengetahui kelebihan dan kekurang buku yang di kritik.
d. Mencari dan mengetahui informasi yang ada pada buku.
e. Melatih diri untuk berfikir kritis terhadap informasi dan pembahasan dalam buku,
BAB II
INTISARI
2.1 Identitas Buku
Buku Pertama
Judul Buku : Seni Merangka Bunga
Pengarang : Kanaya Sakhia Muston
Penerbit : Zahara Pustaka
Tahun Terbit : 2017
Kota Terbit : Yogyakarta
Jumlah Halaman : 107 Halaman
ISBN : 978-602-1624-67-8
Buku Kedua
Judul Buku : Seni Merangka Bunga
Pengarang : Nn Yoelie Erka
Penerbit : Aneka Ilmu
Tahun Terbit : 2010
Kota Terbit : Semarang
Jumlah Halaman : 52 Halaman
ISBN : 979-736-551-4
Buku Ketiga
1. Judul Buku : Ikebana Seni Merangkai Bunga Gaya Jepang
Pengarang : Djufriah Shindo-Muchsin
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : 2006
Kota Terbit : Semarang
Jumlah Halaman : 52 Halaman
ISBN : 979-736-551-4
2.2 Isi Buku
RINGKASAN BUKU 1
1. Seputar Seni Merangka Bunga
Seni merangkai bunga memiliki sejarah yang cukup panjang. Sejarah seni
merangkai bunga dibagi menjadi dua periode, yakni periode Klasik dan periode
Eropa. Secara umum, ada dua konsep gaya yang berkembang dalam seni
merangka bunga, yaitu gaya barat (occidental style) dan gaya timur (oriental
style). Rangkaian bunga gaya barat pertama berkembang di Mesir dan
dikembangkan lebih lanjut oleh orang Eropa. Sedangkan gaya oriental atau gaya
timur dimulai di Cina dan kemudian oleh Jepang.
Pada awalnya, seni merangkai bunga di Indonesia dikenallkan oelh Belanda.
Bangsa Eropa yang menyukai keindahan memiliki banyak tradisi yang melibatkan
bunga. Contohnya memakai korsase (rangkaian bunga kecil) dijas pria. Pada tahun
1942, pendudukan di Indonesia digantikan oleh jepang. Saat itulah orang Jepang
memperkenalkan seni merangkai bunga yang disebut Ikebana.

2. Dasar Dasar Seni Merangkai Bunga


A. Mengenal Bentuk Dasar Rangkaian Bunga
Pada prinsipnya, inovasi bentuk rangkaian bunga yang ada saat ini tetap
berpatokan pada bentuk bentuk dasar desain rangkaian bunga. Bentuk dasar
rangkaan bunga antara lan : Right angle, Hogart Curve, Crescent, Horizontal,
Segitiga (triangle), Bundar (round), Lonjong (Ovale), Vertikal, Kipas (fan),
Inverted T, Diagonal.
B. Unsur Dasar Desain Bunga
Dalam merangkai bunga, pemilihan jenis bunga, daun, wadah, dan lainnya
dipilih sesuai dengan sebuah perencanaan dan tujuan atau fungsi. Sebuah
karangan bunga yang baik harus eksprensif, meggambarkan suatu tema atau
ide. Dalam rangka itu, maka sangat penting untuk mengetahui secara rinci
elemen elemen atau unsur unsur yang ada dalam desain. Elemen elemen
tersebut maencakup : Warna, Cahaya, Ruang, Garis, Bentuk, Pola, Tekstur,
dan Ukuran.
C. Prinsip Dasar Desain Bunga
Prinsip dasar desain bunga adalah dasar-dasar atau sesuatu yang pokok yang
harus diperhatikan saat merangkai bunga. Prinsip dasar ini menjadi acuan atau
pedoman saat membuat suatu rangkaian. Prinsip dasar mencakup Ekspresif,
Harmony (Harmonis), Unity (Kesatuan), Pengulangan, Balance
(Keseimbangan), Focal Point (Titik Perhatian), Rhythm (ritme), Proportion
(Proporsional), dan Scale (Skala).

3. Alat dan Bahan Merangkai Bunga


A. Bahan Merangka Bunga
 Bunga
Pertama-tama, bahan yang perlu kita siapkan tentunya bunga. Ada
banyak jenis bunga yang bisa dibuat untuk rangkaian bunga, misal- nya
aster, mawar, anggrek, dan lain-lain. Beraneka jenis tanaman bisa
dipakai untuk campuran dalam merangkai bunga, meskipun jenis
tanaman tersebut tidak lazim dipakai untuk dekorasi bunga pada
umumnya. Berdasarkan fungsinya dalam rangkaian, bunga dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu: Line flowers, Mass flowers, Form flowers,
Filler flowers.
 Wadah atau Pot Bunga
Pot atau vas bunga yang digunakan sebagai wadah atau tempat
rangkaian bunga. Pilih wadah dengan ukuran yang sesuai dengan
rangkaian yang akan dibentuk. Hindari pot atau vas yang memiliki
banyak hiasan, karena dapat mengurangi atau menggangu daya tarik
rangkaian bunga itu sendiri. Sebaiknya pilih wadah yang berwarna
netral, seperi coklat. Dapat juga menggunakan wadah dengan berbagai
macam bahan seperti kaca, tanah liat/tembikar, porselen dan logam.
 Floral Foam
Floral foam adalah gabus yang digunakan untuk tempat menancapkan
bunga, biasanya di sebut dengan oase. Gabus atau oase ini tersedia
dalam dua bentuk, bentuk basah dan kering: bentuk oase basah
digunakan untuk menyusun bahan tanaman segar, sedangkan yang
kering digunakan untuk rangkatan bunga kering.
B. Alat Merangka Bunga
 Gunting. Ada beberapa jenis gunting yang digunakan dalam
merangkia, yaitu gunting bunga, gungting daun, ginting kawat dan
kertas.
 Pisau tajam. Untuk memotong foam.
 Kawat. Kawat halus untuk mengikat bunga. Kawat kasar untuk melilit
tangkai bunga supaya leih kuat dan untuk membentuk tangkai bunga
menjadi lurus atau bengkok.
 Tang potong. Untuk memotong kawat.
 Pita berbagai ukuran, bentuk dan warna. Utnuk membalut kawat
dan menghias rangkaian bunga.
 Floral tipe. Untuk membungkus batang bunga jika diperlukan.
 Selotape. Untuk menyambungkan / merekatkan tangka bunga, kertas
dan lannya.
 Alat penunjang lainnya. Misalnya akar akar, daun, kayu atau rotan
untuk menghias.

4. Tips Tips Merangkai Bunga


A. Mengkondisikan Bunga
Pengkondisian bahan adalah bagaimana bahan bahan atau bunga yang dipilih
itu dipotong, dirawat dan diatur. Tujuan pengkondisian adalah untuk
memungkinkan bahan tanaman yang telah dipotong bisa menyerap air
sebanyak mungkin untuk mempertahakan keindahannya. Tanaman yang tidak
dikondisikan dengan baik akan cepat kering atau layu, juga mudah rusak pada
proses perangkaian karena tidak segar.
B. Cara Memilih Bunga
 Siapkan perencanaan. Belilah bunga yang akan digunakan untuk
dirangkai sesuai dengan bentuk rangkaian, harmonisasi warna dan
lannya sesuai dengan yang telah disiapkan.
 Lihat dan cermati bagian bawah batang. Pilih bagian bawah batangnya
bersih.
 Pilih dan belilah bunga yang masih kuncup.
 Periksa kelopak bunga. Harus kokoh dan tidak layu hindari bunga yang
ujung nya mulai coklat.
 Ketika memilih bunga segar, lihatlah ujung batang yang dipotong.
Untuk kualitas terbaik ujung batang harus berwarna hijau atau putih
dan terlihat seolah olah baru dipotong.
 Cari bunga yang bertangka panjang.
 Siapkan wadah berisi air sebagai tempat bunga guna mencegah
kekeringan.
C. Langkah Langkah Merangkai Bunga
Langkah 1: Memilih bentuk desain
Langkah 2 : Memilih wadah (vas) yg cocok. Memilih bentuk bunga po- tong
yang cocok.
Langkah 3 : Mengukur dan menyesuaikan gabus (flaral foum) dengan vas
yang digunakan. Sebelumnya gabus telah direndam dalam air kurang lebih
selama 20 menit.
Langkah 4 : Memulai merangkai bunga, diawali dengan merangkai bunga
yang menyebar (filler).
Langkah 5 : Merangkai bunga berikutnya untuk menciptakan kerangkia dan
titik perhatian.
Langkah 6 : Melakukan finishing dengan menambah hiasan pita dan lain- lain

5. Step by Step Membuat Rangkaian Bunga


A. Merangkai Bunga Keranjang
Bahan : Keranjang, peralatan merangkai, gabus, mengkuk dan pita, berbagai
jenis bunga.
Pilih jenis bunga yang tidak membutuhkan banyak air. Contohnya bunga
pakis, bunga anyelir, bunga aster, bunga baby’s breath

RINGKASAN BUKU 2
1. Mengenal Beberapa Nama Bunga
Bunga dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
 Bungan belian
Bunga belian artinya bunga yang terdapat pada toko-toko bunga atau bunga
yang terdapat pada took-toko bunga, kios-kios bunga, atau bunga yang
biasanya dijual. Seperti gladiol, anyelir, dahlia, krisan, aster, gerbera, lily dan
sebagainya

 Bunga kebun
Bunga kebun artinya bunga yang hanya terdapat pada kebun. Contohnya
bunga soka, kembang kertas, bugenvil, matahari. Bunga mawar dan anggrek
bisa dimasukkan dalalm bunga kebun karena karena banyak orang yang
sudah menanan di kebun atau halaman

2. Tempat (Wadah) dan Alat Untuk Menyusun Bunga


 Schaal atau jambang rendah: biasa terbuat dari tembikar, porselin, Kristal,
perak bakar, bamboo, dan lain sebagainya.
 Keranjang: digunakan untuk menyusun bunga dalam bentuk bouqel, dan
keranjang ini terbuat dari bambu dan rotan.
 Vas atau cerana: bentuknya macam-macam, tapi yang sering digunakan
berbentuk tinggi langsing, terbuat dari Kristal, tembikar, plastic, bambu,
perak bakar, porselin dan sebagainya.

3. Bagaimana Cara Memelihara dan Mengawetkan Bunga


 Bunga yang tangkainya akan disusun, tangkainy aharus dipotong serong, hal
ini dimaksudkan agar ruang pangkal tangkaianya lebih luas, dengan demikian
pori-pori tangkainya lebih luas dan lebih banyak menyerap air
 Daun yang tidak perlu dihilangkan saja untuk mengurangi keperluan air yang
diserap pori-pori tangkai.
 Kuncup bunga yang diperkirakan tidak merakar dibuang saja
 Bunga dibungkus kertas atau kain, tangkainya di rendam dalam air mendidih
atau dibakar selama 3 menit lalu dimasukkan kedalam air dingin.
 Untuk bunga yang bertangkai kayu, tangkainya di pecah-pecah
 Bunga diletakkan di tempat yang dingin dan gelap.

4. Cara Menyusun Bunga


 Cara memasang prikker
Prikker atau alat penusuk bunga diletakkan pada schall (jambang- an rendah)
yang belum diberi air tadi masih kering. Agar prikker tidak bergeser tempat,
harus kita lem pada schaal tadi dengan malam atau lilin yang kita panaskan.
Setelah itu barulah bunga kita susun Pemberian air adalah merupakan peker-
jaan yang paling akhir. setelah karangan bunga selesai. Sebab dengan
demikian kita dalam menyusun bunga tidak terganggu air dalam wadah. Dan
apabila wadah (jambangan) sudah penuh dengan bunga dan letak bunga-
bunga tadi tidak berubah/bergeser, barulah kita tuangkan air ke dalamnya.
 Cara meletakkan bunga
Bunga-bunga yang akan kita susun supaya kita pasang/tancapkan dari tepi,
sehingga tidak akan mengganggu pemasangan bunga- bunga lainnya. Bunga-
bunga disusun menurut keadaan alam, artinya bunga-bunga yang kecil kita
taruh di atas sedang yang besar kita taruh di bagian bawah sehingga kalau
bunga-bunga tadi kita pasang secara hori- zontal (mendatar) bunga paling
kecil kita letakkan paling tepi, se- dang bunga yang kita pasang menjuntai ke
bawah, maka bunga kecil yang terletak pada bagian paling bawah dari
susunan.
5. Beberapa Pedoman Dalam Menyusun Bunga
Pedoman cara menyusun bunga dapat dikelompokkan menjadi:
 Cara kuno atau missal
Cara ini juga bisa disebut masa ARRANGEMENT dengan ciri-ciri
- Bentuk susunan symetris artinya kelihatan bagus dan rapi dari segala jurusan.
- Tepat sekali diletakkan di atas meja yang dikelilingi kursi. Bila mejanya
bulat/bundar maka susunannyapun dibuat mengikuti bentuk meja
(bulat).Sedang bila mejanya persegi panjang, misalnya meja makan
susunannyapun dibuat meman- jang, susunan menjadi bulat horizontal.
- Banyak menggunakan bunga, schingga kelihatan mewah dan megah.
- Banyak dipergunakan oleh bangsa Barat.
 Secara modern
Susunan secara modern ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Biasanya bentuknya dari satu arah saja.
 Tepat sekali diletakkan di sudut ruangan atau di atas dresoir.

Simetris artinya hanya bagus dipandang Susunan modern ini ada 2 jenisnya, yaitu:
 Susunan berdasarkan garis atau bentuk disebut line arrangement. Seperti
susunan menurut garis horizontal (mendatar), susunan menurut garis vertical
(tegak lurus), susunan menurut bentuk sabit (¼ lingkaran), susunan menurut
garis miring, susunan menurut bentuk huruf, susunan menurut bentuk
segitiga, susunan menurut bentuk huruf S, susunan menurut bentuk
bulat/bundar.
 Susunan fantasi, tidak terikat pada garis atau bentuk apapun. Hanya
berdasarkan kreasi atau daya cipta sendiri.
6. Beberapa Faktor Penting Dalam Merangkai Bunga
 Susunan dalam arti bentuk karangan
Sebelum merangkai bunga terlebih dahulu membuat rencana atau desain.
Yang harus diingat dalam membuat rancangan adalah akan diletakkan dimana
karangan bunga tersebut serta akan dipergunakan atau dalam suasana apa
karangan bunga tersebut.
 Perbandingan antara tempat bunga dan susunan bunga (serasi)
- Untuk schaal: tinggi susunan bunga tidak boleh meebihi 1½ kali panjangnya
schaal, agar susunan bung aterlihat seimbang
- Untuk vas tinggi susuna bunga paling bagus adalah 2 kali tinggi vas
 Persesuaian antara tempat bunga dan bunganya
Bunga yang akan disusun harus sesuai dengan tempat yang akan digunakan
 Keseimbangan
Bunga-bunga yang telah merupakan suatu susunan harus mempunyai
keseimbangan, jangan sampai berat sebelah atau berat diatas.
 Titik berat atau point
Suatu susunan bunga harus memiliki pusat pandang sehingga orang yang
melihatnya dapat tertarik, biasanya yang menjadi titik pusat adalah bunga
yang sedang mekar, besar atau memiliki warna tua dan harus diletakkan
ditengah
 Kombinasi
- Keselarasan antara bunga yang satu dengan bunga yang lainnya dalam hal
sifatnya
- Keselarasan antara warna yang disusun
- Keselarasan antara warna bunga dengan tempatnya
- Keselarasan antara bunga dengan daun-daun yang dipergunakan.

RINGKASAN BUKU 3

Hampir semua orang tahu, IKEBANA adalah seni merangkai bunga gaya Jepang.
Indonesia pun sudah mulai mengenalnya sejak tahun enampuluhan. Kesenian Jepang
ini mendapat banyak perhatian di Indonesia karena sangat menarik. Seni merangkai
bunga ini bukan asal merangkai atau sekadar terlihat sudah pantas. Tetapi ada aturan
serta struktur sendirn Gejolak jiwa dapat mempengaruhi pembuatan Ikebana"

1. Ikebana Gaya Moribana ( Berciri Hutam dan Rawa )


SHIN
Merupakan tangkai utama, Soe tangkai pembantu dan Ta adalah tangkai pengganti.
SHIN biasanya dipilih dari batang-batang, daun-daun atau dari bunga-bunga yang
indah. Biasanya diambil yang paling menonjol Shin dapa merupakan satu tangkai
atau bunga, tapi dapat juga merupakan sekelompok langkai atau bunga. Tangkai,
daur atau bunga-bunga itu harus mencerminkan garis-garis Shin yakni melengkung.
Tangkai atau daun yang tidak terpakai (berlebihan) pada dahan harus dipotong, Shin
kita tancapkan pada "prikle" atau dari bunga Seandainya tidak ada, boleh juga
menggunakan mos, atau rumput-rumput yang sering digunakan para penjual bunga.
SOE
Merupakan tangkai pembantu Pilihlah bunga-bunga, daun-daun atau tangkai. Boleh
tunggal, boleh juga kelompok,' tergantung selera masing- masing Tancapkan Soe di
sisi Shin pembantu. Sebagal daun-daun, bunga-bunga serta tangkai dapat anda
pergunakan bunga-bunga yang terdapat di halaman rumah anda. Demikian juga Soe
pembantu. Soe pembantu kemudian diletakkan diantara Shin pembantu dan Soe.
TAI
Merupakan tangkai pembantu Di sini, kita gunakan bunga-bunga, boleh tunggal
boleh juga merupakan kelompok. Kelompok bunga-bings ini kita ikat menjadi satu,
kemudian tangkainya kita ratakan (gunting), kemudian letakkan di muka sisi Shin
dan Shin pembantu.
Bentuk moribana dibagi menjadi 3 :
1. chokutai (posisi tegak )
2. shatai ( posisi condonh )
3. suitai ( posisi menggantung )
Catatan:
1. Agar " prikle " tidak bergerak-gerak dalam jambangan, terlebih dahulu harus
diberi alas kertas, tepat di bawah " prikle “ itu (ganjal). Kemudian isilah
jambangan itu dengan air.
2. Cara menyusun bunga satu sama lain harus berbeda tinggi rendahnya. Komposisi
warna dan pemilihan bahan turut memperindah rangkaian Ikebana yang kita
buat.

2. Gaya nagaire
Nagaire dan Moribana akan segera dapat dibedakan bentuk jambangannya. Pada
Nagaire, bentuk jambangannya tinggi sedang pada Moribana rendah dan lebar. Bila
Moribana lahir diabad ke-19, maka Nagaire sudah berusia 400 tahun. Nagaire tidak
hanya dipraktikkan pada aliran IKENOBO saja, tetapi pada umumnya juga
dipraktikkan pada aliran - aliran lain dengan nama lain. Ada yang menyebutnya
nama Haika dan lain-lain. Gaya Moribana dan gaya Nagaire bisa dicampurkan dan
disebut gaya bebas (Free Style). Dalam gaya ini terdapat gaya utama, yang
diutamakan dalam rangkaian ini yaitu:
1. Realisme
2. Tekanan pada keindahan yang tergantung dalam karakter tumbuh-tumbuhan.
3. Pemusatan pada komposisi warna.
4. Kombinasi organisasi pada permukaan, garis jumlah serta tema.

 Realisme
Kombinasinya terdiri dari tiga baris struktural, seperti halnya Moribana. Tiga
tangkai dasar adalah Shin, Soe dan Tai. Tinggi Shin kira-kira satu setengah
sampai. dua kali tinggi dari garis tengah jambangan. Dalam gaya tegak lurus
Shin suatu sudut tidak lebih dari 30 derajat di tengah-tengah, baik ke kanan atau
ke kiri. Dalam posisi condong, sudut Shin berada diantara 30 dan 90 derajat.
Dalam posisi menggantung Shin berada pada sudut kanan dari tengah- tengah,
dengan kata lain ia dibungkukkan diagonal, baik ke kanan maupun ke kin.
 Tekanan pada keindahan yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan
Apabila kita menginginkan keindahan alamiah dalam suatu warna, bentuk dan
karakteristik dari bahan-bahan pembantu dijadikan titik pusat. Keindahan itu
terletak bersama dengan komposisi, tiada pola dasar yang harus kita turuti.
Dengan kata lain, bentuk ekspresi tetap bebas dan subyektip.
 Warna sebagai motif
Pendekatan ini disebut sebagai impressionostis. Jumlah, mutu dan variasi warna
memainkan bagian yang penting Warna dapat dibuat banyak untuk mencapai
keadaan dan efek maksimal, atau dipergunakan secara terpisah untuk member
kesan kontras dan variasi. Dalam kedua jenis keserasian dan kesatuan merupakan
syarat mutlak
 Kombinasi organisasi
Pada permukaan, garis dan jumlah Tanam-tanaman sebenarnya mempunyai
bentuk-bentuk alamnya sendini. Mereka yang teliti akan menemukan tiap bagian
secara organis mengkaitkan satu sama lain. Bentuk- bentuk dapat dibagi dalam
permukaan, garis dan massa. Keindahan bukan dicari secara terpusat pada
tumbuh- tumbuhan secara keseluruhan. Di sini obyek yang dicari adalah
keindahan dalam permukaan, garis dan massa dari tanaman yang bersangkutan
Keempat gaya ini serasi dalam gaya hidup modern, serta arsitektur modern.
Nagaire tidak lagi memerlukan prikle (dari bunga/ penusuk), tetapi penggantinya
adalah tangkai yang disilangkan dan diletakkan tepat pada mulut jambangan,
menjaga agar bunga tidak bergeser-geser.

3. Gaya Shoka
Ikebana dengan gaya Shoka, lahir setelah gaya Rikka berumur 200 tahun. Gaya
Rikka sendiri merupakan gaya yang tertua yang lahir pada abad ke 15. Setelah gaya
Rikka dikembangkan, orang menginginkan gaya lain yang lebih sederhana. Dari sini
mulanya orang menyederhanakan gaya Rikka. Gaya yang baru itu disebut gaya
Shoka. Jadi Shoka juga bisa disebut sebagai Rikka yang kecil dan sederhana. Serta
jenis bunganya tidak sebanyak Rikka dengan maksimal tiga macam material. Seperti
juga Moribana dan Nagaire, Shoka juga bergaris dasar Shin, Soe dan Tai. Jika
Nagaire mempunyaiciri padajambangannya yang tinggi dan bermulut sempit (kecil),
dan Moribana bercinjambangan yang pendek dan lebar, maka Shoka pun
mempunyai ciri khasnya sendiri. Cin khas Shoka terletak pada pengaturan batang
batang tumbuhannya Pandangan dari muka tampaknya seperti hanya ada satu batang
yang lurus, yang mempunyai cabang-cabang dan bunga. Dari samping tampaklah
bahwa batang-batang itu disusun berbaris (berderet) Jambangan yang digunakan
tidak tinggl seperti jambangan pada Nagaire, tetapi jambangan yang bermulut lebar,
seperti yang digunakan untuk Moribana Jambangan yang tinggi atau berkaki juga
dapat digunakan, asalkan permukaannya lebar
Tiga Macam Shoka
Shoka terdir dari tiga macam:
1. ISSHU IKE
Yaitu rangkaian yang terdiri hanya dari satu macam (jenis) tumbuhan saja,
Misalnya rangkaian itu hanya terdiri dari satu jenis daun saja,
2. NISHU IKE
Yaitu rangkaian yang terdin dari dua macam tumbuhan saja misalnya hanya
daun dan bunga saja (Kalau daun boleh yang bertangkal. atau ranting yang
berdaun). Atau ranting saja dengan daun (dari tumbuhan yang lain jenisnya).
3. SAN SHU IKE
Yaitu rangkaian yang terdiri dari tiga macam tumbuhan. Misalnya ranting. daun
dan bunga. San Shu Ike, juga disebut sebagai Shoka yang modern.

4. Gaya Rikka
Seperti telah diutarakan pada beberapa halaman sebelumnya, gaya Rikka telah
diperkenalkan sejak abad 16, yakni gaya yang tertua dalam Ikebana. Gaya ini pula
merupakan gaya yang lebih beraneka, tidak sesederhana gaya-gaya lain yang pernah
kita pelajari, seperti gaya Nagaire, Shoka, ataupun Moribana. Jika ketiga gaya
Ikebana yang telah kita pelajari mempunyai tiga tangkai dasar ( basis ), yaitu Shin,
Soe, dan Tai. Rikka memiliki 9 tangkai dasar. Kesembilan tangkai dasar Rikka
tersebut adalah
1. Shin sebagai tangkai ulama.
2. Soe sebagai tangkai pembantu.
3. Do sebagai tangkai batang atau badan.
4. Uke sebagai tangkai penerima
5. Hikae = Tai, yaitu tangkai pengganti.
6. Nagasi sebagai tangkai berkibar. NAGASH
7. Shoshin sebagai tangkai kebenaran.
8. Maeoki sebagai tangkai penutup Do (badan).
9. Mikoshi sebagai tangkai keseimbangan.

Bentuk-bentuk gaya Rikka Rikka mempunyai empat bentuk yaitu


1. Bentuk lonjong ( oval )
2. Bentuk segitiga sama kaki
3. Bentuk trapezium
4. Bentuk segitiga tidak beraturan
5. Bentuk campuran segitiga tak beraturan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Buku Pertama

Buku ini memiliki keunggulan yaitu pembahasan dalam buku ini sangat jelas,
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan juga memiliki gambar derta warna yang
dapat menambah minat para pembaca dalam membaca buku ini.

3.2 Perbandingan Buku Kedua


Buku ini memiliki keunggulan dalam pembahasan yang ada didalamnya yang dipaparkan
secara rinci, materi yang dijealaskan sangat berguna dalam hal merangkai bunga yang
digunakan untuk dekorasi dalam berbagai acara. Adapun kelemahan dalam buku ini
adalah penggunaan bahasa asing yang sedikit membuat pembaca bingung dan ada dalam
beberapa kata yang sebagian tulisannya hilang.
3.3 Perbandingan Buku Ketiga
Kelebihan : setelah menelaah secara seksama isi dari buku ini, kita dapat mengerahui
mengenai pembelajaran seni merangkai bunga secara detail. oleh karena itu buku ini juga
sangat penting dibaca dan di pahami oleh para mendidik. kelemahan : pada buku ini
penulis terlalu banyak menggunakan bahasa tidak baku sehingga membuat pembaca
sedikit sulit memahami arti kata tersebut

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi


dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk
efektivitas pencapaian tujuan. Desain pembelajaran adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan
datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan,
urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima
yang akan digunakan dalam penyelesaian.Defenisi lain, desain pembelajaran
adalahhubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan , penentuan tujuan,
prioritas, program, dan alokasi sumber.

B. Saran

Adanya peningkatan Aktivitas siswa serta dapat terlaksana lebih baik lagi guna
menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru dengan memberikan motivasi
kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan antusias selama mengikuti proses
belajar mengajar didalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai